PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN MEDIA MUSIK BERLIRIK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PUCUNG KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA.

(1)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN MEDIA MUSIK BERLIRIK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI

PUCUNG KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Luftia Firdausia NIM 12108244021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

“Bila aku memiliki kesempatan hidup sekali lagi, aku akan menyusun jadwal untukmendengar musik paling tidak sekali setiap minggu, agar bagian dari otakku

yang mengalami atrophia dapat selalu diaktifkan” (Charles Darwin)


(6)

PERSEMBAHAN

1. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memberikan do’a dan dukungannya. 2. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta.


(7)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN MEDIA MUSIK BERLIRIK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI

PUCUNG KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA Oleh

Luftia Firdausia 12108244021

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan proses pembelajaranmenulis puisi dan meningkatkan keterampilan menulis puisi dengan menggunakan media musik berlirik pada siswa kelas V SD Negeri Pucung Kalasan Sleman Yogyakarta.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas kolaborasi. Desain penelitian ini menggunakan model Kemmis-Taggart yang terdiri dari tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Pucung Kalasan Sleman Yogyakarta.Objek penelitian ini adalah peningkatan keterampilan menulis puisi. Data diperoleh melalui tes, observasi dan dokumentasi. Data kualitatif dianalisis melalui reduksi data, paparan, atau penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Data kuantitatif dianalisis secara deskriptif dengan menghitung nilai rata-rata dan persentase skor hasil pengamatan. Adapun indikator keberhasilan penelitian ini ditandai dengan keterampilan menulis puisi (75% siswa mencapai KKM) dan rata-rata kelas sebesar ≥ 70.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media musik berlirik dapat meningkatkan proses keterampilan menulis puisi pada siswa. Peningkatan proses pembelajaran keterampilan menulis puisi pada siklus I, siswa menjadi lebih aktif dan kreatif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Pada siklus II peningkatan proses pembelajaran keterampilan menulis puisi terlihat dari siswa termotivasi membuat puisi, mengembangkannya dalam bentuk draft, siswa merevisi draft puisi, siswa memiliki motivasi menyunting tulisan akhir dan mempublikasikan puisi. Peningkatan keterampilan menulis puisi siswa terlihat pada siklus I sebesar 11, kondisi awal 67 meningkat menjadi 78 dan siklus II sebesar 19, kondisi awal 67 meningkat menjadi 86.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan atas segala limpahan berkat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul “PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN MEDIA MUSIK BERLIRIK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PUCUNG KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Penyusunan skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada Bapak dan Ibu di bawah ini.

1. Bapak Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk belajar dan menempuh akademik di Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian.


(9)

4. Bapak Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk memaparkan gagasan dalam bentuk skripsi.

5. Bapak Herybertus Sumardi, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran dan perhatian telah membimbing peneliti sampai penulisan skripsi ini terselesaikan dengan baik.

6. Ibu Murtiningsih, M.Pd.dan Ibu Suyantiningsih, M. Ed. yang telah membantu memvalidasi instrumen penelitian.

7. Bapak Albertus Kristianta Wicaksana, S.Pd. selaku guru Bahasa Indonesia kelas V SD Negeri Pucung Kalasan Sleman Yogyakarta yang telah membantu pada saat penelitian.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan dan penyusunan penelitian ini.

Semoga segala amal kebaikan dari semua pihak tersebut mendapat balasan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Yogyakarta, April 2016 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 7

C.Pembatasan Masalah ... 8

D.Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

A.Keterampilan Menulis Puisi ... 11

1. Menulis ... 11

a. Pengertian Menulis ... 11

b. Tujuan Menulis ... 12

c. Jenis-jenis Menulis ... 14

d. Tahapan Menulis ... 16

2. Menulis Puisi ... 19


(11)

b. Jenis Puisi ... 21

c. Unsur Pembentuk Puisi ... 23

3. Keterampilan Menulis Puisi ... 29

B.Media Musik Berlirik ... 30

1. Media ... 30

a. Pengertian Media ... 30

b. Fungsi Media ... 33

c. Jenis Media ... 34

2. Media Musik Berlirik ... 36

a. Pengertian Musik ... 36

b. Unsur Musik ... 37

c. Fungsi Musik ... 39

d. Manfaat Musik ... 41

e. Musik Berlirik ... 41

3. Langkah Pembelajaran Menggunakan Media Musik Berlirik ... 44

C.Faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 48

D.Karakteristik Siswa Kelas V SD ... 50

E. Kerangka Pikir ... 54

F. Hipotesis Tindakan ... 57

G.Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 57

BAB III METODE PENELITIAN ... 58

A.Jenis Penelitian ... 58

B.Waktu dan Tempat Penelitian ... 61

C.Subjek dan Objek Penelitian ... 62

D.Desain Penelitian ... 63

E. Teknik Pengumpulan Data ... 66

1. Tes Menulis Puisi ... 67

2. Observasi ... 67

3. Dokumentasi ... 69

F. Instrumen Penelitian ... 69


(12)

H.Indikator Keberhasilan ... 76

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 78

A.Hasil Penelitian ... 78

1. Hasil Penelitian Siklus I... 78

2. Hasil Penelitian Siklus II ... 88

B.Pembahasan ... 97

C.Keterbatasan Penelitian ... 108

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 109

A.Kesimpulan ... 109

B.Saran ... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 112


(13)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Kisi-kisi Observasi Kegiatan Siswa ... 70

Tabel 2. Kisi-kisi Keterampilan Menulis Puisi ... 72

Tabel 3. Kisi-kisi Pedoman Penilaian Keterampilan Menulis Puisi ... 73

Tabel 4. Kategori Keterampilan Menulis Puisi ... 76

Tabel 5. Kategori Penilaian Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 76

Tabel 6. Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Siswa Siklus I ... 87

Tabel 7. Persentase Ketuntasan Siswa Siklus I ... 87

Tabel 8. Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Siswa Siklus II ... 96

Tabel 9. Persentase Ketuntasan Siswa Siklus II... 97

Tabel 10. Hasil Perolehan Keterampilan Menulis Siklus II ... 117


(14)

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Tahapan Menulis ... 16

Gambar 2. Kerucut Pengalaman ... 32

Gambar 3. Alur Kerangka Pikir Penelitian ... 56

Gambar 4. Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 65

Gambar 5. Aktivitas Guru Pada Siklus I ... 83

Gambar 6. Siswa Antusias Mendengarkan Media Musik Berlirik Siklus I .... 85

Gambar 7. Grafik Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Siklus I ... 87

Gambar 8. Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ... 95

Gambar 9. Grafik Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Siklus II ... 96

n Gambar 7. Grafik Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Siklus I ... 87

enulis KSiswa pada Konddan Siklus I 66 Gambar 8. Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ... 94


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Kisi-kisi Pedoman Penilaian Keterampilan Menulis Puisi ... 117

Lampiran 2. Kisi-kisi Observasi Kegiatan Siswa ... 119

Lampiran 3. Kisi-kisi Soal Menulis Tes Awal-Akhir ... 121

Lampiran 4. Silabus ... 123

Lampiran 5. Jadwal Pelajaran Semester II TA 2015/2016 ... 124

Lampiran 6. RPP Pratindakan, Siklus I, Siklus II ... 125

Lampiran 7. Daftar Musik Berlirik ... 196

Lampiran 8. Lembar Observasi Kegiatan Siswa ... 197

Lampiran 9. Lembar Daftar Nilai Pratindakan sampai Siklus II ... 219

Lampiran 10. Hasil Karya Siswa Tertinggi dan Terendah Pratindakan... 233

Lampiran 11. Hasil Karya Siswa Tertinggi dan Terendah Siklus I ... 236

Lampiran 12. Hasil Karya Siswa Tertinggi dan Terendah Siklus II ... 242

Lampiran 13. Dokumentasi Penelitian ... 248

Lampiran 14. Surat Keterangan Validasi Instrumen Penelitian ... 250

Lampiran 15. Surat Keterangan Izin Penelitian ... 252


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Perkembangan zaman yang menuntut perubahan pada seluruh aspek kehidupan mulai terasa dampaknya dalam dunia pendidikan Indonesia. Pendidikan sebagai muara dari perkembangan dan kemajuan suatu bangsa, dituntut untuk memberikan sebuah perubahan agar dapat mengikuti setiap dinamisasi yang terjadi akibat perkembangan zaman. Peran pendidikan dalam hal ini menjadi tumpuan harapan dalam mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas, yang dapat turut serta dalam menciptakan perubahan ke arah yang lebih baik.

Burhan Nurgiyantoro (2001: 296) mengemukakan kegiatan menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan dan keterampilan berbahasa paling akhir dikuasai pelajar bahasa setelah kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Keterampilan membaca dan mendengarkan tergolong dalam keterampilan yang bersifat reseptif (bersifat menerima), sedangkan keterampilan berbicara dan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat produktif (menghasilkan). Proses perkembangan keterampilan berbahasa adalah mendengarkan, berbicara, membaca, kemudian yang terakhir menulis. Keterampilan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi karangan. Dari unsur tersebut tercipta sehingga menghasilkan karangan yang baik. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang tidak otomatis


(17)

dikuasai oleh siswa, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang teratur. Selama ini, pengajaran menulis di Sekolah Dasar lebih banyak disajikan dalam bentuk teori-teori menulis daripada praktik menulis. Pembelajaran menulis menjadi suatu aktivitas yang monoton dan membosankan bagi siswa. Kondisi seperti itu merupakan salah satu penghambat bagi siswa untuk menuangkan ide, gagasan maupun perasaannya ke dalam bentuk tulisan.

Leonhardt (2001: 54) mengemukakan menulis puisi merupakan suatu cara menggugah rasa bermain dengan kata-kata dan struktur kalimat. Menulis merupakan kegiatan menakutkan bagi anak-anak dikebanyakan sekolah. Anak-anak ditugasi mengarang dengan topik yang membosankan lalu menulis dan menulis ulang sehingga semua kebanggaan dan kesenangan dalam menulis terbangun. Kegiatan ini membantu mengembangkan kesadaran akan kekuatan menulis singkat dan ringkas.

Dibanding tiga keterampilan berbahasa yang lain, keterampilan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun (Burhan Nurgiyantoro, 2001: 296). Siswa diharapkan mampu menggunakan berbagai jenis wacana tulis untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk teks dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Kegiatan menulis tersebut dapat digolongkan dalam menulis kreatif atau menulis faktual. Pelajaran Bahasa Indonesia mengharapkan Keterampilan tersebut dapat dipraktikkan saat pembelajaran Bahasa Indonesia atau sebagai tambahan di luar jam pelajaran. Siswa Sekolah Dasar sebagai penulis pemula sering mengalami kendala dalam melaksanakan kegiatan menulis. Terdapatnya


(18)

kendala bukan untuk dijadikan penghalang, namun perlu untuk dicarikan solusinya dalam kegiatan menulis puisi.

Ada beberapa tahap menulis puisi yang idealnya dapat dilakukan oleh setiap penulis. Tahap menulis diawali dengan pramenulis, draft, revisi, edit, dan pempublikasian karya tulis. Hal ini selaras dengan pendapat Cox (1999: 307-308) “The prosess of writing refers to what children do, which Grave describes as having five stage 1) prewrite, 2) draft, 3) revise, 4) edit, 5) publish-each of which in volves children in a number of different activities.”

Berdasarkan diskusi dengan dosen ahli materi tentang tahap menulis puisi, siswa SD mampu mengekspresikan isi gagasan yang dikemukakan sesuai dengan tema dan ditulis secara padat. Siswa mampu mengemukakan gagasan yang diungkap secara jelas. Siswa mampu menggunakan waktu sesuai target sehingga bersemangat menuliskan draft. Proses menulis yang dikuasai oleh siswa kelas V dalam kegiatan pramenulis yaitu mampu memperhatikan dengan sungguh-sungguh penjelasan guru. Siswa aktif menyusun ide dalam draft. Siswa termotivasi menuliskan draft menjadi sebuah puisi.

Arief S. Sadiman (2006: 7) mengungkapkan “media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.” Oleh karena itu, media perlu digunakan dalam pembelajaran menulis puisi. Penggunaan media musik berlirik diharapkan menjadi media alternatif dalam keterampilan menulis puisi.


(19)

Beberapa masalah yang belum disadari guru pada pengamatan tentang keterampilan menulis puisi yang telah dilaksanakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia SD Negeri Pucung Kalasan Sleman Yogyakarta diperoleh informasi bahwa keterampilan menulis puisi siswa kelas V masih rendah. Hal tersebut disebabkan karena sebagian besar siswa mengalami kesukaran dalam menuangkan ide ke dalam tulisan puisi. Berdasarkan hasil pengamatan pada tanggal 21 Oktober 2015 antara peneliti dengan salah satu guru bidang studi Bahasa Indonesia diketahui bahwa: 1) siswa merasa waktu dalam pembelajaran menulis puisi belum sesuai dengan target, 2) siswa belum mengekspresikan ide pada saat menulis puisi, 3) siswa belum mengekspresikan gagasan dan pendapat untuk bercerita dalam kegiatan menulis puisi menjadi bait puisi, 4) belum digunakannya musik yang berlirik sebagai media dalam keterampilan menulis puisi, 5) siswa belum berminat mengikuti pembelajaran menulis puisi, dan 6) siswa belum termotivasi mengikuti pembelajaran menulis puisi.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di SD Negeri Pucung Kalasan Sleman Yogyakarta keterampilan menulis puisi siswa kelas V kurang berkembang baik. Hal tersebut dilihat dari hasil tes menulis puisi dan kegiatan bersifat monoton. Sehingga keterampilan menulis puisi kurang terasah. Hasil pengamatan juga diketahui bahwa dalam pembelajaran menulis puisi, guru belum membimbing dan memberi latihan secara intensif dalam kegiatan praktik keterampilan menulis puisi kepada siswa. Pembelajaran menulis puisi hanya disajikan dalam bentuk materi tentang puisi atau siswa diberikan contoh puisi yang terdapat di dalam buku paket Bahasa Indonesia. Belum optimalnya


(20)

porsi latihan yang diberikan untuk pembelajaran menulis puisi tersebut menyebabkan keterampilan menulis puisi siswa masih rendah dan kreativitas siswa dalam menulis puisi kurang berkembang.

Selain itu, guru juga belum memaksimalkan penggunaan media dalam proses pembelajaran menulis puisi. Ketika memberikan penjelasan tentang menulis puisi, guru cenderung verbalisme dan tergantung dengan buku. Buku yang digunakan adalah buku paket Bahasa Indonesia. Guru belum menggunakan media yang lain selain buku. Selama proses pembelajaran siswa hanya menyimak penjelasan guru tentang puisi yang ada di dalam buku paket Bahasa Indonesia. Padahal, peranan guru sangat diperlukan dalam memilih media pembelajaran yang sesuai karena media memiliki peranan yang penting dalam proses pembelajaran. Azhar Arsyad (2011: 15) mengemukakan fungsi media adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang disusun dan dirancang oleh guru. Oleh karena itu, media merupakan hal yang penting dalam proses pembelajaran, termasuk pembelajaran menulis puisi. Adanya media dalam pembelajaran menulis puisi akan lebih memudahkan siswa untuk menulis puisi.

Berdasarkan temuan-temuan tersebut, maka siswa kelas V SD Negeri Pucung Kalasan Sleman Yogyakarta dipilih sebagai subjek penelitian karena di kelas ini ditemukan kendala dalam keterampilan menulis puisi. Penelitian ini memilih musik berlirik sebagai media pembelajaran. Musik berlirik dipilih sebagai media pembelajaran karena jenis musik ini lebih familier di antara siswa dan bahkan membantu mengenalkan siswa tentang lagu anak-anak


(21)

tersebut. Penelitian tindakan kelas dengan menggunakan musik berlirik yang belum pernah dilakukan di Sekolah Dasar. Penggunaan musik dalam hal ini diharapkan mampu memberikan kontribusi yang berarti dalam peningkatan keterampilan menulis puisi. Tujuan yang diharapkan yaitu musik berlirik mampu meningkatkan keterampilan menulis puisi melalui bahasa tulis. Hal ini seperti yang diungkapan (Brown, 2007: 247) “bahasa berfungsi menciptakan sistem-sistem imajiner atau ide-ide.” Berdasarkan pendapat di atas fungsi imajinatif dibutuhkan dalam menulis puisi. Perkembangan kehidupan modern menempatkan musik sebagai hal yang menarik. Pertumbuhan musik telah berkembang sejak zaman dahulu. Musik digunakan untuk kepentingan ritual, sastra, tarian, dan mengiringi nyanyian. Pemakaian musik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar jarang dipakai.

Campbell (2002: 221) mengemukakan “musik membantu membentuk pikiran yang aktif, serba ingin tahu, dan mandiri.” Pemanfaatan musik berlirik sebagai media pembelajaran dapat membantu siswa membentuk pikiran yang aktif, serba ingin tahu, dan mandiri dengan memperkuat percaya diri, kemampuan berekspresi maupun kreativitas. Musik berlirik dapat membuat proses pembelajaran lebih menarik dan tersampaikan dalam diri siswa.

Sheppard (2007: 86) mengemukakan “musik meningkatkan menulis secara

kreatif.” Musik dipilih sebagai media dalam pembelajaran dengan alasan lirik

lagu mengandung suatu kisah atau cerita tertentu yang dapat dijadikan landasan untuk menstimulasi ide dalam menulis puisi. Musik juga sering dijumpai


(22)

adanya lirik yang mengisahkan sesuatu kondisi tertentu yang dirasakan pengarang lirik lagu yang dapat dijadikan sumber inspirasi untuk menulis puisi. Musik berlirik mempunyai banyak manfaat yang dapat diperoleh. Kaitannya dengan manfaat yang dapat diperoleh lewat musik berlirik yaitu lirik lagu. Lirik tersebut dapat mengajarkan siswa tentang berbagai hal dalam kehidupan sehari-hari. Jadi siswa menyukai musik atau lagu yang dinyanyikan. Siswa berusaha mencerna lirik-lirik yang terkandung di dalam musik tersebut. Lewat lagu anak-anak dalam hal ini musik berlirik siswa mengenal nama-nama, warna, dan kisahan. Dengan demikian melalui musik berlirik, siswa mampu memunculkan ide dalam peningkatan keterampilan menulis puisi.

Berdasarkan permasalahan dan kenyataan di atas maka peneliti perlu mengadakan penelitian untuk mengetahui sejauh mana penggunaan media musik berlirik meningkatkan keterampilan menulis puisi di SD Negeri Pucung Kalasan Sleman Yogyakarta. Media pembelajaran yang tepat sangat penting dalam pembelajaran keterampilan menulis puisi sehingga peneliti dan guru kelas V sepakat memilih media musik berlirik sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan menulis puisi. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diteliti mengenai penggunaan media musik berlirik sebagai salah satu alternatif usaha untuk meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa kelas V SD Negeri Pucung Kalasan Sleman Yogyakarta.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas ada beberapa masalah yang muncul dalam keterampilan menulis puisi di Sekolah Dasar yang bersumber dari


(23)

beberapa faktor dalam komponen pembelajaran. Permasalahan yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Siswa merasa waktu dalam pembelajaran menulis puisi belum sesuai dengan target.

2. Siswa belum mengekspresikan ide pada saat menulis puisi.

3. Siswa belum mengekspresikan gagasan dan pendapat untuk bercerita dalam kegiatan menulis puisi menjadi bait puisi.

4. Belum digunakannya musik yang berlirik sebagai media dalam keterampilan menulis puisi.

5. Siswa belum berminat mengikuti pembelajaran menulis puisi. 6. Siswa belum termotivasi mengikuti pembelajaran menulis puisi.

C.Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi pada masalah peningkatan keterampilan menulis puisi yang masih rendah dengan menggunakan media musik berlirik pada siswa kelas V SD Negeri Pucung Kalasan Sleman Yogyakarta.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah penggunaan media musik berlirik dapat meningkatkan proses pembelajaran menulis puisi pada siswa kelas V SD Negeri Pucung Kalasan Sleman Yogyakarta?


(24)

2. Bagaimanakah hasil peningkatan keterampilan menulis puisi dengan media musik berlirik siswa kelas V SD Negeri Pucung Kalasan Sleman Yogyakarta?

E.Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan yang dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk meningkatkan proses pembelajaran menulis puisi dengan media musik berlirik pada siswa kelas V SD Negeri Pucung Kalasan Sleman Yogyakarta.

2. Untuk meningkatkan hasil keterampilan menulis puisi dengan media musik berlirik pada siswa kelas V SD Negeri Pucung Kalasan Sleman Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan media musik berlirik.

2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa

Berdasarkan hasil penelitian dapat memberikan pengalaman siswa dalam pembelajaran menulis puisi dengan media musik berlirik dan meningkatkan kebermaknaan proses menulis puisi serta mampu meningkatkan keterampilan menulis puisi.


(25)

Berdasarkan hasil penelitian dapat memberikan alternatif kepada guru dalam pemecahan masalah dalam pembelajaran menulis puisi, sehingga siswa memiliki pengalaman penggunaan media yang bervariatif dalam proses pembelajaran menulis puisi. Hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan dan keterampilan terkait dengan penggunaan musik berlirik sebagai media pembelajaran. c. Bagi sekolah

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan alternatif dalam pengembangan proses pembelajaran Bahasa Indonesia dalam hal pemilihan media pembelajaran khususnya pembelajaran menulis puisi.


(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Keterampilan Menulis Puisi 1. Menulis

a. Pengertian Menulis

Henry Guntur Tarigan (1994: 3) berpendapat “menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.” Menulis dikatakan sebagai suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Produktif dalam hal ini menghasilkan kata-kata yang ada dalam pikiran, sedangkan ekspresif karena ketika menulis, penulis bisa mengekspresikan yang ada dalam pikiran ke dalam bentuk tulisan dengan bebas.

Pendapat dari Henry Guntur Tarigan (1994: 22) menyatakan “menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut apabila mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut.” Artinya, bahwa menulis adalah suatu usaha menyampaikan sesuatu kepada orang lain melalui lambang-lambang bahasa sehingga orang tersebut dapat mengerti dan memahami apa yang sudah disampaikan.

Suparno & Mohamad Yunus (2010: 1.3) berpendapat “menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya”. Artinya penyampaian


(27)

pesan (ide, gagasan, perasaan, atau informasi) secara tertulis kepada pihak lain (pembaca). Aktivitas menulis melibatkan unsur penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, saluran atau media tulisan, pembaca sebagai penerima pesan.

Anton M. Moeliono (dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990: 968) menjelaskan “menulis berarti melahirkan pikiran atau perasaan dengan tulisan dan membuat huruf dengan pena.” Artinya, peneliti melukiskan apa yang ada dalam pikirannya melalui tulisan berbentuk huruf yang ditulis melalui penanya. Ide pikiran dituangkan dalam bentuk tulisan.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan menulis merupakan kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa tulis melalui lambang-lambang bahasa sehingga orang tersebut dapat mengerti dan memahami apa yang sudah disampaikan. Menulis merupakan bentuk tulisan hasil dari ide pikiran. Sehingga hasil dari ide tulisan ini dapat diterima oleh orang lain.

b. Tujuan Menulis

D‟Angelo (Henry Guntur Tarigan, 1994: 22) mengemukakan menulis pada

prinsipnya mempunyai fungsi utama yaitu sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena menulis memudahkan siswa berpikir, menolong kita untuk berpikir secara kritis, memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap atau persepsi kita, memecahkan masalah-masalah yang kita hadapi, menyusun urutan bagi pengalaman, dan membantu kita


(28)

menjelaskan pikiran-pikiran kita. Tulisan dapat membantu menjelaskan pikiran-pikiran karena tidak jarang kita menemui apa yang sebenarnya kita pikirkan dan rasakan mengenai orang, gagasan, masalah, dan kejadian hanya dengan proses menulis yang aktual.

Hugo Harting (dalam Henry Guntur Tarigan, 1986: 24-25) menjelaskan tujuan menulis adalah: 1) assignment purpose (tujuan penugasan), 2) altruistic purpose (tujuan altruistik), 3) persuasive purpose (tujuan persuasif), 4) informational purpose (tujuan informasional), 5) self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri), 6) creative purpose (tujuan kreatif), dan 7) problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah).

1) Assignment purpose (tujuan penugasan)

Menulis karena adanya tugas seperti misalnya siswa diberi tugas merangkum buku, sekretaris diberi tugas membuat laporan kegiatan.

2) Altruistic purpose (tujuan altruistik)

Tulisan yang bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, sehingga para pembaca memahami, menghargai perasaan, penalaran, dan menyenangkan dengan karyanya itu.

3) Persuasive purpose (tujuan persuasif)

Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.

4) Informational purpose (tujuan informasi, tujuan penerangan)

Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan kepada para pembaca.


(29)

5) Self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri)

Tulisan yang bertujuan menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca.

6) Creative purpose (tujuan kreatif)

Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik dan nilai-nilai kesenian. 7) Problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah)

Tulisan yang bertujuan menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri dalam memecahkan masalah supaya bisa dimengerti dan diterima oleh para pembaca.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis mempunyai tujuan bagi peneliti dan pembacanya, seperti alat komunikasi tidak langsung, memudahkan siswa berpikir, berpikir secara kritis, memperdalam daya tanggap atau persepsi, membuat senang, membuat yakin, mendapatkan informasi, dan memecahkan masalah kepada orang lain. Penelitian ini tujuan yang diharapkan adalah kegiatan menulis puisi siswa Sekolah Dasar sehingga dapat mengembangkan daya pikir secara kritis dalam menyampaikan perasaan maupun gagasan kepada orang lain melalui tulisannya yang berupa puisi. c. Jenis-jenis Menulis

Menurut Weayer (dalam Henry Guntur Tarigan, 1994: 28) mengklarifikasikan menulis berdasarkan bentuknya, yaitu: 1) eksposisi, 2) deskripsi, 3) narrasi, dan 4) argumentasi.

1) Eksposisi yang mencakup: a) definisi


(30)

b) analisis

2) Deskripsi yang mencakup: a) deskripsi ekspositori b) deskripsi literer 3) Narrasi yang mencakup:

a) urutan waktu; b) motif;

c) konflik;

d) titik pandangan; e) pusat minat.

4) Argumentasi yang mencakup: a) induksi; b) deduksi.

Chenfeld (Henry Guntur Tarigan, 1994: 29) mengemukakan bahwa jenis menulis ada 2 macam, yaitu: 1) tulisan kreatif dan 2) tulisan ekspositori.

1) Tulisan kreatif yang memberi penekanan pada ekspresi dari secara pribadi.

2) Tulisan ekspositori yang mencakup: a) penulisan surat;

b) penulisan laporan;

c) timbangan buku, resensi buku; d) rencana penelitian.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis puisi termasuk dalam menulis kreatif. Perkembangan fisik, sosial, moral, intelektual dan bahasa siswa diperoleh dan didayagunakan dalam permainan-permainan yang menyenangkan, yaitu permainan yang di dalamnya siswa mendapatkan hiburan dan pengetahuan. Hal ini memperjelas bahwa menulis kreatif bagi anak adalah menulis dalam konteks bermain sehingga dengan menulis anak mendapatkan hiburan. Oleh karena itu, menulis bagi siswa adalah mengungkapkan pengalaman-pengalaman menyenangkan yang pernah dialami melalui puisi. Pengalaman-pengalaman siswa yang berkesan menjadi bahasa dalam menulis


(31)

kreatif siswa sehingga mengeksplorasikan pengalaman-pengalaman siswa menjadi kunci utama dalam membelajarakan menulis kreatif.

Menulis kreatif tidak semata-mata menceritakan pengalaman yang pernah dialami dengan apa adanya. Menulis kreatif bagi siswa adalah menulis pengalaman yang dialami dengan dikreasikan fantasi dan imajinasi sehingga siswa mengolah pengalamannya karya kreatif berupa tulisan yang indah. Menulis kreatif termasuk dalam penulisan sastra karena ciri utamanya pada imajinasi yang digunakan untuk mengolah pengalaman sehingga menghasilkan keindahan.

d. Tahapan Menulis

Terdapat beberapa tahap menulis yang ideal dapat dilakukan oleh setiap penulis. Tahapan menulis secara umum adalah perencanaan, menulis, revisi, tulisan akhir. Hal ini selaras dengan pendapat Yeti Mulyati, dkk. (2007: 5.3) yang menyatakan “seorang penulis merencanakan tulisannya, kemudian menulis, melakukan revisi, kemudian tulisan selesai.”

Hal ini digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Tahapan Menulis (Yeti Mulyati, dkk. 2007: 5.3)

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa dalam menulis harus memperhatikan tahapan proses menulis. Penulis merencanakan tulisannya,

Perencanaan Menulis Revisi Tulisan


(32)

tulisan itu selesai sesuai apa yang dikehendaki. Proses menulis tidak bersifat linier dan sederhana itu karena dapat berulang-ulang sampai diperoleh sebuah tulisan akhir.

Ada beberapa tahap menulis yang idealnya dapat dilakukan oleh setiap penulis. Tahap menulis secara umum adalah pramenulis, draft, revisi, edit, dan pempublikasian karya tulis. Hal ini selaras dengan pendapat Cox (1999: 307-308) “The prosess of writing refers to what children do, which Grave describes as having five stage 1) prewrite, 2) draft, 3) revise, 4) edit, 5) publish-each of which in volves children in a number of different activities.”

Kegiatan prewrite meliputi menghimpun pengalaman yang diperoleh dari membaca ataupun mendengarkan cerita yang dibacakan dapat diambil. Berdasarkan hal tersebut kegiatan di mulai untuk membangkitkan ide dengan mengatur daya rasionalitas, kemudian mendiskusikannya dengan orang lain/teman. langkah selanjutnya memilih bentuk tulisannya yang berupa jurnal, surat, menulis ekspresif, kesusastraan dan lain-lain.

Tahap membuat draft, pada tahap ini ide dituangkan pada kertas yang berfokus pada arti, dan bebas menentukan sentuhan eksperimen. Pemahaman dalam menulis dapat diganti. Mencoba sesuatu yang berbeda merupakan sebuah kemungkinan. Hasil dari draft awal didiskusikan dengan teman. Implementasi dalam menulis puisi, pada tahap ini antara lain penulis dapat melanjutkan tahap pramenulis dengan menuliskan ide yang dititkberatkan pada hal tertentu, dalam bentuk bait. Latihan menulis puisi sebaiknya sering dilakukan.


(33)

Tahap revise atau merevisi merupakan kegiatan yang dilakukan setelah menulis draft. Kegiatan tahap ini diawali dengan membaca ulang. Hal tersebut dilakukan dengan tidak lupa untuk memikirkan ulang mengenai model tulisan yang diinginkan, bagian yang lain berada dalam lingkungan pembaca dengan berbicara pada guru dalam suatu diskusi, kemudian dari masukan yang ada digunakan untuk merubah, menambah, menghapus ataupun memodifikasi draft dengan mengklarifikasi pengertian serta memperluas ide. Revisi dapat dilakukan siswa secara individu ataupun saling bekerjasama dengan siswa lain. Tahap edit kegiatan yang dilakukan berupa memperhatikan tanda yang dibubuhkan saat revisi, sebaiknya tulisan dikoreksi, kemudian dibicarakan dengan guru. Langkah selanjutnya yang dapat dilakukan adalam meminta bantuan pada teman sebaya, kemudian mengulangi kata-kata dan menyaringnya dengan mengoreksi ejaan, penulisan huruf, dan membenarkan bagian-bagian yang salah.

Tahap penerbitan menghimpun kegiatan yang meliputi kegiatan untuk mempublikasikan karya tulisnya. Penerbitan yang dapat dilakukan dalam bentuk buku, dipajang di tuang kelas, membaca, media elektronik, surat, buku besar, surat kabar, poster, dan hiburan. Bagian yang dipublikasikan dibaca dengan keras secara bergantian, penulis duduk dikursi, menulis di dalam lokakarya/ruang kerja.

Tahapan-tahapan tersebut idealnya harus dilakukan untuk mendapatkan hasil karya tulisan yang maksimal, namun pada kenyataannya siswa jarang melakukan tahapan tersebut. Kebanyakan dari siswa melakukan kegiatan


(34)

menulis dengan langsung di kertas kerja, sehingga jika terjadi kesalahan, ada peristiwa yang tertinggal diselipkan begitu saja dan kertas kerja menjadi kurang rapi.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tahapan menulis ada lima, yaitu: a) pramenulis, b) membuat draft, c) merevisi, d) menyunting , dan e) publikasi.

2. Menulis Puisi a. Pengertian Puisi

Burhan Nurgiyantoro (2005: 312) mengemukakan “puisi adalah sebuah

genre sastra yang amat memperhatikan pemilihan aspek kebahasaan sehingga tidak salah jika dikatakan bahwa bahasa puisi adalah bahasa yang “tersaring” penggunaannya.” Maka pemilihan bahasa harus diperhatikan. Aspek diksi, unsur bunyi, bentuk, dan makna untuk memperoleh efek keindahan. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan keberhasilan sebuah puisi tergantung dari pemilihan kata dan sususunan kata menjadi larik-larik puisi. Suminto A. Sayuti (2008: 3) mengemukakan definisi puisi sebagai berikut.

Puisi dapat dirumuskan sebagai sebentuk pengucapan bahasa yang memperhitungkan adanya aspek bunyi-bunyi di dalamnya, yang mengungkapkan pengalaman imajinatif, emosional, dan intelektual penyair yang ditimba dari kehidupan individualitas dan sosialnya; yang diungkapkan dengan teknik pilihan tertentu, sehingga puisi itu mampu membangkitkan pengalaman tertentu pula dalam diri pembaca atau pendengar-pendengarnya.


(35)

Berdasarkan hal tersebut di atas puisi dapat dikatakan puisi diciptakan penyair sehingga di dalamnya terkandung keyakinan penyair akan diri dan karya yang diungkapkan dengan menarik.

Situmorang (1980: 10) mengemukakan secara etimologis puisi berasal dari kata bahasa Yunani poites yang artinya pembangun, pembentuk, dan pembuat. Sedangkan dalam bahasa Latin berasal dari kata poeta yang artinya membangun, menyebabkan, menimbulkan, dan menyair. Arti tersebut dipersempit ruang lingkupnya sehingga menjadi hasil seni sastra, yang kata-katanya disusun menurut syarat tertentu menggunakan irama, sajak dan kadang-kadang kata kiasan.

Herman J. Waluyo (1987: 25) mengemukakan “puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya.” Jadi dapat disimpulkan bahwa puisi merupakan ungkapan penyair yang dirangkai secara indah.

Carlyle (dalam Rachmat Djoko Pradopo, 2010: 6) mengemukakan “puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal, penyair dalam menciptakan puisi itu memikirkan bunyi yang merdu seperti musik dalam puisinya, kata-kata di susun begitu rupa hingga yang menonjol adalah rangkaian bunyinya yang merdu seperti musik, yaitu dengan mempergunakan orkestasi bunyi.” Pendapat tersebut merupakan hasil suatu pemikiran yang diwujudkan dalam bentuk rangkaian bunyi. Jadi dalam menulis puisi dapat melalui memikirkan bunyi yang merdu misalnya musik.


(36)

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan puisi merupakan karya sastra yang diciptakan dengan memperhatikan pemilihan aspek kebahasaan puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa. Menulis puisi memperhatikan unsur-unsur di dalamnya.

b. Jenis Puisi

Supriyadi (2006: 44) mengemukakan puisi terdiri dari: 1) puisi tradisional, dan 2) puisi baru/modern.

1) Puisi Tradisional

Puisi tradisional tidak mendapat pengaruh kesusasteraan barat. Puisi tradisional atau puisi lama merupakan pancaran masyarakat lama yang bermacam-macam ciri. Puisi tradisional pada umumnya milik masyarakat/rakyat dan tidak dikenal pengarangnya (anonim) karena pada umumnya penyair tidak ingin menonjolkan diri. Puisi ini diterima oleh masyarakat secara lisan, dari mulut ke mulut, namun akhirnya terdapat bentuk tulisan. Puisi ini terikat oleh syarat-syarat mutlak harus dipenuhi oleh norma-norma sebuah puisi tertentu. Puisi digolongkan ke dalam puisi tradisional adalah sebagai berikut.

a) Bidal

Bidal yakni puisi yang berupa susunan kata atau kalimat singkat yang mengandung pengertian sindiran, perbandingan serta kiasan. Puisi bidal


(37)

meliputi peribahasa atau ungkapan, pepatah, tamzil, perumpamaan, ibarat, dan pemeo.

b) Pantun

Pantun yakni puisi yang mempunyai syarat-syarat tertentu. Pantun oleh masyarakat Indonesia dipergunakan untuk mengungkapkan perasaan cinta atau kebencian, nasihat/pendidikan, dakwah agama, bisnis, perdagangan, hiburan, dan penerangan. Pantun meliputi pantun jenaka, pantun nasihat, pantun anak-anak, dan lain-lain.

c) Pantun Kilat/Karmina

Pantun kilat atau karmina yakni jenis pantun yang dalam 1 bait terdiri atas 2 baris. Baris pertama yang merupakan sampiran dan baris kedua berupa isi.

2) Puisi Baru/Modern

Puisi baru/modern yakni puisi yang sudah dipengaruhi seni budaya barat. Puisi ini berisi ide, ekspresi, gagasan penyair dan umumnya gagasan masyarakat baru. Misalnya puisi anak yang banyak baik yang didokumentasikan maupun yang tidak didokumentasikan. Puisi baru/modern dibagi menjadi: a) puisi naratif, b) epik, c) puisi larik, d) puisi dramatik, e) elegi, f) himne, g) puisi kontemporer, dan h) puisi mbeling.

a) Puisi Naratif

Puisi naratif ini mirip dengan cerita atau narasi. b) Epik


(38)

c) Puisi Larik

Puisi larik berisi luapkan batin individu penyairnya dengan segala macam pengalaman, sikap maupun suasana batin yang ada

d) Puisi Dramatik

Puisi dramatik berisi secara objektif menggambarkan perilaku seseorang, lewat tingkah laku, dialog atau monolog sehingga mengandung kisah tertentu.

e) Elegi

Puisi elegi berisi luapan kepedihan atau mengungkapkan rasa kepedihan seseorang.

f) Himne

Puisi himne berisi tentang pujian kepada Tuhan atau ungkapan rasa cinta terhadap tanah air.

g) Puisi Kontemporer

Puisi kontemporer merupakan puisi modern yang mempunyai ciri-ciri tertentu.

h) Puisi Mbeling

Puisi mbeling berisi kritikan secara nakal, tidak mau tunduk aturan, mempermainkan kata, dan mengandung unsur humor yang menyindir/menggelitik tetapi ada unsur benarnya.

c. Unsur Pembentuk Puisi

Burhan Nurgiyantoro (2005: 321) mengemukakan sebuah puisi terbentuk oleh dua aspek yang saling berkaitan, yaitu sesuatu yang ingin diekspresikan


(39)

dan sarana pengekspresian. Pertama lazim disebut sebagai unsur isi, sedang yang kedua bentuk. Unsur isi antara lain mencakup aspek gagasan, ide, emosi, atau lazim disebut tema, makna, sedang unsur bentuk meliputi berbagai aspek yaitu bunyi (persajakan, rima, dan irama), kata (diksi), sarana retorika (pemajasan, citraan, penyiasatan, struktur).

Herman J. Waluyo (2002: 2) mengemukakan unsur pembangun puisi yaitu pemadatan bahasa, pemilihan kata khas, kata konkret, pengimajian, irama (ritme), dan tata wajah. Sedangkan menurut Supriyadi (2006: 67) mengemukakan unsur pembangun puisi, yaitu: 1) tema dan amanat, 2) citraan, 3) rima, 4) diksi, 5) irama, dan 6) sudut pandang. Puisi mempunyai unsur-unsur di atas, meliputi puisi orang dewasa, puisi remaja, dan puisi anak. Puisi anak tentunya lebih lebih sederhana. Hal ini sependapat dengan yang diungkapkan Burhan Nurgiyantoro (2005: 313) mengungkapkan isi puisi anak lebih sederhana dan apa adanya karena segi pendayaan berbagai bentuk ungkapan kebahasaan masih terbatas. Puisi anak baik dalam diksi, struktur, ungkapan, serta kemungkinan pemaknaan masih polos, lugas, dan apa adanya. Puisi anak memiliki karakteristik yang identik dengan sastra anak karena pengungkapan sesuatu dari kacamata anak. Untuk lebih memperjelas tentang puisi anak, berikut akan dijelaskan unsur-unsur pembentuk puisi anak, sebagai berikut. 1) Tema

Mitchell (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 354) mengemukakan tema-tema yang banyak ditemukan pada puisi anak antara lain adalah masalah keluarga, persahabatan, liburan, rumah, dan tempat-tempat lain. Lewat


(40)

pengamatan selintas, kandungan dalam puisi anak, antara lain berkaitan dengan hal-hal yang ada di sekitar anak, misalnya orang tua, guru, teman sepermainan, binatang kesukaan, lingkungan alam, empati terhadap sesama yang menderita, religiusitas. Supriyadi (2006: 67) mengemukakan tema puisi merupakan ide pokok yang menjiwai seluruh isi keseluruhan puisi sehingga ide pokok dapat tersurat atau tersirat.

2) Citraan/Pengimajian

Burhan Nurgiyantoro (2005: 346) membedakan citraan menjadi enam macam, yaitu citraan penglihatan (visual), pendengaran (auditif), gerakan (kinestetik), rabaan, cecapan (taktil termal), dan penciuman (olfaktori). Supriyadi (2006: 68) mengemukakan citraan/pengimajian merupakan gambaran angan yang dihadirkan menjadi sesuatu yang nyata dalam tatanan kata-kata puisi. Makna-makna angan (abstrak) yang telah menjadi nyata dapat ditangkap pancaindera pembaca, yaitu dengan dapat dilihat, didengar, dirasa, diraba, dan dibaca. Terdapat banyak citraan, yaitu citraan pendengaran, raba, penglihatan, penglihatan dan pencacapan. Puisi anak citraan yang sering muncul adalah citraan penglihatan (visual) dan citraan pendengaran (auditif). Hal ini dikarenakan jangkauan kognitif anak masih terbatas, objek yang lebih akrab tentu hal-hal yang ada di sekelilingnya baik yang berwujud benda-benda, binatang, maupun manusia. Citraan yang ditemukan dalam puisi anak sangat sederhana.


(41)

3) Kata Konkret

Burhan Nurgiyantoro (2005: 334) mengemukakan kata menentukan derajat keindahan sebuah puisi sebagai karya seni. Karya-karya puisi yang dihasilkan anak-anak tidak berlebihan dan sudah mampu memilih kata-kata untuk puisinya secara tepat. Artinya, kata konkret berkaitan dengan pengimajinasian. Pengimajinasian seperti melukiskan suasana, sedangkan kata-kata konkret pelukisan dengan kata-katanya. Pada intinya kata konkret merupakan kata-kata yang pendek, singkat dan menggambarkan suasana. 4) Diksi

Supriyadi (2006: 68) mengemukakan diksi merupakan pilihan kata yang dipergunakan penyair dalam puisi. Hal ini karena seni kata merupakan ekspresi pengalaman batin ke dalam kata yang indah. Lebih lanjut Burhan Nurgiyantoro (2005: 333) mengemukakan untuk sampai pada kemungkinan makna, kata-kata yang dipilih secara ketat berdasarkan berbagai pertimbangan sehingga puisi yang dihasilkan memenuhi persyaratan sebgai sebuah karya seni, serta sekaligus menawarkan dan mendialogkan sesuatu secara efektif. Sehingga, kata kunci untuk seleksi kata adalah untuk pemenuhan syarat keindahan bahasa dan makna, dan semua berkaitan dengan pemilihan kata.

5) Gaya bahasa

Burhan Nurgiyantoro (2005: 342) mengemukakan permajasan gaya bahasa yang sering digunakan dalam puisi anak sering menggunakan metafora, simile, dan personifikasi. Penggunaan bahasa bentuk metafora masih


(42)

sederhana. Sedangkan majas simile berupa perbandingan langsung secara jelas menunjukkan antara kedua hal yang diperbandingkan dan banyak dimanfaatkan dalam puisi anak. Majas lain dalam puisi anak berupa personifikasi yang memperlakukan benda-benda tidak bernyawa menjadi seperti manusia.

6) Rima

Burhan Nurgiyantoro (2005: 323) mengemukakan persajakan atau rima mengandung pengertian adanya perulangan bunyi yang terpola, atau mengikuti pola-pola tertentu untuk mencapai efek keindahan. Puisi di dalamnya muncul bunyi dalam persajakan yang akan membangkitkan atau mengundang bunyi-bunyi pada kata lain yang mirip. Aspek persajakan dalam puisi tidak hanya terdapat pada akhir kata pada tiap larik, tetapi dapat terdapat pada awal kata baik yang ada di awal atau di tengah larik. Supriyadi (2006: 68) mengemukakan rima merupakan persajakan atau persamaan bunyi yang ada dalam puisi. Persajakan terbagi menjadi dua yaitu rima eksternal dan rima internal. Persajakan antarbunyi pada larik-larik puisi disebut rima eksternal. Kemudian persajakan bunyi dalam larik-larik puisi disebut rima internal. Persajakan larik puisi (internal) meliputi: persamaan bunyi-bunyi konsonan (aliterasi), dan persamaan bunyi-bunyi vokal (asonansi).

7) Irama

Burhan Nurgiyantoro (2005: 329) mengemukkan irama puisi berkaitan dengan gerak, alunan, dan bunyi teratur yang akan dirasakan jika puisi


(43)

dibaca dan didengarkan. Irama dalam puisi berkaitan dengan tinggi rendah dan cepat lambat serta variasi dari keduanya, terlebih dengan tekanan kata. Lebih lanjut Supriyadi (2006: 69) mengungkapkan irama dalam puisi merupakan alunan bunyi yang teratur dan berulang-ulang dalam puisi. Hal ini irama merupakan unsur musikalitas dalam sebuah puisi. Irama berfungsi menguatkan keindahan sebuah puisi, memberi jiwa pada kata-kata, dan membangkitkan emosi pembaca.

8) Sudut pandang

Sudut pandang atau pusat pengisahan, yaitu cara penyampaian ide atau gagasan penyair kepada pembaca, pendengar, atau penikmat puisinya. Puisi terdapat tiga cara penyair menyampaikan ide atau gagasan yaitu sebagai orang yang terlibat, pengamat, dan Tuhan (Supriyadi, 2006: 70).

3. Keterampilan Menulis Puisi

Setiap keterampilan berbahasa bukan sesuatu yang dapat diajarkan melalui uraian atau penjelasan. Siswa tidak dapat memperoleh keterampilan berbahasa hanya dengan duduk mendengarkan keterangan guru dan mencatat apa yang didengar. Keterampilan berbahasa tidak dapat diperoleh melalui kegiatan menghafalkan hanya dapat diraih dengan melakukan kegiatan berbahasa terus menerus.

Anton M. Moeliono (dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990: 935) menjelaskan keterampilan berarti cakap/kecakapan dalam menyelesaikan tugas. Keterampilan dari kata dasar terampil. Artinya suatu kecakapan dapat


(44)

mempengaruhi tugas itu akan terselesaikan. Kecakapan seseorang dapat dilatih sejak dini.

Henry Guntur Tarigan (1994: 1) mengemukakan ada empat komponen keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan menyimak dan membaca termasuk dalam keterampilan yang bersifat reseptif (bersifat menerima/memahami), sedangkan keterampilan berbicara dan menulis merupakan keterampilan yang bersifat produktif (menghasilkan/menggunakan). Perkembangan keterampilan berbahasa melalui beberapa proses yaitu dimulai dari menyimak, berbicara, membaca, dan yang terakhir menulis.

Selanjutnya hal ini berkaitan dengan yang dikemukakan Bambang Kaswanti Purwo (1997: 21) mengemukakan ada empat keterampilan berbahasa yaitu: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Dua keterampilan yang disebutkan pertama itu berkenaan dengan bahasa lisan (yakni, mendengarkan dan berbicara), dan dua keterampilan terakhir menyangkut bahasa tulis (yaitu, membaca dan menulis). Keterampilan berbahasa sebenarnya meliputi mendengarkan/menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan berbahasa ada yang berkaitan dengan bahasa lisan dan bahasa tulis. Sehingga keterampilan berbahasa terdapat suatu kaitan yang saling berhubungan seperti hubungan antara menulis dan berbicara.

Hubungan erat antara menulis dan berbicara, memiliki ciri yang sama yaitu produktif dan ekspresif. Kedua keterampilan berbahasa ini harus memperhatikan komponen yang sama seperti kosa kata. Perbedaannya dalam


(45)

menulis merupakan komunikasi tidak langsung dan berbicara merupakan komunikasi langsung.

Sri Pamungkas (2012: 57) mengemukakan keterampilan menulis ialah keterampilan berbahasa selain berbicara, membaca, mendengarkan, dan menyimak. Menulis dimaksudkan sebuah bentuk cara berkomunikasi dengan menggunakan media. Keterampilan menulis melalui latihan intensif untuk menghasilkan tulisan yang diinginkan. Sehingga keterampilan menulis harus terus dilakukan karena ide atau pendapat dapat dipahami orang lain dan diterima dengan baik apabila mampu menyampaikan secara tulisan.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan keterampilan menulis puisi adalah suatu kecakapan yang dimiliki untuk mengungkapkan pikiran melalui bahasa tulis yaitu kata-kata indah sehingga menjadi rangkaian bunyi yang merdu.

B.Media Musik Berlirik 1. Media

a. Pengertian Media

Azhar Arshad (2011: 3) mengemukakan secara etimologis kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti „tengah‟,

„perantara‟ dan „pengantar‟. Hal ini selaras dengan pendapat Arief S. Sadiman

(2006: 7) mengungkapkan “media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat


(46)

merangsang pikiran, perasan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.”

Main Sufanti (2010: 62) mengungkapkan media merupakan sesuatu yang mengantarkan pesan kepada penerima. Artinya memperjelas pesan yang akan disampaikan kepada penerima pesan. Media dapat dikatakan sebagai perantara pesan.

Media tersebut dipilih agar menjadi perantara pesan dalam proses belajar mengajar dari sumber informasi kepada menerima informasi agar terjadi proses belajar yang kondusif. Kata media sering dikaitkan dengan alat peraga. Ada yang beranggapan bahwa media dan alat peraga sama, sehingga satu benda terkadang disebut media tetapi ada juga yang disebut alat peraga. Sebenarnya perbedaan antara keduanya terletak pada fungsi.

Edgar Dale (dalam Azhar Arsyad, 2011: 11) menjelaskan penggunaan media dalam proses belajar berdasarkan jenjang pengalaman yang didapat siswa saat belajar. Kerucut pengalaman tersebut mengatur secara baik tingkat pengalaman belajar secara berurutan berdasarkan tingkat kongkret dan tingkat abstrak. Pengalaman langsung (konkret) di letakkan pada dasar kerucut dan menjadi semakin ke pucuk pengalaman abstrak (benda tiruan).


(47)

Gambar 2. Kerucut Pengalaman Edgar Dale (Dale‟s cone of experience) (Azhar Arsyad, 2011: 11)

Tingkatan kerucut pengalaman di atas menggambarkan adanya kemungkinan mudah tidaknya suatu informasi dapat terserap oleh siswa. Sehingga dapat dikatakan bahwa informasi yang disampaikan diterima dan sedikit yang dapat diserap siswa, sedangkan penyampaian informasi yang dilakukan berdasarkan pengalaman langsung akan lebih mudah diterima dan lebih banyak diserap oleh siswa. Oleh karena itu, keterampilan menulis puisi dengan media pembelajaran diharapkan siswa memperoleh pengalaman langsung. Musik yang dimanfaatkan sebagai media di dalam pembelajaran tergolong sebagai pengalaman langsung karena siswa secara langsung mendengarkan musik yang diputarkan di dalam kelas. Media yang digunakan akan melibatkan siswa secara langsung akan mudah diserap siswa. Pengalaman langsung termasuk pengalaman yang bersifat konkret.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan media adalah segala sesuatu digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasan, perhatian dan minat serta

Abstrak


(48)

perhatian siswa. Media digunakan untuk melibatkan siswa secara langsung sehingga akan mudah terserap oleh siswa.

b. Fungsi Media

Arief S. Sadiman (2006: 17) mengemukakan manfaat media sebagai berikut.

1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).

2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.

3) Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik.

4) Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri.

Azhar Arsyad (2011: 15) mengemukakan salah satu fungsi media adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang disusun dan dirancang oleh guru.

Munadi (Main Sufanti, 2010: 64) mengemukakan fungsi media pembelajaran, yaitu: 1) media pembelajaran sebagai sumber belajar, 2) fungsi semantik, 3) fungsi manipulatif, 4) fungsi psikologis, dan 5) fungsi sosio-kultural. Dari kelima fungsi tersebut dijabarkan sebagai berikut.

1) Media Pembelajaran sebagai Sumber Belajar

Media berfungsi sebagai sumber belajar. Sumber belajar dapat dipahami sebagai macam sumber yang ada di luar diri siswa dan memungkinkan atau mempermudah siswa belajar.


(49)

2) Fungsi Semantik

Media berfungsi membantu siswa untuk memahami makna kata/bahasa yang digunakan sehingga makna kata/bahasa mendapat penafsiran yang benar.

3) Fungsi Manipulatif

Media berfungsi membantu siswa memahami obyek yang dibatasi kemampuan inderawi.

4) Fungsi Psikologis

Media berfungsi mampu mendorong, mengaktifkan, dan menggerakkan siswa secara sadar untuk secara aktif di dalam pembelajaran.

5) Fungsi Sosio-Kultural

Media berfungsi membantu siswa mengatasi perbedaan persepsi siswa sehingga diharapkan menimbulkan rangsangan berpikir yang sama.

Dari manfaat media di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan media mempunyai fungsi sebagai alat bantu, maka proses belajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Karena efisiensi waktu, siswa dapat cepat terfokus, materi mudah diserap, sehingga memicu daya imajinasi dan rasa ingin tahu yang tinggi sehingga dapat menarik perhatian dari siswa.

c. Jenis Media

Sri Anita (dalam Main Sufanti, 2010: 68) mengemukakan media pembelajaran dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: 1) media visual, 2) media audio, dan 3) media audiovisual.


(50)

1) Media Visual

Media visual diterima peserta didik dengan indera penglihatan. Media visual terdiri dari media visual yang tidak diproyeksikan dan media visual yang diproyeksikan.

a) Media Visual yang Tidak Diproyeksikan

Media yang mudah dibuat guru, seperti: bagan, grafik, gambar, dan poster.

b) Media Visual yang Diproyeksikan

Media yang memerlukan alat untuk memproyeksikan yaitu layar dan proyektor, seperti: OHP, slide proyektor, dan LCD.

2) Media Audio

Media audio diterima peserta didik dengan indera pendengar. Media audio dapat digunakan di kelas meliputi: casssete tape recorder, MP3/MP4, radio, handphone, dan komputer.

3) Media Audiovisual

Media audiovisual diterima peserta didik untuk dilihat dan didengar. Media ini meliputi: film bersuara, televisi, video.

Leshin, Pollock & Reigeluth (dalam Azhar Arsyad, 2011: 36) mengklarifikasikan media menjadi lima jenis, yaitu: 1) media berbasis manusia 2) media berbasis catak, 3) media berbasis visual, 4) media berbasis audio-visual, dan 5) media berbasis komputer. Media ini mempunyai peran dan fungsi yang berbeda.


(51)

Berdasarkan beberapa jenis media di atas, dapat disimpulkan bahwa media dibagi menjadi tiga yaitu, media visual, audio dan audiovisual. Media yang digunakan termasuk dalam kategori media audio. Media untuk selajutnya penulis lebih fokus pada media audio berupa musik berlirik MP3/MP4 dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu menulis puisi.

2. Media Musik Berlirik a. Pengertian Musik

Musik merupakan bunyi yang diterima oleh seseorang yang berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya, dan selera seseorang (Fathur Rasyid, 2010:13).

Nugroho (dalam Yeni Rachmawati, 2005:15) mendefinisikan musik adalah suara atau bunyi-bunyian yang diatur menjadi sesuatu yang menarik dan menyenangkan. Musik dikenal sebagai sesuatu yang terdiri atas nada dan ritme yang mengalun secara teratur.

Yeni Rachmawati (2005:15) mendefinisikan musik sebagai suara atau bunyi-bunyian yang mengalun secara teratur menjadi nada-nada, irama, dan melodi yang harmoni yang menarik dan menyenangkan bagi pendengarnya. Khan (dalam Yeni Rachmawati, 2005:15) mendefinisikan musik sebagai harmoni nada-nada yang bisa didengar.

Campbell (2002: 12) mengemukakan musik adalah bahasa yang mengandung unsur-unsur universal, bahasa yang melintasi batas-batas usia, jenis kelamin, ras, agama, dan kebangsaan. Artinya musik dapat digunakan


(52)

dalam mengembangkan bahasa dengan memperhatikan batasan-batasan yang ada. Unsur-unsur universal ini yang menjadikan musik lebih bermakna.

Djohan (2009: 32) mengemukakan musik adalah produk pikiran. Jadi musik memiliki stimulus untuk menghasilkan suatu ide atau gagasan dalam pikiran menjadi sebuah tulisan. Melalui musik, pikiran akan menghasilkan ide-ide baru dan menghasilkan suatu hasil karya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan musik merupakan suara atau bunyi-bunyian yang diatur menjadi nada-nada, irama, dan melodi yang harmoni dalam bentuk bahasa universal pikiran yang menarik dan menyenangkan bagi pendengarnya.

b. Unsur Musik

Ari KPIN (2008: 31) mengemukakan unsur musik meliputi melodi, irama, harmoni, tempo, pola irama dan ekspresi. Unsur tersebut diatur dalam sistem pengaturan not yang disebut notasi. Hal ini menunjukkan bahwa musik yang dimanfaatkan di dalam kelas saat pembelajaran dapat meningkatkan semangat siswa. Aaron Copland (dalam Pono Banoe, 2013: 10) mengemukakan musik mempunyai 4 unsuk yaitu: melodi, ritme, harmoni, dan tone colour (warna nada).

AT. Mahmud (1995: 8) mengemukakan definisi unsur pokok musik yaitu: irama, melodi, dan harmoni. Unsur yang paling dekat dengan kebudayaan manusia ialah irama. Dalam kehidupan sehari-hari, irama selalu dipakai, selalu terdengar, dan diungkapkan. Dalam berbahasa, berbicara, orang selalu memakai irama, aksen, dan dinamik. Lebih lanjut dijelaskan bahwa musik


(53)

adalah media untuk mencurahkan pikir dan rasa, dan alat untuk berkomunikasi. Hal ini dikarenakan musik tidak terpisahkan dari kehidupan manusia yang menciptakannya.Rien Safrina (2002: 62) mengemukakan dalam memperoleh pemahaman yang bermakna, unsur-unsur musik diberikan melalui kegiatan pengalaman musik. Rien Safrina membagi unsur-unsur musik menjadi lima, yaitu: 1) irama, 2) melodi, 3) harmoni, 4) bentuk atau struktur musik, dan 5) ekspresi. Sehubungan dengan unsur-unsur di atas dijabarkan sebagai berikut.

1) Irama

Irama dalam musik tercipta dari sekelompok bunyi dan diam. 2) Melodi

Melodi tersusun atas rangkaian nada yang didengar secara berurutan serta berirama, dan mengungkapkan suatu gagasan pikiran dan perasaan.

3) Harmoni

Harmoni atau paduan nada tersusun atas gabungan dua nada atau lebih yang tinggi nadanya berbeda tetapi didengar serentak.

4) Bentuk atau Struktur Musik

Bentuk komposisi sebagai hasil karya musik seperti bentuk lagu. 5) Ekspresi

Ekspresi menyatakan perasaan dengan mengadakan perubahan volume atau keras lunaknya suara, perubahan tempo atau kecepatan, dan perubahan gaya, untuk menafsirkan sebuah lagu atau komposisi.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur- unsur musik terdiri dari enam pokok yang menjadi acuan. Hal ini akan memberikan


(54)

pengertian dan pengalaman siswa yang bermakna dalam menghayati unsur-unsur musik itu dalam sebuah lagu.

c. Fungsi Musik

Sheppard (2007: 115) mengemukakan fungsi musik yaitu dapat mengubah bentuk otak anak, meningkatkan kemampuan berbahasa, mengembangkan fungsi mental, menstimulasi gerakan dan mengembangkan kemampuan koordinasi fisik serta pengendaliannya, mengembangkan kemampuan daya ingat untuk proses belajar dan penyampaian informasi, membantu dalam memahami matematika dan ilmu pengetahuan, mengajarkan keterampilan sosial yang hebat, membantu siswa bekerja bersama, membantu kesejahteraan emosional dan kesehatan, dan meningkatkan ekspresi diri artistik dan kreativitas.

John M. Ortiz (2002: 97) mengemukakan fungsi musik di samping meningkatkan perhatian dan koordinasi mereka, pengunaan suara dan musik untuk melengkapi kegiatan lain secara sadar akan membantu anak-anak anda membangun citra diri yang sehat dan percaya diri, dengan menimbulkan keberanian untuk mengungkapkan diri, mengembangkan improvisasi imajinatif, dan kepekaan akan struktur yang ritmis. Pendapat di atas artinya usia berapa pun maka musik yang didengar atau dimainkan merupakan perpanjangan diri siswa. Siswa dapat mengembangkan ide-ide dari pikirannya menjadi hasil karyanya.

Lebih lanjut Campbell (2002: 220) mengemukakan musik berfungsi pula sebagai latar belakang dalam sejumlah ruang kelas untuk meredam


(55)

bunyi-bunyi industri atau lalu lintas, dan musik dapat digunakan secara berhasil untuk menimbulkan kegairahan, melepaskan stres sebelum ujian, dan untuk memperkuat pokok bahasan.

Ari KPIN (2008: 30) mengemukakan “musik berfungsi sebagai aktivitas universal yang menjadi suatu kebutuhan bagi kehidupan manusia.” Artinya musik sebagai prioritas di dalam kehidupan karena musik bagian dari aktivitas yang berlangsung. Oleh karena itu, musik erat kaitannya dengan kelangsungan suatu kehidupan.

Sheppard (2007: 3) mengemukakan “musik berfungsi sebagai bahasa yang kita bawa sejak lahir, yang memungkinkan kita belajar berkomunikasi, dan pada akhirnya berbicara dengan bahasa ibu.” Artinya musik dapat mengembangkan kemampuan bahasa siswa sejak lahir sehingga interpretasi musik merupakan cara otak menerima pembicaraan. Pada kondisi ini siswa dapat berkembang dengan baik.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan fungsi musik tersebut dalam kesehariannya perlu mendapatkan rangsangan agar perkembangan otak menjadi maksimal, meningkatkan perhatian, siswa dapat membangun citra diri dengan percaya diri, mengembangkan improvisasi imajinatif, kepekaan akan struktur yang ritmis, sebagai latar belakang dalam sejumlah ruang kelas, menimbulkan kegairahan, melepas stres, memperkuat pokok bahasan, membangkitkan kekuatan dalam jiwa dan membentuk watak. Musik mendorong gerak pikir dan rasa untuk mengungkapkan diri, sehingga musik


(56)

yang digunakan dalam pembelajaran menulis puisi dapat memberikan kebermaknaan bagi siswa dalam memahami sebuah puisi.

d. Manfaat Musik

John M. Ortiz (2002: 81) mengemukakan manfaat musik dapat menjadi stimulan yang sehat dan aman, yaitu: 1) bisa diulang kembali, 2) alamiah, 3) waktunya tertentu, 4) bisa diprogram, 5) sangat banyak jenisnya, 6) tanpa prasangka, 7) selalu optimis, 8) menyegarkan, 9) sepenuhnya ada dalam kendali, dan 10) menjadi teman baik. Hal ini menjadi alasan penggunaan musik. Seringnya seseorang mendengarkan lagu yang membangkitan semangat, baik musik yang berlirik maupun instrumental maka pesan yang dibawa lagu tersebut dan getarannya akan sama.

AT. Mahmud (1995: 9) mengemukakan bahwa manfaat musik, yaitu: mendorong gerak pikir dan rasa, membangkitkan kekuatan dalam jiwa manusia: dan membentuk watak. Artinya manfaat musik bagi siswa adalah memudahkan kerja jasmaniah, mendorong pikir dan rasa, menguatkan jiwa manusia, serta membentuk watak. Musik dalam hal ini musik berlirik memberikan dampak yang nyata.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa musik memiliki banyak manfaat membangkitkan kekuatan dalam jiwa manusia. Melihat begitu banyak manfaat musik tersebut siswa dalam kesehariannya perlu mendapatkan rangsangan agar terstimulus dan dapat digunakan untuk melakukan kegiatan. e. Musik Berlirik


(57)

John M. Ortiz (2002: 81) mengemukakan sebanyak apapun seseorang mendengarkan lagu yang membangkitan semangat, baik musik yang berlirik maupun instrumental maka pesan yang dibawa lagu tersebut dan getarannya akan sama.

Sedangkan Anton M. Moeliono (dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990: 968) mengungkapkan “lirik artinya karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, susunan kata sebuah nyanyian.”

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan musik berlirik merupakan musik yang mempunyai lirik, mengandung pesan yang berupa curahan perasaan, susunan kata sebuah nyanyian dan kisahan sehingga seseorang yang mendengarkan lagu tersebut akan membangkitkan semangat menulis puisi.

2) Aplikasi Musik Berlirik Lagu Anak dalam Puisi

Anton M. Moeliono (dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990: 486) mengungkapkan lagu artinya ragam suara yang berirama dalam bercakap, bernyanyi, membaca dan sebagainya. Lagu juga diartikan nyayi, nyayian, ragam nyanyi, tingkah laku, cara, dan lagak. Artinya lagu anak-anak merupakan ragam nyanyi maupun suara yang mempunyai irama sehingga diiringi instrumen musik yang isi liriknya adalah kisahan tentang pengalaman, kejadian, suasana yang dialami oleh siswa.

John M. Ortiz (2002: 81) mengemukakan musik berlirik mengandung ungkapan musik yang dapat diberikan lewat lagu anak yang umum didengar siswa. Lirik atau syair lagu bercerita tentang ungkapan pembuat


(58)

lagu tersebut. Pemilihan kata yang digunakan dalam syair lagu biasanya mengandung kata puitis. Sehingga lagu anak dapat diberikan kepada anak untuk mengekspresikan menulis puisi.

Burhan Nurgiantoro (2005: 27) mengemukakan puisi anak dapat berupa puisi-puisi lirik lagu anak tradisional, lirik lagu naik delman. Syair lagu tidak lain adalah puisi. Sehingga, lagu dapat disebut sebagai puisi yang dilagukan, atau puisi lagu. Puisi lagu adalah termasuk puisi anak, karena mengandung berbagai unsur keindahan, khususunya keindahan bentuk kebahasaan.

NAIK DELMAN

Pada hari Minggu kuturut ayah ke kota Naik delman Istimewa kududuk di muka

Kududuk samping Pak Kusir yang sedang bekerja Mengendali kuda supaya baik jalannya

Hai... tuk tikitak tik tuk tikitak tik tuk Tukitak suara sepatu kuda

Tuk tikitak tik tuk

Puisi lagu di atas memperlihatkan penggunaan bahasa untuk memperoleh dan menekankan unsur rima dan irama. lirik dari lagu anak jika dilagukan akan terlihat peran rima dan irama sehingga muncul unsur puitisnya. Jadi memperkenalkan lirik yang dilagukan itu pada dasarnya memperkenalkan dan sekaligus membawa siswa ke dalam dunia puisi.


(59)

Pengalaman musik dilakukan melalui penghayatan suatu lagu. Penghayatan lagu tersebut melalui kegiatan mendengarkan, bernyayi, bermain musik, bergerak mengikuti musik, membaca musik, sehingga siswa mendapat gambaran menyeluruh tentang ungkapan lagu tersebut. Pengalaman musik dengan pengamatan yang sadar akan mendorong siswa untuk menciptakan karya secara kreatif di dalam ingatan siswa. Jadi untuk menggiatkan kreativitas tersebut siswa diberi pengalaman musik yang banyak lebih dahulu, terutama melalui kegiatan mendengarkan musik berlirik lagu anak.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa musik berlirik sebagai pengiring di kelas diharapkan menimbulkan kegairahan menulis dan meningkatkan kreativitas. Musik berlirik yang digunakan adalah lagu anak-anak. Lagu anak-anak dipilih karena mengandung kisahan/lirik lagu yang dapat membangkitkan semangat siswa dalam menulis.

3. Langkah-Langkah Pembelajaran Menggunakan Media Musik Berlirik Ari KPIN (2008: 31) mengemukakan unsur musik meliputi melodi, irama, harmoni, tempo, pola irama dan ekspresi. Unsur tersebut diatur dalam sistem pengaturan not yang disebut notasi. Hal ini menunjukkan bahwa musik yang dimanfaatkan di dalam kelas saat pembelajaran dapat meningkatkan semangat siswa, sehingga di dalam pembelajaran harus memperhatikan unsur-unsur tersebut.

Sheppard (2007: 73) mengemukakan musik sering dipakai sebagai alat untuk mengungkapkan kembali ingatan yang terpendam dipikiran, bertindak sebagai rangsang untuk merangsang pola aktivitas saraf yang tidak sering


(60)

dipakai. Media musik dipakai untuk memunculkan ide-ide kreatif pada saat proses pembelajaran berlangsung, khususnya pembelajaran menulis puisi. Misalnya ketika tema puisi yang disajikan memiliki alur gembira, maka musik yang dipilih adalah musik yang senang juga, sehingga menciptakan kesan yang kuat terhadap ide yang muncul. Kesan yang diterima siswa akan tertanam kuat dalam ingatan siswa sehingga mereka dapat dengan mudah menuangkan bahan menulis puisi. Kondisi yang seperti ini sependapat dengan Philip, bahwa musik mampu membantu mengingatkan hal-hal penting seperti poin-poin penting pada materi pembelajaran menulis puisi.

Musik berlirik dipilih sebagai media dalam menulis puisi sebab memiliki nilai yang baik. Musik mampu memberikan rasa senang bagi pendengar dan lirik lagunya memberikan kisahan yang dapat dijadikan sarana menstimulasi adanya ide dari pikiran siswa. Dipilihnya musik sebagai media pembelajaran karena musik mempunyai ciri khas yaitu mengibur dan membuat senang siswa. Kondisi tersebut membuat siswa mendapatkan efek kemudahan dalam menyelesaikan menulis puisi. Jadi dalam menulis puisi setiap tahap harus direncanakan terlebih dahulu agar unsur pembangun puisi disetiap bagian-bagian dalam puisi dapat terjaga kepaduannya, orisinalitas, dan kesinambungan.

Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan musik berlirik yang dapat digunakan untuk membantu proses pembelajaran adalah musik anak yaitu lagu anak-anak. Musik berlirik digunakan pada saat proses kegiatan menulis puisi berlangsung sebagai musik iringan. Musik berlirik berupa lagu anak-anak.


(61)

Musik berlirik diputar menggunakan program Windows Media Player yang ada pada laptop dan disambungkan dengan speaker.

Langkah-langkah pembelajaran dijabarkan seperti yang diungkapkan Heru Kurniawan (2014: 52) seperti berikut.

a. Persiapan

1) Guru menentukan model konteks yang digunakan 2) Guru menentukan tema menulis puisi

b. Ungkapan dan Pembaitan

1) Siswa merangkai diksi yang ditemukan menjadi kalimat yang akan menjadi baris-baris yang dibaitkan dalam puisi.

2) Guru memperhatikan aspek irama-bunyi yang digunakan siswa. c. Pesan

1) Siswa menuliskan pesan yang ingin disampaikan dalam puisi yang ditulis.

d. Presentasi

1) Siswa melakukan imajinasi tentang tema puisi. e. Latihan

1) Siswa menulis hasil temuan kata yang sudah ditulis menjadi ungkapan pembaitan puisi.

f. Performence

1) Guru mengapresisasi melalui performence. 2) Siswa maju membacakan puisi.


(62)

Langkah pembelajaran di atas kemudian dikembangkan peneliti menjadi langkah-langkah berikut ini.

a. Persiapan

1) Guru menentukan tema dan program media yang akan diputar. Kegiatan yang dilakukan adalah memilih musik berlirik yang akan dijadikan musik iringan dalam menulis puisi.

2) Memberikan penjelasan kepada siswa tentang tema dan tujuan yang hendak dicapai dari program tersebut. Guru memberikan penjelasan tujuan penggunaan musik iringan yaitu musik berlirik selama proses pembelajaran berlangsung, agar siswa menjadi tenang dan dapat memunculkan ide kreatif.

3) Mengecek dan menjelaskan kepada siswa tentang peralatan yang digunakan.

4) Meletakkan laptop dan speaker pada tempat yang memungkinkan semua siswa dapat mendengarkan dengan baik.

5) Mengatur tata letak tempat duduk siswa sehingga guru dapat mengawasi. b. Pelaksanaan

1) Siswa berada di tempat duduk sehingga perhatian siswa tercurah pada sajian program.

2) Dimungkinkan bagi guru untuk dapat menghentikan sementara peralatan laptop dan speaker, untuk menjelaskan hal-hal yang perlu penekanan. 3) Siswa menulis hasil temuan kata yang sudah ditulis menjadi ungkapan


(63)

4) Guru mengapresisasi melalui performence. 5) Siswa maju membacakan puisi.

c. Tindak Lanjut

1) Mendiskusikan isi program

2) Memberikan balikan terhadapat program.

C.Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Slameto (2003: 25) mengemukakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar seseorang ada lima, yaitu: 1) minat, 2) kecerdasan, 3) bakat, 4) motivasi, 5) kemampuan kognitif, 6) perhatian dan 7) keaktifan.

1) Minat

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan suatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin besar minat.

2) Kecerdasan

Kecerdasan atau intelegensi adalah properti dari pikiran yang mencakup banyak kemampuan mental yang terkait, seperti kapasitas untuk berpikir, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan dan bahasa, dan belajar.


(64)

3) Bakat

Bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Hampir tidak ada yang membantah, bahwa belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha itu.

4) Motivasi

Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi untuk belajar adalah kondisisi psikologis yang mendorong seorang untuk belajar. Penemuan-penemuan penelitian menunjukan bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika motivasi untuk belajar bertambah.

5) Kemampuan Kognitif

Orang menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari masa lampau atau berdasarkan kesempatan yang diperoleh di masa lampau.

6) Perhatian

Perhatian terhadap belajar akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut.

7) Keaktifan

Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri. Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan. Mulai dari kegiatan fisik yang berupa membaca,


(65)

menulis, mendengarkan, berlatih keteramapilan hingga kegiatan psikis seperti memecahkan masalah, menyimpulkan hasil percobaan, membandingkan satu konsep dengan konsep yang lain.

Berdasarkan pendapat di atas, dalam penelitian ini peneliti memilih aspek motivasi, perhatian, dan keaktifan sebagai faktor yang mempengaruhi belajar khususnya pembelajaran menulis puisi dalam observasi tindak belajar.

D.Karakteristik Siswa Kelas V SD

Karakteristik siswa menjadi salah satu dasar yang harus diperhatikan guru dalam mengembangkan suatu pembelajaran. Apabila seorang guru memahami karakter siswa maka akan dapat menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien, bermakna, menyenangkan dan nantinya pemahaman konsep siswa akan meningkat. Siswa memiliki karakteristik tertentu yang sifatnya khusus dan unik. Secara umum karakteristik siswa dapat dibedakan menjadi karakteristik yang berkaitan dengan aspek fisik dan psikis yang keduanya saling mempengaruhi satu sama lain. Siswa Sekolah Dasar (SD) ditandai dengan karakter fisik yang senantiasa mengalami perkembangan. Oleh karena itu, salah satu fungsi pembelajaran di SD untuk membantu siswa mencapai perkembangan yang lebih optimal. Sedangkan dalam segi psikis, perkembangan siswa dapat dilihat dari perkembangan aspek kognitif atau intelektualnya. Hal ini selaras dengan pendapat Syamsu Yusuf LN bahwa pada masa usia sekolah dasar sering disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Pada umur 6 atau 7 tahun anak memasuki sekolah dasar (Syamsu Yusuf LN, 2007: 24).


(66)

Karakteristik siswa kelas V SD berkaitan dengan kreativitas. Ketika proses belajar sangat penting meningkatkan kemampuan kreativitas dan kerjasama diantara siswa. Keativitas siswa akan berkembang dengan baik dan tepat, apabila siswa diberikan motivasi untuk melakukan kegiatan. Hal ini selaras dengan pendapat Anik Pamilu (2008: 97) mengemukakan bahwa “upaya untuk menumbuhkembangkan kreativitas, berarti upaya mengoptimalkan belahan otak kanan.” Artinya sejak kecil sampai dewasa otak kiri lebih terasah daripada otak kanan. Oleh karena itu, guru dapat mengoptimalkan otak kanan anak agar dapat digunakan secara maksimal.

Syamsu Yusuf LN (2004: 24) mengemukakan karakteristik anak SD kelas tinggi yaitu kira-kira umur 9 atau 10 sampai umur 12 atau 13 tahun (kelas 4, 5, dan 6) adalah sebagai berikut.

1. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.

2. Amat realistik, ingin mengetahui, ingin belajar.

3. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal daan mata pelajaran khusus, yang oleh para ahli yang mengikuti teori faktor ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor (bakat-bakat khusus).

4. Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas unur ini pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya.

5. Pada masa ini, anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah.

6. Anak-anak pada usia ini gemar membentuk kelompok sebaya biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Dalam permainan itu biasanya anak tidak lagi terikat kepada peraturan permainan yang tradisional (yang sudah ada), mereka membuat peraturan sendiri.

Masa usia SD ini menjadi tahapan penting untuk kesuksesan perkembangan selanjutnya. Jadi seorang guru dituntut untuk benar-benar


(67)

mamahami karakteristik siswa sekolah dasar, dapat menerapkan pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa tersebut. Berdasarkan karakteristik siswa kelas V SD, maka seorang guru dituntut untuk mengembangkan sistem pengajarannya, agar tidak menyimpang dari prinsip-prinsip psikologi yang ada. Fakta ini menjadi alasan yang kuat mengapa sistem pembelajaran yang dikembangkan guru diharap dapat melayani kebutuhan siswa dan pengajaran itu benar-benar menjadi menarik dan mempunyai makna bagi siswa.

Syaiful Bahri Djamarah (2002: 91) mengemukakan bahwa karakteristik anak SD, yaitu.

a. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehri-hari yang konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.

b. Amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar.

c. Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus, yang oleh para ahli ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor.

d. Sampai kira-kira unur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya.

e. Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Di dalam permainan ini biasanya anak tidak lagi terikat pada aturan permainan yang tradisional mereka membuat peraturan sendiri.

Berdasarkan sifat anak seperti dikemukakan di atas, maka pada saat umur siswa antara 7 sampai dengan 12 tahun termasuk dalam tahap perkembangan intelektual. Anak sudah dapat berfikir atau mencapai hubungan antarkesan yang logis serta membuat keputusan tentang apa yang dihubung-hubungkannya secara logis.

Hurlock (1980: 148) mengemukakan masa anak-anak, yaitu.

Akhir masa kanak-kanak seringkali disebut usia bermain oleh ahli psikologi, bukan karena terdapat lebih banyak waktu untuk bermain


(1)

249 Gambar 7. Peneliti membantu

menyiapkan media yang digunakan

Gambar 8. Peneliti membantu jalannya proses pembelajaran

Gambar 9. Observer membantu pengamatan observasi kegiatan siswa

Gambar 10. Laptop dan loud speaker untuk memutar musik berlirik

Gambar 11. Buku petunjuk penggunaan media musik berlirik


(2)

250


(3)

(4)

252 Lampiran 15. Surat Keterangan Izin Penelitian


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR DAN VIDEO PADA SISWA KELAS VA SD Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Menggunakan Media Gambar dan Video Pada Siswa Kelas VA SD Muhammadiyah 22 Sruni Surakarta Tahun 2015/2016.

0 3 13

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR DAN VIDEO PADA SISWA KELAS VA SD Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Menggunakan Media Gambar dan Video Pada Siswa Kelas VA SD Muhammadiyah 22 Sruni Surakarta Tahun 2015/2016.

0 2 17

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI TEKNIK UNGKAPAN KREATIF PADA SISWA KELAS V Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Melalui Teknik Ungkapan Kreatif Pada Siswa Kelas V SD Negeri Kartasura 06 Tahun 2011/2012.

0 2 15

Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Melalui Media Gambar Pada Siswa Kelas V SD Kanisius Kurmosari 02 Semarang.

0 0 1

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI POGUNG KIDUL MLATI SLEMAN.

3 48 159

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI DI KELAS V SD NEGERI KOWANGBINANGUN KALASAN MENGGUNKAN MEDIA KOMIK.

0 0 195

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SISWA KELAS V SD NEGERI SURYODININGRATAN 2, YOGYAKARTA.

0 7 165

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SISWA KELAS III SD NEGERI WONOSARI IV KABUPATEN GUNUNGKIDUL.

1 2 191

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI BEBAS MENGGUNAKAN MODEL QUANTUM TEACHING SISWA KELAS V SD NEGERI KARANGGAYAM PLERET BANTUL.

9 39 182

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI BRONGGANG KECAMATAN CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN.

4 28 178