tugas penanggulangan bencana di kabupaten Aceh Tengah. Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD Kabupaten Aceh Tengah akan membangun koordinasi
internal BPBD, pemerintah pusat dan masyarakat dalam menjalankan tugasnya BPBD Aceh Tengah, 2010.
Koordinasi yang baik dan sinergi akan menghasilkan penanggulangan yang maksimal dan baik di masa yang akan datang. Koordinasi yang dimaksud adalah
koordinasi BPBD dengan dinas terkait lainnya yang terlibat langsung dalam penanggulangan bencana yakni Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Palang Merah
Indonesia PMI dan POLRI.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka yang menjadi rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh fungsi koordinasi
petugas dinas terkait meliputi pendelegasian wewenang, pembagian kerja, koordinasi secara terencana, pengaturan penggunaan teknologi dan koordinasi dalam rincian
tugas pokok terhadap kesiapsiagaan penanggulangan bencana di Kabupaten Aceh Tengah Propinsi Aceh.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh fungsi koordinasi petugas dinas terkait meliputi pendelegasian wewenang, pembagian kerja, koordinasi
secara terencana, pengaturan penggunaan teknologi dan koordinasi dalam rincian
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
tugas pokok terhadap kesiapsiagaan penanggulangan bencana di Kabupaten Aceh Tengah Propinsi Aceh.
1.4. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh fungsi koordinasi petugas dinas terkait meliputi pendelegasian wewenang, pembagian kerja, koordinasi secara
terencana, pengaturan penggunaan teknologi dan koordinasi dalam rincian tugas pokok terhadap kesiapsiagaan penanggulangan bencana di Kabupaten Aceh Tengah
Propinsi Aceh. 1.5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam mengambil alternatif keputusan
dan perumusan kebijaksanaan sebagai usaha untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Aceh Tengah
khususnya yang terkait dengan penanggulangan bencana di Kabupaten Aceh Tengah Propinsi Aceh.
2. Sebagai bahan pemikiran yang didasari pada teori dan analisis terhadap kajian praktis dalam meningkatkan koordinasi petugas terkait dalam melakukan
kesiapsiagaan penanggulangan bencana di Kabupaten Aceh Tengah Provinsi Aceh.
3. Sebagai bahan referensi penelitian dan rujukan tentang penanggulangan bencana bagi mahasiswa maupun pembaca umumnya. Hasil penelitian ini dapat dijadikan
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
sebagai bahan bacaan dan referensi perpustakaan hingga menjadi dasar pemikiran untuk pelaksanaan penelitian yang selanjutnya.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bencana
2.1.1. Definisi Bencana
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bencana mempunyai arti sesuatu yang menyebabkan atau menimbulkan kesusahan, kerugian atau penderitaan.
Sedangkan bencana alam artinya adalah bencana yang disebabkan oleh alam Purwadarminta, 2006
Menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana merupakan pertemuan dari tiga unsur, yaitu ancaman bencana, kerentanan, dan kemampuan yang
dipicu oleh suatu kejadian. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh gejala-gejala alam yang dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan, kerugian materi, maupun korban manusia
Kamadhis UGM, 2007.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
2.1.2. Jenis-Jenis Bencana Alam
Jenis-jenis bencana menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007, antara lain: 1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
2. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,
epidemi dan wabah penyakit. 3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror UU RI, 2007.
Bencana alam dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan penyebabnya yaitu bencana geologis, klimatologis dan ekstra-terestrial seperti terlihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Jenis Bencana Alam Berdasarkan Penyebabnya Jenis Penyebab Bencana
Alam Beberapa contoh kejadiannya
Bencana alam geologis Gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi,
longsorgerakan tanah, amblesan atau abrasi Bencana alam klimatologis
Banjir, banjir bandang, angin puting beliung, kekeringan, hutan bukan oleh manusia
Bencana alam ekstra-terestrial Impact atau hantaman atau benda dari angkasa luar
Sumber : Kamadhis UGM, 2007 Bencana alam geologis adalah bencana alam yang disebabkan oleh gaya-gaya
dari dalam bumi. Sedangkan bencana alam klimatologis adalah bencana alam yang
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
disebabkan oleh perubahan iklim, suhu atau cuaca. Lain halnya dengan bencana alam ekstra-terestrial, yaitu bencana alam yang disebabkan oleh gaya atau energi dari luar
bumi, bencana alam geologis dan klimatologis lebih sering berdampak terhadap manusia.
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana 2010, jenis-jenis bencana antara lain:
1. Gempa Bumi merupakan peristiwa pelepasan energi yang menyebabkan dislokasi pergeseran pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba. Mekanisme perusakan
terjadi karena energi getaran gempa dirambatkan ke seluruh bagian bumi. Di permukaan bumi, getaran tersebut dapat menyebabkan kerusakan dan runtuhnya
bangunan sehingga dapat menimbulkan korban jiwa. Getaran gempa juga dapat memicu terjadinya tanah longsor, runtuhan batuan, dan kerusakan tanah lainnya
yang merusak permukiman penduduk. Gempa bumi juga menyebabkan bencana ikutan berupa , kecelakaan industri dan transportasi serta banjir akibat runtuhnya
bendungan maupun tanggul penahan lainnya. 2. Tsunami diartikan sebagai gelombang laut dengan periode panjang yang
ditimbulkan oleh gangguan impulsif dari dasar laut. Gangguan impulsif tersebut bisa berupa gempa bumi tektonik, erupsi vulkanik atau longsoran. Kecepatan
tsunami yang naik ke daratan run-up berkurang menjadi sekitar 25-100 Kmjam dan ketinggian air.
3. Letusan Gunung Berapi adalah merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan istilah erupsi. Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
dengan zona kegempaan aktif sebab berhubungan dengan batas lempeng. Pada batas lempeng inilah terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi
sehingga mampu melelehkan material sekitarnya yang merupakan cairan pijar magma. Magma akan mengintrusi batuan atau tanah di sekitarnya melalui
rekahan-rekahan mendekati permukaan bumi. Setiap gunung api memiliki karakteristik tersendiri jika ditinjau dari jenis muntahan atau produk yang
dihasilkannya. Akan tetapi apapun jenis produk tersebut kegiatan letusan gunung api tetap membawa bencana bagi kehidupan. Bahaya letusan gunung api memiliki
resiko merusak dan mematikan. 4. Tanah Longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan,
ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. Tanah
longsor terjadi karena ada gangguan kestabilan pada tanahbatuan penyusun lereng.
5. Banjir dimana suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh air dalam jumlah yang begitu besar. Sedangkan banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba
yang disebabkan oleh karena tersumbatnya sungai maupun karena pengundulan hutan disepanjang sungai sehingga merusak rumah-rumah penduduk maupun
menimbulkan korban jiwa. 6. Kekeringan adalah hubungan antara ketersediaan air yang jauh dibawah
kebutuhan air baik untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
7. Angin Topan adalah pusaran angin kencang dengan kecepatan angin 120 kmjam atau lebih yang sering terjadi di wilayah tropis diantara garis balik utara dan
selatan, kecuali di daerah-daerah yang sangat berdekatan dengan khatulistiwa. Angin topan disebabkan oleh perbedaan tekanan dalam suatu sistem cuaca. Angin
paling kencang yang terjadi di daerah tropis ini umumnya berpusar dengan radius ratusan kilometer di sekitar daerah sistem tekanan rendah yang ekstrem dengan
kecepatan sekitar 20 Kmjam. Di Indonesia dikenal dengan sebutan angin badai. 8. Gelombang Pasang adalah gelombang air laut yang melebihi batas normal dan
dapat menimbulkan bahaya baik di lautan, maupun di darat terutama daerah pinggir pantai. Umumnya gelombang pasang terjadi karena adanya angin kencang
atau topan, perubahan cuaca yang sangat cepat, dan karena ada pengaruh dari gravitasi bulan maupun matahari. Kecepatan gelombang pasang sekitar 10-100
Kmjam. Gelombang pasang sangat berbahaya bagi kapal-kapal yang sedang berlayar pada suatu wilayah yang dapat menenggelamkan kapal-kapal tersebut.
Jika terjadi gelombang pasang di laut akan menyebabkan tersapunya daerah pinggir pantai atau disebut dengan abrasi.
9. Kegagalan Teknologi adalah semua kejadian bencana yang diakibatkan oleh kesalahan desain, pengoperasian, kelalaian dan kesengajaan manusia dalam
penggunaan teknologi atau industri. 10. Kebakaran adalah situasi dimana suatu tempat atau lahan atau bangunan dilanda
api serta hasilnya menimbulkan kerugian. Sedangkan lahan dan hutan adalah
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
keadaan dimana lahan dan hutan dilanda api sehingga mengakibatkan kerusakan lahan dan hutan serta hasil-hasilnya dan menimbulkan kerugian.
11. Aksi Teror atau Sabotase adalah semua tindakan yang menyebabkan keresahan masyarakat, kerusakan bangunan, dan mengancam atau membahayakan jiwa
seseorang atau banyak orang oleh seseorang atau golongan tertentu yang tidak bertanggung jawab. Aksi teror atau sabotase biasanya dilakukan dengan berbagai
alasan dan berbagai jenis tindakan seperti pemboman suatu bangunantempat tertentu, penyerbuan tiba-tiba suatu wilayah, tempat, dan sebagainya. Aksi teror
atau sabotase sangat sulit dideteksi atau diselidiki oleh pihak berwenang karena direncanakan seseorang atau golongan secara diam-diam dan rahasia.
12. Kerusuhan atau Konflik Sosial adalah suatu kondisi dimana terjadi huru-hara atau kerusuhan atau perang atau keadaan yang tidak aman di suatu daerah tertentu
yang melibatkan lapisan masyarakat, golongan, suku, ataupun organisasi tertentu. 13. Epidemi, Wabah dan Kejadian Luar Biasa merupakan ancaman yang diakibatkan
oleh menyebarnya penyakit menular yang berjangkit di suatu daerah tertentu. Pada skala besar, epidemi atau wabah atau Kejadian Luar Biasa KLB dapat
mengakibatkan meningkatnya jumlah penderita penyakit dan korban jiwa. Beberapa wabah penyakit yang pernah terjadi di Indonesia dan sampai sekarang
masih harus terus diwaspadai antara lain demam berdarah, malaria, flu burung, anthraks, busung lapar dan HIVAIDS. Wabah penyakit pada umumnya sangat
sulit dibatasi penyebarannya, sehingga kejadian yang pada awalnya merupakan kejadian lokal dalam waktu singkat bisa menjadi bencana nasional yang banyak
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
menimbulkan korban jiwa. Kondisi lingkungan yang buruk, perubahan iklim, makanan dan pola hidup masyarakat yang salah merupakan beberapa faktor yang
dapat memicu terjadinya bencana ini.
2.1.3. Bencana di Kabupaten Aceh Tengah
Kondisi topografi Kabupaten Aceh Tengah dinilai sangat rentan dengan bencana alam seperti banjir dan tanah longsor. Tidak hanya bencana alam, Aceh
Tengah juga rentan terhadap bencana non-alam, seperti hutan dan lahan yang disebabkan manusia. Koordinasi pencegahan dan kesiapsiagaan penanggulangan
bencana sangat diperlukan dalam upaya mengelola tahapan bencana meliputi pra bencana saat tanggap darurat dan pasca bencana.
Potensi bencana gas beracun diindikasikan pada kawasan yang berdekatan dengan gunung berapi aktif. Dengan demikian kawasan dengan potensi rawan bahaya
gas beracun adalah relatif sama dengan kawasan rawan letusan gunung berapi. Kawasan potensi rawan bahaya gas beracun tersebut adalah di Bener Meriah G.
Geureudong dan Bur Ni Telong, Pidie dan Pidie Jaya G. Peut Sagoe, Aceh Besar G. Seulawah Agam, dan Sabang Cot. Simeuregun Jaboi.
Potensi bencana tanah longsor biasa terjadi di sekitar kawasan pegunungan atau bukit dimana dipengaruhi oleh kemiringan lereng yang curam pada tanah yang
basah dan bebatuan yang lapuk, curah hujan yang tinggi, gempa bumi atau letusan gunung berapi yang menyebabkan lapisan bumi paling atas dan bebatuan berlapis
terlepas dari bagian utama gunung atau bukit. Tanda tanda terjadinya longsor dapat ditandai dengan beberapa parameter antara lain keretakan pada tanah, runtuhnya
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
bagian bagian tanah dalam jumlah besar, perubahan cuaca secara ekstrim dan adanya penurunan kualitas landskap dan ekosistem.
Tanah longsor yang terjadi selama kurun waktu 2007-2009 di Aceh sebanyak 26 kali. Dampak kerusakan harta benda yang ditimbulkan diperkirakan mencapai 50-
100 Miliar rupiah, kerusakan sarana dan prasarana 20–40 persen, sedangkan cakupan wilayah yang terkena longsor sangat luas 20–40 persen, serta berpengaruh terhadap
kondisi sosial ekonomi masyarakat terganggunya mata pencarian sebesar 5–10 persen. Bencana tanah longsor yang berdampak pada masyarakat secara langsung
adalah pada jalur jalan lintas tengah, yaitu yang terdapat di Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten Gayo Lues, sekitar Takengon di Kabupaten Aceh Tengah, dan
di sekitar Tangse – Geumpang Kabupaten Pidie. Aceh memiliki tingkat kompleksitas hidro-meteorologis yang cukup tinggi.
Dimensi alam menyebabkan Aceh mengalami hampir semua jenis bencana hidro- meteorologis seperti puting beliung, banjir, abrasi dan sedimentasi, badai siklon tropis
serta kekeringan. Puting beliung terjadi di Aceh hampir merata di berbagai daerah terutama terjadi di pesisir yang berhadapan dengan perairan laut yang mengalami
angin badai. Berdasarkan kejadian yang pernah terjadi sebelumnya adalah di Aceh Timur, Aceh Utara di pesisir timur dan Aceh Barat di pesisir barat. Namun, dari data
kejadian 3 tahun terakhir 2006-2009 terjadi 30 kali bencana puting beliung di 14 kabupatenkota. Kabupaten Aceh Utara terdata mengalami kejadian tertinggi
dibandingkan kabupatenkota lainnya.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Sumber kerentanan bencana banjir ini berasal dari pembalakan liar illegal logging di kawasan Daerah Aliran Sungai DAS, pendangkalan sungai, rusak atau
tersumbatnya saluran drainase, dan terjadinya perubahan fungsi lahan tanpa sistem tatakelola yang baik yang memperhatikan kapasitas DAS dalam menampung air.
Kabupaten Aceh Utara mencatat kejadian tertinggi dibandingkan Kabupaten Kota lainnya.
Selain bencana yang disebabkan oleh fenomena alam, bencana juga dapat disebabkan oleh perilaku manusia antara lain karena kelalaian, ketidaktahuan,
maupun sempitnya wawasan dari sekelompok masyarakat atau disebut bencana sosial. Bencana sosial dapat terjadi dalam bentuk , pencemaran lingkungan polusi
udara dan limbah industri dan kerusuhan atau konflik sosial. Potensi rawan seperti hutan terjadi pada hutan-hutan yang dilalui jaringan jalan utama sebagai akibat
perilaku manusia, terutama pada kawasan hutan pinus dan lahan gambut yang cenderung mudah mengalami pada musim kemarau. Indikasi potensi rawan hutan
tersebut adalah di Aceh Besar, Pidie, Aceh Jaya, Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Subulussalam, Aceh Singkil, dan Aceh Tengah.
Bencana sosial dapat juga muncul sebagai akibat bencana alam, baik yang disebabkan oleh faktor alam maupun faktor manusia dalam memandang dan
memanfaatkan sumberdaya alam faktor antropogenik. Kejadian bencana sosial yang menonjol di Aceh adalah konflik yang berlatar belakang ideologi dan ekonomi, serta
Kejadian Luar Biasa KLB seperti penyakit menular dan atau tidak menular yang dipicu oleh perilaku manusia itu sendiri.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Isu bencana yang diuraikan di atas masih belum diantisipasi secara baik. Lokasi-lokasi rawan bencana yang disajikan dalam bentuk peta risiko bencana
provinsi Aceh seperti peta risiko gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, angin puting beliung dan kekeringan dengan skala 1:50.000 masih dalam tahap proses
penyelesaian yang diharapkan dapat selesai pada tahun 2011. Peta risiko bencana tersebut dibuat dengan skala 1:50.000 sehingga masih perlu didetilkan lagi dengan
skala 1: 5000 dan disosialisasikan ke masyarakat, khususnya yang berdomisili pada daerah risiko bencana. Sementara itu, beberapa peta risiko bencana lainnya seperti
peta risiko banjir, longsor, cuaca ekstrim dan hutan masih belum ada. Demikian juga dengan building code untuk daerah risiko gempa masih belum sempurna sehingga
belum dapat disosialisasikan ke seluruh kabupatenkota. 2.2.
Penanggulangan Bencana Alam 2.2.1.
Strategi Penanggulangan Bencana
1. Mengintegrasikan mitigasi bencana dalam program pembangunan yang lebih besar.
2. Pemilihan upaya mitigasi harus didasarkan atas biaya dan manfaat. 3. Agar diterima masyarakat, mitigasi harus menunjukkan hasil yang segera tampak.
4. Upaya mitigasi harus dimulai dari yang mudah dilaksanakan segera setelah bencana terjadi.
5. Mitigasi dilakukan dengan cara meningkatkan kemampuan lokal dalam manajemen dan perencanaan.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
2.2.2. Langkah-langkah Mitigasi Bencana
Penanggulangan bencana alam bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bencana dan dampak yang ditimbulkannya. Karena itu, dalam penanggulangannya
harus memperhatikan prinsip-prinsip penanggulangan bencana alam. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana disebutkan sejumlah prinsip penanggulangan yaitu: 1. Cepat dan Tepat
Yang dimaksud dengan prinsip cepat dan tepat adalah bahwa dalam penanggulangan bencana harus dilaksanakan secara cepat dan tepat sesuai dengan
tuntutan keadaan. Keterlambatan dalam penanggulangan akan berdampak pada tingginya kerugian material maupun korban jiwa.
2. Prioritas Yang dimaksud dengan prinsip prioritas adalah bahwa apabila terjadi bencana,
kegiatan penanggulangan harus mendapat prioritas dan diutamakan pada kegiatan penyelamatan jiwa manusia.
3. Koordinasi dan Keterpaduan Yang dimaksud dengan prinsip koordinasi adalah bahwa penanggulangan
bencana didasarkan pada koordinasi yang baik dan saling mendukung. Yang dimaksud dengan prinsip keterpaduan adalah bahwa penanggulangan
bencana dilakukan oleh berbagai sektor secara terpadu yang didasarkan pada kerja sama yang baik dan saling mendukung.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
4. Berdaya Guna dan Berhasil Guna Yang dimaksud dengan prinsip berdaya guna adalah bahwa dalam mengatasi
kesulitan masyarakat dilakukan dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan.
Yang dimaksud dengan prinsip berhasil guna adalah bahwa kegiatan penanggulangan bencana harus berhasil guna, khususnya dalam mengatasi
kesulitan masyarakat dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan.
5. Transparansi dan Akuntabilitas Yang dimaksud dengan prinsip transparansi adalah bahwa penanggulangan
bencana dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan. Yang dimaksud dengan prinsip akuntabilitas adalah bahwa penanggulangan
bencana dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan secara etik dan hukum.
6. Kemitraan Penanggulangan tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah. Kemitraan dalam
penanggulangan bencana dilakukan antara pemerintah dengan masyarakat luas termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat LSM maupun dengan organisasi-
organisasi kemasyarakatan lainnya. Bahkan, kemitraan juga dilakukan dengan organisasi atau lembaga di luar negeri termasuk dengan pemerintahannya.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
7. Pemberdayaan Pemberdayaan berarti upaya meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
mengetahui, memahami dan melakukan langkah-langkah antisipasi, penyelamatan dan pemulihan bencana. Negara memiliki kewajiban untuk memberdayakan
masyarakat agar mengurangi dampak dari bencana. 8. Non Diskriminatif
Yang dimaksud dengan prinsip nondiskriminatif adalah bahwa negara dalam penanggulangan bencana tidak memberi perlakuan yang berbeda terhadap jenis
kelamin, suku, agama, ras dan aliran politik apapun. 9. Non Proletisi
Yang dimaksud dengan prinsip proletisi adalah bahwa dilarang menyebarkan agama atau keyakinan pada saat keadaan darurat bencana, terutama melalui
pemberian bantuan dan pelayanan darurat bencana.
2.2.3. Tahap Penanggulangan Bencana
Badan Penanggulangan Bencana dan Daerah yang selanjutnya disebut BPBD adalah merupakan unsur pendukung dan pelaksana tugas dalam penyelenggaraan
pemerintahan di bidang penanggulangan bencana dan perlindungan masyarakat
terhadap bencana alam, non alam dan sosial.
Penanggulangan bencana adalah segala upaya kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan pencegahan, penjinakan mitigasi, penyelamatan, rehabilitasi dan
rekonstruksi, baik sebelum bencana, pada saat terjadinya bencana maupun setelah bencana dan menghindarkan dari bencana yang terjadi.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Upaya penanggulangan dampak bencana dilakukan melalui pelaksanaan tanggap darurat dan pemulihan kondisi masyarakat di wilayah bencana. Upaya
penanggulangan dampak bencana tersebut dilakukan secara sistematis, menyeluruh, efisien dalam penggunaan sumberdaya dan efektif dalam memberikan bantuan
kepada kelompok korban. Upaya penanggulangan dan pemulihan tersebut dilakukan dengan pendekatan secara utuh dan terpadu melalui tiga tahapan, yaitu tanggap
darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi dalam pelaksanaan penanggulangan dampak bencana, yaitu:
1. Tahap Tanggap Darurat
Tahap ini telah selesai dilaksanakan oleh Pemerintah melalui BNPB, BPBD serta LSM dan masyarakat baik lokal maupun internasional juga beberapa instansi
terkait di pusat. Tahap ini bertujuan membantu masyarakat yang terkena bencana langsung untuk segera dipenuhi kebutuhan dasarnya yang paling minimal. Sasaran
utama dari tahap tanggap darurat ini adalah penyelamatan dan pertolongan kemanusiaan. Dalam tahap tanggap darurat ini, diupayakan pula penyelesaian tempat
penampungan sementara yang layak, serta pengaturan dan pembagian logistik yang cepat dan tepat sasaran kepada seluruh korban bencana.
Pada tahap ini berbagai upaya dilakukan untuk meminimalkan dampak buruk dari bencana. Contoh-contoh kegiatan pada tahap ini adalah:
a. Pembuatan waduk untuk mencegah terjadinya banjir dan kekeringan b. Penanaman pohon bakau atau mangrove di sepanjang pantai untuk menghambat
gelombang tsunami
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA