Uraian Lingkungan Geografis buku IG Kopi kalosi Enrekang 2

30 e. Kopi permintaan khusus pembeli, misalnya yang memiliki ukuran biji tertentu dsb.

3.4. Uraian Lingkungan Geografis

Lingkungan geografasi areal pertanaman dan produksi Kopi Arabika Kalosi Enrekang terletak di lereng pegunungan Latimojong dengan ketinggian 1.000 m sampai 2.000 m dari permukaan laut, dan memiliki musim hujan dan musim kemarau. Lokasi tersebut termasuk dalam wilayah Kabupaten Enrekang dan terletak pada wilayah kecamatan Baraka, kecamatan Baroko, Kecamatan Masale, kecamatan Buntu Batu dan kecamatan Bungin. Peta wilayah penanaman dan produksi Kopi Arabika Kalosi Enrekang terdapat pada Lampiran 5. Data Curah Hujan dan Hari Hujan terdapat pada Lampiran 6.

3.4.1. Faktor Alam Geomorfologi Kabupaten Enrekang

Kawasan Enrekang terletak di utara Provinsi Sulawesi Selatan, di daerah tropis, di garis lintang antara 3º 14’ 38”, 3 50’ 00” LS dan 119º 40’ 53” – 120º 06’ 33” BT. Menempati daerah bagian lereng barat formasi Latimojong berumur kapur akhir. Berdasarkan morfologinya, kabupaten Enrekang didominasi oleh perbukitan dan pegunungan dengan lereng yang curam. 31 Gambar 5. Geomorfologi Enrekang sebagian besar berupa dataran tinggi di Punggung Pegunungan Latimojong berumur kapur akhir. Tanahnya terbentuk dari batuan sediman, metamorf dan batuan gunung api, yang terdiri dari satuan morfologi ; 1. Brow Forest Soil terdapat di wilayah kecamatan Maiwa perbatasan Kabupaten Enrekang dengan Kabupaten Pinrang. 2. Mediteranian coklat keabu-abuan terdapat di wilayah Kecamatan Alla, Kecamatan Anggeraja, kecamatan Baraka dan Kecamatan Enrekang. 3. Mediteranian coklat terdapat di wilayah kecamatan Anggeraja dan kecamatan Alla. 4. Podsolik coklat dengan bahan induk Tufa Volkan terdapat di wilayah Kecamatan Enrekang dan kecamatan Maiwa. 5. Podsolik coklat dengan bahan induk batuan pasir serfik dan tufa terdapat di wilayah Kecamatan Anggeraja, Kecamatan Baraka dan Kecamatan Enrekang. 32 6. Podsolik kekuningan dengan bahan induk seksis terdapat di wilayah Kecamatan Maiwa, kecamatan Baraka dan kecamatan Alla. 7. Podsolik merah kekuningan dengan bahan induk batu pasir terdapat di wilayah kecamatan Maiwa. 8. Podsolik violet dengan bahan induk serpih dan batu pasir terdapat wilayah Kecamatan Maiwa, Kecamatan Baraka dan Kecamatan Alla. Topografi wilayah Kabupaten Enrekang terdiri atas dataran tinggi yang terletak pada bagian Barat, Timur, Selatan dan Utara meliputi Kecamatan Alla, Curio, Anggeraja dan Malua, sedang dataran rendah terhampar pada bagian tengah, yang meliputi Kecamatan Enrekang dan sebagian Kecamatan Maiwa. Sebagian besar kabupaten Enrekang ditempati morfologi perbukitan yang dilalui cabang-cabang sungai dari DAS Saddang Secara keseluruhan kondisi geografis dan topografi ini berkaitan langsung dengan potensi pengembangan perkebunan kopi Enrekang. Berdasarkan data statistik Kabupaten Enrekang tahun 2011, Kabupaten Enrekang memiliki 14 komoditi perkebunan, yaitu kopi arabika, kkao, lada, vanili, cengkeh, kelapa, jambu mete, kemiri, pala, aren, kapok, kayu manis, nilam dan tembakau dengan total luas areal mencapai sekitar 32.000 ha. Dari luasan tersebut kopi arabika merupakan komoditi yang terluas dengan total areal mencapai 11.949 ha. 33 Unsur lingkungan geografis Kabupaten Enrekang disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Data Lingkungan Fisik Kabupaten Enrekang Relief Ketinggian 50 – 3.330 m di atas permukaan laut Lereng 0 - 45 Cuaca Curah Hujan 1410 mm per tahun Temperatur 16 – 24º C Kelembaban relative 80 Tanah Bentukan Geologis Andesit dan pyroclastik Jenis tanah Podzolik, Ponsolik, Mediteran dan aluvial Tekstur Lempung berfragmen kasar 15 Solum 40 70 cm C-organik Sedang hingga tinggi Kapasitas pertukaran kation Rendah hingga sedang Masa tanah kekurangan air Februari – Mei 34 Berdasarkan dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten RTRWK pemanfaatan lahan di Kabupaten Enrekang dibagi menjadi 10 kawasanwilayah, yaitu kawasan hutan lindung, kawasan lindung, kawasan hutan produksi, wilayah sawah, wilayah pertanian lahan kering, wilayah hortikultura, wilayah perkebunan, wilayah agroforestri, wilayah peternakan, wilayah pemukiman dan sebagai areal penggunaan lain. Areal pertanian digunakan untuk lahan kering dan sawah. Lahan kering berupa areal tegalan di dataran didominasi oleh budidaya kopi Arabika. Sawah terdapat di lembah-lembah sepanjang sungai yang airnya cukup tersedia. Data kepemilikan tanah di Kabupaten Enrekang menunjukkan bahwa rata-rata luas tanah yang dikelola oleh setiap keluarga petani kopi arabika adalah 1 sampai 2 ha. Petani kopi arabika yang memiliki luas areal pertanaman kopi arabika lebih dari 2 ha adalah kurang dari 25.

3.4.2. Faktor Alam Geomorfologi Wilayah Kopi Arabika Kalosi Enrekang

Kawasan penghasil Kopi Arabika Kalosi Enrekang terletak di wilayah kecamatan Baraka, kecamatan Baroko, kecamatan Bungin, kecamatan Masalle dan kecamatan Buntu Batu, khususnya pada ketinggian diatas 1.000 meter dpl. Kawasan ini memiliki jenis tanah Podsolik. Pada kawasan ini tanaman kopi arabika ditanam dengan naungan tanaman suren, lamtoro hantu, dadap, gamal dan nangka. Kawasan ini merupakan kawasan perbukitan dengan kemiringan lahan yang cukup 35 tinggi, karena itu petani dalam menanam tanaman kopi arabika menggunakan sistem terasering, baik berupa teras individu maupun berupa teras sabuk.

3.4.3. Hari Hujan Dan Curah Hujan

Kabupaten Enrekang memiliki 4 stasion cuaca yang dapat memonitor keadaan curah hujan dan hari hujan sepanjang tahun di Kabupaten Enrekang, yaitu stasion Maiwa, stasion Cendana, stasion Alla dan Stasion Baraka. Volume air tanah di wilayah Kabupaten Enrekang umumnya terbatas karena tidak dijumpai sumber air tanah yang berarti kecuali di daerah resapan air. Air curah hujan yang jatuh di wilayah perbukitan akan mengalir sebagai air permukaan. Potensi sumberdaya air di Kabupaten Enrekang dipengaruhi oleh keadaan curah hujan yang hampir merata di setiap tahun dengan curah hujan 1.410 mmtahun dan 137 hari hujan. Pemanfaatan air permukaan ini sangat penting karena Kabupaten Enrekang dilalui oleh sungai-sungai besar antara lain Sungai Saddang, Sungai Mata Allo, Sungai Tabang dan Sungai Malua. Sungai-sungai tersebut terutama dimanfaatkan untuk kebutuhan irigasi teknis. Data curah hujan CH dan hari hujan HH yang disajikan pada Lampiran 6 berasal dari 4 stasiun utama yang berada di kecamatan Maiwa stasiun no. 401 B, kecamatan Baraka stasiun no. 400 A, kecamatan Alla stasiun no. 399 D, dan kecamatan Cendana stasiun no. 400 I kabupaten Enrekang pada tahun 2008 – 2010 bersumber dari Kabupaten 36 Enrekang dalam Angka 2011 Badan Pusat Statistik Kabupaten Enrekang, 2011.

3.4.4. Faktor Manusia

Masyarakat di Kabupaten Enrekang terdiri dari berbagai suku. Suku dengan jumlah penduduk terbesar adalah suku Massenrempulu, dan sisanya adalah suku Makassar dan Bugis. Masyarakat di Enrekang, umumnya menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Enrekang, bahasa Duri dan bahasa Maiwa sebagai bahasa pengantar sehari-hari. Petani kopi arabika tergabung dalam kelompok tani yang esensinya merupakan organisasi petani yang mempunyai orientasi pertanian yang sama. Petani kopi arabika di Enrekang saat ini telah mampu melakukan petik gelondong merah yang selanjutnya diolah dengan menggunakan teknik OBGB. Petani kopi arabika di Kabupaten Enrekang telah menyadari bahwa sistem panen kopi gelondong merah akan dapat menghasilkan biji kopi beras yang berkualitas tinggi sehingga juga akan dapat meningkatkan pendapatan petani secara signifikan. Untuk menjalankan kelompok tani tersebut, para anggotanya secara demokratis memilih para pengurus yang terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara. Kelompok tani membahas waktu yang paling tepat serta cara-cara terbaik untuk menanam, memangkas, memupuk, mengendalikan hama dan penyakit, dan panen. Kelompok tani juga mengontrol anggotanya agar menerapkan hasil musyawarah atau keputusan bersama dengan sebaik baiknya. Kelompok tani selain berperan sangat penting dalam pengelolaan produksi gelondong merah, 37 pengelolahan biji kopi beras bermutu tinggi, juga berperan penting dalam kehidupan keagamaan dan sosial masyarakat. Pada tanah yang miring berlereng petani diharuskan membuat teras untuk menahan air agar tidak terjadi erosi, terutama pada saat tanaman kopi masih muda. Teras menyebabkan tertahannya laju aliran air permukaan, sehingga akan memperlambat laju degradasi tanah. Perlakuan tersebut menyediakan lingkungan yang sangat baik untuk perkembangan tanaman kopi Arabika. Petani kopi juga selalu dihimbau menanam pohon penaung dan jenis tanaman penaung yang banyak digunakan antara lain suren, lamtoro gung, dadap, gamal, alpukat dan nangka. Pembinaan petani dan pengolah kopi dilakukan secara terus menerus oleh Pemda melalui Penyuluh Lapangan, Perguruan Tinggi, Balai Penelitian dan dari pihak konsumen

3.5. Batasan Kawasan Produksi Kopi Arabika Kalosi Enrekang