Ketentuan Pemotongan PPh Pasal 23

BAB III GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK

A. Ketentuan Pemotongan PPh Pasal 23

Sebelum membahas lebih jauh mengenai Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23, ada baiknya kita mengetahui apa arti pajak yang sebenarnya. Pajak menurut Rochmat Soemitro adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang- undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal balik kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum Resmi, 2008 : 1. Sedangkan pengertian pajak menurut Undang- Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 28 tahun 2007 adalah kontribusi wajib kepada kas Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar- besarnya kemakmuran rakyat. Fungsi Budgetair Sumber Keuangan Negara sebagai salah satu fungsi pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan Mardiasmo, 2006 : 1. Sebagai sumber keuangan negara, pemerintah berupaya memasukkan uang sebanyak- banyaknya untuk uang kas negara. Upaya yang Universitas Sumatera Utara ditempuh dengan cara ekstensifikasi maupun intensifikasi pemungutan pajak melalui penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak, seperti Pajak Penghasilan PPh, Pajak Pertambahan Nilai PPN, Pajak Penjualan atas Barang Mewah PPnBM, dan lain- lain. Pajak Penghasilan merupakan jenis pajak subjektif yang kewajiban pajaknya melekat pada subjek pajak yang bersangkutan, artinya kewajiban pajak tersebut dimaksudkan untuk tidak dilimpahkan kepada subjek pajak lainnya. Oleh karena itu, dalam rangka memberikan kepastian hukum, penentuan saat mulai dan berakhirnya kewajiban pajak subjektif menjadi sangat penting. Pada umumnya Subjek pajak penghasilan dibedakan menjadi 2 yaitu, Subjek Pajak Dalam Negeri dan Subjek Pajak Luar Negeri. Subjek Pajak Dalam Negeri terutang pajak atas seluruh pengasilan, baik penghasilan yang diterima atau diperoleh di dalam negeri maupun penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri. Sedangkan Subjek Pajak Luar Negeri terutang pajak atas penghasilan yang berasal dari Indonesia saja. Pajak Penghasilan pada umumnya dibagi lagi menjadi Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Pasal 26, Pajak Penghasilan Pasal 22, Pajak Penghasilan Pasal 23 dan Pasal 26, Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2, dan Pajak Penghasilan Pasal 15. Pada kesempatan ini, kita akan membahas lebih jauh mengenai Pajak Penghasilan Pasal 23. Pajak Penghasilan Pasal 23 merupakan pajak yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Dalam Negeri orang pribadi maupun badan, dan bentuk usaha tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan Universitas Sumatera Utara Pasal 21 Mardiasmo, 2006 : 210. Untuk meringankan pajak terutang Wajib Pajak, maka besarnya pajak atas penghasilan Wajib Pajak Dalam Negeri yang telah dipotong oleh pihak yang memberikan penghasilan tersebut dapat dikreditkan terhadap total pajak terutang atas seluruh penghasilan Wajib Pajak Dalam Negeri. Konsep pemisahan jasa objek pajak pasal 21 atau 23 pada undang-undang PPh berdasarkan status subjek pajak penerima penghasilan, Wajib Pajak Orang Pribadi atau Badan. Apabila transaksi jasa dibayarkan imbalan kepada Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri termasuk kelompok objek Pajak Penghasilan pasal 21. Sedangkan transaksi jasa yang dibayarkan imbalan kepada Wajib Pajak Badan dalam negeri termasuk kelompok objek Pajak Penghasilan pasal 23. Jika penerima jasa Wajib Pajak luar negeri maka termasuk objek pajak Pajak Penghasilan pasal 26. Dasar pengertian mengenai konsep pemisahan diatas adalah pasal 21 Undang- Undang Pajak Penghasilan, “Pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri…”. Pada peraturan pelaksanaan pemotongan jasa Pajak Penghasilan pasal 21 yaitu Peraturan Dirjen Pajak 31 tahun 2012, pasal 3 c yaitu “Bukan Pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pemberian jasa, pemberi jasa dalam segala bidang dipotong Pajak Penghasilan pasal 21”. Dari dua dasar peraturan tersebut akan lebih baik jika diambil simpulan bahwa, “Semua jenis jasa, pemberi Universitas Sumatera Utara jasa dalam segala bidang yang penerima penghasilan atau pemberi jasanya Wajib Pajak Orang Pribadi termasuk kelompok objek pajak Pajak Penghasilan pasal 21” karena Pajak Penghasilan pasal 21 konsep pembayaran imbalan kepada Wajib Pajak Orang Pribadi. Misalnya, Jumlah penghasilan bruto atas jasa perbaikan kendaraan, perbaikan alat pendingin ruangan, dan alat-alat lainnya. Jumlah bruto sebagai Dasar pengenaan Pajak adalah jumlah total nilai transaksi dikurangi dengan pembelian komponen untuk perbaikan. Bagian yang dipajaki pasal 21 atau 23 atas jasa saja. Apabila pemberi jasa bengkel adalah Wajib Pajak Orang Pribadi maka objek pajak Pajak Penghasilan pasal 21, sedangkan pemberi jasa adalah Wajib Pajak Badan objek pajak Pajak Penghasilan pasal 23. Pemotong Pajak Penghasilan pasal 21 dan 23 ditunjuk oleh Ditjen Pajak yang implementasinya dapat dilihat pada Surat Keterangan Terdaftar SKT yang diperoleh pada saat Wajib Pajak mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak ke kantor pajak setempat. Pada Surat Keterangan Terdaftar ada keterangan jenis kewajiban pajak. Wajib Pajak Badan, wajib Pajak Penghasilan pasal 21 dan 23 tetapi tidak semua Wajib Pajak Orang Pribadi wajib Pajak Penghasilan pasal 21 dan 23. Apabila tidak ada penunjukan dari Ditjen Pajak maka tidak boleh memotong atau memungut pajak. Pasal 23 Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2008, selanjutnya mengatur ketentuan besarnya pajak penghasilan yang dipotong oleh pihak Universitas Sumatera Utara yang memberikan penghasilan. Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis jasa lain sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf c angka 2 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244PMK. 032008 tanggal 31 Desember 2008, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80PMK. 032010 tanggal 1 April 2010 tentang tanggal jatuh tempo penyetoran pajak penghasilan pasal 23.

B. Subjek dan Objek Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23