vi
19. Advokasi adalah layanan teknologi dalam bentuk saran-saran dan memberi
pertimbangan kepada mitrapengguna tentang penerapan, pemilihan, penggunaan suatu teknologi atau metodologi; proaktif melakukan langkahupaya untuk
merekomendasikan gagasan kepada mitrapengguna tentang penerapan, pemilihan, penggunaan suatu teknologi atau metodologi.
20. Alih Teknologi adalah layanan teknologi dalam bentuk pengalihan kemampuan
memanfaatkan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi antar lembaga, badan, atau orang, baik yang berada di lingkungan dalam negeri maupun yang
berasal dari luar negeri ke dalam negeri dan sebaliknya.
21. Konsultansi adalah layanan teknologi dalam hal memberikan suatu petunjuk,
pertimbangan, pendapat atau nasihat dalam penerapan, pemilihan, penggunaan suatu teknologi atau metodologi yang didapatkan melalui pertukaran pikiran untuk
mendapatkan suatu kesimpulan yang sebaik-baiknya.
22. Referensi Teknis adalah layanan teknologi dalam bentuk referensi teknis
merupakan suatu hasil studi multidimensi yang sistematis tentang suatu bidang tertentu yang menjadi acuanreferensi secara umum atau khusus.
23. Audit Teknologi adalah layanan teknologi yang merupakan verifikasi dan klarifikasi
terhadap suatu teknologi yang sudah digunakan oleh industriinstansi masyarakat terhadap suatu standar yang telah ditetapkan.
24. Jasa Operasi adalah layanan teknologi yang berupa jasa operasi berdasarkan
permintaan dalam rangka sertifikasi dan standardisasi yang dilakukan dengan kontrak atau kerjasama atau swakelola yang mengandung nilai tambah dalam bentuk
dana, sharing budget, kerjasama kegiatan inkindincash pada unit kerja yang melaksanakan dan dilaksanakan sesuai dengan perundang-undangan dan peraturan
yang berlaku.
25. Pengujian adalah layanan teknologi dalam bentuk pengujian berdasarkan
permintaan dalam rangka sertifikasi dan standardisasi yang dilakukan dengan Kontrak atau Kerjasama atau swakelola yang mengandung nilai tambah dalam
bentuk dana, sharing budget, kerjasama kegiatan inkindincash pada unit kerja yang melaksanakan dan dilaksanakan sesuai dengan perundang-undangan dan peraturan
yang berlaku.
vii
26. Survei adalah layanan teknologi berupa pengamatan langsung di lapangan atau
observasi atau inspeksi berdasarkan permintaan dalam rangka pembuktian fakta, mendapatkan data kinerja dan operasional, dan pengujian suatu pernyataan.
27. PPBT Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi adalah layanan teknologi yang
merupakan suatu hasil dari inkubator teknologi sehingga bisa menghasilkan perusahaan-perusahaan pemula yang berbasis teknologi.
1
BAB 1 PENDAHULUAN
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun RPJPN 2005 – 2025 adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional periode 20 dua puluh tahun
terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025, ditetapkan dengan maksud memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa pemerintah,
masyarakat, dan dunia usaha di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati bersama sehingga seluruh
upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif, dan saling melengkapi satu dengan lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak.
Dalam RPJPN 2005 – 2025 disebutkan bahwa persaingan yang makin tinggi pada masa yang akan datang menuntut peningkatan penguasaan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan teknologi Iptek dalam rangka menghadapi perkembangan global menuju ekonomi berbasis pengetahuan. Dalam rangka meningkatkan kemampuan dan
penerapan Iptek nasional, tantangan yang dihadapi adalah perlu adanya peningkatan kontribusi Iptek untuk memenuhi hajat hidup bangsa; menciptakan rasa aman;
memenuhi kebutuhan kesehatan dasar, energi, dan pangan; memperkuat sinergi kebijakan Iptek dengan kebijakan sektor lain; mengembangkan budaya Iptek di kalangan
masyarakat; meningkatkan komitmen bangsa terhadap pengembangan Iptek; mengatasi degradasi fungsi lingkungan; mengantisipasi dan menanggulangi bencana alam; serta
meningkatkan ketersediaan dan kualitas sumber daya Iptek, baik SDM, sarana dan prasarana, maupun pembiayaan Iptek.
Kondisi saat ini menunjukkan, bahwa p
enguasaan dan pemanfaatan teknologi mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berbagai hasil penelitian, kerekayasaan dan
pengembangan teknologi telah dimanfaatkan oleh kelompok industri dan masyarakat. Meskipun demikian, kemampuan teknologi secara nasional dalam penguasaan dan
penerapan teknologi dinilai masih belum memadai untuk meningkatkan daya saing bangsa. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh masih rendahnya sumbangan teknologi
terhadap sektor produksi nasional, belum efektifnya mekanisme intermediasi, lemahnya sinergi kebijakan, belum berkembangnya budaya Iptek di masyarakat, dan terbatasnya
sumber daya Iptek.
2
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT merupakan lembaga pemerintah yang berfungsi sebagai sumber dan infrastruktur teknologi nasional yang
diperlukan untuk mendorong perkembangan dan daya saing perekonomian nasional. Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari BPPT, Deputi Bidang Pengembangan
Sumberdaya Alam, perlu membuat suatu rencana strategis untuk menjamin bahwa tugas pokok dan fungsi serta peran deputi bidang TPSA dapat dilaksanakan dengan baik, serta
dapat mendukung kebijakan BPPT serta Kebijakan pembangunan nasional secara keseluruhan. Rencana Strategis tahun 2015-2019 ini, juga merupakan turunan dari
Rencana Strategis BPPT tahun 2015 - 2019. Rencana strategis ini juga nantinya digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Strategis Pusat dan Balai yang ada
di Deputi Bidang TPSA.
1.1. Kondisi Umum
1.1.1 Global
Kondisi geoekonomi global saat ini dan ke depan akan merupakan tantangan sekaligus peluang bagi perekonomian Indonesia dalam lima tahun ke depan. Tantangan
dan peluang terkait dengan peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi antara lain adalah:
• Pusat ekonomi dunia ke depan diperkirakan akan bergeser terutama dari kawasan Eropa-Amerika ke kawasan Asia Pasifik.
• Harga komoditas secara umum diperkirakan menurun, namun harga produk manufaktur dalam tren meningkat.
• Implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA 2015 yang akan dimulai tanggal 31 Desember 2015.
Kebijakan di bidang ekonomi perlu diarahkan untuk meningkatkan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi dengan titik berat pada transformasi industri yang berkelanjutan,
sehingga perekonomian Indonesia akan berbasis kepada nilai tambah ekonomi yang lebih tinggi. Perkiraan pelemahan harga komoditas di pasar internasional menjadi tantangan
penting bagi Indonesia untuk segera menggeser struktur ekspor Indonesia ke arah produk manufaktur. Sementara itu, peningkatan jaringan rantai suplai global dan regional
pun perlu dimanfaatkan oleh Indonesia melalui kebijakan kondusif, yang dapat membuka peluang yang lebih besar bagi pengusaha domestik termasuk usaha kecil dan menengah
untuk berpartisipasi dan menjadi bagian dalam rantai suplai internasional.
3
Peningkatan daya saing perekonomian Indonesia menjadi hal utama yang perlu menjadi perhatian. Titik berat peningkatan daya saing perekonomian perlu diarahkan
pada peningkatan infrastruktur dan ketersediaan energi, peningkatan iklim investasi dan iklim usaha, serta tata kelola birokrasi yang lebih efiisien. Peningkatan daya saing
perekonomian ini perlu didukung oleh kebijakan pemerintah daerah yang kondusif, yang tidak menciptakan rente ekonomi maupun ekonomi biaya tinggi. Peningkatan
infrastruktur akan dititikberatkan pada upaya untuk meningkatkan konektivitas nasional, sehingga integrasi domestik ini akan meningkatkan efisiensi ekonomi dan kelancaran
arus barang dan jasa antar wilayah di Indonesia.
1.1.2 Nasional
Dalam menghadapi kondisi lingkungan strategis dan berbagai tantangan tersebut di atas, Indonesia saat ini masih mengadapi berbagai kendala. Posisi daya saing
Indonesia jika diukur dengan indeks daya saing global Global Competitiveness Index – GCI berdasarkan laporan World Economic Forum pada tahun 2014-2015 meningkat dari
peringkat 54 pada tahun 2009-2010 menjadi peringkat 34 pada tahun 2014-2015. Tetapi peringkat daya saing ini lebih rendah dibandingkan Malaysia 20, Thailand 31, Brunei
Darussalam 26 dan lebih tinggi dibandingkan Vietnam 68, Filipina 52, Kamboja 95 dan Timor-Leste 136 seperti dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Peringkat Daya Saing Indonesia Gambar 2. Skor 12 Pilar Daya Saing
Indonesia 2014-2015
4
Peningkatan daya saing tersebut merupakan resultan dari kinerja berbagai pilar yang menjadi penopangnya, yang meliputi 12 pilar, yaitu: Institusi, Infrastruktur,
Lingkungan Ekonomi Makro, Kesehatan dan Pendidikan Dasar, Pendidikan Tinggi dan Pelatihan, Efisiensi Pasar Barang, Efisiensi Pasar Tenaga Kerja, Pasar Finansial, Kesiapan
Teknologis, Ukuran Pasar, Kecanggihan Bisnis, dan Inovasi Gambar 2.
Diantara pilar-pilar daya saing tersebut, terdapat tiga 3 pilar yang berkaitan langsung dengan daya dukung teknologi, yaitu:
1
Kesiapan Teknologi dengan indikator: Keberadaan Teknologi Terbaru, Tingkat Dayaserap Teknologi Perusahaan, PMA dan Transfer Teknologi, Pengguna Internet,
Pita Lebar Internet, Pelanggan Telpon Gerak100 Penduduk;
2
Kecanggihan Bisnis dengan indikator: Kuantitas Pemasok Lokal, Kualitas Pemasok Lokal, Pengembangan Klaster Negara, Sifat Keunggulan Kompetitif, Kepanjangan
Rantai Nilai, Pengendalian Distribusi Internasional, Kecanggihan Proses Produksi, Keluasan Pemasaran, Kesediaan Untuk Mendelegasikan Wewenang; dan
3
Inovasi dengan indikator: Kapasitas Inovasi, Kualitas Lembaga Penelitian Ilmiah, Belanja Litbang Perusahaan, Kolaborasi Litbang Universitas-Industri, Pengadaan
Pemerintah untuk Produk Teknologi Maju, Ketersediaan Ilmuwan dan Insinyur, Utilitas Paten Per Sejuta Penduduk.
Dari 12 pilar daya saing tersebut, pilar Kesiapan Teknologi, Efisiensi Pasar Tenaga Kerja dan pilar Inovasi merupakan pilar dengan nilai terendah nilai Kesiapan Teknologi
3,6, Efisiensi Pasar Tenaga Kerja 3,8 sedangkan Inovasi 3,9 dari skala 1-7 dibandingkan dengan sembilan pilar lainnya, seperti dapat dilihat pada Gambar 2. Hal ini
mencerminkan bahwa iptek belum berperan secara signifikan dalam meningkatkan daya saing Indonesia.Hal ini mencerminkan bahwa iptek belum berperan secara signifikan
dalam meningkatkan daya saing Indonesia. Kemampuan teknologi secara nasional dalam penguasaan dan penerapan teknologi dinilai masih belum memadai untuk meningkatkan
daya saing bangsa. Hal ini telah mengakibatkan ongkos untuk menghasilkan suatu produk menjadi mahal, serta kualitas barang serta inovasi produk yang dihasilkan sangat
terbatas sehingga daya saing usaha tidak seperti yang diharapkan.
5
1.1.3. Pencapaian Periode 2010-2014
Kondisi saat ini menunjukkan, bahwa penguasaan dan pemanfaatan teknologi mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berbagai hasil penelitian, kerekayasaan dan
pengembangan teknologi telah dimanfaatkan oleh kelompok industri dan masyarakat. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, BPPT telah berperan dalam 13 bidang
fokus bidang iptek dalam kegiatan penelitian, pengembangan dan kerekayasaan. Dalam 13 bidang tersebut, BPPT memiliki peran yang sentral dalam pengembangan iptek yang
disamping memiliki manfaat ekonomi yang tinggi, serta dapat mendorong penggunaan sumberdaya secara berkelanjutan, dengan mengembangkan teknologi yang juga bersifat
berkelanjutan. Secara spesifik, Deputi Bidang TPSA memiliki kiprah yang menonjol dalam 3 bidang teknologi yaitu bidang teknologi SDA dan Kelautan, bidang teknologi
Kebencanaan dan bidang teknologi Lingkungan. Dalam bidang teknologi inventarisasi sumberdaya alam, DB TPSA telah berhasil
mengembangkan berbagai teknologi untuk melakukan inventarisasi dan valuasi sumberdaya alam dalam mendukung pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan.
Pengkajian dan penerapannya didukung oleh Teknologi Penginderaan Jauh Remote Sensing, Sistem Informasi Geografi SIG, Sistem Survey Terestrial Terpadu, dan Sistem
Iklim; dilaksanakan melalui pendekatan proses karakterisasi, lalu dilanjutkan dengan proses pemodelan untuk membangun model prediksi, sampai kepada proses akunting
sumberdaya alam. Beberapa produk teknologi telah banyak dimanfaatkan pada berbagai sektor terutama pertanian, kelautan dan perikanan serta kehutanan. Produk unggulan
yang telah dihasilkan antara lain Piranti lunak SIKBES Ikan dengan menggabungkan metoda sistem pakar Knowledge-Based Expert System KBES, penginderaan jarak jauh
serta Sistem Informasi Geografis untuk memberikan data dan informasi strategis mengenai lokasi dan potensi penangkapan ikan yang akurat serta potensinya;
pemanfaatan teknologi hyperspectral remote sensing yang layak terap dan diharapkan dapat memberikan peningkatan yang nyata significant terhadap prediksi hasil panen
tanaman padi sebagai solusi ketahanan pangan dan pertanian masa depan yang mempunyai presisi tinggi precision agriculture; aplikasi teknologi radar cuaca untuk
EWS cuaca dan iklim ekstrim, serta implementasi jaringan data dan informasi sumberdaya alam.
Dalam bidang teknologi mineral, DB TPSA telah mengembangkan berbagai teknologi yang mendorong proses eksplorasi serta pengelolaan sumberdaya lingkungan
6
yang lebih baik. Hal ini ditunjukkan dengandikembangkannya teknologi eksplorasi yang tidak bersifat destruktif, dengan memanfaatkan sifat-sifat mineral tersebut. Teknologi ini
telah terbukti unggul dalam eksplorasi batubara, bijih besi serta mineral lain. Pengembangan teknik-teknik baru dalam pengolahan mineral menjadi bahan setengah
jadi atau bahan jadi juga telah berhasil dilakukan dalam bidang ini yang secara langsung mendukung pelaksanaan Undang Undang No. 4 tahun 2009, tentang Minerba.
Pengembangan teknologi untuk mengurangi dampak kegiatan penambangan tercermin dalam pengembangan teknologi air asam tambang, bioremediasi limbah hidrokarbon,
pengembangan metode untuk prediksi lingkungan sebelum kegiatan penambangan dimulai, dll.
Dalam Bidang pengelolaan sumberdaya lahan, wilayah dan mitigasi bencana, DB TPSA telah melakukan pengkajian dan pengembangan teknologi dibidang rekayasa
bentang lahan, pengelolaan sumberdaya air, pengembangan wilayah dan teknologi mitigasi bencana atau pengurangan risiko bencana.Beberapa produk unggulan yang
dihasilkan dan telah dimanfaatkan pada berbagai stakeholder antara lain:
1. Teknologi pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya lahan gambut yang terdiri dari paket teknologi karakterisasi sumberdaya gambut, penyusunan masterplan pengelolaan, teknologi
pemanfaatan gambut untuk media tanam dan penyuburan lahan kritis. 2. Teknologi Biocyclofarming dan Ameliorasi untuk peningkatan produktivitas bentang lahan
kritis, lahan bekas tambang dan marjinal lainnya, teknologi ini telah memberikan kontribusi secara nasional dengan dibentuknya berbagai kawasan Agro Tekno Park ATP diberbagai
daerah di Indonesia. 3. Teknologi Pengelolaan dan Pengembangan Wilayah Pulau-Pulau Kecil dan Kawasan Pesisir,
teknologi ini berkontribusi pada pengembangan permukiman desa nelayan, teknologi rehabilitasi ekosistem hutan mangrove, dan teknologi pengembangan kawasan waterfront.
4. Teknologi mitigasi bencana dan pengurangan risiko bencana, teknologi yang telah dikembangkan antara lain Sistem Reduksi Risiko Bencana SIRRMA, Sistem Peringatan Dini
Banjir FEWS, Sistem Peringatan Dini Longsor LEWS, dan Rapid Assessment Mitigation Unit RAMU.
Dalam Bidang teknologi lingkungan, DB TPSA telah berhasil mengembangkan Teknologi Tempat Pembuangan Akhir TPA Reusable Sanitary Landfill RSL yang
dilengkapi dengan tiga sarana penunjangnya, yaitu Instalasi Pengolahan Air Lindi, Instalasi Recovery Landfill Gas dan Sistem Jaringan perpipaan untuk air lindi untuk
7
system TPA RSL, serta Sistem Jaringan Perpipaan pengumpulan gas Methan. Penerapan konsep Produksi Bersih tetap dilanjutkan terutama untuk berbagai jenis industry yang
umumnya mempunyai masalah yang berhubungan dengan potensi yang sangat besar dalam pencemaran lingkungan. Untuk Program Teknologi Peningkatan Efisiensi
Pemanfaatan Sumber Daya Air, telah direncanakan optimalisasi pemanfaatan sumber- sumber daya air hujan di daerah-daerah tertinggal yang sangat terbatas potensi sumber
daya air tawarnya. Selain itu juga direncanakan untuk mengaplikasikan teknologi- teknologi pengolahan air yang tepat guna bagi daerah tertinggal dan pengembangan
Sistem Informasi Sumber Daya Air SISDA dan Sistem Teknologi Pengolahan Air SITPA untuk daerah-daerah tertinggal.
Dalam pengembangan teknologi pengelolaan lingkungan, DB TPSA menerapkan pendekatan biologi untuk mendorong diterapkannya teknologi yang secara ekonomi
layak dan secara sosial dapat diterima oleh masyarakat. Pandangan ini selaras dengan semangat undangundang pengelolaan lingkungan yang baru UU N0. 322009, yang
menekankan kepada penerapan kaidah pembangunan berkelanjutan sebagai dasar dari perencanaan dan pelaksanaan pembangunan suatu wilayah. Untuk mendukung
pengembangan teknologi perlindungan kualitas lingkungan, BTL menyediakan kapasitas analisis lingkungan bagi masyarakat luas, serta mengembangkan teknologi remediasi
yang berbasiskan pada pemanfaatan agensia biologi. UPT Hujan Buatan telah melaksanakan penelitian dan pengembangan Iptek yang
terkait dengan Teknologi Modifikasi Cuaca serta melakukan aplikasi teknologi itu sendiri dalam mengatasi permasalahan sumberdaya air di berbagai daerah di Indonesia. TMC
yang dilakukan oleh UPT Hujan Buatan di Indonesia secara operasional telah dilakukan sejak tahun 1979 dengan berbagai tujuan, diantaranya untuk menambah curah hujan
bagi sektor pertanian, untuk pengisian air waduk dalam mendukung pengelolaan PLTA, mengurangi curah hujan untuk mengatasi banjirlongsor, dan untuk mengurangi kabut
asap akibat kebakaran hutan dan lahan. Sampai dengan tahun 2009, penerapan TMC di berbagai daerah di Indonesia sudah dilakukan sekitar 76 kali.
8
Tabel 1. Layanan Teknologi Modifikasi Cuaca di Indonesia
Selain melakukan kegiatan operasional TMC, UPT Hujan Buatan juga terus melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan kinerja TMC
dalam rangka mengoptimalkan hasil untuk kepuasan pihak pengguna. Penelitian dan pengembangan pada periode tahun 1977 – 1985 bertujuan untuk melihat prospek
pemanfaatan sumber daya air atmosfer dan percobaan beberapa bahan dan metode penyemaian awan. Kegiatan penelitian dan pengembangan pada periode 1986 hingga
1999 diarahkan untuk mengetahui sifat karakteristik lapisan dan sifat fisis atmosfer di wilayah ekuator Indonesia pada umumnya. Program penelitian dan pengembangan pada
1999 sampai dengan 2009 lebih difokuskan untuk pengembangan strategiteknik penyemaian, dan pengembangan bahan semai baru, meningkatkan kemampuan membuat
model prakiraan iklim dan cuaca, pengembangan teknik penyemaian awan dengan menara statis Ground Based GeneratorGBG, otomatisasi sistem penyemaian, antisipasi
banjir dan kebakaran hutan dan lahan. Outcomes dari pelaksanaan program penelitian dan pengembangan merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan mutu
dan optimalisasi pelayanan operasional TMC kepada pengguna. Selain penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan sebelumnya, UPT Hujan Buatan juga aktif
9
melakukan kerjasama penelitian yang berkaitan dengan atmosfer, baik dalam skala nasional LAPAN, LIPI, BMG dan berbagai Universitas, maupun dalam skala international
RASC Kyoto University Jepang, NOAA, NASA, dan Atmospheric Incorporated, USA, serta RRRDI-Thailand. Dari serangkaian kerjasama tersebut, dapat dirumuskan rencana untuk
mengembangkan Teknologi Prakiraan Iklim pemodelan, bahan semai baru, otomatisasi yang sangat berperan penting dalam pengembangan TMC. Kemitraan dan keterlibatan
industri dan swasta serta masyarakat selama kurun waktu 2005-2009 tercermin dari kegiatan kerjasama dan MoU antara UPT Hujan Buatan dengan pihak pengguna TMC
seperti dengan PT. INCO yang memiliki konsesi penambangan nikel di Sulawesi Selatan. Dengan Wahana Survei yang ada saat ini Balai Teknologi Survei Kelautan bertekad
menjadi pusat unggulan dalam mewujudkan pelayanan jasa survey, riset dan observasi kelautan melalui pendekatan teknologi yang handal dan tangguh dengan mengutamakan
kualitas, harga yang kompetitif, dan penyerahan hasil kerja yang tepat waktu. Armada Kapal Riset Baruna Jaya yang dikelola oleh Balai TEKSURLA terdiri dari 4 kapal dengan
spesifikasi kapal yang hampir mirip namun berbeda dalam peralatan survei. Pada saat ini peruntukan dan peralatan yang terpasang pada wahana Kapal Riset Baruna Jaya tersebut
adalah: 1. Kapal Riset Baruna Jaya I, di bareboat charter untuk site survey
2. Kapal Riset Baruna Jaya II, terpasang peralatan seismik eksplorasi minyak dan gas lepas pantai.
3. Kapal Riset Baruna Jaya III, terpasang peralatan multi beam laut dalam untuk survey hidro-ocenografi
4. Kapal Riset Baruna Jaya IV, terpasang peralatan multi beam. Kapal Riset Baruna Jaya dapat dimanfaatkan dalam eksplorasi dan pengembangan
potensi kelautan dengan 2 jalur pelayanan jasa yakni : Bare Boat Charter atau Time Charter. Pada 2009 yang lalu layanan jasa survey kelautan yang telah dilaksanakan oleh
Balai Teknologi Survei Kelautan diantaranya adalah: 1. Deployment Ina Buoy TEWS Halmahera, AruNaira maintenance Ina Buoy TEWS
Komodo dan Bathimetri Naira Halmahera, Banda Indonesia Timur 2. Deployment 8 Buoys GITEWS : Java01, Java02, Java03, Java04, Sumatera01,
Sumatera02, Sumatera03, dan Sumatera04
10
3. Mintenace Buoy Halmahera, Aru Komodo dan Bathimetri Halmahera, Sorong1 dan Sorong2
4. Pemasangan Buoy ATLAS-NOAA di SAMUDERA Hidia Barat Aceh 5. Inspeksi TEWS Buoy DART 0N92E Indian Ocean
6. Recovery Buoy GITEWS JAVA 04 di Selatan Jawa Barat 7. Wet Test Ina Buoy TEWS Gen.2 di Perairan Kepulauan Seribu
8. Recovery Ina Buoy TEWS KOMODO di Laut Flores 9. Survey Hidro-ocenografi Mentawai di laut Mentawai, Barat Padang
10. Mintenance Buoy GITEWS: SUM-03, SUM-04 dan Ina Buoy Mentawai di Indian Ocean, Barat Sumatera
11. Survey Hidro-ocenografi WOC di Laut Jawa, Laut Banda dan Maluku 12. Survey Hidro-ocenografi Sea Water Column di Selat Makasar
13. Survey Bathimetri Palu, Manado, maintenance Buoy Halmahera dan Recovery Ina Buoy TEWS Aru dan Komodo di Selat Makasar, Laut Maluku dan Flores Indonesia
Timur. 14. Survei Sesmik di Perairan Utara Madura
15. Survei Geofisika PT.Timah di Perairan Bangka Belitung 16. Survei Seismik untuk Landas Kontinen di Perairan Utara Papua
17. Survei Seismik untuk kajian Pseudo 3D Kerawang di Perairan Laut Jawa Utara Kerawang
18. Survey Eksplorasi Potensi Migas Kerjasama dengan PT. BNE dan PT. Elnusa diselat Makasar
19. Survey Seismik Laut Dalam untuk Landas Kontinen Perairan Barat Aceh Indonesia, Kerjasama dengan Bakosurtanal.
Disamping itu hasil dari layanan jasa ini juga dipergunakan untuk mendukung kegiatan pemeliharaan dan perawatan seluruh armada Kapal Riset Baruna Jaya siap layar dengan
menerapkan K3L Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan, atau dikenal juga dengan istilah HSE Health, Safety and Environment
Dalam rangka meningkatkan daya saing dalam pelayanan teknologi akusisi seismik laut demi terwujudnya kemandirian nasional dalam bidang eksplorasi migas lepas pantai
Balai Teknologi Survei Kelautan telah melakukan Pengembangan Teknologi Eksplorasi Migas Lepas pantai, dengan tujuan utama adalah mewujudkan kemandirian nasional
11
dalam bidang survey seismik lepas pantai untuk eksplorasi minyak dan gas. Selain itu juga tujuannya adalah membangun dan mengembangkan kemampuan sumberdaya
nasional SDM dan Peraltan dalam bidang eksplorasi seismik lepas pantai. Salah satu kegitan yang telah dilakukan adalah kajian survei seimik 2D untuk pengolahan data
pseudo 3D. Melakukan survey seismik 2D untuk kajian teknologi seismik pseudo 3D dalam rangka meningkatkan akurasi eksplorasi seismik migas lepas pantai
1.2. Potensi dan Permasalahan
Potensi dan permasalahan di lingkungan DB TPSA dilakukan dengan melakukan identifikasi dan analisis lingkungan berpengaruh berupa analisis Kekuatan, Kelemahan,
Peluang, dan Ancaman Kekepan serta dilengkapi dengan kondisi lingkungan berpengaruh tingkat Nasional dan Internasional. Analisis Kekepan dan lingkungan
berpengaruh tersebut seperti dirinci dibawah ini:
1.2.1. Potensi
Potensi berupa kekuatan yang dimiliki oleh kedeputian bidang TPSA yang meliputi sumberdaya manusia, fasilitas sarana dan prasarana meliputi hal-hal sebagai berikut:
1 TPSA memiliki SDM unggul dengan tingkat pendidikan yang tinggi dari berbagai disiplin ilmu dan bidang keahlian.
2 DB TPSA memiliki infrastruktur antara lain : laboratoria dan Workshop Teknologi Sistem Kebumian GEOSTECHdi Kawasan Puspiptek Serpong, berbagai macam pilot
plant terkait dengan teknologi pengelolaan Sumberdaya Alam, armada pesawat terbang untuk pelayanan Teknologi Modifikasi Cuaca, dan Armada Kapal Riset
Baruna Jaya I-IV yang memiliki peralatan yang lengkap dan canggih untuk melakukan inovasi dan pelayanan teknologi kemaritiman.
3 TPSA sebagai bagian dari BPPT menggunakan sistem dan tata kerja kerekayasaan yang bercirikan team work, well structured and well documented di dalam
pelaksanaan program dan kegiatannya. 4 TPSA memiliki tingkat kepercayaan dari pengguna daerah, instansi pemerintah dan
swasta yang tinggi terhadap produk dan layanan jasa TPSA. 5 Hubungan yang tidak birokratif antara pimpinan dan staf yang mendorong adanya
keterbukaan informasi serta peningkatan kinerja unit dan personal.
12
Sedangkan potensi berupa peluang yang dapat dimanfaatkan oleh TPSA meliputi hal-hal sebagai berikut:
1
Adanya Program Prioritas Nasional dalam Buku I dan Program Prioritas Bidang dalam Buku II RPJMN 2010-2014 yang dikoordinir Menko, Departemen Teknis,
Kementerian, LPNK dan BUMN yang memerlukan keterlibatan BPPT sesuai dengan kompetensi dan tupoksinya.
2
Adanya kebijakan pada industri untuk meningkatkan kandungan teknologi dalam negeri dalam rangka meningkatkan daya saing dan kemandirian.
3
Meningkatnya permintaan terhadap produk dan jasa layanan teknologi BPPT oleh pihak pengguna dunia usaha, masyarakat dan pemerintahpemda.
4
Perubahan ekonomi internasional menuju era ekonomi berbasis pengetahuan knowledge-based economy yang menuntut penguatan pengetahuan dan
kemampuan inovasi sebagai elemen kunci keberhasilan.
5
Adanya kebutuhan untuk peningkatan kapasitas iptek nasional, dan kemandirian serta daya saing bangsa pada 13 bidang teknologi.
6
Adanya otonomi daerah yang mendorong permintaan teknologi untuk UMKM dan daya saing daerah
7
Tuntutan peran BPPT pada pola kerja jejaring networking dalam beragam aktivitas produktif, baik di sektor publik dan bisnis, maupun dalam masyarakat secara umum.
1.2.2. Permasalahan
Permasalahan berupa kelemahan yang dimiliki oleh kedeputian TPSA yang perlu di perhatikan dalam melaksanakan programkegiatan, antara lain:
1.
Rendahnya komitmen kerja dan kurangnya motivasi SDM pada beberapa unit kerja.
2.
Pendekatan pelaksanaan kerja di BPPT masih individual yang belum sesuai dengan Sistem Tata Kerja Kerekayasaan.
3.
Rendahnya technopreneurship SDM BPPT sehingga kurang memperhatikan aspek keekonomian dan komersialisasi produk.
4.
Tingginya kesenjangan komposisi usia pegawai TPSA.
5.
Reward dan punishment belum diterapkan secara memadai
6.
Program dan kegiatan TPSA dan BPPT masih bersifat inward looking dan belum berorientasi pada kebutuhan dan permintaan penggunamarket dunia usaha
masyarakat.
13
7.
Koordinasi, komunikasi dan kerjasama internal TPSA masihlemah.
8.
Kepemilikan HKI TPSA masih relatif rendah.
9.
Produk teknologi dan jasa layanan TPSA belum dikenal luasakibat kurangnya sosialisasi dan promosi.
10.
Hubungan TPSA dengan instansi lain termasuk industry belum berdasarkan pada inisiatifkebutuhan TPSA dan masih didasarkan pada kebutuhan mereka.
11.
Hasil-hasil litbangyasa TPSA belum dikelola dengan baik. Permasalahan berupa ancaman yang mungkin muncul dalam pelaksanaan
programkegiatan, antara lain: 1. Terjadinya brain drain yang dapat mengurangi keunggulan BPPT
2. Anggaran yang tersedia terbatas, tidak fleksibel, tidak dapat dilaksanakan secara multi years sehingga membatasi pengembangan program di TPSA.
3. Industri belum menggunakan jasa layanan teknologi TPSA karena ketergantungan mereka terhadap principal nya.
4. Globalisasi menuntut agar BPPT mampu berhadapan dengan pesaing dari LN dan DN. 5. Kontribusi teknologi terhadap perekonomian nasional belum diukur dengan jelas
sehingga terkesan BPPT belum banyak berperan dalam kancah pembangunan nasional.
6. Koordinasi dan harmonisasi pada tataran regulasikebijakan, antar institusi, program sangat lemah.
7. Meningkatnya kompetitor asing pada bidang litbangyasa sehingga memperlemah peran dan fungsi BPPT.
8. Peraturan perundangan yang turut menghambat, seperti kelemahan sistem keuangan PNBP sangat berpotensi menurunkan daya saing DB TPSA dalam memberikan
pelayanan teknologi. Permasalahan terkait dengan bidang-bidang di kedeputian TPSA, secara umum
antara lain: 1.
Di
bidang teknologi sumber daya alam dan kelautan, layanan jasa teknologi survey laut sangat penting dalam mendukung program-program di bidang kemaritiman.
Survei maupun data surface digunakan instansi atau mitra terkait untuk pengkajian studi iklim global maupun regional, serta dapat dimanfaatkan sebagai data dalam
mendukung penangkapan ikan-ikan pelagis di sekitar lokasi. Selain itu juga dapat digunakan untuk prediksi dan pemantauan perubahan iklim, prediksi fenomena El-
14
NinoLa-Nina, peringatan dini cuaca ekstrem badai tropisanomaly cuaca di wilayah benua maritime Indonesia.
2.
Di
bidang teknologi kebencanaan, ancaman kekeringan yang disertai dengan realita lapangan bahwa telah terjadi penurunan jumlah cadangan air pada waduk-waduk
PLTA di Indonesia, dan perlunya penanganan darurat dalam menghadapi bencana seperti bencana asap akibat kebakaran lahan dan hutan, serta bencana banjir, perlu
dilakukan modifikasi terhadap cuaca. 3. Di bidang teknologi lingkungan, sasaran nasional berupa perbaikan mutu lingkungan
hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tampung
lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
15
BAB 2 VISI , MISI DAN TUJUAN
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai lembaga pemerintah non kementerian, maka BPPT mempunyai kewenangan: penyusunan rencana nasional secara
makro yaitu: 1 Perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang pengkajian dan penerapan teknologi; dan 2 Pemberian rekomendasi penerapan teknologi dan
pelaksanaan audit teknologi. Berdasarkan kondisi umum, potensi dan permasalahan yang akan dihadapi ke
depan sebagaimana telah dijelaskan pada Bab I sebelumnya, maka BPPT telah menetapkan visi dan misi BPPT yang akan dicapai melalui pencapaian tujuan dan
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan RPJMN 2015-2019. Kedeputian TPSA mendukung penuh VIsi, Misi dan Tujuan tersebut kedalam program dan kegiatan di Bidang Teknologi
Pengembangan Sumberdaya Alam yang meliputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan serta Bidang Kebencanaan.
2.1 Visi
Dalam rangka pencapaian Pembangunan Jangka Menengah khususnya untuk periode 2015-2019 maka Kedeputian Bidang TPSA mendukung visi lembaga BPPT yaitu :
“Pusat Unggulan Teknologi yang Mengutamakan Inovasi Dan Layanan Teknologi untuk Mewujudkan Daya Saing Industri dan Kemandirian Bangsa”.
2.2 Misi
Upaya - upaya yang dilaksanakan untuk mewujudkan visi BPPT tersebut dilaksanakan melalui enam misi, yaitu:
1. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan Inovasi dan Layanan Teknologi dibidang Energi,Informasi dan Material
2. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan Inovasi dan Layanan Teknologi dibidang Transportasi, Maritim, Hankam, Permesinan, Industri
Kimia 3. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan Inovasi dan
Layanan Teknologi dibidang Pangan dan Pertanian, Obat dan Kesehatan
16
4. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan Inovasi dan Layanan Teknologi dibidang Sumber Daya Alam dan Kelautan,
Lingkungan,dan Kebencanaan
5. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan Inovasi dan Layanan Teknologi dibidang Sistim Inovasi untuk Pembangunan Taman Sainsdan
Tekno,dan Inkubasi Teknologi. 6. Melaksanakan tatakelola pemerintahan yang baik melalui reformasi birokrasi dalam
rangka mewujudkan inovasi dan layanan teknologi.
Dari keenam misi tersebut. Kedeputian TPSA bertanggung jawab untuk melaksanakan misi nomor 4, yaitu :
Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan Inovasi dan Layanan Teknologi di bidang Sumber Daya Alam dan Kelautan, Lingkungan,
dan Kebencanaan
2.3 Tujuan
Dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi No. 4 BPPT serta berdasarkan TUPOKSI yang di emban oleh kedeputian TPSA, maka tujuan program TPSA
tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut : 1.
Peningkatan daya saing industri melalui inovasi dan layanan teknologi di bidang sumberdaya alam dan kelautan.
2. Peningkatan kemandirian bangsa melalui inovasi dan layanan teknologi di bidang
kebencanaan dan lingkungan.
2.4 Sasaran
Mengacu kepada Sasaran Strategis BPPT Tahun 2015-2019 yang merupakan penjabaran lebih detail dari Tujuan BPPT dengan indikator dan target yang terukur. Maka
Sasaran Strategis yang menjadi tugas TPSA 2015-2019 yang akan dicapai adalah :
Tujuan Program-1 : Peningkatan daya saing industri melalui inovasi dan layanan teknologi di bidang sumberdaya alam dan kelautan, mempunyai Sasaran Program-
1 sebagai berikut: Terbangun dan termanfaatkannya Kawasan Inovasi Teknologi Maritim Nasional di Kab. PPU Kaltim
17
Indikator Kinerja Sasaran Program-1 adalah sebagai berikut :
Jumlah kawasan inovasi teknologi maritim nasional.
Target: 1 kawasan inovasi teknologi maritim di Kab. PPU Kaltim
Tujuan Program-2 : Peningkatan kemandirian bangsa melalui inovasi dan layanan teknologi di bidang kebencanaan dan lingkungan, mempunyai Sasaran Program-2
sebagai berikut: Menurunnya indeks risiko bencana di tingkat propinsi.
Indikator Kinerja Sasaran Program-2 adalah sebagai berikut :
Jumlah propinsi yang menurun indeks resiko bencana nya.
Target: 10 propinsi.
2.5 Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan dalam matrik rencana pembangunan jangka menengah 2015-2019 yang akan dilaksanakan BPPT dan direncanakan akan memberikan outcome dan impact
pada jangka menengah seperti yang dicantumkan dalam dokumen RENSTRA 2015-2019 BPPT, yaitu melakukan inovasi dan layanan teknologi pada bidang-bidang teknologi
seperti pada penjelasan di bawah ini.
Kegiatan 1 : Pengkajian dan Penerapan Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam
Sasaran : • Inovasi dan Layanan Teknologi Eksplorasi Sumberdaya Alam
• Inovasi dan Layanan Teknologi Eksplorasi Sumberdaya Kebumian • Inovasi dan Layanan Teknologi Eksplorasi Sumberdaya Kelautan
Kegiatan 2 : Pengkajian dan Penerapan Teknologi Sumberdaya Mineral
Sasaran : • Inovasi dan Layanan Teknologi Peningkatan Nilai Tambah Mineral dan
Batubara
Kegiatan 3 : Pengkajian dan Penerapan Teknologi Survey Kelautan
Sasaran : • Pengembangan Sarana dan Prasarana Survei Kelautan
• Layanan Jasa Teknologi Survei Kelautan PNBP • Layanan Perkantoran
18
Kegiatan 4 : Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan
Sasaran : • Inovasi dan Layanan Kerekayasaan Teknologi Hijau Dalam Rangka
Pembangunan Rendah Karbon • Inovasi dan Layanan Teknologi inovasi Teknologi Pengukuran dan Estimasi
Emisi Karbon Indonesia
Kegiatan 5 : Pengkajian dan Penerapan Teknologi Rekayasa Remediasi Lingkungan
Sasaran : • Aplikasi fitoteknologi Untuk Mitigasi Lahan Rawan Bencana di Lingkungan
Tambang Inovasi Teknologi Pengelolan Sumberdaya Air Berkelanjutan • Layanan Jas Teknologi Rekayasa Remediasi Lingkungan PNBP
•
Layanan Perkantoran
Kegiatan 6 : Pengkajian dan Penerapan Teknologi Reduksi Risiko Bencana
Sasaran : • Inovasi dan Layanan Teknologi Instrumentasi Kebencanaan Mandiri
Kegiatan 7 : Pengkajian dan Penerapan Teknologi Modifikasi Cuaca
Sasaran : • Layanan Jasa Teknologi Modifikasi Cuaca PNBP
• Inovasi dan Layanan Mitigasi Bencana Meteorologi Bertaraf Internasional • Layanan Perkantoran
• Belanja Pegawai dan Perawatan
19
BAB 3 ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI,
KERANGKA REGULASI DAN KELEMBAGAAN
Dalam rangka mewujudkan Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, maka dalam RPJMN 2015-2019
telah dirumuskan sembilan agenda prioritas dalam pemerintahan ke depan. Kesembilan agenda prioritas itu disebut NAWA CITA. Agenda Prioritas tersebut yaitu: 1.
Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara. 2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan
membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya. 3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa
dalam kerangka negara kesatuan. 4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan
terpercaya. 5. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia. 6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga
bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya. 7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis
ekonomi domestik. 8. Melakukan revolusi karakter bangsa. 9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
Berdasarkan sasaran pokok Pembangunan Nasional yang sesuai dengan visi pembangunan “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong Royong”, maka pembangunan nasional 2015-2019 akan diarahkan untuk mencapai sasaran utama yang mencakup: 1. Sasaran Makro; 2. Sasaran
Pembangunan Manusia dan Masyarakat: 3. Sasaran Pembangunan Sektor Unggulan; 4. Sasaran Dimensi Pemerataan; 5. Sasaran Pembangunan Wilayah dan Antarwilayah; 6.
Sasaran Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan. Mengacu pada sasaran utama serta analisis yang hendak dicapai serta
mempertimbangkan lingkungan strategis dan tantangan-tantangan yang akan dihadapi bangsa Indonesia ke depan, maka arah kebijakan umum pembangunan nasional 2015-
2019 adalah:
20
1. Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan.
Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan berkelanjutan merupakan landasan utama untuk mempersiapkan Indonesia lepas dari posisi sebagai negara
berpendapatan menengah menjadi negara maju. Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan ditandai dengan terjadinya transformasi ekonomi melalui penguatan
pertanian, perikanan dan pertambangan, berkembangnya industri manufaktur di berbagai wilayah, modernisasi sektor jasa, penguasaan iptek dan berkembangnya
inovasi, terjaganya kesinambungan fiskal, meningkatnya daya saing produk ekspor non-migas terutama produk manufaktur dan jasa, meningkatnya daya saing dan
peranan usaha mikro, kecil dan menengah UMKM dan koperasi, serta meningkatnya ketersediaan lapangan kerja dan kesempatan kerja yang berkualitas.
2. Meningkatkan Pengelolaan dan Nilai Tambah Sumber Daya Alam SDA yang Berkelanjutan. Arah kebijakan peningkatan pengelolaan dan nilai tambah SDA
adalah dengan meningkatkan kapasitas produksi melalui peningkatan produktivitas dan perluasan areal pertanian, meningkatkan daya saing dan nilai tambah komoditi
pertanian dan perikanan, meningkatkan produktivitas sumber daya hutan, mengoptimalkan nilai tambah dalam pemanfaatan sumber daya mineral dan
tambang lainnya, meningkatkan produksi dan ragam bauran sumber daya energi, meningkatkan efisiensi dan pemerataan dalam pemanfaatan energi, mengembangkan
ekonomi kelautan yang terintegrasi antarsektor dan antarwilayah, dan meningkatnya efektivitas pengelolaan dan pemanfaatan keragaman hayati Indonesia yang sangat
kaya.
3. Mempercepat Pembangunan