Penyelidikan Penyidikan Tinjauan Tentang Penyelidikan dan Penyidikan

commit to user 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Tentang Penyelidikan dan Penyidikan

a. Penyelidikan

1 Pengertian Penyelidikan Berdasarkan Pasal 1 angka 5 KUHAP, penyelidikan berarti serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan sesuatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam KUHAP. Menurut Yahya Harahap “Penyelidikan sebagai tindakan tahap pertama permulaan penyidikan yang.merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari fungsi penyidikan” Yahya Harahap, 2002 : 101. 2 Pejabat Penyelidik Pihak yang melakukan penyelidikan disebut penyelidik. Menurut Pasal 1 angka 4 KUHAP, “Penyelidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia yang diberi wewenang untuk melakukan penyelidikan”. 3 Kewajiban dan Wewenang Penyelidik Kewajiban dan wewenang penyelidik dapat ditinjau dari 2 dua segi, yaitu : a Kewajiban dan wewenang berdasar hukum, diatur dalam Pasal 5 ayat 1 huruf a KUHAP. Terdiri dari : 1 Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya suatu tindak pidana 2 Mencari keterangan dan barang bukti. 3 Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri. commit to user 12 4 Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab. b Kewajiban dan wewenang yang bersumber dari perintah penyidik, diatur dalam Pasal 5 ayat 1 huruf b. Terdiri dari 1 Penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan, dan penyitaan 2 Pemeriksaan dan penyitaan surat 3 Mengambil sidik jari dan memotret seorang. 4 Membawa dan menghadapkan seorang pada penyidik. Atas pelaksanaan tindaan-tindakan yang disebut pada Pasal 5 ayat 1 huruf a dan b KUHAP, maka penyelidik wajib membuat dan menyampaikan laporan tertulis hasil pelaksanaan tindakan-tindakan tersebut

b. Penyidikan

1 Pengertian Penyidikan Pengertian penyidikan menurut Pasal 1 angka 2 KUHAP adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam KUHAP untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. Menurut Yahya Harahap “Penyidikan menitik beratkan pada tindakan mencari dan mengumpulkan bukti agar tindak pidana yang ditemukan dapat menjadi terang serta agar dapat menemukan dan menentukan pelaku tindak pidana” Yahya Harahap, 2002 : 109. Menurut Andi Hamzah, bagian-bagian hukum acara pidana yang menyangkut penyidikan yaitu : a Ketentuan tentang alat-alat penyidik b Ketentuan tentang diketahui terjadinya delik. c Pemeriksaan di tempat kejadian. commit to user 13 d Pemanggilan tersangka atau terdakwa. e Penahanan sementara. f Penggeledahan. g Pemeriksaan atau interogasi. h Berita acara penggeledahan, interogasi, dan pemeriksaan di tempat. i Penyitaan. j Penyampingan perkara. k Pelimpahan perkara kepada penuntut umum dan pengembaliannya kepada penyidik untuk disempurnakan Andi Hamzah, 2001 : 118. 2 Wewenang Penyidik Pasal 7 KUHAP menyebutkan mengenai wewenang penyidik, yaitu : a Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana b Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian. c Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka. d Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan. e Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat. f Mengambil sidik jari dan memotret seorang. g Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi. h Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara. i Mengadakan penghentian penyidikan. j Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab. commit to user 14 3 Pejabat Penyidik Penyidik yaitu orang yang melakukan penyidikan, yang terdiri dari pejabat seperti yang dijelaskan pada Pasal 1 angka 1 dan Pasal 6 ayat 1 KUHAP. Pasal 1 angka 1 dan Pasal 6 ayat 1 KUHAP menyebutkan bahwa penyidik adalah pejabat polisi Negara Republik Indonesia dan pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan. 4 Kepangkatan Pejabat Penyidik Sesuai Pasal 6 ayat 1 KUHAP, sedang dalam ayat 2 ditentukan bahwa syarat kepangkatan pejabat Polisi Negara Republik Indonesia yang berwenang menyidik akan diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Berdasarkan ketentuan Pasal 6 ayat 2 KUHAP dan Peraturan Pemerintah No 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan KUHAP dapat disebutkan bahwa syarat kepangkatan pejabat Polisi Negara Republik Indonesia itu sekurang-kurangnya Pembantu Letnan Dua Polisi Ajun Inspektur Polisi, sedangkan bagi Pegawai Negeri yang diberi wewenang penyidikan adalah yang berpangkat sekurang-kurangnya Pengatur Muda Tingkat IGol II b atau yang disamakan dengan itu. 5 Tindakan Penyidikan Tindakan penyidikan adalah tindakan mencari dan menemukan semua peristiwa yang dianggap atau diduga sebagai tindakan pidana, dimana titik beratnya diletakan pada tindakan mencari serta mengumpulkan bukti supaya tindak pidana yang ditemukan dapat menjadi terang, serta agar dapat menemukan dan menentukan pelakunya. Pekerjaan penyidikan dimaksudkan sebagai suatu persiapan kearah pemeriksaan di sidang pengadilan. Dalam taraf penyidikan diharapkan segala kegiatan untuk memperoleh commit to user 15 jawaban sementara atas pertanyaan apakah telah terjadi suatu perbuatan pidana, dan jika demikian siapa pelakunya, dimana dan dalam keadaan bagaimana perbuatan pidana itu dilakukan. Apabila dalam penyidikan ini didapat hasil yang diharapkan dapat memberi jawaban atas pertanyaan tersebut diatas maka tindakan dapat diteruskan dalam wujud penyidikan lanjutan. Penyidikan yang baik yang hasilnya telah diuji dengan hukum pembuktian menurut undang-undang, akan sangat membantu pada berhasilnya pekerjaan penuntutan. Polisi dengan segala kelengkapannya penyidikan dan pengusutannya diharapkan dapat memperlancar tugas penyelesaian pengajuan perkara pidana ke pengadilan yang akan dilakukan oleh kejaksaan. “Tugas penyidikan dan tugas penuntutan dalam suatu proses penyelesaian perkara pada hakekatnya juga menggambarkan bahwa tugas penyidikan adalah tidak lain daripada tindakan persiapan tugas penuntutan” Soehardi, 1993: 128. Penyidikan dapat berupa pemanggilan, pemeriksaan, penyitaan, maupun penahanan orang, yang kesemuanya erat hubunganya dengan hak asasi seseorang. Memang tidak dapat disangkal lagi, bahwa dalam pemeriksaan ditingkat penyidikan tidak dilakukan di muka umum sebagaimana dalam sidang pengadilan. Sehubungan dengan itu dalam penyidikan ini, perlu adanya aturan-aturan untuk menjaga agar jangan sampai timbul ekses-ekses selama pemeriksaan dalam penyidikan. Apabila penyidikan telah selesai dilakukan, maka penyidik melimpahkan perkara tersebut kepada Penuntut Umum. Pelimpahan perkara berarti penyerahan tanggungjawab atas penanganan perkara itu dari penyidik kepada Penuntut Umum. Pelimpahan itu dilakukan dengan menyerahkan commit to user 16 tersangkatersangka bersama-sama berkas perkara oleh penyidik kepada penuntut umum Darwan Prinst, 1998: 86. Penyerahan ini dilakukan dua tahap yakni : 1 Tahap pertama, penyidik hanya menyerahkan berkas perkara; 2 Dalam hal penyidik sudah dianggap selesai, penyidik menyerahkan tanggungjawab atas tersangka dan barang bukti kepada penuntut umum. Jika pada penyerahan tahap pertama, penuntut umum berpendapat bahwa berkas kurang lengkap maka ia dapat Darwan Prinst, 1998: 86 : 1 Mengembalikan berkas perkara kepada penyidik untuk dilengkapi disertai petunjuk. 2 Melengkapi sendiri, berdasarkan Undang-undang No. 5 Tahun 1991. Penyidikan dimulai setelah penyidik menggunakan wewenang penyidikan seperti yang tercermin dalam Pasal 7 KUHAP dan dalam tindakan penyidikan itu secara langsung telah melibatkan hak-hak orang yang disangka melakukan tindak pidana, baik mengenai kebebasannya, nama baiknya maupun mengenai harta kekayaannya. Oleh karena itu di satu sisi tersangka berhak memperoleh hak-haknya selama penyidikan dan penyidik dapat melakukan tugasnya dengan mempertimbangkan hak-hak tersangka. Hal ini diperhatikan dalam hubungannya dengan titik fokus pemeriksaan yakni oknum tersangka, dan dari tersangkalah diperoleh keterangan tentang peristiwa pidana yang sedang diperiksa. Akan tetapi sekalipun tersangka yang menjadi titik tolak pemeriksaan, namun terhadapnya harus diperlakukan berdasar asas praduga tak bersalah. Penjatuhan pidana merupakan suatu mata rantai proses tindakan hukum dari pejabat yang berwenang, mulai dari proses penyidikan, penuntutan, sampai pada putusan pidana dijatuhkan commit to user 17 oleh pengadilan dan dilaksanakan oleh aparat pelaksana pidana. Dilihat dari pengertian pidana dalam arti luas itu yaitu pidana dilihat sebagai suatu proses, maka “kewenangan penyidikan” pada hakikatnya merupakan bagian juga dari “kewenangan pemidanaan”. Tindakan-tindakan hukum dalam proses penyidikan antara lain : penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan, pemeriksaaninterogasi

2. Tinjauan Umum tentang Berita Acara Pemeriksaan BAP

Dokumen yang terkait

TINJAUAN YURIDIS KEGUNAAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYIDIKAN Tinjauan Yuridis Kegunaan Sidik Jari Dalam Proses Penyidikan(Studi kasus di Polresta Surakarta).

0 3 15

PENDAHULUAN Tinjauan Yuridis Kegunaan Sidik Jari Dalam Proses Penyidikan(Studi kasus di Polresta Surakarta).

0 4 10

PROSES PENYELESAIAN KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP ANAK MELALUI PROSES PERADILAN PIDANA Proses Penyelesaian Kekerasan Seksual Terhadap Anak Melalui Proses Peradilan Pidana (Studi Kasus Tentang Penyidikan Di Polresta Surakarta).

0 3 16

SKRIPSI Proses Penyelesaian Kekerasan Seksual Terhadap Anak Melalui Proses Peradilan Pidana (Studi Kasus Tentang Penyidikan Di Polresta Surakarta).

0 3 15

PENDAHULUAN Proses Penyelesaian Kekerasan Seksual Terhadap Anak Melalui Proses Peradilan Pidana (Studi Kasus Tentang Penyidikan Di Polresta Surakarta).

0 2 10

DAFTAR PUSTAKA Buku: Proses Penyelesaian Kekerasan Seksual Terhadap Anak Melalui Proses Peradilan Pidana (Studi Kasus Tentang Penyidikan Di Polresta Surakarta).

0 2 4

PENGGUNAAN FOTOGRAFI FORENSIK OLEH PENYIDIK KEPOLISIAN POLRESTA SURAKARTA DALAM PENYIDIKAN Penggunaan Fotografi Forensik Oleh Penyidik Kepolisian Polresta Surakarta Dalam Penyidikan Tindak Pidana ( Studi Kasus Di Polresta Surakarta ).

0 4 19

PENDAHULUAN Pelaksanaan Diskresi Oleh Polisi Dalam Penyidikan Di Polresta Surakarta (Study Kasus Di Polresta Surakarta).

0 0 21

Prosedur Penanganan Barang Bukti Tindak Pidana Pembunuhan Oleh Penyidik Pada Tempat Kejadian Perkara (TKP) Di Poltabes Padang (studi kasus NO POL : BP / 156/ IV /2006 / RESKRIM).

0 0 7

PENGOLAHAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA DALAM PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN (Studi Kasus di Wilayah Hukum Polresta Bukittinggi).

0 0 6