Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

KONTRIBUSI DOSEN FAKULTAS DAKWAH BAGI PENGEMBANGAN ILMU DAKWAH Studi Jurnal Ilmu Dakwah 2007 – 2009 Oleh: Ahmad Faqih Abstraks Ditengah makin meningkatnya produktivitas dosen dalam menghasilkan karya ilmiahnya terutama dalam tulisan pada Jurnal Ilmu Dakwah, pertanyaan yang pantas diajukan adalah: apakah karya ilmiah tersebut berkontribusi positif bagi pengembangan ilmu dakwah? Ada beberapa kemungkinan yang terjadi, Pertama: karya ilmiah dosen dalam artikel jurnal hanya untuk kepentingan kenaikan pangkat. Sehingga kurang memiliki makna untuk pengembangan ilmu dakwah, karena itu kualitas tulisan kurang mendapatkan perhatian. Kedua, artikel dalam Jurnal Ilmu Dakwah cukup bermakna bagi pengembangan ilmu dakwah. Karena ada beberapa dosen sedang dalam taraf belajar ilmu dakwah, sehingga mereka berusaha untuk menyumbangkan pemikirannya bagi pengembangan teori dakwah. Ketiga, artikel dalam Jurnal tersebut memiliki bobot yang baik, karena dari hasil kajiaannya dapat dikembangkan untuk mengukuhkan ilmu dakwah sebagai ilmu yang mandiri. Dengan menggunakan metode kualitatif, penelitian ini berusaha untuk mendiskripsikan fakta-fakta yang sebenarnya ada pada dosen Fakultas Dakwah. Sebagai sampel penelitian, akan dipilih secara sengaja berdasarkan kriteria tertentu seperti artikel bertema dakwah dan ditulis oleh dosen tetap yang diterbitkan dalam Jurnal Ilmu Dakwah tahun 2007-2009. Dari kajian ini diharapkan dapat diketahui sejauhmana konstribusi mereka bagi ilmu dakwah sebagai ilmu induk di Fakultas Dakwah. Apalagi lembaga akademik seperti pendidikan tinggi, sangat besar peranannya bagi perkembangan suatu ilmu. Karena didalamnya terdapat aktivitas ilmiah seperti diskusi, seminar, penelitian dan sebagainya yang berujung pada kelahiran teori-teori baru yang bermanfaat bagi ilmu itu sendiri maupun khazanah ilmu secara luas. Key word: Kontribusi dosen, Jurnal, Ilmu Dakwah

A. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dakwah Islam dewasa ini menghadapi tantangan eksternal yang serius dari berbagai gerakan. Berbasis faham materialism, liberalism, sekularisme dan kapitalisme global. Pemikiran dan ideology gerakan ini, telah masuk ke dalam kehidupan umat Islam dan memberikan andil cukup besar dalam kedangkalan aqidah, keengganan penerapan syari’ah dalam semua segi kehidupan dan merosotnya akhlak sebagian besar umat Islam serta melemahnya harakah dakwah Islam. 1 Pada sisi lain sistem jahiliah modern semakin menguat membangun peradaban yang dekaden disertai secara terus-menerus melakukan ghozw al-fikr dikalangan umat Islam. Abdul Kholik menjelaskan tekanan eksternal terhadap dakwah Islam sangat kuat dan sistematis. 2 Tujuan gerakan ini agar kehidupan umat Islam, menjadi sesuai dengan filsafat, ideology, dan sistem budaya, kemasyarakatan, kenegaraan, dan peradaban mereka. Islam menjadi asing kembali bagi masyarakat Islam. Umat Islam Indonesia juga mengalami suatu lompatan-lompatan kondisional yang tidak terduga sebelumnya. Seiring dengan perkembangan teknologi, pengetahuan dan problem yang menyertainya. Masyarakat mengalami kompleksitas dalam berbagai hal, dari sistem kelembagaan, struktur social, hubungan social, kelas dan berbagai indicator yang selama ini menopangnya. Atas kondisi tersebut mau tidak mau harus ada kemampuan dari agama untuk melakukan control, mengadaptasi atas perubahan yang terjadi di masyarakat. 3 Agama seringkali dilematis dalam menghadapi situasi tersebut. Pada satu sisi harus kuat mempertahankan nilai-nilai luhur yang menjadi basis keyakinannya, sementara masyarakat selaku subyek dan obyek agama mengalami perkembangan terus-menerus. Ketidakmampuan agama dalam mengontrol , beradaptasi dan membangun keyakinan atas nilai-nilainya akan ditinggalkan begitu saja oleh masyarakat. Sekalipun kebutuhan akan agama tidak pernah akan hilang dari suatu masyarakat. Namun masyarakat dengan kekuatan pragmatisnya sering dengan mudah merubah nilai yang ada atau meninggalkan nilai-nilai tersebut. Karena dianggap tidak mampu menjawab kebutuhan dan problem yang mereka hadapi. 1 Amrullah Ahmad, Makalah Seminar dan Lokakarya “Pengembangan Keilmuan Dakwah dan Prospek Kerja”, APDI Unit Fakultas Dakwah, Semarang 19-20 Desember 2008, hlm.2 2 Abdul Kholik dan Syaikh Abdurrahman, Fushul min Al- Siasati Al Syari’iyyati fi ad Da’wah Ila Allah, Kuwait: Jam’iyyati Ilya’ al-Turats al Islami, 1983, hlm. 13-14 3 Kusmanto, Thohir Yuli. Makalah “Dakwah Berbasis Jaringan Sosial” dalam Diskusi Dosen Jurusan Manajemen Dakwah, Semarang 11 Mei 2006, hlm. 1 Dalam upaya untuk mengawal dan mewarnai perubahan social tersebut, diperlukan adaptasi gerakan dakwah Islam yang berbasis pada pijakan keilmuan yang kuat. Sementara itu ilmu dakwah sebagai basis kegiatan dakwah secara praktis masih menghadapi problem. Problematika yang selama ini ada, menurut Ilyas Supena bias dipetakan ke dalam tiga faktor utama. 4 Pertama, ilmu-ilmu keislaman yang disampaikan di Fakultas Dakwah lebih bercorak idealism dan transendentalisme epistemologik. Pada gilirannya, dalam tradisi ilmu-ilmu keislaman berkembang pola pikir deduktif yang menjadikan al Qur’an dan sunnah sebagai premis mayor, sehingga problem social yang riil tidak mendapat perhatian yang memadai. Akibatnya timbul anggapan dalam benak umat Islam bahwa produk pemikiran tersebut identik dengan kedua sumber tersebut, dan karenanya kebenaran yang dihasilkan dianggap sudah final. Maka kajian keilmuan yang berhubungan dengan dunia teks masih sangat dominan, sementara kajian yang berhubungan dunia social pengarang dan pembaca masih cukup miskin. Kedua, disintegrasi keilmuan. Meskipun keilmuan dakwah sudah melampaui problem dikotomi keilmuan, tetapi ia belum menyelesaikan problem integrasi keilmuan. Keilmuan dakwah belum mampu menjelaskan hubungan organis antara ilmu dakwah, tafsir dakwah, hadits dakwah, fiqhushul fiqh, tasawuf, ilmu kalam, filsafat Islam dengan kelompok ilmu sosiologi, psikologi, ilmu politik, ilmu manajemen dan sebagainya. Kedua kelompok keilmuan ini berjalan sendiri-sendiri dan tidak memperlihatkan hubungan organis antara keduanya. Karenanya gagasan humanisasi ilmu-ilmu keislaman dan islamisasi ilmu-ilmu social patut dipertimbangkan. Ketiga, disorientasi keilmuan. Ketidakmampuan menjelaskan hubungan organis tersebut, menyebabkan terjadinya disorientasi keilmuan dikalangan mahasiswa Fakultas Dakwah. Dan tidak menutup kemungkinan disorientasi ini juga terjadi dikalangan akademisi di Fakultas Dakwah. Dosen Fakultas Dakwah IAIN Walisongo sampai akhir tahun 2009 berjumlah 65 orang, terdiri dari guru besar, doctor, magister, dan sarjana. Bahkan mayoritas dari mereka telah lulus sebagai dosen professional di bidangnya. Sehingga dalam hal mutu, dosen Fakultas Dakwah tidak diragukan 4 Ilyas “upe a, Pergesera Paradig a Il u Dakwah… , Jurnal Ilmu Dakwah, Vol.28 No.2, Juli-Des 2008, hlm. 195 lagi. Hal ini juga didukung oleh produk-produk karya akademik dosen yang semakin meningkat, seperti: penerbitan buku, penelitian, artikel dalam jurnal, makalah. Disamping itu keterlibatan mereka pada organisasi profesi seperti Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia APDI, Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia ABKIN, Asosiasi Pendidikan Tingi Komunikasi ASPIKOM. Keterlibatan mereka juga pada organisasi social kemasyarakatan seperti MUI, NU, Muhammadiyah. Ditengah makin meningkatnya produktivitas dosen dalam menghasilkan karya ilmiahnya terutama dalam tulisan pada Jurnal Ilmu Dakwah, pertanyaan yang pantas diajukan adalah karya ilmiah tersebut berkontribusi positif bagi pengembangan ilmu dakwah? Ada beberapa kemungkinan yang terjadi, karya ilmiah dosen dalam artikel jurnal hanya untuk kepentingan kenaikan pangkat. Sehingga kurang memiliki makna untuk pengembangan ilmu dakwah, karena itu kualitas tulisan kurang mendapatkan perhatian. Kemungkinan lain, artikel dalam Jurnal Ilmu Dakwah cukup bermakna bagi pengembangan ilmu dakwah. Karena ada beberapa dosen yang berlatar belakang non dakwah, sehingga mereka dalam tarap memulai menyumbangkan pemikirannya bagi pengembangan teori dakwah. Kemungkinan yang selanjutnya, artikel dalam Jurnal tersebut memiliki bobot yang baik, karena dari hasil kajiaannya dapat dikembangkan untuk mengukuhkan ilmu dakwah sebagai ilmu yang mandiri. Penelitian ini berusaha untuk mendiskripsikan gejala yang sebenarnya ada pada dosen Fakultas Dakwah, sehingga dapat diketahui sejauhmana konstribusi mereka bagi ilmu dakwah sebagai ilmu induk di Fakultas Dakwah. Apalagi lembaga akademik seperti pendidikan tinggi, sangat besar peranannya bagi perkembangan suatu ilmu. Karena didalamnya terdapat aktivitas ilmiah seperti diskusi, seminar, penelitian dan sebagainya yang berujung pada kelahiran teori-teori baru yang bermanfaat bagi ilmu itu sendiri maupun khazanah ilmu secara luas.

1.2. Rumusan Masalah