8
I. PENDAHULUAN
Kabupaten Enrekang dengan ibu kotanya Enrekang adalah daerah yang berada di punggung Pegunungan Latimojong terletak tepat di
jantung Provinsi Sulawesi Selatan pada 3º 14’ 38”, 3 50’ 00” LS dan 119º
40’ 53” – 120º 06’ 33” BT. Masyarakat yang berdiam di kabupaten ini dikenal sebagai rumpun etnis Massenrempulu dengan corak dasar
budaya campuran antara Bugis, Toraja dan Mandar dengan dengan 3 sub etnis yaitu Enrekang, Maiwa dan Duri.
Secara administratif kabupaten ini terdiri dari 12 kecamatan dengan 17 kelurahan dan 95 Desa. Wilayah ini di sebelah Utara
berbatasan dengan Kabupaten Tanah Toraja, sebelah Timur dengan kabupaten Luwu, sebelah Selatan Kabupaten Sidenreng Rappang dan
sebelah Barat Kabupaten Pinrang. Gunung Bamba Puang yang berada ditengah
–tengah kawasan Enrekang merupakan tempat pertama kalinya
9 berlabuh orang-orang Proto Melayu ribuan tahun silam yang membuka
perkampungan purba Rura disekitar tempat tersebut. Dari komunitas awal ini sejarah peradaban kerajaan di Sulawesi Selatan bermula. Peta daerah
administrasi dan wilayah geografis Kabupaten Enrekang di Provinsi Sulawesi Selatan terdapat pada Gambar 1.
Gambar 1. Peta Propinsi Sulawesi Selatan
Kabupaten Enrekang memiliki luas wilayah 1.786.01 Km dan berada pada ketinggian 50 m hingga 3.200 m dpl. Kopi Arabika ditanam pada
ketinggian 1000 hingga 2000 m dpl. Mata pencarian masyarakat Enrekang pada umumnya adalah bertani yang antara lain adalah Kopi
Arabika, Kelapa, Cengkeh, Kakao, Jambu Mete, Lada, Kemiri, Kapuk dan
10 Panili serta Sayur-sayuran. Kopi Arabika yang diproduksi dari Kecamatan
Masalle, Bungin, Baroko, Buntu Batu dan Baraka merupakan salah satu kopi arabika terbaik didunia.
Kopi Kalosi adalah kopi arabika Coffea arabica Linn. yang berasal dari perkebunan rakyat di Kabupaten Enrekang dan di Toraja yang di
mulai ditanam sekitar abad XVII oleh pemerintah kolonial Belanda melalui sistim tanam paksa. Interaksi iklim, jenis tanah, ketinggian tanah,
varietas kopi dan metode budidaya dan pengolahan yang dilakukan membuat kopi arabika di Enrekang sejak dahulu menjadi kopi yang paling
menarik dan dicari di dunia dan dikenal sebagai Kopi Kalosi DP Kalosi Coffee. Kalosi adalah kota kecil di Enrekang yang merupakan tempat
pengumpulan kopi yang ditanam daerah Massenrempulu dan di Tana Toraja pada tahun 1700an.
Sejarah mencatat pada tahun 1889, Kerajaan Enrekang dan Kerajaan Tallu Lembangna Tanah Toraja dahulu bersatu untuk
berperang melawan Kerajaan Bugis Sidenreng, Sawitto, Bone dan Luwuk yang ingin menguasai perdagangan kopi di kedua tempat tersebut. Raja
Enrekang XVI La Tanro kemudian berhasil memadamkan perang tersebut pada tahun 1890 dan menyusun sistim tata niaga kopi pada kedua
kerajaan tersebut. Enrekang di masa kini merupakan salah satu daerah sentra
produksi kopi arabika spesialti terbaik di dunia. Kopi spesialti adalah istilah yang diberikan oleh International Coffee Organization ICO yang
menunjuk kepada beberapa populasi kopi arabika yang di tanam pada
11 daerah tertentu dan menghasilkan kopi dengan rasa dan aroma istimewa
khas. Indonesia memiliki beberapa populasi kopi spesialti selain Kalosi
Spesialty Coffee yang juga sudah punya nama di pasar internasional yaituToraja Spesialty Coffee, Java Spesialty Coffee, Gayo Mountain
Specialty Coffee dan Mandheling Specialty Coffee ICO, 2001 dan SCAI, 2010. Kopi Kalosi Enrekang dikenal dunia Internasional sebagai kopi
specialty dengan aroma khas terbaik dengan cita rasa good acidity, smooth, very nice mellow and good body, sangat digemari utamanya di
Jepang, Amerika Serikat dan Jerman AEKI, 2010. Pada Kontes Kopi Spesialty Indonesia I tahun 2008 yang diselenggarakan oleh AEKI, kopi
arabika Enrekang meraih juara I dan II dan meraih piala bergilir nasional kopi specialty Lampiran 4.
Reputasi panjang dan nama besar Kopi Arabika Kalosi Enrekang yang melegenda ternyata tidak sejalan dengan kehidupan petani kopi di
Enrekang yang hampir semuanya masih berada dibawah garis kemiskinan. Mereka mengolah dan menghasilkan biji kopi terbaik dan
termahal di dunia namun hanya menjadi penonton dan tenaga kerja murah di ladang kepunyaan sendiri dan menyaksikan dengan pasrah para
tengkulak mengambil keuntungan berlipat ganda dari kopi mereka. Bukan hanya itu petani kopi juga tidak dapat menjual kopinya
dengan nama historis daerah asal biji kopi mereka dihasilkan untuk mendapatkan harga yang pantas, kopi mereka dicampur dengan kopi dari
daerah lain dan dipasarkan sebagi kopi yang diberi nama dengan daerah
12 historis kopi mereka. Semua hal tersebut membuat situasi petani menjadi
semakin sulit. Pada praktek perdagangan Internasional beberapa pedagang dan
penyangrai tingkat dunia memakai kata Kalosi dalam merk dagangnya seperti “Sulotco Kalosi Toraja Coffee” dengan nomor pendaftaran
74547036 milik IFES Inc. Corporation California USA, yang berdampak pada adanya pelarangan penggunaan kata Kalosi pada produk kopi yang
sejatinya berasal dari Enrekang Indonesia, hal tersebut sangat merugikan sistim perdagangan kopi nasional kita Septiono, 2009.
Pada era pasar global sekarang ini peran perlindungan indikasi geografis IG dirasa begitu penting, dimana masyarakat produsen lokal
membutuhkan perlindungan hukum terhadap nama asal produk agar tidak dipergunakan oleh pihak lain untuk melakukan persaingan curang.
Indikasi geografis juga memegang peranan penting dalam memberikan daya tarik dan jaminan kualitas kepada konsumen nasional maupun
internasional. Akhir-akhir ini tuntutan pilihan konsumen terhadap produk kopi
yang akan mereka beli juga makin berkembang. Konsumen tidak hanya sekedar ingin memenuhi kebutuhan dan keinginan akan produk kopi
dengan citarasa baik saja, akan tetapi juga mengharapkan adanya jaminan bahwa kopi tersebut diproduksi melalui proses dan cara-cara
yang dapat dipertanggungjawabkan dan dengan sistem keterunutan yang dapat dilacak. Pada era pasar global yang semakin ketat persaingannya
13 pada beberapa dekade belakangan ini, maka peran indikasi geografis IG
sangat penting untuk melindungi ciri khas suatu produk. Kopi Arabika Kalosi Enrekang memiliki daya tarik tersendiri bagi
konsumen lokal, nasional maupun internasional. Konsumen saat ini tidak hanya sekedar ingin memenuhi kebutuhan dan keinginan akan produk
kopi dengan citarasa khas yang baik saja, akan tetapi juga mengharapkan adanya jaminan bahwa kopi tersebut diproduksi melalui proses yang
secara sosial dapat dipertanggungjawabkan. Semua hal tersebut dapat dipenuhi oleh Kopi Arabika Kalosi Enrekang.
Melihat dari pertimbangan-pertimbangan diatas, Masyarakat Perlindungan Kopi Enrekang MPKE bermaksud untuk mendapatkan
sertifikat indikasi geografis IG bagi Kopi Arabika Kalosi Enrekang. Keinginan tersebut didasari oleh keinginan agar Kopi Arabika Kalosi
Enrekang memiliki : 1. Perlindungan hukum atas nama produknya,
2. Pengakuan atas mutu dan kekhasan produk ini, dan 3. Kelestarian tradisi tata cara produksi kopi berdasarkan adat istiadat
yang ada di Enrekang. Untuk itu MPKE mengajukan permohonan pendaftaran perlindungan
indikasi geografis Kopi Arabika Kalosi Enrekang. Pemberian perlindungan Indikasi Goegrafis kepada Kopi Arabika Enrekang bisa dipertimbangkan
dengan alasan-alasan sebagai berikut :
14 1.
Dari segi lingkungan, A. Tanah Purba Spesifik
Jenis tanah di Enrekang termasuk areal purba karena berada di lereng pegunungan Latimojong di Pulau Sulawesi yang
merupakan bagian dari pulau tertua dan berbeda sejarah pembentukan geologisnya dari rangkaian kepulauan lain di
Indonesia. Tanah Enrekang memiliki batu yang sangat spesifik di permukaan tanah yang berusia lebih dari 100 juta tahun. Selama
ratusan abad kemudian berkembanglah tanah Lixisol Podzolik yang kaya zat besi di daerah Enrekang. Semua daerah penghasil kopi
terbaik di dunia umumnya mempunyai jenis tanah seperti ini. B. Ketinggian Lahan dan Iklim Mikro yang Ideal
Perkebunan kopi rakyat berada di ketinggian lahan 1000 m sampai 2.000 m dpl. Kawasan perkebunan kopi di Enrekang
memiliki udara yang dingin dapat mencapai 4 °C serta kering, rata- rata curah hujan sekitar 1.410 mm per tahun, selama 137 haritahun.
Musim hujan berlangsung dari bulan November sampai Maret sedangkan musim kemarau berlangsung antara bulan Mei sampai
Oktober. Curah hujan terendah terjadi pada bulan Mei dan tertinggi pada bulan Desember. Bila dihitung nilai Q tipe iklim maka daerah
ini mempunyai tipe iklim B. Suhu udara pada dataran tinggi berkisar antara 4 °C sampai 18 °C dan pada dataran rendah berkisar antara
18 C sampai 32
C sepanjang tahun. Kelembaban nisbi melebihi
15 80. Ada perbedaan suhu yang tinggi sekitar 15 °C antara siang
dan malam. Semakin tinggi lahan perkebunan maka kopi arabika akan
tumbuh lebih lambat dan menghasilkan buah lebih kecil, padat dan lebih beraroma serta lebih tahan terhadap serangan hama karat
daun. Cekaman lingkungan utamanya pada suhu ekstrim dan ketersedian air yang terbatas di ketinggian yang berinteraksi dengan
jumlah stomata daun rendah yang merupakan ciri anatomi kopi arabika mengakibatkan berlangsungnya banyak proses fisiologis
yang khusus seperti reaksi sintesis senyawa folatil dan asam organik lain dari jalur metabolit sekunder untuk memperkuat aroma
dan cita rasa kopi di Enrekang menjadi semakin tidak tertandingi dibandingkan kopi arabika dari daerah lain.
2. Varietas Kopi Unggul Dan Langka Lebih dari 90 lahan perkebunan Enrekang di dominasi oleh kopi
arabika dari varietas Linie S-795, USDA, Kartika I, Kartika II, Hibrido de Timor dan Cattimor serta varietas kopi Salongge di Kendenan. Dapat
dikatakan hampir 100 kabupaten Enrekang memproduksi kopi arabika. Di beberapa lahan yang terbatas di ketinggian lebih dari 1500 m di
desa Pojappong dan Nating Kecamatan Bungin serta desa Buntu Sarong kecamatan Masalle masih terdapat sisa areal perkebunan kopi bekas
peninggalan pemerintah Hindia Belanda di tempat yang masih alami dan terpencil. Di areal perkebunanan kopi tua tersebut masih dapat ditemukan
populasi pohon induk elit Kopi Arabika Tipika Coffea arabica Linn. var.
16 Typica, yang merupakan varietas kopi terbaik yang telah dinyatakan
musnah dan terancam punah oleh organisasi kopi internasional. Hasil analisis molekuker generasi ketiga dengan menggunakan primer Simple
Sequences Repeated SSR terhadap DNA yang di isolasi dari jaringan daun memastikan bahwa pohon induk yang berusia 300 tahun tersebut
adalah varietas purba kopi arabika tipika Coffea arabica Linn. Var. Typica, Latunra, 2011.
Sebagian dataran tinggi Enrekang masuk dalam areal hutan lindung dan juga berfungsi sebagai zona penyangga ekosistem dan
menjadi habitat dari hewan endemik Sulawesi yang hampir punah dan dilindungi seperti Anoa dataran tinggi Bubalus quarlesi, Anoa dataran
rendah Bubalus depressicornis, Monyet hitam sulawesi Macaca nigra, Monyet Sulawesi Macaca tongkeana, Babirusa Babyrousa babyrussa,
Katak raksasa Bufo celebensis, Kuskus Sulawesi Phalanger celebensis serta berbagai jenis tanaman anggrek langka.
Dengan demikian areal perkebunan kopi elit tersebut perlu diselamatkan dan dilindungi agar plasma nutfah dari varietas kopi tipika
serta hewan endemik lainnya dapat tetap lestari keberadaanya untuk dipergunakan
meningkatkan kemakmuran
masyarakat Enrekang.
Populasi kopi elit yang masih tersisa ini diproyeksikan untuk menghasilkan kopi spesialti super premium.
17
Gambar 2. Pohon Kopi Arabica Tipika Berumur 300 Tahun di Enrekang
3. Faktor Manusia, Tradisi dan Nama Historis yang Melegenda Kopi Arabika Kalosi Enrekang adalah produk yang memiliki mutu
dan reputasi tinggi karena ditanam oleh masyarakat yang memiliki kepedulian atas mutu. Masyarakat ini tergabung dalam kelembagaan
petani tradisional dan profesional kelembagaan petani di bawah pengolah swasta yang seluruhnya di naungi oleh lembaga Masyarakat
Perlindungan Kopi Enrekang MPKE sejak tahun 2012. Sejarah panjang budidaya dan pengolahan Kopi Kalosi di mulai
sejak zaman kerajaan Enrekang dan Kerajaan Tallu Lembangna Toraja di abad XVII sampai pada abad XXI sekarang ini. Sebelum masa
kemerdekaan kopi kalosi Dp terkenal keseantero dunia sebagai salah satu dari The Best of The Single Origin Coffee kopi murni tunggal
terbaik yang pernah ada. Setelah kemerdekaan nama Kopi Kalosi Dp menghilang seiring dengan lahirnya nama Kopi Toraja yang kadang juga
disandingkan dengan nama Kalosi Kopi Kalosi - Toraja. Kepopuleran
18 nama Kopi Toraja sangat dibantu oleh keuletan Hisashi Ohki, wakil
direktur perusahaan Kimura Coffee Co., Ltd yang melaporkan dalam suatu harian di Jepang tentang temuan kopi yang bermutu tinggi dan
langkah dengan produksi sangat kecil dari lahan perkebunan kopi yang terlantar di hutan belantara di daerah Toraja setelah kunjungannya ke
pedalaman Toraja pada tahun 1973. Ohki mampu meyakinkan pemerintah Jepang untuk membantu revitalisasi kopi di daerah tersebut agar tidak
musnah. Kerjasama Jepang dan Indonesia kemudian diwujudkan dengan membuka perkebunan kopi arabika Pedamaran dengan
pengelolah PT. Toarco Jaya tahun 1976 dan sebagai induk perusahaan adalah Kimura Coffee Co., Ltd yang berganti nama menjadi Key Coffee
Inc. pada tahun 1990. Sejak saat itu Kopi Toraja namanya semakin mendunia seiring dengan pudarnya nama kopi Kalosi Dp.
Enrekang sekarang tetap dikenal sebagai salah satu daerah penghasil kopi spesialti terbaik di dunia walau nama historis mereka
hampir terlupakan. Petani kopi Enrekang secara kontinyu mendapatkan transfer ilmu pengetahuan melalui pelatihan-pelatihan yang bersifat
membangun, baik melalui dinas terkait maupun dari berbagai lembaga lainnya. Topik yang disuluhkan kepada petani adalah teknik pembibitan
dan budidaya kopi pengelolaan secara organik, teknik pemanenan dan penanganan pasca panen serta pengolahan hasil. Pembinaan tersebut
telah diterima petani kopi di Enrekang sejak tahun 1980 yang diawali oleh Proyek Rehabilitasi Peremajaan Tanaman Ekspor PRPTE. Pada tahun
1992 pembinaan proyek ini dilanjutkan oleh Proyek Pengembangan
19 Pertanian Rakyat Terpadu, dan pada tahun 1997 pembinaan di lakukan
melalui Proyek Pengembangan Usaha Tani Lahan Kering Sulawesi PULKS. Pada tahun 2003 dibentuk Kawasan Industri Masyarakat
Perkebunan KIMBUN dan pada tahun 2009 sampai sekarang seluas 10 ha lahan perkebunan di desa Kendenan Kec Baraka di jadikan sebagai
areal pemulian parsitipatif untuk mendapatkan varietas kopi unggul lokal dibawah pengelolaan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember
PUSLITKOKA Jember yang bekerjasama dengan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Enrekang.
Pada Tahun 2012 petani Enrekang bertekad untuk kembali secara mandiri ke pentas perdagangan kopi dunia dengan menyandang nama
historis mereka yang melegenda “Kopi Kalosi” yang di pelopori Ir. Haji La
Tinro La Tunrung Bupati Enrekang periode 2003 - 2013 yang melahirkan ide dan langkah penyelamatan dan pengembangan kembali industri kopi
untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kehidupan sebagian besar masyarakat petani di Enrekang
memang sangat bergantung dari hasil produksi kopi mereka. Hasil penjualan kopi digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari berupa
biaya rumah tangga, pendidikan anak-anak, penyelenggaraan berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan seperti pernikahan anggota keluarga,
perayaan hari-hari besar islam dan nasional, dan berbagai aspek kehidupan ekonomi lainnya.
Acara Lelang Kopi Kalosi di agendakan langsung di Enrekang secara berkala bertaraf Internasional setiap tahun oleh MPKE dimulai saat
20 sertifikat IG diberikan, di proyeksikan akan memicu kobaran semangat
petani mengembangkan kembali industri kopi berskala dunia ini untuk menggapai harapan kesejahteraan. Tidak hanya berhenti pada
peningkatan harga jual kopi pada level terendah yaitu petani, tingkat yang lebih tinggipun di bidang lain akan terimbas untuk berkembang seperti
pada sektor pariwisata dan pendidikan dengan makin banyaknya pelaku bisnis dan wisatawan yang menetap akan meningkatkan pembangunan
hotel, restaurant, kedai kopi tradisional, pembangunan pusat ekowisata kopi dunia serta pusat penelitian dan pengembangan kopi arabika tipika
yang pada akhirnya akan menerbitkan kemakmuran pada masyarakat. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka masyarakat petani kopi
Arabika Kalosi Enrekang memandang perlu bahwa kopi Arabika Enrekang mendapatkan
sertifikat indikasi
geografis. Dalam
upaya untuk
mendapatkan sertifikat indikasi geografis, masyarakat petani kopi Enrekang telah bergabung dalam sebuah organisasi yang bernama
Masyarakat Perlindungan Kopi Enrekang MPKE. Kelompok ini mengajukan permohonan untuk memperoleh sertifikat indikasi geografis
bagi Kopi Arabika Kalosi Enrekang kepada pemerintah Republik Indonesia.
21
II. PEMOHON