9
BAB II KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Pembelajaran Menulis Puisi di SD
Menurut Sabarti Akhadiah dkk. 1993: 122 di dalam kurikulum bahasa Indonesia SD, pembelajaran sastra dimulai dari lagu kanak-kanak sebagai bagian dari
pengajaran puisi. Setelah itu, pelajaran bergerak ke arah bercerita, dan berperan yaitu prosa dan drama. Lagu kanak-kanak merupakan sarana pengajaran puisi di kelas-
kelas permulaan. Pengajaran apresiasi sastra di SD tidak bersifat teoritis melainkan disajikan secara praktis. Pengajaran sastra disajikan sambil bermain dan bergaul
dengan “karya-karya” sastra. Menurut Sabarti Akhadiah dkk. 1992: 65 pada pokok-pokok bahasan dalam
GBPP Sekolah Dasar bidang studi bahasa Indonesia, semua kemampuan dasar menulis itu sudah tercantum. Pada kelas V, sudah diajarkan bagaimana memilih judul
untuk sebuah karangan, memecahkan judul tersebut menjadi topik-topik yang lebih kecil atau menyusun kerangka karangan, kemudian dilanjutkan dengan
pengembangkan paragraf. Disamping itu juga ada pokok-pokok bahasan yang berkaitan dengan apresiasi sastra, misalnya membuat puisi atau mengubah bentuk
puisi menjadi bentuk prosa. Pada saat semester 1, siswa juga dilatih dalam menulis puisi, yaitu pantun jenaka
dan pantun nasehat. Untuk memudahkan anak, carilah lagu anak-anak yang berbentuk puisi. Adapun contohnya adalah sebagai berikut.
10
Dua Mata Saya
Dua mata saya Yang kiri dan kanan
Satu mulut saya Tidak berhenti makan
Dua kuping saya Yang kiri dan kanan
Dua kaki saya Pakai sepatu baru
2. Menulis
a. Pengertian Menulis Menurut pendapat Zainurrahman 2011: 2 mengungkapkan bahwa menulis
merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang mendasar berbicara, mendengar, menulis, dan membaca. Dewasa ini, keterampilan berpikir kritis critical
thinking dan literasi literacy skill sudah menjadi keterampilan berbahasa lanjut advanced linguistic skill.
Selain itu, menurut Henry Guntur Tarigan 2008: 22, menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafis yang menggambarkan suatu
bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang- lambang grafis tersebut. Sedangkan Akhadiyah dalam Ahmad Rofi’udin 1999: 262,
menulis dapat diartikan sebagai aktivitas pengekspresian ide, gagasan, pikiran atau perasaan ke dalam lambang-lambang kebahasaan bahasa tulis. Selain itu, menurut
pendapat Kelly dalam Ahmad Rofi’udin 1999: 263, kegiatan menulis merupakan upaya menghasilkan ide dan bahasa sebagai sarana pengekspresiannya. Selanjutnya,