Piutang usaha yang tak tertagih

Pembayaran sebesar 6000 diterima setelah periode diskon Kas 6.000 Piutang usaha 120 Piutang usaha 6.000 Diskon penjualan yang hilang 120 Kas 6.000 Piutang usaha 6.000

3. Tidak ada pengakuan atas unsur bunga

Secara teoritis, setiap pendapatan setelah periode penjualan adalah pendapatan bunga. Dalam praktik, pendapatan bunga yang berhubungan dengan piutang usaha diabaikan karena jumlah diskon yang biasanya tidak material dibandingkan dengan laba bersih periode bersangkutan. Profesi akuntansi secara khusus mengeluarkannya dari pertimbangan nilai sekarang untuk “piutang yang berasal dari transaksi dengan pelanggan dalam kegiatan bisnis normal yang jatuh tempo dalam jangka waktu perdagangan umum y ang tidak melampaui sekitar satu tahun”

D. Penilaian Piutang Usaha

Pelaporan piutang melibatkan 1 klasifikasi dan 2 penilaian dalam neraca. Klasifikasi melibatkan penentuan lamanya waktu setiap piutang akan beredar. Penilaian piutang sedikit lebih kompleks. Piutang jangka pendek dinilai dan dilaporkan pada nilai realisasi bersih, jumlah bersih yang diperkirakan akan diterima dalam bentuk kas. Penentuan nilai realisasi bersih memerlukan estimasi baik atas piutang yang tak tertagih maupun retur penjualan dan pengurangan harga.

1. Piutang usaha yang tak tertagih

Penjualan atas dasar penjualan tunai berisiko menimbulkan kegagalan untuk menagih piutang. Piutang usaha tak tertagih adalah keruugian pendapatan. Kerugian pendapatan dan penurunan laba diakui dengan mencatat beban piutang ragu-ragu atau beban piutang tak tertagih. Ada dua prosedur untuk mencatat piutang tak tertagih : a. Metode penghapusan langsung mencatat piutang tak tertagih pada tahun dimana diputuskan bahwa suatu piutang tertentu tidak akan dapat ditagih. Pendukung metode ini berpendapat bahwa yang dicatat haruslah fakta bukan estimasi. Metode ini dipandang praktis dan mudah diaplikkasikan. Metode ini mempunyai kelemahan yaitu biasanya gagal menandingkan biaya dengan pendapatan pada periode bersangkutan. b. Metode penyisihan mencatat beban atas dasar estimasi, dalam periode akuntansi di mana penjualan kredit dilakukan. Pendukung metode ini yakin bahwa beban piutang tak tertagih harus dicatat pada periode yang sama sepertii penjualan untuk mendapatkan penandingan yang tepat atas beban dan pendapatan serta untuk mendapatkan nilai tercatat yang tepat atas piutang usaha. FASB memandang ketertagihan piutang sebagai kontijensi kerugian. Jadi metode penyisihan hanya tepat dalam situasi di mana terdapat kemungkinan bahwa nilai aktiva telah menurun dan jumlah penurunan kerugiantersebut dapat diestimasi secara layak. Piutang adalah arus kas masuk prospektif, dan probabilitas penagihannya harus dipertimbangkan dalam menilai arus kas masuk ini. Estimasi ini biasanya dibuat atas dasar persentase penjualan atau piutang yang beredar. a. Pendekatan persentase penjualan laporan laba-rugi Pendekatan ini menandingkan biaya dengan pendapatan karena hal itu mengaitkan beban pada periode di mana penjualan dicatat. Misalnya PT. X mengestimasikan dari pengalaman masa lalu bahwa sekitar 2 dari penjualan kredit tidak akan tertagih. Jika PT. X memiliki penjualan sebesar 400.000 pasa tahun 2007, maka pencatatannya : Biaya piutang tak tertagih 8.000 Penyisihan untuk piutang tak tertagih 8.000 b. Pendekatan persentase piutang neraca Tujuan dari metode ini adalah melaporkan nilai realisasi bersih piutang dalam neraca, oleh karena itu pendekatan ini disebut dengan pendekatan persentase piutang neraca. Pendekatan ini dapat diaplikasikan dengan menggunakan satu tarif gabungan yang mencerminkan estimasi piutang tak tertagih Pendekatan lainnya yang lebih sensitif terhadap status skrual dari piutang usaha adalah menetapkan skedul umur piutang dan menerapkan persentase yang berbeda berdasarkan pengalaman masa lalu pada berbagai kategori umur.

2. Penghapusan piutang usaha yang telah dihapus