RENSTRA TPSA 2015 2019 (Maret 2015)

(1)

Renstra TPSA

2015-2019

DEPUTI BIDANG TEKNOLOGI PENGEMBANGAN SUMBERDAYA ALAM

BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI

JAKARTA, MARET 2015


(2)

RENSTRA TPSA

Tahun 2015-2019

DEPUTI BIDANG TEKNOLOGI PENGEMBANGAN SUMBERDAYA ALAM

BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI


(3)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga Renstra Kedeputian TPSA 2015-2019 dapat tersusun sesuai rencana, dengan semangat “Kita Sukseskan RPJMN 2015-2019 melalui Inovasi dan Layanan Teknologi di Bidang Pengembangan Sumberdaya Alam”.

Renstra TPSA 2015-2019 disusun mengacu kepada RENSTRA BPPT 2015-2019 yang berdasarkan atas RPJMN 2015-2019 (Keppres 2 Tahun 2015) baik penyesuaian terhadap Buku 1 (Agenda Pembangunan Nasional) maupun Buku 2 (Agenda Pembangunan Bidang) serta Quick Wins. Renstra Kedeputian TPSA terdiri dari 5 bab yaitu pada Bab Pertama tentang kondisi umum, potensi dan permasalahan di Kedeputian TPSA, adapun pada Bab Kedua tentang visi dan misi, tujuan dan sasaran strategis Kedeputian TPSA yang diturunkan dari visi dan misi, tujuan dan sasaran strategis BPPT, serta hubungan antara visi, misi, tujuan dengan sasaran strategis serta indikator kinerjanya. Pada Bab Ketiga tentang arah dan kebijakan strategi tingkat nasional, tingkat BPPT dan tingkat Kedeputian TPSA, serta Kerangka Regulasi dan Kelembagaan, sedangkan pada Bab Empat berisi tentang Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan dan terakhir Bab Kelima merupakan Penutup. Lampiran sebagai bagian tidak terpisahkan berisi Lampiran Matrik Kinerja dan Pendanaan Kedeputian TPSA dan Lampiran Kerangka Regulasi. Renstra Kedeputian TPSA 2015-2019 akan menjadi Acuan dalam penyusunan Arsitektur dan Informasi Kinerja (ADIK), Rencana Kinerja Tahunan (RKT) dan Rencana Kerja TPSA (Renja K/L) serta Rencana Kerja dan Anggaran TPSA (RKA K/L).

Sebagai akhir kata, dalam rangka pencapaian visi dan misi BPPT, maka pemantauan dan reviu capaian target kinerja yang dilaksanakan Kedeputian TPSA akan selalu dilakukan dan selalu terbuka untuk perbaikan dan penyempurnaan dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan situasi serta kemajuan Iptek yang berkembang pesat. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Renstra Kedeputian TPSA Tahun 2015-2019.


(4)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

ISTILAH DAN PENJELASAN DALAM DOKUMEN INI iii BAB 1 PENDAHULUAN 1 1.1. Kondisi Umum ... 2

1.1.1 Global ... 2

1.1.2 Nasional ... 3

1.2. Potensi dan Permasalahan ... 11

BAB 2 VISI , MISI DAN TUJUAN 15 2.1 Visi ... 15

2.2 Misi ... 15

2.3 Tujuan ... 16

2.4 Sasaran Strategis ... 16

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KELEMBAGAAN 19 3.1 Arah Kebijakan dan Strategi Nasional ... 22

3.2. Arah Kebijakan dan Strategi BPPT ... 27

3.3 Kerangka Kelembagaan ... 31

BAB 4 TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN 37 4.1 Target Kinerja ... 37

4.2 Kerangka Pendanaan ... 43

BAB 5 PENUTUP 46 LAMPIRAN-LAMPIRAN 47 Lampiran 1. Matriks Kinerja Dan Pendanaan BPPT 2015-2019 ... 48

Lampiran 2. Penjelasan Umum ... 54


(5)

iii

ISTILAH DAN PENJELASAN DALAM DOKUMEN INI

Dalam Rancangan Teknokratis Renstra TPSA 2015 - 2019 ini, yang dimaksud dengan: 1. Pusat Unggulan Teknologi adalah suatu lembaga yang mengoptimalkan potensi

sumber daya iptek yang tersedia sehingga menjadi pusat kegiatan litbangyasa unggulan nasional ataupun hasil kegiatan litbang di pusat tersebut dapat langsung menjadi solusi dari persoalan yang dihadapi saat ini.

2. Inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, penerapan, dan perekayasaan, yang bertujuan untuk menghasilkan produk atau proses produksi baru yang komersial atau, dipakai oleh masyarakat luas. Adapun untuk inovasi di BPPT yaitu diantaranya yaitu prototipe, pilot plant, pilot project.

3. Layanan Teknologi adalah hasil perekayasaan teknologi yang dihasilkan dalam bentuk produk barang maupun jasa yang dapat dimanfaatkan. Adapun layanan teknologi BPPT adalah rekomendasi, advokasi, alih teknologi, konsultansi, referensi teknis, audit teknologi, jasa operasi, pengujian, survei, serta PPBT (perusahaan pemula berbasis teknologi).

4. Proposisi Nilai (Value Proposition) BPPT adalah manfaat dari layanan teknologi yang ditawarkan kepada pemangku kepentingan (stakeholder) melalui mekanisme kerjasama yang saling menguntungkan yang dapat meningkatkan daya saing produk dan kemandirian bangsa serta adanya teknologi canggih atau baru yang dapat menjadikan produk berupa barang atau jasa lebih unggul dari yang lain [Carla O'Dell & Grayson C. Jackson].

5. Kemandirian Bangsa adalah nilai proposisi BPPT yang ditawarkan sehingga menyebabkan peningkatan kandungan lokal (TKDN), adanya peningkatan ekspor dan atau subtitusi impor, menghasilkan inovasi, penguasaan, kemampuan teknologi, serta tumbuhnya ketahanan dan keamanan nasional serta tumbuhnya perekonomian daerah/nasional.

6. Daya Saing adalah nilai proposisi BPPT yang ditawarkan kepada pemangku kepentingan sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan potensi di industri, daerah, nasional, dapat mendorong peningkatan pangsa pasar dan pengguna, dapat menghasikan produk/proses yang unik/khas, lebih murah dan unggul, serta dapat menghasilkan nilai tambah suatu potensi/produk/proses.


(6)

iv 7. Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

8. Technology of State of the Art adalah nilai proposisi BPPT yang ditawarkan terhadap penggunaan dengan adanya teknologi/metodologi baru dan teknologi mutakhir di nasional/dunia.

9. Peran BPPT adalah upaya yang dilakukan BPPT untuk menjadikan layanan teknologi yang didifusikan dan dikomersialisasikan menjadi bermafaat dan berkelanjutan. Adapun peran-peran tersebut yaitu pengkajian, intermediasi, solusi, clearing house,

audit teknologi.

10. Pengkajian Teknologi adalah peran memberikan hasil kajian studi multidimensi yang sistematis tentang suatu teknologi untuk menghasilkan pemahaman tentang tingkat kesiapan/kematangan suatu teknologi (TRL-Technology Readiness Level), perkiraan nilai (value) dari suatu teknologi sebagai suatu aset intelektual (knowIedge/intelIectual asset) beserta peluang dan tantangan/risikonya, perkiraan dampak teknologi yang telah diterapkan/jika (yang akan) diterapkan, dan/atau implikasi strategi/kebijakan atau advis/rekomendasi kebijakan pada tataran organisasional ataupun publik.

11. Intermediasi Teknologi adalah peran yang menjembatani antara sistem litbangyasa dengan sistem industri atau pemerintah (pusat dan daerah), dalam rangka untuk meningkatkan produktifitas dan daya saing serta peningkatan kualitas, dalam hal ini yaitu memberikan fasilitas hubungan, keterkaitan, jejaring, kemitraan antara dua pihak atau lebih. Intermediasi juga menjembatani berbagai pihak terkait dengan kepentingan tertentu (dalam konteks teknologi, serta memberikan delivery access

bagi industri, instansi pusat/pemda/masyarakat untuk memanfaatkan sumberdaya Iptek dari BPPT/ Lembaga Iptek lainnya dari Dalam dan Luar Negeri.

12. Solusi Teknologi adalah peran yang memberikan advis teknologi, memfasilitasi atau mengimplementasikan penerapan teknologi dan memberikan pelayanan teknis di bidang teknologi, serta melaksanakan pembinaan teknologi.

13. Technology Clearing House (TCH) adalah peran yang memfasilitasi pertukaran informasi, keahlian dan/atau produk teknologi tertentu, juga berperan melakukan "clearance test” bagi teknologi otoritas atau pendukung dalam menyatakan bahwa


(7)

v

suatu teknologi "laik/layak" atau tidak untuk diterapkan di Indonesia atau untuk konteks tertentu di Indonesia.

14. Audit Teknologi adalah peran memberikan verifikasi dan klarifikasi serta penilaian terhadap suatu teknologi yang sudah digunakan oleh industri/instansi/masyarakat terhadap suatu standar yang telah ditetapkan, dapat juga diartikan memberikan hasil studi audit yang sistematis dengan prosedur legal terstandar untuk mengevaluasi, membandingkan dan/atau memeriksa suatu teknologi atau suatu penerapan teknologi terhadap (berdasarkan) standar atau ketentuan persyaratan/kriteria tertentu. Audit teknologi bisa bersifat voluntary (sukarela) atau mandatory (wajib). 15. Prototipe adalah layanan teknologi dalam bentuk purwarupa pertama dari satu

objek yang direncanakan dibuat dalam satu proses produksi, mewakili bentuk dan dimensi dari objek yang diwakilinya dan digunakan untuk objek penelitian dan pengembangan lebih lanjut. Kriteria dari prototipe : a) Bentuk awal dari objek yang akan diproduksi dalam jumlah banyak; b) Prototipe dibuat berdasarkan pesanan untuk tujuan komersialisasi; c) Belum pernah dibuat sebelumnya; d) Merupakan hasil penelitian dan pengembangan dari objek atau sistem yang direncanakan akan dibuat; e) Mudah dipahami dan dianalisis untuk pengembangan lebih lanjut.

16. Pilot Plant adalah layanan teknologi dalam bentuk pabrik dalam skala kecil dengan kapasitas 10% dari pabrik pada skala normal dan merupakan implementasi dari desain yang dibuat terdahulu. Pilot plant tidak cukup untuk skala ekonomi namun hanya digunakan untuk beberapa tahun untuk mendapatkan data kinerja dan operasionalnya.

17. Pilot Project adalah layanan teknologi dalam bentuk proyek percontohan yang dirancang sebagai pengujian atau percobaan (trial) dalam rangka untuk menunjukkan keefektifan suatu pelaksanaan program, mengetahui dampak pelaksanaan program dan keekonomisannya.

18. Rekomendasi adalah layanan teknologi berupa masukan dan atau penyampaian pandangan dalam bentuk saran secara tertulis kepada pihak yang membutuhkan atau yang menjadi tujuan hasil kerekayasaan BPPT. Kriteria dari rekomendasi yaitu adanya permasalahan yang perlu dipecahkan; tindakan-tindakan yang perlu dilakukan; alternatif-alternatif yang harus dipilih; sumber sumber daya yang harus dimanfaatkan; data dan informasi yang harus diolah untuk dimanfaatkan; serta memberikan dampak yang lebih baik (efektif dan efisien).


(8)

vi 19. Advokasi adalah layanan teknologi dalam bentuk saran-saran dan memberi pertimbangan kepada mitra/pengguna tentang penerapan, pemilihan, penggunaan suatu teknologi atau metodologi; proaktif melakukan langkah/upaya untuk merekomendasikan gagasan kepada mitra/pengguna tentang penerapan, pemilihan, penggunaan suatu teknologi atau metodologi.

20. Alih Teknologi adalah layanan teknologi dalam bentuk pengalihan kemampuan memanfaatkan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi antar lembaga, badan, atau orang, baik yang berada di lingkungan dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri ke dalam negeri dan sebaliknya.

21. Konsultansi adalah layanan teknologi dalam hal memberikan suatu petunjuk, pertimbangan, pendapat atau nasihat dalam penerapan, pemilihan, penggunaan suatu teknologi atau metodologi yang didapatkan melalui pertukaran pikiran untuk mendapatkan suatu kesimpulan yang sebaik-baiknya.

22. Referensi Teknis adalah layanan teknologi dalam bentuk referensi teknis merupakan suatu hasil studi multidimensi yang sistematis tentang suatu bidang tertentu yang menjadi acuan/referensi secara umum atau khusus.

23. Audit Teknologi adalah layanan teknologi yang merupakan verifikasi dan klarifikasi terhadap suatu teknologi yang sudah digunakan oleh industri/instansi/ masyarakat terhadap suatu standar yang telah ditetapkan.

24. Jasa Operasi adalah layanan teknologi yang berupa jasa operasi berdasarkan permintaan dalam rangka sertifikasi dan standardisasi yang dilakukan dengan kontrak atau kerjasama atau swakelola yang mengandung nilai tambah dalam bentuk dana, sharing budget, kerjasama kegiatan (inkind/incash) pada unit kerja yang melaksanakan dan dilaksanakan sesuai dengan perundang-undangan dan peraturan yang berlaku.

25. Pengujian adalah layanan teknologi dalam bentuk pengujian berdasarkan permintaan dalam rangka sertifikasi dan standardisasi yang dilakukan dengan Kontrak atau Kerjasama atau swakelola yang mengandung nilai tambah dalam bentuk dana, sharing budget, kerjasama kegiatan (inkind/incash) pada unit kerja yang melaksanakan dan dilaksanakan sesuai dengan perundang-undangan dan peraturan yang berlaku.


(9)

vii 26. Survei adalah layanan teknologi berupa pengamatan langsung di lapangan atau observasi atau inspeksi berdasarkan permintaan dalam rangka pembuktian fakta, mendapatkan data kinerja dan operasional, dan pengujian suatu pernyataan.

27. PPBT (Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi) adalah layanan teknologi yang merupakan suatu hasil dari inkubator teknologi sehingga bisa menghasilkan perusahaan-perusahaan pemula yang berbasis teknologi.


(10)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (RPJPN) 2005 – 2025 adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025, ditetapkan dengan maksud memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati bersama sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif, dan saling melengkapi satu dengan lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak.

Dalam RPJPN 2005 – 2025 disebutkan bahwa persaingan yang makin tinggi pada masa yang akan datang menuntut peningkatan penguasaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) dalam rangka menghadapi perkembangan global menuju ekonomi berbasis pengetahuan. Dalam rangka meningkatkan kemampuan dan penerapan Iptek nasional, tantangan yang dihadapi adalah perlu adanya peningkatan kontribusi Iptek untuk memenuhi hajat hidup bangsa; menciptakan rasa aman; memenuhi kebutuhan kesehatan dasar, energi, dan pangan; memperkuat sinergi kebijakan Iptek dengan kebijakan sektor lain; mengembangkan budaya Iptek di kalangan masyarakat; meningkatkan komitmen bangsa terhadap pengembangan Iptek; mengatasi degradasi fungsi lingkungan; mengantisipasi dan menanggulangi bencana alam; serta meningkatkan ketersediaan dan kualitas sumber daya Iptek, baik SDM, sarana dan prasarana, maupun pembiayaan Iptek.

Kondisi saat ini menunjukkan, bahwa penguasaan dan pemanfaatan teknologi mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berbagai hasil penelitian, kerekayasaan dan pengembangan teknologi telah dimanfaatkan oleh kelompok industri dan masyarakat. Meskipun demikian, kemampuan teknologi secara nasional dalam penguasaan dan penerapan teknologi dinilai masih belum memadai untuk meningkatkan daya saing bangsa. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh masih rendahnya sumbangan teknologi terhadap sektor produksi nasional, belum efektifnya mekanisme intermediasi, lemahnya sinergi kebijakan, belum berkembangnya budaya Iptek di masyarakat, dan terbatasnya sumber daya Iptek.


(11)

2 Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) merupakan lembaga pemerintah yang berfungsi sebagai sumber dan infrastruktur teknologi nasional yang diperlukan untuk mendorong perkembangan dan daya saing perekonomian nasional. Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari BPPT, Deputi Bidang Pengembangan Sumberdaya Alam, perlu membuat suatu rencana strategis untuk menjamin bahwa tugas pokok dan fungsi serta peran deputi bidang TPSA dapat dilaksanakan dengan baik, serta dapat mendukung kebijakan BPPT serta Kebijakan pembangunan nasional secara keseluruhan. Rencana Strategis tahun 2015-2019 ini, juga merupakan turunan dari Rencana Strategis BPPT tahun 2015 - 2019. Rencana strategis ini juga nantinya digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Strategis Pusat dan Balai yang ada di Deputi Bidang TPSA.

1.1. Kondisi Umum

1.1.1 Global

Kondisi geoekonomi global saat ini dan ke depan akan merupakan tantangan sekaligus peluang bagi perekonomian Indonesia dalam lima tahun ke depan. Tantangan dan peluang terkait dengan peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi antara lain adalah:

• Pusat ekonomi dunia ke depan diperkirakan akan bergeser terutama dari kawasan Eropa-Amerika ke kawasan Asia Pasifik.

• Harga komoditas secara umum diperkirakan menurun, namun harga produk manufaktur dalam tren meningkat.

• Implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 yang akan dimulai tanggal 31 Desember 2015.

Kebijakan di bidang ekonomi perlu diarahkan untuk meningkatkan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi dengan titik berat pada transformasi industri yang berkelanjutan, sehingga perekonomian Indonesia akan berbasis kepada nilai tambah ekonomi yang lebih tinggi. Perkiraan pelemahan harga komoditas di pasar internasional menjadi tantangan penting bagi Indonesia untuk segera menggeser struktur ekspor Indonesia ke arah produk manufaktur. Sementara itu, peningkatan jaringan rantai suplai global dan regional pun perlu dimanfaatkan oleh Indonesia melalui kebijakan kondusif, yang dapat membuka peluang yang lebih besar bagi pengusaha domestik termasuk usaha kecil dan menengah untuk berpartisipasi dan menjadi bagian dalam rantai suplai internasional.


(12)

3 Peningkatan daya saing perekonomian Indonesia menjadi hal utama yang perlu menjadi perhatian. Titik berat peningkatan daya saing perekonomian perlu diarahkan pada peningkatan infrastruktur dan ketersediaan energi, peningkatan iklim investasi dan iklim usaha, serta tata kelola birokrasi yang lebih efiisien. Peningkatan daya saing perekonomian ini perlu didukung oleh kebijakan pemerintah daerah yang kondusif, yang tidak menciptakan rente ekonomi maupun ekonomi biaya tinggi. Peningkatan infrastruktur akan dititikberatkan pada upaya untuk meningkatkan konektivitas nasional, sehingga integrasi domestik ini akan meningkatkan efisiensi ekonomi dan kelancaran arus barang dan jasa antar wilayah di Indonesia.

1.1.2 Nasional

Dalam menghadapi kondisi lingkungan strategis dan berbagai tantangan tersebut di atas, Indonesia saat ini masih mengadapi berbagai kendala. Posisi daya saing Indonesia jika diukur dengan indeks daya saing global (Global Competitiveness Index – GCI) berdasarkan laporan World Economic Forum pada tahun 2014-2015 meningkat dari peringkat 54 pada tahun 2009-2010 menjadi peringkat 34 pada tahun 2014-2015. Tetapi peringkat daya saing ini lebih rendah dibandingkan Malaysia (20), Thailand (31), Brunei Darussalam (26) dan lebih tinggi dibandingkan Vietnam (68), Filipina (52), Kamboja (95) dan Timor-Leste (136) seperti dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Peringkat Daya Saing Indonesia Gambar 2. Skor 12 Pilar Daya Saing Indonesia 2014-2015


(13)

4 Peningkatan daya saing tersebut merupakan resultan dari kinerja berbagai pilar yang menjadi penopangnya, yang meliputi 12 pilar, yaitu: Institusi, Infrastruktur, Lingkungan Ekonomi Makro, Kesehatan dan Pendidikan Dasar, Pendidikan Tinggi dan Pelatihan, Efisiensi Pasar Barang, Efisiensi Pasar Tenaga Kerja, Pasar Finansial, Kesiapan Teknologis, Ukuran Pasar, Kecanggihan Bisnis, dan Inovasi (Gambar 2).

Diantara pilar-pilar daya saing tersebut, terdapat tiga (3) pilar yang berkaitan langsung dengan daya dukung teknologi, yaitu:

1) Kesiapan Teknologi dengan indikator: Keberadaan Teknologi Terbaru, Tingkat Dayaserap Teknologi Perusahaan, PMA dan Transfer Teknologi, Pengguna Internet, Pita Lebar Internet, Pelanggan Telpon Gerak/100 Penduduk;

2) Kecanggihan Bisnis dengan indikator: Kuantitas Pemasok Lokal, Kualitas Pemasok Lokal, Pengembangan Klaster Negara, Sifat Keunggulan Kompetitif, Kepanjangan Rantai Nilai, Pengendalian Distribusi Internasional, Kecanggihan Proses Produksi, Keluasan Pemasaran, Kesediaan Untuk Mendelegasikan Wewenang); dan

3) Inovasi dengan indikator: Kapasitas Inovasi, Kualitas Lembaga Penelitian Ilmiah, Belanja Litbang Perusahaan, Kolaborasi Litbang Universitas-Industri, Pengadaan Pemerintah untuk Produk Teknologi Maju, Ketersediaan Ilmuwan dan Insinyur, Utilitas Paten Per Sejuta Penduduk.

Dari 12 pilar daya saing tersebut, pilar Kesiapan Teknologi, Efisiensi Pasar Tenaga Kerja dan pilar Inovasi merupakan pilar dengan nilai terendah (nilai Kesiapan Teknologi 3,6, Efisiensi Pasar Tenaga Kerja 3,8 sedangkan Inovasi 3,9 dari skala 1-7) dibandingkan dengan sembilan pilar lainnya, seperti dapat dilihat pada Gambar 2. Hal ini mencerminkan bahwa iptek belum berperan secara signifikan dalam meningkatkan daya saing Indonesia.Hal ini mencerminkan bahwa iptek belum berperan secara signifikan dalam meningkatkan daya saing Indonesia. Kemampuan teknologi secara nasional dalam penguasaan dan penerapan teknologi dinilai masih belum memadai untuk meningkatkan daya saing bangsa. Hal ini telah mengakibatkan ongkos untuk menghasilkan suatu produk menjadi mahal, serta kualitas barang serta inovasi produk yang dihasilkan sangat terbatas sehingga daya saing usaha tidak seperti yang diharapkan.


(14)

5 1.1.3. Pencapaian Periode 2010-2014

Kondisi saat ini menunjukkan, bahwa penguasaan dan pemanfaatan teknologi mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berbagai hasil penelitian, kerekayasaan dan pengembangan teknologi telah dimanfaatkan oleh kelompok industri dan masyarakat.

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, BPPT telah berperan dalam 13 bidang fokus bidang iptek dalam kegiatan penelitian, pengembangan dan kerekayasaan. Dalam 13 bidang tersebut, BPPT memiliki peran yang sentral dalam pengembangan iptek yang disamping memiliki manfaat ekonomi yang tinggi, serta dapat mendorong penggunaan sumberdaya secara berkelanjutan, dengan mengembangkan teknologi yang juga bersifat berkelanjutan. Secara spesifik, Deputi Bidang TPSA memiliki kiprah yang menonjol dalam 3 bidang teknologi yaitu bidang teknologi SDA dan Kelautan, bidang teknologi Kebencanaan dan bidang teknologi Lingkungan.

Dalam bidang teknologi inventarisasi sumberdaya alam, DB TPSA telah berhasil mengembangkan berbagai teknologi untuk melakukan inventarisasi dan valuasi sumberdaya alam dalam mendukung pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan. Pengkajian dan penerapannya didukung oleh Teknologi Penginderaan Jauh (Remote Sensing), Sistem Informasi Geografi (SIG), Sistem Survey Terestrial Terpadu, dan Sistem Iklim; dilaksanakan melalui pendekatan proses karakterisasi, lalu dilanjutkan dengan proses pemodelan untuk membangun model prediksi, sampai kepada proses akunting sumberdaya alam. Beberapa produk teknologi telah banyak dimanfaatkan pada berbagai sektor terutama pertanian, kelautan dan perikanan serta kehutanan. Produk unggulan yang telah dihasilkan antara lain Piranti lunak SIKBES Ikan dengan menggabungkan metoda sistem pakar (Knowledge-Based Expert System / KBES), penginderaan jarak jauh serta Sistem Informasi Geografis untuk memberikan data dan informasi strategis mengenai lokasi dan potensi penangkapan ikan yang akurat serta potensinya; pemanfaatan teknologi hyperspectral remote sensing yang layak terap dan diharapkan dapat memberikan peningkatan yang nyata (significant) terhadap prediksi hasil panen tanaman padi sebagai solusi ketahanan pangan dan pertanian masa depan yang mempunyai presisi tinggi (precision agriculture); aplikasi teknologi radar cuaca untuk EWS cuaca dan iklim ekstrim, serta implementasi jaringan data dan informasi sumberdaya alam.

Dalam bidang teknologi mineral, DB TPSA telah mengembangkan berbagai teknologi yang mendorong proses eksplorasi serta pengelolaan sumberdaya lingkungan


(15)

6 yang lebih baik. Hal ini ditunjukkan dengandikembangkannya teknologi eksplorasi yang tidak bersifat destruktif, dengan memanfaatkan sifat-sifat mineral tersebut. Teknologi ini telah terbukti unggul dalam eksplorasi batubara, bijih besi serta mineral lain. Pengembangan teknik-teknik baru dalam pengolahan mineral menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi juga telah berhasil dilakukan dalam bidang ini yang secara langsung mendukung pelaksanaan Undang Undang No. 4 tahun 2009, tentang Minerba. Pengembangan teknologi untuk mengurangi dampak kegiatan penambangan tercermin dalam pengembangan teknologi air asam tambang, bioremediasi limbah hidrokarbon, pengembangan metode untuk prediksi lingkungan sebelum kegiatan penambangan dimulai, dll.

Dalam Bidang pengelolaan sumberdaya lahan, wilayah dan mitigasi bencana, DB TPSA telah melakukan pengkajian dan pengembangan teknologi dibidang rekayasa bentang lahan, pengelolaan sumberdaya air, pengembangan wilayah dan teknologi mitigasi bencana atau pengurangan risiko bencana.Beberapa produk unggulan yang dihasilkan dan telah dimanfaatkan pada berbagai stakeholder antara lain:

1. Teknologi pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya lahan gambut yang terdiri dari paket teknologi karakterisasi sumberdaya gambut, penyusunan masterplan pengelolaan, teknologi pemanfaatan gambut untuk media tanam dan penyuburan lahan kritis.

2. Teknologi Biocyclofarming dan Ameliorasi untuk peningkatan produktivitas bentang lahan kritis, lahan bekas tambang dan marjinal lainnya, teknologi ini telah memberikan kontribusi secara nasional dengan dibentuknya berbagai kawasan Agro Tekno Park (ATP) diberbagai daerah di Indonesia.

3. Teknologi Pengelolaan dan Pengembangan Wilayah Pulau-Pulau Kecil dan Kawasan Pesisir, teknologi ini berkontribusi pada pengembangan permukiman desa nelayan, teknologi rehabilitasi ekosistem hutan mangrove, dan teknologi pengembangan kawasan waterfront. 4. Teknologi mitigasi bencana dan pengurangan risiko bencana, teknologi yang telah

dikembangkan antara lain Sistem Reduksi Risiko Bencana (SIRRMA), Sistem Peringatan Dini Banjir (FEWS), Sistem Peringatan Dini Longsor (LEWS), dan Rapid Assessment Mitigation Unit (RAMU).

Dalam Bidang teknologi lingkungan, DB TPSA telah berhasil mengembangkan Teknologi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Reusable Sanitary Landfill (RSL) yang dilengkapi dengan tiga sarana penunjangnya, yaitu Instalasi Pengolahan Air Lindi, Instalasi Recovery Landfill Gas dan Sistem Jaringan perpipaan untuk air lindi untuk


(16)

7 system TPA RSL, serta Sistem Jaringan Perpipaan pengumpulan gas Methan. Penerapan konsep Produksi Bersih tetap dilanjutkan terutama untuk berbagai jenis industry yang umumnya mempunyai masalah yang berhubungan dengan potensi yang sangat besar dalam pencemaran lingkungan. Untuk Program Teknologi Peningkatan Efisiensi Pemanfaatan Sumber Daya Air, telah direncanakan optimalisasi pemanfaatan sumber-sumber daya air hujan di daerah-daerah tertinggal yang sangat terbatas potensi sumber-sumber daya air tawarnya. Selain itu juga direncanakan untuk mengaplikasikan teknologi-teknologi pengolahan air yang tepat guna bagi daerah tertinggal dan pengembangan Sistem Informasi Sumber Daya Air (SISDA) dan Sistem Teknologi Pengolahan Air (SITPA) untuk daerah-daerah tertinggal.

Dalam pengembangan teknologi pengelolaan lingkungan, DB TPSA menerapkan pendekatan biologi untuk mendorong diterapkannya teknologi yang secara ekonomi layak dan secara sosial dapat diterima oleh masyarakat. Pandangan ini selaras dengan semangat undangundang pengelolaan lingkungan yang baru (UU N0. 32/2009), yang menekankan kepada penerapan kaidah pembangunan berkelanjutan sebagai dasar dari perencanaan dan pelaksanaan pembangunan suatu wilayah. Untuk mendukung pengembangan teknologi perlindungan kualitas lingkungan, BTL menyediakan kapasitas analisis lingkungan bagi masyarakat luas, serta mengembangkan teknologi remediasi yang berbasiskan pada pemanfaatan agensia biologi.

UPT Hujan Buatan telah melaksanakan penelitian dan pengembangan Iptek yang terkait dengan Teknologi Modifikasi Cuaca serta melakukan aplikasi teknologi itu sendiri dalam mengatasi permasalahan sumberdaya air di berbagai daerah di Indonesia. TMC yang dilakukan oleh UPT Hujan Buatan di Indonesia secara operasional telah dilakukan sejak tahun 1979 dengan berbagai tujuan, diantaranya untuk menambah curah hujan bagi sektor pertanian, untuk pengisian air waduk dalam mendukung pengelolaan PLTA, mengurangi curah hujan untuk mengatasi banjir/longsor, dan untuk mengurangi kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan. Sampai dengan tahun 2009, penerapan TMC di berbagai daerah di Indonesia sudah dilakukan sekitar 76 kali.


(17)

8 Tabel 1. Layanan Teknologi Modifikasi Cuaca di Indonesia

Selain melakukan kegiatan operasional TMC, UPT Hujan Buatan juga terus melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan kinerja TMC dalam rangka mengoptimalkan hasil untuk kepuasan pihak pengguna. Penelitian dan pengembangan pada periode tahun 1977 – 1985 bertujuan untuk melihat prospek pemanfaatan sumber daya air atmosfer dan percobaan beberapa bahan dan metode penyemaian awan. Kegiatan penelitian dan pengembangan pada periode 1986 hingga 1999 diarahkan untuk mengetahui sifat karakteristik lapisan dan sifat fisis atmosfer di wilayah ekuator Indonesia pada umumnya. Program penelitian dan pengembangan pada 1999 sampai dengan 2009 lebih difokuskan untuk pengembangan strategi/teknik penyemaian, dan pengembangan bahan semai baru, meningkatkan kemampuan membuat model prakiraan iklim dan cuaca, pengembangan teknik penyemaian awan dengan menara statis (Ground Based Generator/GBG), otomatisasi sistem penyemaian, antisipasi banjir dan kebakaran hutan dan lahan. Outcomes dari pelaksanaan program penelitian dan pengembangan merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan mutu dan optimalisasi pelayanan operasional TMC kepada pengguna. Selain penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan sebelumnya, UPT Hujan Buatan juga aktif


(18)

9 melakukan kerjasama penelitian yang berkaitan dengan atmosfer, baik dalam skala nasional (LAPAN, LIPI, BMG dan berbagai Universitas), maupun dalam skala international (RASC Kyoto University Jepang, NOAA, NASA, dan Atmospheric Incorporated, USA, serta RRRDI-Thailand). Dari serangkaian kerjasama tersebut, dapat dirumuskan rencana untuk mengembangkan Teknologi Prakiraan Iklim (pemodelan), bahan semai baru, otomatisasi yang sangat berperan penting dalam pengembangan TMC. Kemitraan dan keterlibatan industri dan swasta serta masyarakat selama kurun waktu 2005-2009 tercermin dari kegiatan kerjasama dan MoU antara UPT Hujan Buatan dengan pihak pengguna TMC seperti dengan PT. INCO yang memiliki konsesi penambangan nikel di Sulawesi Selatan.

Dengan Wahana Survei yang ada saat ini Balai Teknologi Survei Kelautan bertekad menjadi pusat unggulan dalam mewujudkan pelayanan jasa survey, riset dan observasi kelautan melalui pendekatan teknologi yang handal dan tangguh dengan mengutamakan kualitas, harga yang kompetitif, dan penyerahan hasil kerja yang tepat waktu. Armada Kapal Riset Baruna Jaya yang dikelola oleh Balai TEKSURLA terdiri dari 4 kapal dengan spesifikasi kapal yang hampir mirip namun berbeda dalam peralatan survei. Pada saat ini peruntukan dan peralatan yang terpasang pada wahana Kapal Riset Baruna Jaya tersebut adalah:

1. Kapal Riset Baruna Jaya I, di bareboat charter untuk site survey

2. Kapal Riset Baruna Jaya II, terpasang peralatan seismik eksplorasi minyak dan gas lepas pantai.

3. Kapal Riset Baruna Jaya III, terpasang peralatan multi beam laut dalam untuk survey hidro-ocenografi

4. Kapal Riset Baruna Jaya IV, terpasang peralatan multi beam.

Kapal Riset Baruna Jaya dapat dimanfaatkan dalam eksplorasi dan pengembangan potensi kelautan dengan 2 jalur pelayanan jasa yakni : Bare Boat Charter atau Time Charter. Pada 2009 yang lalu layanan jasa survey kelautan yang telah dilaksanakan oleh Balai Teknologi Survei Kelautan diantaranya adalah:

1. Deployment Ina Buoy TEWS Halmahera, Aru/Naira maintenance Ina Buoy TEWS Komodo dan Bathimetri Naira Halmahera, Banda Indonesia Timur

2. Deployment 8 Buoys GITEWS : Java01, Java02, Java03, Java04, Sumatera01, Sumatera02, Sumatera03, dan Sumatera04


(19)

10 3. Mintenace Buoy Halmahera, Aru & Komodo dan Bathimetri Halmahera, Sorong1 dan

Sorong2

4. Pemasangan Buoy ATLAS-NOAA di SAMUDERA Hidia Barat Aceh

5. Inspeksi TEWS Buoy DART 0N92E Indian Ocean 6. Recovery Buoy GITEWS JAVA 04 di Selatan Jawa Barat

7. Wet Test Ina Buoy TEWS Gen.2 di Perairan Kepulauan Seribu 8. Recovery Ina Buoy TEWS KOMODO di Laut Flores

9. Survey Hidro-ocenografi Mentawai di laut Mentawai, Barat Padang

10.Mintenance Buoy GITEWS: SUM-03, SUM-04 dan Ina Buoy Mentawai di Indian Ocean, Barat Sumatera

11.Survey Hidro-ocenografi WOC di Laut Jawa, Laut Banda dan Maluku 12.Survey Hidro-ocenografi Sea Water Column di Selat Makasar

13.Survey Bathimetri Palu, Manado, maintenance Buoy Halmahera dan Recovery Ina Buoy TEWS Aru dan Komodo di Selat Makasar, Laut Maluku dan Flores Indonesia Timur.

14.Survei Sesmik di Perairan Utara Madura

15.Survei Geofisika PT.Timah di Perairan Bangka Belitung

16. Survei Seismik untuk Landas Kontinen di Perairan Utara Papua

17. Survei Seismik untuk kajian Pseudo 3D Kerawang di Perairan Laut Jawa Utara Kerawang

18. Survey Eksplorasi Potensi Migas (Kerjasama dengan PT. BNE dan PT. Elnusa) diselat Makasar

19. Survey Seismik Laut Dalam untuk Landas Kontinen Perairan Barat Aceh Indonesia, Kerjasama dengan Bakosurtanal.

Disamping itu hasil dari layanan jasa ini juga dipergunakan untuk mendukung kegiatan pemeliharaan dan perawatan seluruh armada Kapal Riset Baruna Jaya siap layar dengan menerapkan K3L (Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan), atau dikenal juga dengan istilah HSE (Health, Safety and Environment)

Dalam rangka meningkatkan daya saing dalam pelayanan teknologi akusisi seismik laut demi terwujudnya kemandirian nasional dalam bidang eksplorasi migas lepas pantai Balai Teknologi Survei Kelautan telah melakukan Pengembangan Teknologi Eksplorasi Migas Lepas pantai, dengan tujuan utama adalah mewujudkan kemandirian nasional


(20)

11 dalam bidang survey seismik lepas pantai untuk eksplorasi minyak dan gas. Selain itu juga tujuannya adalah membangun dan mengembangkan kemampuan sumberdaya nasional (SDM dan Peraltan) dalam bidang eksplorasi seismik lepas pantai. Salah satu kegitan yang telah dilakukan adalah kajian survei seimik 2D untuk pengolahan data pseudo 3D. Melakukan survey seismik 2D untuk kajian teknologi seismik pseudo 3D dalam rangka meningkatkan akurasi eksplorasi seismik migas lepas pantai

1.2. Potensi dan Permasalahan

Potensi dan permasalahan di lingkungan DB TPSA dilakukan dengan melakukan identifikasi dan analisis lingkungan berpengaruh berupa analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman (Kekepan) serta dilengkapi dengan kondisi lingkungan berpengaruh tingkat Nasional dan Internasional. Analisis Kekepan dan lingkungan berpengaruh tersebut seperti dirinci dibawah ini:

1.2.1. Potensi

Potensi berupa kekuatan yang dimiliki oleh kedeputian bidang TPSA yang meliputi sumberdaya manusia, fasilitas sarana dan prasarana meliputi hal-hal sebagai berikut: 1) TPSA memiliki SDM unggul dengan tingkat pendidikan yang tinggi dari berbagai

disiplin ilmu dan bidang keahlian.

2) DB TPSA memiliki infrastruktur antara lain : laboratoria dan Workshop Teknologi Sistem Kebumian (GEOSTECH)di Kawasan Puspiptek Serpong, berbagai macam pilot plant terkait dengan teknologi pengelolaan Sumberdaya Alam, armada pesawat terbang untuk pelayanan Teknologi Modifikasi Cuaca, dan Armada Kapal Riset Baruna Jaya I-IV yang memiliki peralatan yang lengkap dan canggih untuk melakukan inovasi dan pelayanan teknologi kemaritiman.

3) TPSA sebagai bagian dari BPPT menggunakan sistem dan tata kerja kerekayasaan yang bercirikan team work, well structured and well documented di dalam pelaksanaan program dan kegiatannya.

4) TPSA memiliki tingkat kepercayaan dari pengguna (daerah, instansi pemerintah dan swasta) yang tinggi terhadap produk dan layanan jasa TPSA.

5) Hubungan yang tidak birokratif antara pimpinan dan staf yang mendorong adanya keterbukaan informasi serta peningkatan kinerja unit dan personal.


(21)

12 Sedangkan potensi berupa peluang yang dapat dimanfaatkan oleh TPSA meliputi hal-hal sebagai berikut:

1) Adanya Program Prioritas Nasional dalam Buku I dan Program Prioritas Bidang dalam Buku II RPJMN 2010-2014 yang dikoordinir Menko, Departemen Teknis, Kementerian, LPNK dan BUMN yang memerlukan keterlibatan BPPT sesuai dengan kompetensi dan tupoksinya.

2) Adanya kebijakan pada industri untuk meningkatkan kandungan teknologi dalam negeri dalam rangka meningkatkan daya saing dan kemandirian.

3) Meningkatnya permintaan terhadap produk dan jasa layanan teknologi BPPT oleh pihak pengguna (dunia usaha, masyarakat dan pemerintah/pemda).

4) Perubahan ekonomi internasional menuju era ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge-based economy) yang menuntut penguatan pengetahuan dan kemampuan inovasi sebagai elemen kunci keberhasilan.

5) Adanya kebutuhan untuk peningkatan kapasitas iptek nasional, dan kemandirian serta daya saing bangsa pada 13 bidang teknologi.

6) Adanya otonomi daerah yang mendorong permintaan teknologi untuk UMKM dan daya saing daerah

7) Tuntutan peran BPPT pada pola kerja jejaring (networking) dalam beragam aktivitas produktif, baik di sektor publik dan bisnis, maupun dalam masyarakat secara umum.

1.2.2. Permasalahan

Permasalahan berupa kelemahan yang dimiliki oleh kedeputian TPSA yang perlu di perhatikan dalam melaksanakan program/kegiatan, antara lain:

1. Rendahnya komitmen kerja dan kurangnya motivasi SDM pada beberapa unit kerja. 2. Pendekatan pelaksanaan kerja di BPPT masih individual yang belum sesuai dengan

Sistem Tata Kerja Kerekayasaan.

3. Rendahnya technopreneurship SDM BPPT sehingga kurang memperhatikan aspek keekonomian dan komersialisasi produk.

4. Tingginya kesenjangan komposisi usia pegawai TPSA. 5. Reward dan punishment belum diterapkan secara memadai

6. Program dan kegiatan TPSA dan BPPT masih bersifat inward looking dan belum berorientasi pada kebutuhan dan permintaan pengguna/market (dunia usaha & masyarakat).


(22)

13 7. Koordinasi, komunikasi dan kerjasama internal TPSA masihlemah.

8. Kepemilikan HKI TPSA masih relatif rendah.

9. Produk teknologi dan jasa layanan TPSA belum dikenal luasakibat kurangnya sosialisasi dan promosi.

10.Hubungan TPSA dengan instansi lain termasuk industry belum berdasarkan pada inisiatif/kebutuhan TPSA dan masih didasarkan pada kebutuhan mereka.

11.Hasil-hasil litbangyasa TPSA belum dikelola dengan baik.

Permasalahan berupa ancaman yang mungkin muncul dalam pelaksanaan program/kegiatan, antara lain:

1. Terjadinya brain drain yang dapat mengurangi keunggulan BPPT

2. Anggaran yang tersedia terbatas, tidak fleksibel, tidak dapat dilaksanakan secara multi years sehingga membatasi pengembangan program di TPSA.

3. Industri belum menggunakan jasa layanan teknologi TPSA karena ketergantungan mereka terhadap principal nya.

4. Globalisasi menuntut agar BPPT mampu berhadapan dengan pesaing dari LN dan DN. 5. Kontribusi teknologi terhadap perekonomian nasional belum diukur dengan jelas

sehingga terkesan BPPT belum banyak berperan dalam kancah pembangunan nasional.

6. Koordinasi dan harmonisasi pada tataran regulasi/kebijakan, antar institusi, program sangat lemah.

7. Meningkatnya kompetitor asing pada bidang litbangyasa sehingga memperlemah peran dan fungsi BPPT.

8. Peraturan perundangan yang turut menghambat, seperti kelemahan sistem keuangan PNBP sangat berpotensi menurunkan daya saing DB TPSA dalam memberikan pelayanan teknologi.

Permasalahan terkait dengan bidang-bidang di kedeputian TPSA, secara umum antara lain:

1. Di bidang teknologi sumber daya alam dan kelautan, layanan jasa teknologi survey laut sangat penting dalam mendukung program-program di bidang kemaritiman. Survei maupun data surface digunakan instansi atau mitra terkait untuk pengkajian studi iklim global maupun regional, serta dapat dimanfaatkan sebagai data dalam mendukung penangkapan ikan-ikan pelagis di sekitar lokasi. Selain itu juga dapat digunakan untuk prediksi dan pemantauan perubahan iklim, prediksi fenomena


(23)

El-14 Nino/La-Nina, peringatan dini cuaca ekstrem / badai tropis/anomaly cuaca di wilayah benua maritime Indonesia.

2. Di bidang teknologi kebencanaan, ancaman kekeringan yang disertai dengan realita lapangan bahwa telah terjadi penurunan jumlah cadangan air pada waduk-waduk PLTA di Indonesia, dan perlunya penanganan darurat dalam menghadapi bencana seperti bencana asap akibat kebakaran lahan dan hutan, serta bencana banjir, perlu dilakukan modifikasi terhadap cuaca.

3. Di bidang teknologi lingkungan, sasaran nasional berupa perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.


(24)

15

BAB 2

VISI , MISI DAN TUJUAN

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai lembaga pemerintah non kementerian, maka BPPT mempunyai kewenangan: penyusunan rencana nasional secara makro yaitu: (1) Perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang pengkajian dan penerapan teknologi; dan (2) Pemberian rekomendasi penerapan teknologi dan pelaksanaan audit teknologi.

Berdasarkan kondisi umum, potensi dan permasalahan yang akan dihadapi ke depan sebagaimana telah dijelaskan pada Bab I sebelumnya, maka BPPT telah menetapkan visi dan misi BPPT yang akan dicapai melalui pencapaian tujuan dan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan RPJMN 2015-2019. Kedeputian TPSA mendukung penuh VIsi, Misi dan Tujuan tersebut kedalam program dan kegiatan di Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam yang meliputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan serta Bidang Kebencanaan.

2.1 Visi

Dalam rangka pencapaian Pembangunan Jangka Menengah khususnya untuk periode 2015-2019 maka Kedeputian Bidang TPSA mendukung visi lembaga BPPT yaitu : “Pusat Unggulan Teknologi yang Mengutamakan Inovasi Dan Layanan Teknologi untuk Mewujudkan Daya Saing Industri dan Kemandirian Bangsa”.

2.2 Misi

Upaya - upaya yang dilaksanakan untuk mewujudkan visi BPPT tersebut dilaksanakan melalui enam misi, yaitu:

1. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan Inovasi dan Layanan Teknologi dibidang Energi,Informasi dan Material

2. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan Inovasi dan Layanan Teknologi dibidang Transportasi, Maritim, Hankam, Permesinan, Industri Kimia

3. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan Inovasi dan Layanan Teknologi dibidang Pangan dan Pertanian, Obat dan Kesehatan


(25)

16 4. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan Inovasi dan Layanan Teknologi dibidang Sumber Daya Alam dan Kelautan, Lingkungan,dan Kebencanaan

5. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan Inovasi dan Layanan Teknologi dibidang Sistim Inovasi untuk Pembangunan Taman Sainsdan Tekno,dan Inkubasi Teknologi.

6. Melaksanakan tatakelola pemerintahan yang baik melalui reformasi birokrasi dalam rangka mewujudkan inovasi dan layanan teknologi.

Dari keenam misi tersebut. Kedeputian TPSA bertanggung jawab untuk melaksanakan misi nomor 4, yaitu :

"Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan Inovasi dan Layanan Teknologi di bidang Sumber Daya Alam dan Kelautan, Lingkungan, dan Kebencanaan"

2.3 Tujuan

Dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi No. 4 BPPT serta berdasarkan TUPOKSI yang di emban oleh kedeputian TPSA, maka tujuan program TPSA tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut :

1. Peningkatan daya saing industri melalui inovasi dan layanan teknologi di bidang sumberdaya alam dan kelautan.

2. Peningkatan kemandirian bangsa melalui inovasi dan layanan teknologi di bidang kebencanaan dan lingkungan.

2.4 Sasaran

Mengacu kepada Sasaran Strategis BPPT Tahun 2015-2019 yang merupakan penjabaran lebih detail dari Tujuan BPPT dengan indikator dan target yang terukur. Maka Sasaran Strategis yang menjadi tugas TPSA 2015-2019 yang akan dicapai adalah :

Tujuan Program-1 : "Peningkatan daya saing industri melalui inovasi dan layanan teknologi di bidang sumberdaya alam dan kelautan", mempunyai Sasaran Program-1 sebagai berikut: "Terbangun dan termanfaatkannya Kawasan Inovasi Teknologi Maritim Nasional di Kab. PPU Kaltim"


(26)

17 Indikator Kinerja Sasaran Program-1 adalah sebagai berikut :

Jumlah kawasan inovasi teknologi maritim nasional.

Target: 1 kawasan inovasi teknologi maritim di Kab. PPU Kaltim

Tujuan Program-2 : "Peningkatan kemandirian bangsa melalui inovasi dan layanan teknologi di bidang kebencanaan dan lingkungan", mempunyai Sasaran Program-2 sebagai berikut: "Menurunnya indeks risiko bencana di tingkat propinsi".

Indikator Kinerja Sasaran Program-2 adalah sebagai berikut : Jumlah propinsi yang menurun indeks resiko bencana nya. Target: 10 propinsi.

2.5 Sasaran Kegiatan

Sasaran kegiatan dalam matrik rencana pembangunan jangka menengah 2015-2019 yang akan dilaksanakan BPPT dan direncanakan akan memberikan outcome dan impact pada jangka menengah seperti yang dicantumkan dalam dokumen RENSTRA 2015-2019 BPPT, yaitu melakukan inovasi dan layanan teknologi pada bidang-bidang teknologi seperti pada penjelasan di bawah ini.

Kegiatan 1 : Pengkajian dan Penerapan Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam Sasaran :

• Inovasi dan Layanan Teknologi Eksplorasi Sumberdaya Alam

• Inovasi dan Layanan Teknologi Eksplorasi Sumberdaya Kebumian

• Inovasi dan Layanan Teknologi Eksplorasi Sumberdaya Kelautan Kegiatan 2 : Pengkajian dan Penerapan Teknologi Sumberdaya Mineral

Sasaran :

• Inovasi dan Layanan Teknologi Peningkatan Nilai Tambah Mineral dan Batubara

Kegiatan 3 : Pengkajian dan Penerapan Teknologi Survey Kelautan Sasaran :

• Pengembangan Sarana dan Prasarana Survei Kelautan

• Layanan Jasa Teknologi Survei Kelautan (PNBP)


(27)

18 Kegiatan 4 : Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan

Sasaran :

• Inovasi dan Layanan Kerekayasaan Teknologi Hijau Dalam Rangka

Pembangunan Rendah Karbon

• Inovasi dan Layanan Teknologi inovasi Teknologi Pengukuran dan Estimasi Emisi Karbon Indonesia

Kegiatan 5 : Pengkajian dan Penerapan Teknologi Rekayasa Remediasi Lingkungan Sasaran :

• Aplikasi fitoteknologi Untuk Mitigasi Lahan Rawan Bencana di Lingkungan Tambang (Inovasi Teknologi Pengelolan Sumberdaya Air Berkelanjutan)

• Layanan Jas Teknologi Rekayasa Remediasi Lingkungan (PNBP)

• Layanan Perkantoran

Kegiatan 6 : Pengkajian dan Penerapan Teknologi Reduksi Risiko Bencana Sasaran :

• Inovasi dan Layanan Teknologi Instrumentasi Kebencanaan Mandiri Kegiatan 7 : Pengkajian dan Penerapan Teknologi Modifikasi Cuaca

Sasaran :

• Layanan Jasa Teknologi Modifikasi Cuaca (PNBP)

• Inovasi dan Layanan Mitigasi Bencana Meteorologi Bertaraf Internasional

• Layanan Perkantoran


(28)

19

BAB 3

ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI,

KERANGKA REGULASI DAN KELEMBAGAAN

Dalam rangka mewujudkan Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, maka dalam RPJMN 2015-2019 telah dirumuskan sembilan agenda prioritas dalam pemerintahan ke depan. Kesembilan agenda prioritas itu disebut NAWA CITA. Agenda Prioritas tersebut yaitu: 1). Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara. 2). Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya. 3). Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. 4). Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya. 5). Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia. 6). Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya. 7). Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik. 8). Melakukan revolusi karakter bangsa. 9). Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

Berdasarkan sasaran pokok Pembangunan Nasional yang sesuai dengan visi pembangunan “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”, maka pembangunan nasional 2015-2019 akan diarahkan untuk mencapai sasaran utama yang mencakup: 1). Sasaran Makro; 2). Sasaran Pembangunan Manusia dan Masyarakat: 3). Sasaran Pembangunan Sektor Unggulan; 4). Sasaran Dimensi Pemerataan; 5). Sasaran Pembangunan Wilayah dan Antarwilayah; 6). Sasaran Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan.

Mengacu pada sasaran utama serta analisis yang hendak dicapai serta mempertimbangkan lingkungan strategis dan tantangan-tantangan yang akan dihadapi bangsa Indonesia ke depan, maka arah kebijakan umum pembangunan nasional 2015-2019 adalah:


(29)

20

1. Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan.

Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan berkelanjutan merupakan landasan utama untuk mempersiapkan Indonesia lepas dari posisi sebagai negara berpendapatan menengah menjadi negara maju. Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan ditandai dengan terjadinya transformasi ekonomi melalui penguatan pertanian, perikanan dan pertambangan, berkembangnya industri manufaktur di berbagai wilayah, modernisasi sektor jasa, penguasaan iptek dan berkembangnya inovasi, terjaganya kesinambungan fiskal, meningkatnya daya saing produk ekspor non-migas terutama produk manufaktur dan jasa, meningkatnya daya saing dan peranan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan koperasi, serta meningkatnya ketersediaan lapangan kerja dan kesempatan kerja yang berkualitas. 2. Meningkatkan Pengelolaan dan Nilai Tambah Sumber Daya Alam (SDA) yang

Berkelanjutan. Arah kebijakan peningkatan pengelolaan dan nilai tambah SDA adalah dengan meningkatkan kapasitas produksi melalui peningkatan produktivitas dan perluasan areal pertanian, meningkatkan daya saing dan nilai tambah komoditi pertanian dan perikanan, meningkatkan produktivitas sumber daya hutan, mengoptimalkan nilai tambah dalam pemanfaatan sumber daya mineral dan tambang lainnya, meningkatkan produksi dan ragam bauran sumber daya energi, meningkatkan efisiensi dan pemerataan dalam pemanfaatan energi, mengembangkan ekonomi kelautan yang terintegrasi antarsektor dan antarwilayah, dan meningkatnya efektivitas pengelolaan dan pemanfaatan keragaman hayati Indonesia yang sangat kaya.

3. Mempercepat Pembangunan Infrastruktur Untuk Pertumbuhan dan

Pemerataan. Pembangunan infrastruktur diarahkan untuk memperkuat

konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan, mempercepat penyediaan infrastruktur perumahan dan kawasan permukiman (air minum dan sanitasi) serta infrastruktur kelistrikan, menjamin ketahanan air, pangan dan energi untuk mendukung ketahanan nasional, dan mengembangkan sistem transportasi massal perkotaan. Kesemuanya dilaksanakan secara terintegrasi dan dengan meningkatkan peran kerjasama Pemerintah-Swasta.

4. Meningkatkan Kualitas Lingkungan Hidup, Mitigasi Bencana Alam dan

Penanganan Perubahan Iklim. Arah kebijakan peningkatan kualitas lingkungan hidup, mitigasi bencana dan perubahan iklim adalah melalui peningkatan


(30)

21 pemantauan kua-litas lingkungan, pengendalian pencemaran dan kerusakan ling-kungan hidup, penegakan hukum lingling-kungan hidup; mengurangi risiko bencana, meningkatkan ketangguhan pemerintah dan masyarakat terhadap bencana, serta memperkuat kapasitas mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

5. Penyiapan Landasan Pembangunan yang Kokoh. Landasan pembangunan yang kokoh dicirikan oleh meningkatnya kualitas pelayanan publik yang didukung oleh birokrasi yang bersih, transparan, efektif dan efisien; meningkatnya kualitas penegakan hukum dan efektivitas pencegahan dan pemberantasan korupsi, semakin mantapnya konsolidasi demokrasi, semakin tangguhnya kapasitas penjagaan pertahanan dan stabilitas keamanan nasional, dan meningkatnya peran kepemimpinan dan kualitas partisipasi Indonesia dalam forum internasional.

6. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Kesejahteraan Rakyat Yang

Berkeadilan. Sumberdaya manusia yang berkualitas tercermin dari meningkatnya akses pendidikan yang berkualitas pada semua jenjang pendidikan dengan memberikan perhatian lebih pada penduduk miskin dan daerah 3T; mening-katnya kompetensi siswa Indonesia dalam Bidang Matematika, Sains dan Literasi; meningkatnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan, terutama kepada para ibu, anak, remaja dan lansia; meningkatnya pelayanan gizi masyarakat yang berkualitas, meningkatnya efektivitas pencegahan dan pengendalian penya-kit dan penyehatan lingkungan, serta berkembangnya jaminan kesehatan.

7. Mengembangkan dan Memeratakan Pembangunan Daerah. Pembangunan

daerah diarahkan untuk menjaga momentum pertumbuhan wilayah Jawa-Bali dan Sumatera bersamaan dengan meningkatkan kinerja pusat-pusat pertumbuhan wilayah di Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua; menjamin pemenuhan pelayanan dasar di seluruh wilayah bagi seluruh lapisan masyarakat; mempercepat pembangunan daerah tertinggal dan kawasan perbatasan; membangun kawasan perkotaan dan perdesaan; mempercepat penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah; dan mengoptimalkan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah.

Sasaran pembangunan Iptek adalah meningkatnya kapasitas iptek yang dijabarkan sebagai berikut:

1. Meningkatnya hasil penyelenggaraan penelitian, pengembangan dan penerapan


(31)

22 a. daya saing sektor produksi barang dan jasa;

b. keberlanjutan dan pemanfaatan sumber daya alam; serta

c. penyiapan masyarakat Indonesia menyongsong kehidupan global.

2. Meningkatnya dukungan bagi kegiatan iptek termasuk penyediaan SDM, sarana

prasarana, kelembagaan, jaringan.

3. Terbangunnya 100 Techno Park di kabupaten/kota, dan Science Park di setiap

provinsi.

3.1 Arah Kebijakan dan Strategi Nasional

Arah kebijakan dan strategi nasional khususnya mengenai peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Dalam rangka peningkatan dukungan iptek bagi daya saing sektor produksi, maka pembangunan diarahkan pada :

a. Penyelenggaraan Litbang (Riset):

Penyelenggaraan riset difokuskan pada bidang-bidang yang diamanatkan RPJPN 2005-2025 yaitu: (i) pangan dan pertanian; (ii) energi, energi baru dan terbarukan; (iii) kesehatan dan obat; (iv) transportasi; (v) telekomunikasi, informasi dan komunikasi (TIK); (vi) teknologi pertahanan dan keamanan; dan (vii) material maju.

Strategi pembangunan agar hasil riset mampu mendukung daya saing industri produksi adalah:

1) Semua kegiatan riset harus menunjukkan kemajuan capaian secara berturut-turut dari mulai dari tahap riset eksplorasi untuk menghasilkan temuan (invention), melakukan uji alpha untuk temuan baru, kemudian melaksanakan uji beta, dan bila berhasil inovasi yang teruji tersebut berlanjut ke tahap difusi yaitu penyebaran penggunaan ke masyarakat;

2) Prioritas kegiatan riset adalah kegiatan yang dapat mencapai tahap difusi; 3) Kebutuhan di setiap tahapan disediakan secara memadai.

Dengan strategi tersebut, prakarsa utama dalam perioda 2015-2019 adalah antara lain :

1) Untuk mendukung kedaulatan pangan, riset difokuskan pada pencarian bibit unggul tanaman pangan yang mampu tumbuh subur di lahan suboptimal


(32)

23 seperti lahan kering masam, rawa lebak, rawa pasang surut, rawa gambut, lahan kering iklim kering, teknologi industri pangan (Sagu, jagung, singkong, sorghum) dan diversifikasi produknya yang ramah lingkungan dan berkelanjutan dimanfaatkan masyarakat;

2) Di bidang energi, akan dimulai pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), serta inovasi dan layanan Teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) berskala kecil (100 kw – 5 MW);

3) Di bidang kesehatan akan dibangun Pusat Genomik Indonesia, penelitian penyakit tropis untuk menghasilkan: (1) Vaksin penyakit HIV; (2) Vaksin demam berdarah; dan (3) Obat penyakit TBC; dll. Selain itu, pengembangan teknologi produksi bahan baku obat (BBO) seperti antibiotik, bahan biofarmasi, dekstrosa, dan bahan baku obat lainnya juga akan dilakukan;

4) Di bidang teknologi transportasi utamanya akan menyelesaikan

pengembangan pesawat comutter N-219 (19 tempat duduk) untuk

menyelesaikan 2 prototipe untuk uji statis, dan 2 prototipe untuk uji terbang serta inovasi dan layanan teknologi industri perkapalan;

5) Di bidang TIK riset akan difokuskan pada pengembangan infrastruktur TIK khususnya IT Security; pengembangan sistem dan framework/ platform

perangkat lunak berbasis Open Source khususnya industri TIK pendukung e-Government & e-Business;

6) Di bidang hankam riset akan difokuskan pada mendukung pelaksanaan kebijakan pembangunan industri strategis pertahanan dan keamanan;

7) Di bidang material maju akan dibangun pusat keunggulan nasional untuk magnet permanen, dan pengolahan logam tanah jarang, material baterai padat, material berbasis silikon;

b. Layanan Perekayasaan dan Teknologi;

Secara umum strateginya adalah meningkatkan kapasitas dan pelayanan. Untuk itu akan dilaksanakan peningkatan kapasitas layanan dan revitalisasi peralatan laboratorium serta peningkatan kualitas dan jumlah SDM yang akan dibiayai dari dana pemerintah.


(33)

24 c. Layanan Infrastruktur Mutu:

Mencakup standardisasi, metrologi, kalibrasi, dan pengujian mutu, dengan strategi utama meningkatkan pengawasan SNI barang beredar di pasar domestik dan jaminan kualitas barang ekspor. Strategi berikutnya adalah meningkatkan kapasitas dan kemampuan semua jajaran yang tercakup dalam infrastruktur mutu yang tersebar di berbagai kementerian/lembaga pemerintah, lembaga swasta, dan industri.

d. Layanan Pengawasan Tenaga Nuklir:

Mencakup pengawasan penggunaan tenaga nuklir di industri, pertanian, kesehatan, dan energi dengan strategi Meningkatkan pengawasan secara kredibel dan terpercaya, serta meningkatkan kapasitas dan kualitas pengawasan penggunaan tenaga nuklir dengan: (1) memperkuat peran dan kualitas Regulatory Technical Support Organization untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas pengawasan sangat diperlukan, terutama dalam menyongsong era PLTN di Indonesia; dan (2) membangun sarana dan prasarana yang diperlukan untuk melakukan pengawasan ketenaganukliran.

e. Penguatan Kerjasama Swasta-Pemerintah-Perguruan Tinggi:

Khususnya untuk sektor pertanian dan industri serta pengembangan entrepreneur pemula lewat pembangunan inkubator dan modal ventura.

2. Dalam rangka peningkatan dukungan iptek bagi keberlanjutan dan pemanfaatan sumber daya alam maka pembangunan mencakup:

a. Sumber daya hayati (Bioresources)

Arah kebijakan pembangunan iptek untuk mendukung keberlanjutan dan pemanfaatan sumberdaya hayati adalah: (i) melaksanakan secara konsisten dan terurut dengan baik kegiatan eksplorasi, konservasi, pemuliaan, dan disseminasi; dan (ii) melaksanakan kewenangan sebagai otoritas keilmuan sebaik-baiknya sebagaimana yang diamanatkan oleh peraturan perundangan.

Strategi yang akan dilaksanakan adalah:

1) Meningkatkan kegiatan eksplorasi biota darat dan laut yang mencakup seluruh sumber daya hayati Indonesia. Untuk mendukung eksplorasi biota laut jumlah kapal riset akan ditingkatkan.


(34)

25

2) Membangun fasilitas konservasi yang mencakup konservasi ex-situ (kebun raya), gedung koleksi flora, fauna dan mikroba, serta gedung koleksi biota laut.

3) Meningkatkan kegiatan pemuliaan untuk memperoleh galur unggul dan pengembangan aquaculture – biotech,

4) Meningkatkan disseminasi produk sumberdaya hayati ke masyarakat melalui kebun percobaan, perbanyakan bibit, pembinaan masyarakat sendiri.

Untuk mendukung strategi ini antara lain akan: (i) dibangun kebun raya nasional dan fasilitasi pembangunan kebun raya daerah; (ii) Revitalisasi dan pengadaan baru kapal riset; (iii) dibangun stasiun penelitian kelautan di Pantai Barat Sumatera, Selat Malaka, dan di Kalimantan Barat; (iv) dibangun gedung-gedung koleksi biota baik untuk biota darat maupun biota laut.

b. Sumberdaya Nirhayati

Arah kebijakan litbang sumberdaya nirhayati adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan informasi tentang sumberdaya kelautan, limnologi, dan kebencanaan. Strategi utama yang akan dilaksanakan adalah pembangunan Pusat Inovasi Teknologi Maritim di Pantai Penajam – Kalimantan Timur; pengembangan dan ujicoba model pengelolaan danau dan situ; serta pengembangan teknologi mitigasi bencana.

c. Penginderaan Jauh

Arah kebijakan pembangunan penginderaan jauh adalah meningkatkan penguasaan teknologi untuk pemanfaatan satelit penginderaan jauh, serta meningkatkan penguasaan teknologi pembuatan dan peluncuran satelit penginderaan jauh. Strateginya adalah: (i) pemanfaatan data penginderaan jauh khususnya satelit berresolusi tinggi; (ii) pengem-bangan dan pembangunan satelit; dan (iii) pengembangan roket sipil pendorong muatan satelit ke orbitnya. d. Mitigasi Perubahan Iklim

Diarahkan untuk penelitian dan pengkajian teknologi mitigasi perubahan iklim serta penelitian atmosfir.

3. Dalam rangka penyiapan masyarakat Indonesia menuju kehidupan global yang maju dan modern, maka pembangunan Iptek diarahkan pada:


(35)

26 Penyelenggaraan riset sosial dan kemanusiaan untuk seluruh wilayah dan masyarakat Indonesia dengan membentuk 6 simpul (hub) penelitian sosial kemasyarakat di seluruh Indonesia dengan LIPI sebagai pusatnya.

4. Dalam rangka peningkatan dukungan bagi riset dan pengembangan dasar

Pembangunan iptek diarahkan untuk: (1) peningkatan kualitas dan kuantitas SDM Iptek; (2) pembangunan sarana dan prasarana iptek antara lain revitalisasi Puspiptek; (3) pembangunan repositori dan disseminasi informasi iptek; serta (4) peningkatan jaringan iptek melalui konsorsium riset.

5. Dalam rangka Taman Tekno dan Taman Sains

Arah kebijakan dan strategi Dalam rangka Taman Tekno dan Taman Sains adalah sebagai berikut:

a. Pembangunan Taman Sains dan Teknologi Nasional (National Science and Technology Park) yang diarahkan berfungsi sebagai:

1) Pusat pengembangan sains dan teknologi maju;

2) Pusat penumbuhan wirausaha baru di bidang teknologi maju;

3) Pusat layanan teknologi maju ke masyarakat.

b. Pembangunan Taman Sains Provinsi diarahkan berfungsi sebagai:

1) penyedia pengetahuan terkini oleh dosen universitas setempat, peneliti dari lembaga litbang pemerintah, dan pakar teknologi yang siap diterapkan untuk kegiatan ekonomi;

2) penyedia solusi-solusi teknologi yang tidak terselesaikan di Techno Park; 3) sebagai pusat pengembangan aplikasi teknologi lanjut bagi perekonomian

lokal.

c. Pembangunan Taman Tekno Kabupaten/Kota diarahkan berfungsi sebagai: 1) pusat penerapan teknologi di bidang pertanian, peternakan, perikanan, dan

pengolahan hasil (pasca panen), industri manufaktur, ekonomi kreatif, dan jasa-jasa lainnya yang telah dikaji oleh lembaga penelitian, swasta, perguruan tinggi untuk diterapkan dalam skala ekonomi;

2) tempat pelatihan, pemagangan, pusat diseminasi teknologi, dan pusat advokasi bisnis ke masyarakat luas;


(36)

27 Dengan arah kebijakan di atas, maka strategi untuk mencapai sasaran adalah sebagai berikut:

1. Pembangunan Taman Sains dan Teknologi Nasional (National Science and Technology Park, N-STP) akan dilaksanakan melalui: (a) revitalisasi kawasan Puspiptek-Serpong; (b) revitalisasi Inkubator Teknologi-BPPT di Puspiptek; (c)revitalisasi Cibinong Science Centre – LIPI serta pembangunan pusat Inovasi yang ada di dalamnya; (d) pembangunan Pusat Inovasi Teknologi Maritim di Penajam – Kalimantan Timur; serta N-STP di lingkungan universitas.

2. Pembangunan Taman Sains di Provinsi akan dilaksanakan oleh:(1) Kementerian Ristek dan Pendidikan Tinggi bagi taman sains yang berafiliasi ke universitas; dan (2) Kementerian/Lembaga bagi taman sains yang sesuai dengan kompetensi yang sudah terbangun.

3. Pembangunan Taman Tekno di kabupaten/kota oleh kementerian/Lembaga sesuai

dengan kompetensi, tugas pokok dan fungsinya.

3.2 Arah Kebijakan dan Strategi BPPT

Arah kebijakan BPPT sangat terkait dengan arah kebijakan dan strategi nasional yang terdiri dari :

1. Peningkatan dukungan iptek bagi daya saing sektor produksi, maka pembangunan diarahkan pada Penyelenggaraan Litbang (Riset); Layanan Perekekayasaan dan Teknologi dan Penguatan Kerjasama Swasta- Pemerintah – Perguruan Tingi.

2. Peningkatan dukungan iptek bagi keberlanjutan dan pemanfaatan sumber daya alam maka pembangunan terutama diarahkan pada Sumberdaya hayati

3. Peningkatan dukungan bagi riset dan pengembangan dasar 4. Taman Tekno dan Taman Sains.

Dalam upaya mewujudkan visi dan misi dan pencapaian sasaran strategis BPPT maka arah kebijakan BPPT pada tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut:

1. Mendukung peningkatan daya saing industri melalui :

Penyelenggaraan litbangyasa teknologi untuk menghasilkan inovasi dalam bidang teknologi: energi, informasi, material, transportasi, maritim, hankam, permesinan, industri kimia, pangan dan pertanian , sistim inovasi untuk pembangunan taman sains dan tekno, dan inkubasi teknologi.


(37)

28 Penyelenggaraan litbangyasa teknologi untuk menghasilkan inovasi dalam bidang teknologi: obat dan kesehatan, teknologi sumber daya alam dan kelautan, lingkungan dan kebencanaan.

3. Meningkatnya tata kelola pemerintahan yang baik untuk mendukung inovasi dan layanan teknologi

Strategi pelaksanaan dari arah kebijakan tersebut diatas dilakukan melalui upaya upaya inisiatif strategis yang diimplementasikan dalam program-program BPPT yang terdiri dari :

1. Program Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PPT).

2. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya 3. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

1). Strategi untuk mendukung peningkatan daya saing industri

Strategi untuk mendukung peningkatan daya saing industry dilaksanakan melalui pelaksanaan Program Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PPT) dengan 6 sasaran program sebagai berikut :

1. Terwujudnya e-service (e-Govt & e-business) dengan teknologi KTP-el Multiguna. 2. Terwujudnya infrastruktur bersama Data Center untuk Cloud Computing dan

Certificate Authority

3. Terwujudnya inovasi & layanan teknologi untuk meningkatkan daya saing industri galangan kapal nasional

4. Terwujud dan berfungsinya Science/Techno Park

5. Terbangunnya dan berfungsinya Pusat Inovasi

6. Berfungsinya Kawasan Inovasi Teknologi Maritim Nasional sebagai percontohan Pusat Inovasi

2). Strategi untuk mendukung kemandirian bangsa

Strategi untuk mendukung kemandirian bangsa dilaksanakan melalui pelaksanaan Program Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PPT) dengan 9 Sasaran Program sebagai berikut :

1. Terwujudnya inovasi dan layanan teknologi produksi Bahan Baku Obat (BBO) pada perusahaan farmasi dalam negeri


(38)

29 2. Terwujudnya inovasi dan layanan teknologi untuk mendukung pelaksanaan

kebijakan pembangunan industri strategis pertahanan dan keamanan

3. Terwujudnya PLTP Skala kecil yang memanfaatkan peralatan dan komponen produk dalam negeri secara maksimal

4. Terwujudnya inovasi dan layanan teknologi produksi pangan berbahan baku lokal untuk mendukung diversifikasi pangan di kabupaten percontohan

5. Terwujudnya Inovasi teknologi pengurangan risiko bencana

6. Terwujudnya industri yang memanfaatkan teknologi biomaterial di dalam negeri

7. Diterapkannya inovasi dan layanan teknologi nanomaterial 8. Terwujudnya industri bahan baku material untuk energi

9. Diterapkannya inovasi dan layanan teknologi material komposit

3). Strategi untuk meningkatnya tata kelola pemerintahan yang baik untuk mendukung inovasi dan layanan teknologi

Strategi untuk meningkatnya tata kelola pemerintahan yang baik untuk mendukung inovasi dan layanan teknologi dilaksanakan melalui 3 program yaitu :

A. Program Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PPT) Dengan sasaran programmya adalah sebagai berikut :

1. Peningkatan prosentase kualitas SDM perekayasa dan litkayasa nasional 2. Meningkatnya layanan inovasi yang dimanfaatkan mitra pengguna

B. Program Dukungan dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Dengan sasaran program :

1. Meningkatnya pelaksanaan Reformasi Birokrasi 2. Meningkatnya akuntabilitas kinerja

3. Meningkatnya Kualitas Pelayanan Publik Kepada Masyarakat

4. Tercapainya transparansi, kualitas pengawasan, dan percepatan penyelesaian tindak lanjut hasil pengawasan dan memenuhi harapan pemangku kepentingan

5. Tercapainya Penerapan Manajemen Risiko pada pelaksanaan


(39)

30 C. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

Dengan sasaran program :

1. Terwujudnya pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana

3.3 Arah Kebijakan dan Strategi TPSA

Arah kebijakan TPSA sebagai bagian dari arah kebijakan dan strategi BPPT yang terdiri dari :

1. Peningkatan dukungan iptek bagi daya saing sektor produksi, maka pembangunan diarahkan pada Penyelenggaraan Litbang (Riset); Layanan Perekekayasaan dan Teknologi dan Penguatan Kerjasama Swasta- Pemerintah – Perguruan Tingi.

2. Peningkatan dukungan iptek bagi keberlanjutan dan pemanfaatan sumber daya alam maka pembangunan terutama diarahkan pada Sumberdaya hayati

3. Peningkatan dukungan bagi riset dan pengembangan dasar 4. Taman Tekno dan Taman Sains.

Dalam upaya mewujudkan visi dan misi dan pencapaian sasaran strategis BPPT maka arah kebijakan BPPT pada tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut:

1. Mendukung peningkatan daya saing industri melalui : Penyelenggaraan litbangyasa teknologi untuk menghasilkan inovasi dalam bidang teknologi: maritim, dan sistim inovasi untuk pembangunan taman sains dan tekno.

2. Mendukung kemandirian bangsa melalui : Penyelenggaraan litbangyasa teknologi untuk menghasilkan inovasi dalam bidang teknologi: teknologi sumber daya alam dan kelautan, lingkungan dan kebencanaan.

Strategi pelaksanaan dari arah kebijakan tersebut diatas dilakukan melalui upaya upaya inisiatif strategis yang diimplementasikan dalam program TPSA yaitu Program Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PPT).

1). Strategi untuk mendukung peningkatan daya saing industri

Strategi untuk mendukung peningkatan daya saing industry dilaksanakan melalui pelaksanaan Program Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PPT) dengan sasarannya yaitu : berfungsinya Kawasan Inovasi Teknologi Maritim Nasional sebagai percontohan Pusat Inovasi.


(40)

31 2). Strategi untuk mendukung kemandirian bangsa

Strategi untuk mendukung kemandirian bangsa dilaksanakan melalui pelaksanaan Program Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PPT) dengan sasarannya yaitu : terwujudnya Inovasi teknologi pengurangan risiko bencana

3). Strategi Program/Kegiatan Lainnya

Strategi untuk mendukung program/kegiatan lainnya dilaksanakan melalui pelaksanaan Program Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PPT) dengan sasaran-sasaran sebagai beikut:

• Inovasi dan Layanan Teknologi Eksplorasi Sumberdaya Alam

• Inovasi dan Layanan Teknologi Eksplorasi Sumberdaya Kebumian

• Inovasi dan Layanan Teknologi Eksplorasi Sumberdaya Kelautan

• Inovasi dan Layanan Teknologi Peningkatan Nilai Tambah Mineral dan Batubara

• Pengembangan Sarana dan Prasarana Survei Kelautan

• Layanan Jasa Teknologi Survei Kelautan (PNBP)

• Inovasi dan Layanan Kerekayasaan Teknologi Hijau Dalam Rangka Pembangunan Rendah Karbon

• Inovasi dan Layanan Teknologi inovasi Teknologi Pengukuran dan Estimasi Emisi Karbon Indonesia

• Aplikasi fitoteknologi Untuk Mitigasi Lahan Rawan Bencana di Lingkungan Tambang (Inovasi Teknologi Pengelolan Sumberdaya Air Berkelanjutan)

• Layanan Jas Teknologi Rekayasa Remediasi Lingkungan (PNBP)

• Inovasi dan Layanan Teknologi Instrumentasi Kebencanaan Mandiri

• Layanan Jasa Teknologi Modifikasi Cuaca (PNBP)

• Inovasi dan Layanan Mitigasi Bencana Meteorologi Bertaraf Internasional

3.5 Kerangka Kelembagaan

Penyesuaian Kerangka kelembagaan Kedeputian TPSA (struktur organisasi, ketatalaksanaan dan pengelolaan SDM) yang digunakan untuk melaksanakan Rencana Strategis TPSA 2015 – 2019 mengikuti penyesuaian kerangka kelembagaan BPPT dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Meningkatkan keterkaitan dan koordinasi pelaksanaan bidang-bidang pembangunan yang terdapat dalam RPJMN 2015-2019, sesuai dengan fungsi dan visi/misi BPPT;


(41)

32

2) Mempertajam arah kebijakan dan strategi BPPT (TPSA) sesuai dengan kapasitas organisasi dan dukungan sumber daya BPPT (TPSA);

3) Membangun struktur organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran, menghindari duplikasi fungsi dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi BPPT (TPSA) dalam melaksanakan program-program pembangunan nasional;

4) Memperjelas ketatalaksanaan dan meningkatkan profesionalitas SDM BPPT.

3.5.1 Fungsi, Struktur dan Bagan Organisasi 1) Pola Perumusan Tugas dan Fungsi

Pola perumusan tugas dan fungsi Eselon I (TPSA) BPPT, diatur sebagaimana dalam Keppres No 103 tahun 2011 sebagai berikut:

Tugas Eselon 1:

a. Sekretariat Utama mempunyai tugas mengkoordinasikan perencanaan, pembinaan dan pengendalian terhadap program, administrasi dan sumber daya di lingkungan BPPT

b. Deputi Bidang mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidangnya.

Fungsi Eselon I:

a. Sekretariat Utama menyelenggarakan fungsi:

1) pengkoordinasian, sinkronisasi, dan integritas di lingkungan BPPT

2) pengkoordinasian perencanaan dan perumusan kebijakan teknis BPPT

3) pembinaan dan pelayanan admisntrasi ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan dan rumah tangga BPPT

4) pengkoordinasian penyusunan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan tugas BPPT

5) pengkoordinasikan dalam penyusunan laporan BPPT

b. Deputi Bidang menyelenggarakan fungsi:

1) perumusan kebijakan teknis pelaksanaan, pemberian bimbingan dan pembinaan di bidangnya

2) pengendalian terhadap kebijakan teknis di bidangnya


(1)

hipotesis di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta menarik kesimpulan ilmiah bagi keperluan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (2).

58. Penelitian Terapan adalah kegiatan penelitian multi disiplin ilmu pengetahuan yang dapat dilanjutkan melalui kegiatan pengembangan dan perekayasaan (6).

59. Pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan teknologi baru (2)

60. Penerapan adalah pemanfaatan hasil penelitian, pengembangan, dan/atau ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam kegiatan perekayasaan, inovasi, serta difusi teknologi (2).

61. Teknologi adalah cara atau metode serta proses atau produk yang dihasilkan dari penerapan dan pemanfaatan berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang menghasilkan nilai bagi pemenuhan kebutuhan, kelangsungan, dan peningkatan mutu kehidupan manusia (2).

62. Invensi adalah suatu ciptaan atau perancangan baru yang belum ada sebelumnya yang memperkaya khazanah serta dapat dipergunakan untuk menyempurnakan atau memperbaruhi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada (2).

63. Lembaga Kelitbangan adalah institusi yang melakukan kegiatan penelitian, pengembangan, penerapan, pengkajian, perekayasaan, dan pengoperasian yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru atau cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses produksi (1).

64. Lembaga penelitian dan pengembangan yang selanjutnya disebut lembaga litbang adalah lembaga yang melaksanakan kegiatan penelitian dan/atau pengembangan (2). 65. Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah

daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (1).

66. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah (1). Pemerintah daerah adalah


(2)

kepala daerah beserta perangkat daerah otonom yang lain sebagai badan eksekutif daerah (2).

67. Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah perangkat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas Presidan beserta para menteri (2).

68. Hak kekayaan intelektual yang selanjutnya disingkat HKI adalah hak kekayaan atas segala hasil produksi kecerdasan daya pikir yang berguna untuk manusia (1).

69. Ilmu pengetahuan adalah rangkaian pengetahuan yang digali, disusun, dan dikembangkan secara sistematis dangan menggunakan pendekatan tertentu yang dilandasi oleh metodologi ilmiah, baik yang bersifat kuantitatif, kualitatif, maupun eksploratif untuk menerangkan pembuktian gejala alam dan/atau gejala kemasyarakatan tertentu (2).

70. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang strategis adalah berbagai cabang ilmu pengetahuan dan teknologi yang memiliki keterkaitan yang luas dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi secara menyeluruh, atau berpotensi memberikan dukungan yang besar bagi kesejahteraan masyarakat, kemajuan bangsa, keamanan dan ketahanan bagi perlindungan negara, pelestarian fungsi lingkungan hidup, pelestarian nilai luhur budaya bangsa, serta peningkatan kehidupan kemanusiaan.

71. Badan usaha adalah badan atau lembaga berbadan hukum yang melakukan kegiatan usaha sesuai dangan peraturan perundang-undangan (2).

72. Organisasi profesi adalah wadah masyarakat ilmiah dalam suatu cabang atau lintas disiplin ilmu pengetahuan dan teknologi, atau suatu bidang kegiatan profesi, yang dijamin oleh negara untuk mengembangkan profesionalisme dan etika profesi dalam masyarakat, sesuai dengan peraturan perundang-undangan (2).

73. Industri Pertahanan adalah industri nasional yang terdiri atas badan usaha milik negara dan badan usaha milik swasta baik secara sendiri maupun berkelompok yang ditetapkan oleh pemerintah untuk sebagian atau seluruhnya menghasilkan alat peralatan pertahanan dan keamanan, jasa pemeliharaan untuk memenuhi kepentingan strategis di bidang pertahanan dan keamanan yang berlokasi di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (4).

74. Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan adalah segala alat perlengkapan untuk mendukung pertahanan negara serta keamanan dan ketertiban masyarakat. 3. Dewan Perwakilan Rakyat yang selanjutnya disingkat DPR adalah Dewan Perwakilan Rakyat


(3)

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 194. (4)

75. Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan

pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (4).

76. Korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang terorganisasi, baik

merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum (5).

77. Kinerja adalah prestasi kerja berupa keluaran dari suatu kegiatan atau hasil dari suatu

program dgn kuantitas dan kualitas terukur (Pasal 1 butir 12, PP 90 Tahun 2010 dan Psl 1 butir 2, PP 8 Tahun 2006).

78. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk

mewujudkan visi dan misi (Pasal 1 butir 14, UU 25 Tahun 2004).

79. Kebijakan merupakan arah dan langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan

masing-masing program untuk tahun rencana (Psl 20 ayat 3, PP 40 Tahun 2006 ttg Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional).

80. Rencana Strategis K/L 2010-2014, selanjutnya disebut Renstra-KL, adalah dokumen

perencanaan K/L utk periode 5 (lima) tahun, yakni tahun 2010 sampai dgn 2014, yg merupakan penjabaran dari RPJMN 2010-2014 (Permen PPN/ Kepala Bappenas No. 5/ 2009).

81. Renstra-KL memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sesuai dgn tugas dan fungsi K/L yg disusun dgn berpedoman pada RPJM Nasional dan bersifat indikatif (Psl 6 ayat 1, UU 25 Tahun 2004 ttg Sistem Perencanaan dan Pembangunan Nasional).

82. Pelanggan adalah pihak-pihak yang memerlukan dan menggunakan produk, jasa atau

program BPPT, yaitu industri dan pemerintah

83. Stakeholder adalah pihak-pihak yang berkepentingan atau memiliki harapan terhadap

perkembangan kinerja dan program BPPT.

84. Pusat Unggulan Iptek Pusat Unggulan merupakan suatu lembaga yang

mengoptimalkan potensi sumber daya iptek yang tersedia sehingga menjadi pusat kegiatan litbangyasa unggulan nasional ataupun hasil kegiatan litbang di pusat tersebut dapat langsung menjadi solusi dari persoalan yang dihadapi saat ini

85. Daya saing - Peningkatan daya saing merupakan resultan dari kinerja berbagai pilar yang menjadi penopangnya, yang meliputi: institusi, infrastruktur, lingkungan ekonomi


(4)

makro, kesehatan dan pendidikan dasar, pendidikan tinggi dan pelatihan, efisiensi pasar barang, efisiensi pasar tenaga kerja, pasar finansial, kesiapan teknologis, ukuran pasar, kecanggihan bisnis, dan inovasi (sumber: WEF).

86. Daya saing industri merupakan kesiapan suatu industri untuk berinteraksi agar menjadi lebih kompetitif dalam arti memiliki peluang untuk menang bagi industri tersebut. Kunci keberhasilan untuk meningkatkan daya saing industri dengan mendorong laju inovasi berupa peningkatan nilai tambah dan produktivitas bagi industri tersebut agar bisa bersaing, baik di tingkat lokal, nasional, dan lingkungan global.

87. Daya saing Perusahaan - kemampuan perusahaan dalam menghadapi perubahan pasar dan perkembangan persaingan untuk memperkuat posisi pasar dan mengembangkan diri

88. Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang- undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan / atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik

89. Klaster industry Kumpulan/kelompok bisnis dan industri yang terkait melalui suatu rantai produk umum, ketergantungan atas keterampilan tenaga kerja yang serupa, atau penggunaan teknologi yang serupa atau saling komplementer (OECD, 2000); Kelompok industri dengan focal/core industry yang saling berhubungan secara intensif dan membentuk partnership, baik dengan supporting industry maupun related industry (Deperindag, 2000);

90. Teknopreneur - pengusahan yang membangun bisnisnya berdasarkan keahliannya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, dan menghasilkan prosuk inovatif yang berguna tidak hanya bagi dirinya, tetapi bagi kesejahteraan bangsa dan negaranya.

Acuan:

1. Peraturan Bersama Menteri Negara Riset dan Teknologi dan Menteri Dalam Negeri No. 03 Tahun 2012 dan 36 Tahun 2012 tentang Penguatan Sistem Inovasi Daerah.

2. Undang-undang No. 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, Dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 3. Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta.


(5)

5. Undang-Undang No. 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian.

6. Peraturan menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.219 Tahun 2008 tentang

Jabatan Fungsional Perekayasa.

7. Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2004 ttg Rencana Kerja Pemerintah (RKP)

8. Perpres no. 81 tahun 2010 tentang grand design reformasi birokrasi 2010 – 2025


(6)

Lampiran 3. Abreviasi

1. TPSA : Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam

2. PTPSW : Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Kewilayahan

3. PTSM : Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral

4. PTRRB : Pusat Teknologi Reduksi Risiko Bencana

5. PTL : Pusat Teknologi Lingkungan