Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Pada Bayi di Puskesmas Darussalam, Medan pada Tahun 2013

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI

DASAR PADA BAYI DI PUSKESMAS DARUSSALAM,

MEDAN PADA TAHUN 2013

Oleh :

MOHAMED AZHAR BIN SAFEEK MOHAMED 100100198

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Pada Bayi di Puskesmas Darussalam, Medan pada Tahun 2013

Nama : Mohamed Azhar Bin Safeek Mohamed Nim : 100100198

Pembimbing, Penguji ,

dr. Yunita Sari Pane , M.Si dr. Nuryunita Nainggolan, Sp.P NIP: 197106202002122001 NIP: 197006161999032004

dr. T. Ibnu Alferraly, Sp.PA NIP: 196202121989111001

Medan, Desember 2013 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD. KGEH) NIP : 19540220 1980111001


(3)

ABSTRAK

Imunisasi merupakan pemberian kekebalan pada bayi dan anak terhadap berbagai penyakit, sehingga bayi dan anak tumbuh dalam keadaan sehat. Tanpa imunisasi kira-kira 3 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit campak, sebanyak 2 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena batuk rejan, 1 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit tetanus, dan dari setiap 200.000 anak, 1 akan menderita penyakit polio.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas Darussalam, Medan. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan desain cross sectional. Sampel pada penelitian ini sebanyak 100 ibu yang mempunyai bayi usia 0 sampai 12 bulan yang membawa anak untuk diimunisasi di Puskesmas Darussalam, Medan. Penentuan jumlah sampel berdasarkan accidental sampling. Pengolahan data telah dilakukan dengan menggunakan komputer dengan perisian SPSS kemudian dianalisa.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar pada bayi mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan dalam kategori baik sebanyak 61 responden (61%), diikuti dengan tingkat pengetahuan dalam kategori kurang baik sebanyak 39 responden (39%). Proporsi tingkat pengetahuan baik berdasarkan karakteristik menurut kelompok usia yang terbanyak pada 20-30 tahun : 45 responden (63.4%) ; pendidikan sarjana : 8 responden (100%) ; pekerjaaan PNS : 51 responden (76%).

Dari penelitian ini, disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar pada bayi mayoritas responden dalam kategori baik. Namun, perlu ditingkatkan lagi pelayanan imunisasi untuk meningkatkan standar kesehatan bayi. Untuk Puskesmas Darussalam, Medan perlu mempertahankan dan meningkatkan cakupan imunisasi. Dengan tingkat pengetahuan ibu yang baik tentang imunisasi diharapkan dapat meningkatkan kesehatan bayi.

Kata kunci : Pengetahuan Ibu, Imunisasi Dasar


(4)

ABSTRACT

Immunizations grant immunity to infants and children against various diseases, so that they can grow in a healthy state. Without immunizations, approximately 3 of 100 children born will die from measles, as many as 2 out of 100 children born will die from whooping cough, 1 in 100 children born will die from tetanus, and of every 200,000 children, 1 will suffer from polio .

The objective of this study is to determine the level of knowledge of mothers about basic immunization in infants at Puskesmas Darussalam, Medan. This research is a descriptive study with a cross sectional design. Samples in this study were 100 mothers with infants aged 0 to 12 months who’ve brought their child to be immunized at the Puskesmas Darussalam, Medan. Determination of the number of samples were based on accidental sampling. A computer program called Statistical Package for the Social Science (SPSS) was used to analyze the data.

The result showed that a majority of respondents have a good level of knowledge about the basic immunization in infants in the favourable category with a total of 61 respondents (61%), followed by the level of knowledge in the unfavourable category with 39 respondents (39%). The proportion based on the characteristics of a good level of knowledge according to the highest age group of 20-30 years: 45 respondents (63.4%); undergraduate education: 8 respondents (100%); employment of civil servants: 51 respondents (76%).

Based on the results of the study, it can be concluded that a majority of the mothers have a good level of knowledge about basic immunization in infants. However, immunization services needs to be improved to increase the standard of health for infants. Darussalam Health Center, Medan needs to maintain and improve immunization coverage. A good level of knowledge regarding basic immunization in mothers is expected to improve the health of infants.


(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dalam rangka memenuhi kewajiban untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam penelitian Karya Tulis Ilmiah ini, saya juga mendapatkan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD. KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Yunita Sari Pane MSi, selaku dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah ini yang telah menyediakan waktu, tenaga, pemikiran dan kesabarannya sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik.

3. Dosen penguji seminar proposal dan hasil penelitian yang telah memberi ide dan saran yang membangun untuk karya tulis ilmiah ini

4. Seluruh staf pengajar dan pegawai Staf Akademik FK USU yang telah memberikan ilmu dan bantuan selama menuntut ilmu di FK USU.

5. Orang tua saya yang tercinta, Haji Safeek Mohamed Bin Haji Mohamed Tajuddin dan Hajjah Misbahu Nisha Binti Haji Badrudin yaang memberi semangat kepada saya sepanjang pelaksanaan penelitian saya.

6. Teman sekelompok saya, karena walaupun tugas ini merupakan tugas individu, tetapi beliau tetap banyak membantu saya dan bekerjasama dalam meyelesaikan tugas ini.

7. Pimpinan Puskesmas Darussalam Medan yang telah memberikan peluang kepada saya untuk melaksanakan penelitian

8. Semua ibu yang membawa anak untuk diimunisasi di Puskesmas Darussalam, Medan yang sudi menjadi responden pada penelitian ini.

Saya menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun bahasanya. “Tak ada gading yang tak retak”. Untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi vi


(6)

menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini di masa yang akan datang. Akhirnya peneliti mengharapkan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat membawa manfaat terutama bagi peneliti sendiri dan para pembaca sekalian.

Medan, 7 Desember 2013 Penulis

Mohamed Azhar Bin Safeek Mohamed NIM : 100100198


(7)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Pengetahuan ... 5

2.1.1 Definisi Pengetahuan ... 5

2.1.2 Fungsi Pengetahuan ... 5

2.1.3 Tingkat Pengetahuan ... 5

2.1.4 Cara Memperoleh Pengetahuan ... 7

2.1.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan .. 8

2.1.6 Pengukuran Pengetahuan ... 9

2.2 Imunisasi ... 9

2.2.1 Definisi Imunisasi ... 9

2.2.2 Tujuan Imunisasi ... 10

2.2.3 Manfaat Imunisasi ... 11 viii


(8)

2.2.4 Sasaran Imunisasi ... 11

2.2.5 Macam-Macam Imunisasi ... 11

2.2.6 Jenis-Jenis Imunisasi ... 12

2.2.7 Jadwal Imunisasi ... 21

2.2.8 Jadwal Imunisasi Tidak Teratur ... 21

2.2.9 Pengetahuan Ibu Terhadap Status Imunisasi Anak 22

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL . 24 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 24

3.2 Definisi Operasional... 24

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ... 26

4.1 Desain Penelitian ... 26

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 26

4.3.1 Populasi Penelitian ... 26

4.3.2 Sampel Penelitian ... 26

4.4 Instrumen Penelitian... 27

4.5 Pengumpulan Data ... 28

4.6 Pengolahan dan Analisis Data ... 29

4.7 Teknik Penyajian Data ... 30

4.8 Pertimbangan Etik ... 30

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31

5.1 Hasil Penelitian ... 31

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 31

5.1.2 Deskripsi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik ... 31

5.1.3 Hasil Analisa Data... 33


(9)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

6.1 Kesimpulan ... 41

6.2 Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 43 x


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Dari Seluruh

Responden ... 31 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Dari

Seluruh Responden ... 32 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Dari

Seluruh Responden ... 32 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Dari

Seluruh Responden ... 33 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Jawaban Kuesioner Responden Pada

Setiap Pertanyaan ... 33 Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan

Kelompok Usia ... 34 Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan

Tingkat Pendidikan ... 35 Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Jadwal Imunisasi Rekomendasi Ikatan Dokter Anak

Indonesia Periode 2008 ... 23 Gambar 3.1 Kerangka Konsep ... 24 xii


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Lembar Penjelasan

Lampiran 3 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) Lampiran 4 Kuesioner

Lampiran 5 Data Induk Lampiran 6 SPSS output Lampiran 7 Ethical Clearance Lampiran 8 Surat Izin Penelitian Lampiran 9 Surat Keterangan Penelitian


(13)

ABSTRAK

Imunisasi merupakan pemberian kekebalan pada bayi dan anak terhadap berbagai penyakit, sehingga bayi dan anak tumbuh dalam keadaan sehat. Tanpa imunisasi kira-kira 3 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit campak, sebanyak 2 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena batuk rejan, 1 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit tetanus, dan dari setiap 200.000 anak, 1 akan menderita penyakit polio.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas Darussalam, Medan. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan desain cross sectional. Sampel pada penelitian ini sebanyak 100 ibu yang mempunyai bayi usia 0 sampai 12 bulan yang membawa anak untuk diimunisasi di Puskesmas Darussalam, Medan. Penentuan jumlah sampel berdasarkan accidental sampling. Pengolahan data telah dilakukan dengan menggunakan komputer dengan perisian SPSS kemudian dianalisa.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar pada bayi mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan dalam kategori baik sebanyak 61 responden (61%), diikuti dengan tingkat pengetahuan dalam kategori kurang baik sebanyak 39 responden (39%). Proporsi tingkat pengetahuan baik berdasarkan karakteristik menurut kelompok usia yang terbanyak pada 20-30 tahun : 45 responden (63.4%) ; pendidikan sarjana : 8 responden (100%) ; pekerjaaan PNS : 51 responden (76%).

Dari penelitian ini, disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar pada bayi mayoritas responden dalam kategori baik. Namun, perlu ditingkatkan lagi pelayanan imunisasi untuk meningkatkan standar kesehatan bayi. Untuk Puskesmas Darussalam, Medan perlu mempertahankan dan meningkatkan cakupan imunisasi. Dengan tingkat pengetahuan ibu yang baik tentang imunisasi diharapkan dapat meningkatkan kesehatan bayi.

Kata kunci : Pengetahuan Ibu, Imunisasi Dasar


(14)

ABSTRACT

Immunizations grant immunity to infants and children against various diseases, so that they can grow in a healthy state. Without immunizations, approximately 3 of 100 children born will die from measles, as many as 2 out of 100 children born will die from whooping cough, 1 in 100 children born will die from tetanus, and of every 200,000 children, 1 will suffer from polio .

The objective of this study is to determine the level of knowledge of mothers about basic immunization in infants at Puskesmas Darussalam, Medan. This research is a descriptive study with a cross sectional design. Samples in this study were 100 mothers with infants aged 0 to 12 months who’ve brought their child to be immunized at the Puskesmas Darussalam, Medan. Determination of the number of samples were based on accidental sampling. A computer program called Statistical Package for the Social Science (SPSS) was used to analyze the data.

The result showed that a majority of respondents have a good level of knowledge about the basic immunization in infants in the favourable category with a total of 61 respondents (61%), followed by the level of knowledge in the unfavourable category with 39 respondents (39%). The proportion based on the characteristics of a good level of knowledge according to the highest age group of 20-30 years: 45 respondents (63.4%); undergraduate education: 8 respondents (100%); employment of civil servants: 51 respondents (76%).

Based on the results of the study, it can be concluded that a majority of the mothers have a good level of knowledge about basic immunization in infants. However, immunization services needs to be improved to increase the standard of health for infants. Darussalam Health Center, Medan needs to maintain and improve immunization coverage. A good level of knowledge regarding basic immunization in mothers is expected to improve the health of infants.


(15)

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, pembangunan di bidang kesehatan di Indonesia telah menjadi suatu program terpenting yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat Indonesia. Untuk itu, banyak program telah dilakukan dan salah satu upaya yang dilakukan adalah pemberian imunisasi pada bayi. Program imunisasi merupakan salah satu program prioritas yang sangat efektif untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi akibat penyakit yang boleh dicegah dengan membuat bayi menjadi kebal (resisten) terhadap penyakit infeksi. Imunisasi dibedakan dalam dua jenis, imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Pada imunisasi aktif, tubuh ikut berperan dalam membentuk kekebalan (imunitas). Umumnya tubuh seseorang dirangsang untuk membentuk pertahanan imunologis terhadap kontak alamiah dengan berbagai penyakit. Sedangkan dalam imunisasi pasif, tubuh seseorang terutamanya bayi, yang rentan terjangkit penyakit tertentu tidak membentuk kekebalan dengan sendirinya, tetapi diberikan dalam bentuk antibodi dari luar.

Imunisasi adalah proses dimana seseorang dibuat kebal atau resisten terhadap penyakit menular, biasanya dengan pemberian vaksin. Vaksin merangsang sistem kekebalan tubuh sendiri untuk melindungi orang terhadap infeksi berikutnya atau penyakit. Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan menghilangkan penyakit menular yang mengancam jiwa dan diperkirakan untuk mencegah antara 2 dan 3 juta kematian setiap tahun. Ini adalah salah satu investasi yang paling hemat biaya kesehatan, dengan strategi yang telah terbukti yang membuatnya dapat diakses bahkan populasi yang paling sulit dijangkau dan rentan (WHO, 2013).

Imunisasi dalam sistem kesehatan nasional adalah salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dasar utama pelayanan kesehatan, bidang preventif merupakan prioritas utama. Dengan melakukan imunisasi terhadap seorang anak


(16)

atau balita, tidak hanya memberikan perlindungan pada anak tersebut tetapi juga berdampak kepada anak lainnya karena terjadi tingkat imunitas umum yang meningkat dan mengurangi penyebaran infeksi (Ranuh et al., 2008).

Penelitian epidemiologi di Indonesia dan negara-negara lain, ketika ada wabah campak, difteri atau polio, anak yang sudah mendapat imunisasi dasar lengkap sangat jarang yang tertular, bila tertular umumnya hanya ringan, sebentar dan tidak berbahaya. Tetapi anak yang tidak mendapat imunisasi, ketika ada wabah, lebih banyak yang sakit berat, meninggal atau cacat (Soedjatmiko, 2009).

Pada tahun 1974 cakupan imunisasi baru mencapai 5% dan setelah dilaksanakannya imunisasi global yang disebeut dengan Extended Program on Immunization (EPI) cakupan terus meningkat (Ranuh et al., 2008). Tanpa imunisasi kira-kira 3 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit campak, sebanyak 2 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena batuk rejan, satu dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit tetanus, dan dari setiap 200.00 anak, satu akan menderita penyakit polio (Proverawati & Andhini, 2010). Di dunia selama dekade United Nations Children Funds (UNICEF) telah menggalakkan program vaksinasi untuk anak-anak di negara berkembang dengan pemberian bantuan vaksinasi Dipteria, Campak, Pertusis, Polio, Tetanus, dan TBC. Bila dibandingkan, resiko kematian anak yang menerima vaksin dengan tidak menerima vaksin kira-kira 1:9 sampai 1:4 (Nyarko et al., 2001) dalam (Rukiyah & Yulianti, 2010).

Bayi -bayi di Indonesia yang di imunisasi setiap tahun sekitar 90% dari sekitar 4,5 juta bayi yang lahir. Hal itu karena masih ada hambatan geografis, jarak, jangkauan layanan, transportasi, ekonomi dll. Artinya setiap tahun ada 10% bayi (sekitar 450.000 bayi) yang belum mendapat imunisasi, sehingga dalam 5 tahun menjadi 2 juta anak yang belum mendapat imunisai dasar lengkap. Bila terjadi wabah, maka 2 juta balita yang belum mendapat imunisasi dasar lengkap akan mudah tertular penyakit berbahaya tersebut, akan sakit berat, meninggal atau cacat. Selain itu mereka dapat menyebarkan penyakit tersebut kemana-mana bahkan sampai ke negara lain, seperti kasus polio yang sangat merepotkan dan menghebohkan seluruh dunia (Soedjatmiko, 2009).


(17)

Menurut Buletin data surveilans PD3I & imunisasi Provinsi Sumut (2009) cakupan imunisasi pada bayi di provinsi Sumatera Utara pada tahun 2009 menunjukkan bahwa dari jumlah sasaran bayi sebanyak 323.846 jiwa, cakupan imunisasi (HB) usia 0 bulan atau kurang dari 7 hari (48,5%), imunisasi BCG (68,3%), imunisasi Polio 1 (91,2%), imunisai DPT/HB 1 (88,4% ), imunisasi Polio 2 (86,9%), imunisasi DPT/HB 2 (85,6%), imunisasi Polio 3 (85,0%), imunisasi DPT/HB 3 (82,9%), imunisasi Polio 4 (82,0%), dan imunisasi campak (81,6%). Terlihat bahwa cakupan imunisasi yang paling rendah yaitu imunisasi hepatitis B (HB) usia 0 bulan atau kurang dari 7 hari dan imunisasi BCG (68,3%), dimana target cakupan untuk setiap imunisasi adalah 100%.

Walaupun sudah diberikan gratis oleh pemerintah tetapi cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di desa/ kelurahan masih belum tercapai. Hal tersebut dikarenakan dengan berbagai alasan seperti pengetahuan ibu yang kurang tentang imunisasi dan rendahnya kesadaran ibu membawa anaknya ke Posyandu atau Puskesmas untuk mendapatkan imunisasi yang lengkap karena takut anaknya sakit, dan ada pula yang merasa bahwa imunisasi tidak diperlukan untuk bayinya, kurang informasi/ penjelasan dari petugas kesehatan tentang manfaat imunisasi, serta hambatan lainnya (Ranuh et al., 2008).

Berdasarkan hal yang telah diuraikan pada latar belakang, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Tingkat Pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas Darussalam Medan pada tahun 2013.

1.2Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas Darussalam, Medan pada tahun 2013.

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas Darussalam, Medan pada tahun 2013.


(18)

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah seperti berikut:

1. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu yang memiliki bayi untuk diimunisasi di Puskesmas Darussalam, Medan berdasarkan usia.

2. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu yang memiliki bayi untuk diimunisasi di Puskesmas Darussalam, Medan berdasarkan jenis pekerjaan.

3. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu yang memiliki bayi untuk diimunisasi di Puskesmas Darussalam, Medan berdasarkan tingkat pendidikan.

1.4Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat :

1. Pihak Puskesmas : Sebagai sarana evaluasi bagi pihak Puskesmas Darussalam dalam mengembangkan program imunisasi.

2. Bagi masyarakat : Untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang imunisasi demi kesehatan anak.

3. Bagi Petugas Kesihatan masyarakat : Dapat merencanakan suatu strategi kesehatan untuk menindaklanjutnya.

4. Bagi Peneliti : Bagi peneliti, penelitian ini merupakan kegiatan yang dapat menambah pengetahuan dan pengalaman.

5. Bagi Peneliti Lain : Sebagai bahan referensi untuk penelitian yang sejenis selanjutnya misalnya untuk mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU).


(19)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Definisi Pengetahuan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999) pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui melalui proses belajar.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pengindraan manusia, yaitu indra melihat, indra pendengar, penciuman, rasa dan raba, sebahagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmojo, 2003).

2.1.2 Fungsi pengetahuan

Menurut fungsi ini manusia mempunyai dorongan dasar untuk ingin tahu, mencari penalaran, dan mengorganisasikan pengalamannya. Adanya unsur-unsur pengalaman yang semula tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu yang akan disusun, ditata kembali, atau dirubah sedemikian rupa sehingga tercapai suatu konsisten (Azwar, 2005).

2.1.3 Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan dibagi dalam 6 tingkatan yaitu sebagai berikut

a) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Yang termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) suatu spesifik dari seluruh bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tingkat pengetahuan ini merupakan tingkat yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu dengan menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.


(20)

b) Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang telah dipelajari.

c) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan yang menyimpulkan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi ini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah dalam pemecahan masalah ketiga dari kasus yang diberikan.

d) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa dapat memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e) Sintesis (Synthesis)

Sintesis diartikan sebagai suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penelitian-penelitian tersebut didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.


(21)

2.1.4 Cara Memperoleh Pengetahuan

Dari berbagai cara yang telah digunakan untuk memperoleh pengetahuan sepanjang sejarah, dapat di kelompokkan menjadi 2 yaitu sebagai berikut :

A. Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan

Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan ini antara lain sebagai berikut :

1. Cara coba salah (Trial and Error)

Cara coba salah ini di lakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam mencegah masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil maka di coba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan yang kedua tidak berhasil, maka di coba kembali kemungkinan yang ketiga, dan apabila kemungkinan yang ketiga juga tidak mendapatkan hasil maka dicoba kemungkinan yang ke empat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat diselesaikan.

2. Cara kekuasaan atau otoritas

Kebiasaan tersebut bukan hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja, melainkan juga terjadi pada masyarakat modern, kebiasaan ini seakan-akan diterima dari sumbernya sebagai kebenaran mutlak. Sumber pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya. Dengan kata lain pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritasnya atau kekuasaannya.

3. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru yang paling baik, demikian kata pepatah, pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperolah pegetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.

4. Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berfikir manusia pun ikut berkembang, dari sinilah manusia telah mampu menggunakan penalaran dalam memperoleh pengetahuannya, dengan kata lain dalam


(22)

memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pemikirannya.

B. Cara Modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetauan pada dewasa ini lebih sisitematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau lebih popular disebut sebagai metodologi penelitian (research methodology) (Notoatmodjo, 2005)

2.1.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan 1. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi proses pertumbuhan , perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, keluarga atau masyarakat. Melalui pendidikan seseorang akan memperoleh pengetahuan, apabila semakin tinggi tingkat pendidikan maka hidup akan semakin berkualitas dimana seseorang akan berfikir logis dan memahami informasi yang diperolehnya.

2. Lingkungan

Lingkungan adalah sebagai faktor yang berpengaruh bagi pengembangan perilaku individu dimana seseorang merespon lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya sehingga lingkungan tersebut mempengaruhi kesehatannya.

3. Sosial ekonomi

Penghasilan sering dilihat untuk menilai hubungan antara tingkat penghasilan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan penyakit.

4. Pengalaman

Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dirasakan yang merupakan kesadaran akan sesuatu hal yang tertangkap oleh indera manusia. Sikap yang diperoleh dari pengalaman akan menimbulkan pengaruh langsung terhadap perilaku berikutnya yang direalisasikan hanya apabila kondisi dan situasi yang memungkinkan.


(23)

5. Persepsi

Persepsi, mengenal dan memilih obyek sehubungan dengan tindakan yang akan di ambil. Persepsi masyarakat terhadap sehat-sakit erat hubungannya dengan pencarian pengobatan.

6. Motivasi

Merupakan dorongan yang berasal dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dalam mencapai tujuan dan dapat dipengaruhi oleh orang lain atau lingkungan. Untuk merubah karakteristik yang lama seperti nilai, sikap, kepercayaan dan pemahaman maka perlu dukungan dan dorongan dari orang disekitarnya.

7. Kebudayaan

Merupakan perilaku, norma, kebiasaan, nilai yang terbentuk dalam waktu yang lama yang selalu berubah baik lambat maupun cepat sebagai akibat dari kehidupan bermasyarakat dan mempunyai perilaku terhadap perilaku.

8. Informasi

Merupakan faktor yang mungkin mencakup keterampilan dan sumber daya untuk melakukan perilaku kesehatan. Semakin banyak informasi yang diterima oleh seseorang maka semakin meningkat pula pengetahuan yang dimilikinya (Notoatmodjo, 2010).

2.1.6 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan domain di atas (Notoatmodjo, 2003).

2.2. Imunisasi

2.2.1. Definisi Imunisasi

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang


(24)

dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan (misalnya vaksin BCG, DPT, dan Campak) dan melalui mulut (misalnya vaksin polio) (Hidayat, 2008).

Imunisasi berasal dari kata imun. Kebal atau resisten. Anak diimunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit. Tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain (Notoatmodjo, 2003).

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit (Ranuh et al., 2008).

2.2.2. Tujuan Imunisasi

Tujuan dalam pemberian imunisasi, antara lain :

1. Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu di dunia.

2. Melindungi dan mencegah penyakit-penyakit menular yang sangat berbahaya bagi bayi dan anak.

3. Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu.

4. Menurunkan morbiditas, mortalitas dan cacat serta bila mungkin didapat eradikasi sesuatu penyakit dari suatu daerah atau negeri.

5. Mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, hepatitis B, gondongan, cacar air, TBC, dan lain sebagainya.

6. Mencegah terjadinya penyakit tetentu pada seseorang, dan menghilangkan penyakit pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar (Maryunani, 2010).

2.2.3. Manfaat Imunisasi

Manfaat imunisasi bagi anak dapat mencegah penyakit cacat dan kematian, sedangkan manfaat bagi keluarga adalah dapat menghilangkan kecemasan dan


(25)

mencegah biaya pengobatan yang tinggi bila anak sakit. Bayi dan anak yang mendapat imunisasi dasar lengkap akan terlindungi dari beberapa penyakit berbahaya dan akan mencegah penularan ke adik dan kakak dan teman-teman disekitarnya. Dan manfaat untuk Negara adalah untuk memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan Negara (Proverawati & Andhini, 2010).

Saat ini, 194 negara di seluruh dunia melaksanakan dan yakin bahwa imunisasi aman dan bermanfaat mencegah wabah, sakit berat, cacat, dan kematian pada bayi dan balita. Bahkan, negara-negara industri dengan tingkat sosial ekonomi yang tinggi masih terus melaksanakan program imunisasi. Termasuk negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, dengan cakupan imunisasi lebih dari 85 persen. Anak di negara industri tampak lebih sehat daripada anak yang berada di negara berkembang, yang merupakan bukti mereka telah mempunyai kekebalan yang tinggi terhadap penyakit infeksi yang berbahaya. Maka, dapat dikatakan pencegahan penyakit melalui imunisasi merupakan investasi kesehatan untuk masa depan. Sebaiknya, semua bayi dan balita diimunisasi secara lengkap (IDAI, 2013)

2.2.4 Sasaran Imunisasi

Program imunisasi di Indonesia merupakan program unggulan untuk mencegah angka kematian bayi, anak bawah tiga tahun, bawah lima tahun, program ini akan mencakup beberapa jenis imunisasi, sementara sasaran dari program itu sendiri antara lain mencakup: bayi di bawah umur 1 tahun (0-11 bulan), ibu hamil (awal kehamilan 8 bulan), wanita subur (calon mempelai wanita), anak sekolah dasar (kelas I-VI) (Ranuh et al., 2008).

2.2.5 Macam-macam Imunisasi

Berdasarkan proses atau mekanisme pertahanan tubuh, imunisasi dibagi menjadi dua: imunisasi aktif dan imunisasi pasif.

Imunisasi Aktif

Imunisasi aktif merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan, sehingga tubuh mengalami imunologi spesifik yang akan menghasilkan respons seluler dan humoral serta dihasilkannya


(26)

cell memory. Jika benar-benar terjadi nfeksi maka tubuh secara cepat dapat merespons. Dalam imunisasi aktif terdapat empat macam kandungan dalam setiap vaksinnya, yang dijelaskan seperti berikut.

Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan (berupa polisakarida, toksoid, virus yang dilemahkan, atau bakteri yang dimatikan.

Pelarut dapat berupa air steril atau berupa cairan kultur jaringan.

Preservatif, stabiliser, dan antibiotik yang berguna untuk mencegah tumbuhnya mikroba sekaligus untuk stabilisasi antigen.

Adjuvans yang terdiri atas garam aluminium yang berfungsi untuk meningkatkan imunogenitas antigen.

Imunisasi Pasif

Imunisasi pasif merupakan pemberian zat (imunoglubulin), yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau bintang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi (Ranuh et al., 2008).

2.2.6 Jenis-Jenis Imunisasi Dasar 1. Imunisasi Campak

a) Defenisi

Campak adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus campak yang sangat menular pada anak-anak, ditandai dengan panas, batuk, pilek,konjungtivitis dan ditemukan spesifik enantem (Koplik’s spot), diikuti oleh erupsi makulopapular yang menyeluruh. Bahaya penyulit penyakit campak di kemudian hari adalah kurang gizi sebagai akibat diare berulang dan berkepanjangan pasca campak, sindrom subakutpanensifilitis (SSPE) pada anak > 10 tahun dan dan munculnya gejala penyakit tuberkulosis paru yang lebih parah pasca mengidap penyakit campak yang berat yang disertai pneumonia (Ranuh et al., 2008).

b) Jenis-jenis vaksin campak

Imunisasi campak diberikan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak. Pada tahun 1963 telah dibuat dua jenis vaksin campak


(27)

campak yaitu vaksin yang berasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan (tipe Edmonston B). Dan vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan (virus campak yang berada dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam aluminium) (Ranuh et al., 2008).

c) Pemberian Imunisasi

Frekuensi pemberian imunisasi campak adalah satu kali. d) Usia Pemberian Imunisasi

Imunisasi campak diberikan 1 kali pada usia 9 bulan, dan dianjurkan pemberiannya sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah menurun di usia bayi 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita. Jika sampai usia 12 bulan anak belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan ini anak harus diimunisasi MMR (Measles Mumps Rubella).

e) Manifestasi klinik penyakit campak

Demam timbul secara bertahap dan meningkat sampai hari kelima atau keenam pada puncak timbulnya ruam. Kadang-kadang kurva suhu menunjukkan gambaran bifasik, ruam awal pada 24-48 jam pertama diikuti dengan turunnya suhu tubuh sampai normal selama periode satu hari dan kemudian diikuti dengan dengan kenaikan suhu tubuh yang cepat mencapai 40°C pada waktu ruam sudah timbul di seluruh tubuh. Pada kasus yang tanpa komplikasi, suhu tubuh mengalami lisis dan kemudian turun mencapai suhu yang normal.

Gejala awal lainnya yang sering ditemukan adalah batuk, pilek, mata merah selanjutnya di cari gejala koplik’s spot. Dua hari sebelum ruam timbul, gejala koplik’s spot yang merupakan tanda pathognomonis dari penyakit campak, dapat dideteksi. Lesi ini telah didiskripsi oleh koplik pada tahun 1896 sebagai suatu bintik berbentuk tidak teratur dan berwarna kecil berwarna merah terang, pada pertengahannya didapatkan noda berwarna putih keabuan. Mula-mula hanya didapatkan dua atau tiga sampai enam bintik. Kombinasi dari noda putih keabuan dan warna merah muda disekitarnya merupakan tanda patognomonik absolut dari penyakit


(28)

campak. Kadang-kadang noda putih keabuan sangat kecil dan sulit terlihat dan hanya dengan sinar yang langsung dan terang dapat terlihat. Timbulnya koplik’s spot hanya berlangsung sebentar, kurang lebih 12 jam, sehingga sukar terdeteksi dan biasanya luput pada waktu dilakukan pemeriksaan klinis. Ruam timbul pertama kali pada hari ketiga sampai keempat dari timbulnya demam. Ruam dimulai sebagai erupsi makulopapula eritematosa, dan mulai timbul pada bagian samping atas leher, daerah belakang telinga, perbatasan rambut di kepala dan meluas ke dahi. Kemudian menyebar ke bawah ke seluruh muka dan leher dalam waktu 24 jam jam. Seterusnya menyebar ke ekstremitas atas, dada, daerah perut dan punggung, mencapai kaki pada hari ketiga. Bagian yang pertama kena mengandung lebih banyak lesi daripada yang terkena kemudian. Setelah tiga atau empat hari, lesi teersebut berubah menjadi berwarna kecoklatan. Hal ini kemungkinan sebagai akibat dari perdarahan kapiler, dan tidak memucat dengan penekanan. Dengan menghilangnya ruam, timbul perubahan warna dari ruam , yaitu menjadi berwarna kehitaman atau lebih gelap. Dan kemudian disusul dengan timbulnya deskuamasi berupa sisik berwarna keputihan (Ranuh et al., 2008).

f) Mekanisme penyebaran penyakit campak

Virus campak ditularkan melalui udara atau droplet partikel ludah. Penularan melalui parenteral biasanya mempunyai masa inkubasi yang lebih singkat (Djauzi, 2003).

Virus campak ditularkan secara langsung dari droflet infeksi, dan agak jarang dengan penularan lewat udara (airborne spread). Virus campak sangat sensitif terhadap panas, sangat mudah rusak pada suhu 37°C. Toleransi terhadap perubahab pH baik sekali. Bersifat sensitif terhadap eter, cahaya, trysine. Virus mempunyai jangka waktu hidup yang pendek (short survival time) yaitu kurang dari dua jam. Apabila disimpan pada laboratorium, suhu penyimpanan yang baik adalah pada suhu -70°C (Ranuh et al., 2008).


(29)

g) Cara pemberian imunisasi campak

Di Indonesia, digunakan vaksin campak yang dilemahkan yaitu TCID50 sebanyak 0,5 ml, untuk vaksin hidup pemberian dengan 20 TCID50 mungkin sudah dapat memberikan hasil yang baik. Vaksin campak diberikan pada bayi umur sembilan bulan secara subkutan walaupun demikian dapat diberikan secara intramuskular. Daya proteksi vaksin campak diukur dengan berbagai berbagai macam cara, salah satu indikator pengaruh vaksin terhadap proteksi adalah penurunan angka kejadian kasus campak sesudah pelaksanaan program imunisasi. Imunisasi campak diberikan lagi pada saat masuk sekolah SD atau yang disebut dengan program BIAS (Ranuh et al., 2008).

h) Efek Samping Imunisasi

Biasanya, hanya gejala-gejala ringan, seperti sedikit demam saja dan rewel selama 1-2 hari, kemerahan, pembengkakan, agak nyeri atau pegal-pegal pada tempat suntikan, yang akan hilang sendiri dalam beberapa hari, atau bila masih demam dapat diberikan obat penurun panas bayi. Atau bisa juga dengan memberikan minum cairan lebih banyak dan tidak memakaikan pakaian terlalu banyak (Maryunani, 2010).

i) Kontraindikasi pemberian imunisasi campak

Pada anak dengan imunodefisiensi primer, pasien TB yang tidak diobati, pasien kanker atau transplantasi organ, mereka yang mendapat pengobatan imunosupresif jangka panjang atau anak immunocompromised yang terinfeksi HIV. Anak yang terinfeksi HIV tanpa immunosupresi berat dan tanpa bukti kekebalan terhadap campak, bisa mendapat imunisasi campak seperti biasa (Ranuh et al., 2008).

j) Komplikasi penyakit campak

Komplikasi campak di kemudian hari adalah kurang gizi sebagai akibat diare berulang dan berkepanjangan pasca campak, gejala penyakit tuberkulosis paru yang lebih parah pasca mengidap penyakit campak yang berat yang disertai pneumonia (Ranuh et al., 2008).


(30)

2. Imunisasi BCG (Bacillus Celmette Guerin) a) Definisi

Imunisasi BCG adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC), yaitu penyakit yang bukan sahaja mengenai paru-paru tetapi dapat juga mengenai organ-organ lainnya seperti selaput otak, tulang, kelenjar superfisialis.

b) Pemberian Imunisasi

Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah satu kali dan tidak perlu diulang (boster). Sebab, vaksin BCG berisi kuman hidup sehingga antibodi yang dihasilkannya tinggi terus. Berbeda dengan vaksin berisi kuman mati, hingga memerlukan pengulangan.

c) Usia pemberian imunisasi

Sedini mungkin atau secepatnya, tetapi pada umumnya di bawah 2 bulan. Jika diberikan setelah usia 2 bulan, disarankan dilakukan tes Mantoux (tuberkulin) terlebih dahulu untuk mengetahui apakah bayi sudah kemasukan kuman Mycobacterium Tuberculosis atau belum. Vaksinasi dilakukan bila hasil tes-nya negative. Jika ada penderita TB yang tinggal serumah atau sering bertandang kerumah, segera setelah lahir bayi di imunisasi.

d) Cara pemberian imunisasi

Vaksin BCG diberikan secara intradermal 0,10ml untuk anak, 0,05ml untuk bayi baru lahir (Ranuh et al., 2008)

e) Tanda keberhasilan Pemberian Suntikan Imunisasi

Timbul indurasi (benjolan) kecil dan eritema (merah) di daerah bekas suntikan setelah satu atau dua minggu kemudian,yang berubah menjadi pustule, kemudian pecah menjadi ulkus (luka). Tidak menimbulkan nyeri dan tidak diiringi panas (demam). Luka ini akan sembuh sendiri dan meninggalkan tanda parut. Jikapun indurasi (benjolan) tidak timbul, hal ini tidak perlu dikhawatirkan. Karena kemungkinan cara penyuntikan yang salah, mengingat cara menyuntikkannya perlu keahlian khusus karena vaksin harus masuk kedalam kulit. Jadi, meskipun benjolan tidak timbul,


(31)

antibodi tetap terbentuk, hanya saja dalam kadar rendah. Imunsasi tidak perlu diulang, karena di daerah endemi TB, infeksi alamiah akan selalu ada. Dengan kata lain akan mendapat vaksinasi alamiah.

f) Efek samping Imunisasi

Umumnya tidak ada. Namun, pada beberapa anak timbul pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak atau leher bagian bawah dan biasanya akan sembuh sendiri.

g) Kontra Indikasi Imunisasi

Imunisasi BCG tidak dapat diberikan pada anak yang berpenyakit TB atau menunjukan uji Mantoux positif , pada anak yang mempunyai penyakit kulit yang berat/menahun atau pada anak yang mederita gizi buruk.

3. Imunisasi Hepatitis B a) Definisi

1) Imunisasi Hepatitis B adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B, yaitu penyakit infeksi yang dapat merusak hati.

2) Imunisasi Hepatitis B adalah imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis, yang kandungannya adalah HbsAg dalam bentuk cair.

b) Pemberian Imunisasi

Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis B adalah 3 kali. c) Usia Pemberian Imunisasi

Pada dasarnya, jadwal imunisasi hepatitis B sangat fleksibel sehingga tersedia bebrbagai pilihan untuk menyatukannya ke dalam program imunisasi terpadu. Antaranya minimal diberikan sebanyak 3 kali. Imunisasi pertama diberikan segera setelah lahir.Jadwal imunisasi yang dianjurkan adalah 0, 1, 6 bulan karena respons antibodi paling optimal.Interval antara dosis pertama dan dosis kedua minimal 1 bulan. Memperpanjang interval antara dosis pertama dan kedua tidak akan mempengaruhi imunogenisitas atau titer antibodi sesudah imunisasi selesai


(32)

(dosis ketiga). Dosis ketiga merupakan penentu respons antibodi karena merupakan dosis booster. Semakin panjang jarak antara imunisasi kedua dengan imunisasi ketiga (4-12) bulan, semakin tinggi titer antibodinya. Bila sesudah dosis pertama, imunisasi terputus, segera berikan imunisasi kedua. Sedangkan imunisasi ketiga diberikan dengan jarak terpendek 2 bulan dari imunisasi kedua. Bila dosis ketiga terlambat, diberikan segera setelah memungkinkan.

d) Cara Pemberian Imunisasi

Cara pemberian imunisasi hepatitis B adalah dengan cara intramuskuler (I.M atau i.m) di lengan deltoid atau paha anterolateral bayi (antero : otot-otot dibagian depan, lateral : otot-otot bagian luar). Penyuntikan dibokong tidak dianjurkan karena bisa mengurangi efektivitas vaksin.

e) Efek Samping Imunisasi

Umumnya tidak terjadi. Jikapun terjadi (sangat jarang), berupa keluhan nyeri pada tempat suntikan, yang disusul demam ringan dan pembengkakan. Namun reaksi ini akan menghilang dalam waktu dua hari. f) Tanda Keberhasilan Pemberian Suntikan Imunisasi

Tidak ada tanda klinis yang dapat dijadikan patokan. Tetapi dapat dilakukan pengukuran keberhasilan melalui pemeriksaan darah atau mengecek kadar hepatitis B-nya setelah anak berusia setahun.bila kadarnya diatas 1000, berarti daya tahannya 8 tahun. Diatas 500 tahan selama 5 tahun. Diatas 200 tahan selama 3 tahun. Tetapi bila angkanya 100 maka dalam setahun akan hilang. Sementara bila angka nol bayi harus disuntik ulang 3 kali lagi.

g) Kontra – Indikasi Imunisasi

Tidak dapat diberikan pada anak yang menderita sakit berat. h) Tingkat Kekebalan

Cukup tinggi, antara 94 – 96. Umumnya, setelah 3 kali suntikan, lebih dari 95% bayi mengalami respon imun yang cukup (Maryunani, 2010).


(33)

4. Imunisasi Polio a) Definisi

Imunisasi Polio adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan terhadap penyakit poliomyelitis, yaitu penyakit radang yang menyerang saraf dan dapat mengakibatkan lumpuh kaki.

b) Pemberian Imunisasi

Bisa lebih dari jadwal yang telah ditentukan, mengingat adanya imunisasi polio massal atau Pekan Imunisasi Nasional. Tetapi jumlah dosis yang berlebihan tidak akan berdampak buruk, karena tidak ada istilah overdosis dalam imunisasi.

c) Usia Pemberian Imunisasi

Waktu pemberian polio adalah pada umur bayi 0-11 bulan atau saat lahir (0 bulan), dan berikutnya pada usia bayi 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan. Kecuali saat lahir, pemberian vaksin polio selalu dibarengi dengan vaksin DPT.

d) Cara Pemberian Imunisasi

Pemberian imunisasi polio melalui oral/mulut (Oral Poliomyelitis vaccine/OPV). Di luar negeri, cara pemberian imunisasi polio ada yang melalui suntikan (Inactivated Poliomyelitis Vaccine/ IPV).

e) Efek Samping Imunisasi

Hampir tidak ada efek samping. Hanya sebagian kecil saja yang mengalami pusing, diare ringan, dan sakit otot. Dan kasusnya biasanya jarang terjadi.

f) Kontra – indikasi Imunisasi

Sebaiknya pada anak dengan diare berat atau yang sedang sakit parah, seperti demam tinggi (diatas 38C) ditangguhkan. Pada anak yang menderita penyakit gangguan kekebalan tidak diberikan imunisasi polio. Demikian juga anak dengan dengan penyakit HIV/AIDS, penyakit kanker atau keganasan, sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum, untuk tidak diberikan imunisasi polio.


(34)

g) Tingkat Kekebalan

Bisa mencekal penyakit polio hingga 90%.

5. Imunisasi DPT (diphtheria, pertusis, tetanus) a) Definisi

Imunisasi DPT merupakan imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap beberapa penyakit berikut ini:

Penyakit difteri, yaitu radang tenggorokan yang sangat berbahaya karena menimbulkan tenggorokan tersumbat dan kerusakan jantung yang menyebabkan kematian dalam beberapa hari saja.

Penyakit pertusis, yaitu radang paru (pernapasan), yang disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari. Karena sakitnya bisa mencapai 100 hari atau 3 bulan lebih. Gejalanya sangat khas, yaitu batuk yang bertahap, panjang dan lama disertai bunyi “whoop”/ berbunyi dan diakhiri dengan muntah, mata dapat bengkak atau penderita dapat meninggal karena kesulitan bernapas.

Penyakit tetanus, yaitu penyakit kejang otot seluruh tubuh dengan mulut terkunci/terkancing sehingga mulut tidak bisa membuka atau dibuka.

b) Pemberian Imunisasi dan usia pemberian Imunisasi

Pemberian imunisasi 3 kali (paling sering dilakukan), yaitu pada usia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan. Namun, bisa juga ditambahkan 2 kali lagi, yaitu 1 kali di usia 18 bulan dan 1 kali di usia 5 tahun. Selanjutnya di usia 12 tahun, diberikan imunisasi TT.

c) Cara Pemberian Imunisasi

Cara pemberian imunisasi melalui suntikan intra muskuler (I.M atau i.m). d) Efek Samping Imunisasi

Biasanya, hanya gejala-gejala ringan, seperti sedikit demam (sumeng) saja dan rewel selama 1-2 hari, kemerahan, pembengkakan, agak nyeri atau pegal-pegal pada tempat suntikan, yang akan hilang sendiri dalam beberapa hari, atau bila masih demam dapat diberikan obat penurun panas


(35)

bayi. Atau bisa juga dengan memberikan minum cairan lebih banyak dan tidak memakaikan pakaian terlalu banyak.

e) Kontra Indikasi Imunisasi

Imunisasi DPT tidak dapat diberikan pada anak-anak yang mempunyai penyakit atau kelainan saraf, baik bersifat keturunan atau bukan, seperti epilepsi, menderita kelainan saraf yang betul-betul berat atau habis dirawat karena infeksi otak, anak-anak yang sedang demam/sakit keras dan yang mudah mendapat kejang dan mempunyai sifat alergi, seperti eksim atau asma.

2.2.7 Jadwal imunisasi

Pemberian imunisasi pada bayi, tepat pada waktunya merupakan faktor yang sangat penting untuk kesehatan bayi. Melakukan imunisasi pada bayi merupakan bagian tanggung jawab orang tua terhadap anaknya. Imunisasi dapat diberikan ketika ada kegiatan posyandu, pemeriksaan kesehatan pada petugas kesehatan atau pekan imunisasi. Jika bayi sedang sakit yang disertai panas, menderita kejang-kejang sebelumnya, atau menderita penyakit system saraf, pemberian imunisasi perlu dipertimbangkan. Kebanyakan dari imunisasi adalah untuk memberi perlindungan menyeluruh terhadap penyakit-penyakit yang berbahaya dan sering terjadi pada tahun-tahun awal kehidupan seorang anak. Walaupun pengalaman sewaktu mendapatkan vaksinasi atau imunisasi tidak menyenangkan untuk bayi (karena biasanya akan mendapatkan suntikan), tetapi rasa sakit sementara akibat suntikan bertujuan untuk kesehatan bayi atau anak dalam jangka waktu yang panjang (Proverawati & Andhini, 2010).

2.2.8 Jadwal Imunisasi Tidak Teratur

Pada keadaan tertentu imunisasi tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang sudah disepakati. Keadaan ini merupakan hambatan untuk melanjutkan imunisasi. Vaksin yang sudah diterima oleh anak tidak menjadi hilang manfaatnya tetapi tetap sudah menghasilkan respons imunologis sebagaimana yang diharapkan tetapi belum mencapai hasil yang optimal. Dengan perkataan lain, anak belum mempunyai antibodi yang optimal karena belum mendapat imunisasi yang lengkap, sehingga kadar antibodi yang dihasilkan masih


(36)

di bawah ambang kadar yang memberi perlindungan (protective level) atau belum mencapai kadar antibodi yang bisa memberikan perlindungan untuk kurun waktu yang panjang (life long immunity) sebagaimana bila imunisasinya lengkap. Dengan demikian kita harus meyelesaikan jadwal imunisasi dengan melengkapi imunisasi dengan melengkapi imunisasi yang belum selesai (Ranuh et al., 2008) 2.2.9 Pengetahuan Ibu Terhadap Status Imunisasi Anak

Pengetahuan merupakan faktor pencetus yang kuat untuk mendorong seseorang berperilaku. Ketidaktahuan ibu terhadap imunisasi disebabkan karena minimnya informasi tentang imunisasi pada anak (Ali, 2002).

Peningkatan cakupan imunisasi melalui pendidikan orang tua telah menjadi strategi populer di berbagai negara. Strategi ini berasumsi bahwa anak-anak tidak akan diimunisasi secara benar disebabkan orang tua tidak mendapat penjelasan yang baik atau karena memiliki sikap yang buruk tentang imunisasi. Program imunisasi dapat berhasil jika ada usaha yang sungguh-sungguh dan berkesinambungan pada orang- orang yang memiliki pengetahuan dan komitmen yang tinggi terhadap imunisasi. Jika suatu program intervensi preventif seperti imunisasi ingin dijalankan secara serius dalam menjawab perubahan pola penyakit dan persoalan pada anak, maka perbaikan dalam evaluasi perilaku kesehatan masyarakat dan peningkatan pengetahuan sangat diperlukan (Ali, 2002).


(37)

(38)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka konsep penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Karakteristik: 1. Usia

2. Tingkat Pendidikan 3. Pekerjaan

Tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar pada bayi.

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

3.2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi

Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala 1 Tingkat

pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar Pemahaman atau segala sesuatu yang diketahui oleh ibu bayi tentang imunisasi dasar sesuai dengan anjuran pemerintah di Puskesmas Darussalam, Medan seperti - Pengertian

imunisasi - Frekuensi

pemberian imunisasi - Efek samping

imunisasi Kuesioner dengan jumlah pertanyaan sebanyak 20 dengan 3 pilihan jawaban jika ya (benar):1 tidak(salah):0

1. Baik: 11-20

pertanyaan yang benar dijawab 2. Kurang

baik: 0-10 pertanyaan yang benar dijawab


(39)

3.2.1 Batasan Definisi Operasional 1. Responden

Responden adalah ibu yang mempunyai bayi usia 0-12 bulan yang datang ke Puskesmas Darussalam untuk mendapatkan imunisasi.

2. Bayi

Bayi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah bayi yang berusia 0 sampai 12 bulan.

3. Imunisasi dasar

Yang termasuk imunisasi dasar adalah imunisasi hepatitis B, polio, BCG, DPT, dan campak.

4. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu (Notoadmojo, 2003). Dalam penelitian ini, hal yang ingin diteliti adalah pengetahuan responden (ibu) tentang imunisasi. Pengetahuan akan dinilai berdasarkan kuesioner yang digunakan.

5. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan responden terdiri daripada enam kelompok yaitu Sarjana, D3, SMU, SMP, SD dan tidak sekolah.

6. Pekerjaan

Pekerjaan responden dalam penelitian ini terdiri daripada empat kelompok yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS), Petani ,Wiraswasta dan IRT


(40)

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan desain penelitian cross sectional untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar di Puskesmas Darussalam pada tahun 2013.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Darussalam, Medan. Pengambilan dan pengumpulan data dilakukan pada bulan Juli – Oktober 2013.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah sejumlah besar subjek yang mempunyai karakteristik tertentu. Populasi target dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi usia 0 sampai 12 bulan yang membawa anaknya untuk diimunisasi ke Puskesmas Darussalam, Medan. Dari hasil survei awal yang dilakukan oleh peneliti, jumlah ibu yang membawa anaknya untuk diimunisasi yang berusia 0 sampai 12 bulan pada bulan September sampai Desember 2012 setiap bulannya rata-rata sekitar 50 orang.

4.3.2 Sampel penelitian

Sampel merupakan bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasinya. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik accidental sampling. Pengambilan sampel secara aksidental (accidental) ini dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia (Notoatmodjo, 2003).

Kriteria inklusi :

1) Ibu yang mempunyai bayi usia 0-12 bulan yang datang ke Puskesmas Darussalam, Medan untuk mendapatkan imunisasi.


(41)

2) Sehat jasmani (dapat membaca, menulis). 3) Bersedia menjadi responden penelitian. Kriteria eksklusi :

1) Ibu yang membawa bayi usia 0-12 bulan yang datang berobat ke Puskesmas Darussalam, Medan bukan untuk diimunisasi.

2) Anak menderita kelainan yang mengakibatkan tidak bisa diimunisasi. 3) Ibu yang menolak untuk berpartisipasi.

Penentuan jumlah sampel dengan menggunakan rumus : n = Zα2PQ

d2 (Sastroasmoro, 2008)

Keterangan:

n = Besar sampel

P = Proporsi penyakit atau keadaan yang akan dicari (dari pustaka) Q = (1-P)

D = tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki (ditetapkan) α = tingkat kemaknaan (ditetapkan)

Jadi besar sampel penelitian yaitu : (1.96)2 (0.50)(1 - 0.50) = 97 (0.10)2

Berdasarkan rumus diatas, maka didapatkan jumlah sampel yang diperlukan pada penelitian ini adalah 97 dan digenapkan peneliti menjadi 100 orang.

4.4 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner sebagai alat pengukur data. Pada bagian pertama dari instrumen penelitian berisi data demografi responden meliputi : usia ibu, tingkat pendidikan, pekerjaan.


(42)

Pengisian kuesioner dengan cara memberi tanda checklist pada kolom jawaban yang telah disediakan.

Bagian instrumen kedua berisi tentang pertanyaan yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang imunisasi dasar pada bayi sebanyak 20 pertanyaan. Pertanyaan no 1-5 mengenai pengertian imunisasi, no 6-10 frekuensi pemberian imunisasi, no 11-15 usia pemberian imunisasi, no 16-20 efek samping pemberian imunisasi. Dengan jenis pertanyaan tertutup sehingga responden hanya perlu memilih satu jawaban yang menurutnya benar pada jawaban yang tersedia.

Adapun nilai skor yang digunakan adalah jika jawaban benar (skor 1), jika jawaban salah (skor 0) untuk jawaban benar skor tertinggi adalah 20 dan jawaban salah terendah adalah 0. Dengan banyak kelas 2 yaitu: pengetahuan baik, dan kurang baik. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu mengenai imunisasi dasar digunakan rumus Sudjana (2002).

Banyak kateg R p =

20 p =

2

p

ori

= 10

Maka dapat dikategorikan tingkat pengetahuan ibu sebagai berikut : 1. Pengetahuan baik apabila mendapat skor 11-20,

2. Pengetahuan kurang baik apabila mendapat 0-10

4.5 Pengumpulan data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Pada tahapan persiapan, survei awal dilakukan bagi mendapatkan data tentang jumlah bayi yang akan direncanakan untuk mendapatkan imunisasi dasar di Puskesmas Darussalam. Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menerima surat izin pelaksanaan dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan Kepala Puskesmas Darussalam, Medan. Setelah


(43)

itu peneliti menentukan responden sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, kemudian peneliti menjelaskan kepada responden tentang tujuan, manfaat dengan proses pengisian kuesioner. Bagi responden yang bersedia diminta untuk menandatangani inform consent. Responden diberi 15-20 menit untuk menjawab pertanyaan dengan mengisi sendiri dan memberikan kesempatan bertanya sekiranya ada pernyataan yang tidak difahami. Apabila telah didapatkan jumlah sampel sebanyak yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka pengumpulan data telah selesai dilaksanakan dan hasil interpretasi berdasarkan skor dari kuesioner tersebut dibaca oleh peeneliti dan akhirnya dianalisis.

4.6 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara tertentu. Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu :

1. Editing

Suatu metode untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data responden dan memastikan semua jawaban diisi.

2. Coding

Data yang terkumpul diberi kode oleh peneliti secara manual untuk memudahkan peneliti menganalisa data.

3. Entry

Data yang telah dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam program komputer dengan menggunakan program Statistical Product and Service Solutions (SPSS).

4. Cleaning

Pemeriksaan semula data untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan, dan ketidaklengkapan, kemudian dilakukan koreksi.

5. Saving


(44)

6. Analisis data

Analisis data yang diperloleh dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan program komputer Statistical Product and Service Solutions (SPSS)

4.7 Teknik Penyajian Data

Cara penyajian data penelitian dilakukan melalui berbagai bentuk. Dalam penelitian ini, data yang diperoleh diklasifikasikan dan disajikan dalam bentuk tabel.

4.8 Pertimbangan Etik

Pada penelitian ini, manusia digunakan sebagai subjek penelitian. Maka, mereka harus dilindungi dengan memperhatikan prinsip-prinsip dalam pertimbangan etik. Responden mempunyai hak untuk memutuskan kebersediaannya menjadi subjek dalam penelitian ini. Sebelum memberikan kuesioner kepada subjek penelitian, peneliti harus memberikan penjelasan secara lisan mengenai tujuan dan cara penelitian serta memberi jaminan kerahsiaan atas semua data responden. Penelitian dilakukan setelah mendapat persetujuan secara sukarela dari setiap responden dengan menandatangani inform consent. Peneliti harus memperlakukan responden atau subjek penelitian secara baik sebelum, semasa atau sesudah penelitian dijalankan.


(45)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Darussalam, Medan yang berlokasi di Jalan Darussalam, No. 40 Medan, Sumatera Utara. Proses pengumpulan data dilakukan dari tanggal 10 Juli 2013 sampai 13 September 2013. Penelitian ini dilaksanakan berhampiran ruang imunisasi di mana ibu-ibu yang diperlukan sebagai subjek dalam penelitian ini berkumpul sebelum bayi diimunisasi.

5.1.2 Deskripsi Frekuensi Responden Berdasarkan Karekterisitk

Responden dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang membawa anak ke Puskesmas Darussalam, Medan untuk diimunisasi. Jumlah responden yang telibat dalam penelitian ini adalah sebesar 100 responden. Mereka yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini juga adalah yang memenuhi kriteria inklusi yang diperlukan. Berikut adalah tabel-tabel yang mendeskripsikan responden dalam penelitian ini.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Dari Seluruh Responden

Usia Frekuensi %

20-30 Tahun 71 71.0

31-40 Tahun 29 29.0

Total 100 100.0

Tabel 5.1 menunjukkan distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia dari seluruh responden. Telah didapatkan dalam penelitian, responden yang berusia di antara 20-30 tahun telah menyumbang sebanyak 71 orang (71%), diikuti oleh kelompok yang berusia 31-40 tahun sebanyak 29 orang (29%).


(46)

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Dari Seluruh Responden

Pendidikan Frekuensi %

Sarjana 8 8.0

D3 30 30.0

SMU 37 37.0

SMP 18 18.0

SD 7 7.0

Total 100 100.0

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa responden yang paling banyak dalam penelitian ini adalah merupakan kelompok tamatan SMU yaitu sebanyak 37 orang (37%), diikuti dengan kelompok D3 sebanyak 30 orang (30%). Responden tamatan SMP menyumbang sebanyak 18 orang (18%). Diikuti dengan responden yang berpendidikan sarjana yaitu 8 orang (8%). Hanya 7 orang responden yang didapatkan berpendidikan SD pada penelitian ini.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Dari Seluruh Responden

Pekerjaan Frekuensi %

PNS 25 25.0

Wiraswasta 24 24.0

IRT 51 51.0

Total 100 100.0

Tabel 5.3 menunjukkan distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pekerjaan. Responden yang terbanyak pada penelitian ini merupakan kelompok yang tidak bekerja atau IRT yaitu sebanyak 51 orang (51%) diikuti dengan kelompok yang merupakan PNS yaitu 25 orang (25%). Responden yang bekerja sebagai wiraswasta telah menyumbang sebanyak 24 orang (24%).


(47)

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat pengetahuan dari seluruh responden

Pengetahuan Frekuensi %

Baik 61 61.0

Kurang 39 39.0

Total 100 100.0

Dari tabel 5.4, dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dengan kategori baik memiliki persentase paling besar yaitu sebanyak 61 orang (61%) manakala tingkat pengetahuan dengan kategori kurang sebanyak 39 orang (39%).

5.1.3 Hasil Analisa Data

Data lengkap distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden pada setiap pertanyaan dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5. Jawaban Kuesioner Responden

No Pertanyaan Benar Salah

Frekuensi % Frekuensi %

1 71 71 29 29

2 64 64 36 36

3 75 75 25 25

4 92 92 8 8

5 72 72 28 28

6 60 60 40 40

7 58 58 42 42

8 52 52 48 48

9 60 60 40 40

10 54 54 46 46

11 61 61 39 39

12 54 54 46 46


(48)

No Pertanyaan Benar Salah

Frekuensi % Frekuensi %

14 52 52 48 48

15 49 49 51 51

16 53 53 47 47

17 46 46 54 54

18 60 60 40 40

19 55 55 45 45

20 66 66 34 34

Berdasarkan tabel 5.5, pertanyaan yang paling banyak dijawab benar adalah pertanyaan ke 4 iaitu pertanyaan tentang definisi imunisasi campak yaitu sebanyak 92 orang (92%) sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab salah adalah pertanyaan tentang gejala yang timbul setelah pemberian imunisasi DPT yaitu sebanyak 54 orang (54%).

Data lengkap distribusi tingkat pengetahuan tentang imunisasi dasar berdasarkan kelompok usia dapat dilihat pada tabel 5.6

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Kelompok Usia

Usia

Pengetahuan

Baik Kurang Total

F % F % F %

20-30 45 63.4 26 36.6 71 100

31-40 16 55.2 13 44.8 29 100

Total 61 61.0% 39 39.0% 100 100%

Berdasarkan tabel 5.6, dapat dillihat bahawa kelompok usia 20-30 tahun memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 45 orang (63.4%) sedangkan kelompok usia 31-40 tahun yang memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 16 orang (55.2%). Tingkat pengetahuan kurang pada kelompok usia 20-30 tahun yaitu sebanyak 26 orang (36.6%) sedangkan pada kelompok usia 31-40 tahun


(49)

memiliki tingkat pengetahuan kurang baik sebanyak 13 orang (44.8%). Presentase berdasarkan jumlah masing-masing kelompok.

Data lengkap distribusi tingkat pengetahuan tentang imunisasi dasar berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada tabel 5.7

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Usia

Pengetahuan

Baik Kurang Total

F % F % F %

Sarjana 8 100 0 0 8 100

D3 22 73.3 8 26.7 30 100

SMU 24 64.9 13 35.1 37 100

SMP 6 33.3 12 66.7 18 100

SD 1 14.3 6 85.7 7 100

Total 61 61.0% 39 39.0% 100 100%

Dilihat pada tabel 5.7 kelompok responden lulusan sarjana mempunyai tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 8 orang (100%) dan tidak ada responden lulusan sarjana yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang baik. Sebanyak 22 orang (73.3%) responden lulusan D3 memiliki tingkat pengetahuan yang baik sedangkan 8 orang (26.7%) responden lulusan D3 memiliki tingkat pengetahuan kurang baik. Seterusnya, sebanyak 24 orang (64.9%) responden lulusan SMU dan 6 responden (33.3%) lulusan SMP memiliki tingkat pengetahuan yang baik sedangkan sebanyak 13 orang (35.1%) responden lulusan SMU dan 6 orang (85.7%) lulusan SMP memiliki tingkat pengetahuan yang kurang baik. Responden lulusan SD menunjukkan hanya 1 orang (14.3%) yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik dan 6 orang (85.7%) memiliki tingkat pengetahuan yang kurang baik. Presentase berdasarkan jumlah masing-masing kelompok.

Data lengkap distribusi tingkat pengetahuan tentang imunisasi dasar berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada tabel 5.8.


(50)

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan

Pengetahuan

Baik Kurang Total

F % F % F %

PNS 19 76.0 6 24.0 25 100

Wiraswasta 14 58.3 10 41.7 24 100

IRT 28 54.9 23 45.1 51 100

Total 61 61.0% 39 39.0% 100 100%

Tabel 5.8 menunjukkan distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan pekerjaan ibu yang membawa anak untuk diimunisasi. Telah didapatkan dalam penelitian, bahwa responden yang berkerja sebagai PNS memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 19 orang (76%) sedangkan pada responden yang bekerja sebagai wiraswasta memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 14 orang (58.3%) diikuti dengan responden yang tidak bekerja atau IRT memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 28 orang (54.9%). Seterusnya, tingkat pengetahuan kurang baik pada responden yang bekerja sebagai PNS yaitu sebanyak 6 orang (24%) dan diikuti dengan responden yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 10 orang (41.7%). Sebanyak 23 orang (45.1%) responden yang tidak bekerja atau IRT juga didapatkan memiliki tingkat pengetahuan kurang baik. Presentase berdasarkan jumlah masing-masing kelompok.

5.2 Pembahasan

Dari data hasil penelitian yang telah diperoleh, pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian mengenai tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas Darussalam, Medan pada tahun 2013.

Pertanyaan yang paling banyak benar dijawab responden adalah pertanyaan nomor 4, 5 dan 6. Untuk pertanyaan nomor 4 dijawab benar oleh 92 responden (92%), pertanyaan nomor 3 dijawab benar 75 responden (75%) dan pertanyaan nomor 5 dijawab benar oleh 72 responden (72%). Dari jawaban


(51)

responden diketahui bahwa mayoritas responden telah mengetahui pengertian imunisasi ataupun tujuan imunisasi dasar diberikan kepada bayi.

Jawaban yang paling banyak salah dijawab responden adalah pertanyaan nomor 8, 13, 14, 15 dan 17. Pertanyaan nomor 17 salah dijawab oleh 54 responden (54%), pertanyaan nomor 15 salah dijawab oleh 49 responden (49%) dan pertanyaan nomor 8, 13 dan 14 salah dijawab oleh 48 responden (48%). Dari jawaban responden dapat diketahui bahwa mayoritas responden belum mengetahui gejala yang timbul setelah pemberian imunisasi DPT. Mayoritas responden juga tidak mengetahui usia pemberian imunisasi Hepatitis B, Polio dan campak.

Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan kategori baik sebanyak 61 responden (61%). Sebanyak 39 responden (39%) memiliki tingkat pengetahuan dalam kategori kurang baik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok umur yang mempunyai tingkat pengetahuan baik dijumpai pada kelompok umur 20-30 tahun sebanyak 45 responden (63,4%) sebaliknya pada kelompok umur 31-40 tahun. Hal ini sesuai dengan penyataan Notoatmodjo (2007) bahwa, usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Pada usia 20-30, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang pada usia ini akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Pada penelitian yang dilakukan oleh Noor (2000), menyatakan bahwa perbedaan pengalaman terhadap masalah kesehatan/penyakit dan pengambilan keputusan dipengaruhi oleh umur individu tersebut. Beberapa penelitian lainnya menemukan bahwa usia ibu berhubungan dengan tingkat pengetahuan dan status imunisasi anak mereka. Hal ini sejalan dengan penelitian Ali (2002) bahwa usia ibu berhubungan dengan pengetahuan dan perilaku mereka terhadap imunisasi. Menurut Hoclak (1998) dalam Nursalam (2001) semakin cukup umur maka seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari hasil penelitian tersebut bahwa sebagian besar responden adalah ibu yang masih muda di mana


(52)

pada umur tersebut daya tangkap ibu terhadap segala bentuk informasi yang disampaikan oleh tenaga kesehatan akan memperluas pengetahuan ibu tentang imunisasi terhadap bayi, sehingga ibu akan melakukan kelengkapan imunisasi pada bayinya. Hal ini sesuai dengan penelitian dari Yustifa (2008) bahwa responden penelitian yang memiliki ciri dari kedewasaan fisik dan kematangan pribadi yang erat hubungannya dengan pengambilan keputusan adalah mulai usia 21 tahun.

Tingkat pengetahuan ibu yang bervariasi ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, sesuai dengan pendapat Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2002), bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang terdiri dari: pendidikan, persepsi, motivasi dan pengalaman. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kesemua responden yang berpendidikan sarjana yaitu sebanyak 8 responden (100%) pada penelitian ini memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Berdasarkan penelitian Mahmudah (2007) yang mengatakan bahwa pendidikan mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu karena semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka semakin banyak pula informasi yang diperoleh. Pengetahuan ibu tentang imunisasi tersebut bisa diperoleh baik melalui pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Sebagai contoh pendidikan formal yaitu dengan mengikuti pendidikan di sekolah kesehatan dan pendidikan non formal yaitu melalui informasi yang diperoleh ibu baik secara langsung maupun tidak langsung seperti iklan dan penyuluhan. Sebagai contoh ibu yang mempunyai tingkat pendidikan sarjana maka tingkat pengetahuannya akan lebih baik daripada ibu yang memiliki tingkat pendidikan SMU. Pernyataan ini sejalan dengan penelitian Kasnodiharjo (2006) yang mengatakan bahwa pendidikan seseorang yang berbeda-beda akan mempengaruhi seseorang dalam pengambilan keputusan, pada ibu yang berpendidikan tinggi lebih mudah menerima suatu ide baru dibandingkan ibu yang berpendidikan rendah sehingga informasi lebih mudah dapat diterima dan dilaksanakan. Tingkat pendidikan yang diperoleh seseorang dari bangku sekolah formal dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Makin tinggi pendidikan seseorang maka makin tinggi pengetahuannya


(53)

tentang kesehatan. Penelitian ini juga didukung oleh teori WHO (Word Health Organization) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), pengetahuan dipengaruhi faktor pendidikan formal, pengetahuan saat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini akan menentukan sikap seseorang. Semakin banyak aspek positif dari objek diketahui, maka akan menimbulkan sikap semakin positif terhadap objek tetentu, salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri. Berdasarkan hasil penelitian, penelitian terkait dan teori diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu masih rendah tentang pentingnya imunisasi dasar pada bayi, hal ini sangat terkait dengan pendidikan yang didapat oleh ibu hanya SD, maka dengan memberikan penyuluhan tentang imunisasi diharapkan ibu mendapatkan pengetahuan yang lebih baik serta pemahaman seseorang sehingga dapat menentukan sikap dan tingkah laku dalam menghadapi persoalan yang baru terutama dalam mengambil keputusan dan memberikan respon yang lebih rasional yang mempunyai dampak dalam kehidupan sehari-hari misalnya pentingnya imunisasi dasar pada bayi.

Pada penelitian ini mayoritas responden adalah ibu rumah tangga dengan jumlah 51 orang (51%) sedangkan yang berkerja sebagai wiraswasta dan PNS sebanyak 49 orang. Adapun kaitan pekerjaan dengan tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar adalah semakin luas lingkup pergaulan (ibu yang bekerja) akan memudahkan ibu mendapatkan segala informasi tentang imunisasi pada anak. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Mahmudah (2007) menyatakan bahwa informasi sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi. Informasi dapat diperoleh ibu yang bekerja baik melalui media cetak maupun melalui media elektronik atau informasi dari orang lain maupun


(54)

kader kesehatan. Sebagai contoh informasi yang diperoleh dari kader kesehatan yang ada di puskesmas melalui penyuluhan juga sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi. Dari penelitian yang dilakukan oleh Susanto (2005) menyatakan bahwa pekerjaan seseorang merupakan salah satu proses perubahan tingkah laku, ibu yang bekerja dapat memilih tempat-tempat pelayanan kesehatan. Ibu yang bekerja mempunyai status sosial yang menunjang untuk peningkatkan status kesehatan anak, tetapi disisi lain bisa menjadi masalah waktu untuk membawa anak ke unit pelayanan kesehatan pada saat jam kerja ibu. Ibu bekerja dan ibu tidak bekerja tentang kelengkapan imunisasi dapat dijadikan bahan pertimbangan terutama bagi perusahaan tempat ibu bekerja melalui poliklinik kesehatan untuk lebih memberi perhatian, dan lebih banyak penjelasan tentang arti imunisasi. Ibu yang bekerja dengan status imunisasi dasar lengkap karena bekerja diluar rumah lebih cepat untuk mendapatkan informasi misalnya tentang kesehatan anak dan mendapatkan penyuluhan tentang kesehatan ditempat kerja, disetiap perusahaan memiliki poliklinik yang bisa dimanfaatkan oleh ibu-ibu untuk fasilitas kesehatan keluarga. Dengan adanya poliklinik perusahaan, maka diharapkan kerjasama antara perusahaan dan petugas kesehatan setempat untuk meningkatkan kesehatan didesa terutama mengenai kegiatan imunisasi dasar.

Pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar memegang peranan penting dalam tercapainya kebijakan program imunisasi dasar yang dilakukan pemerintah. Selain itu tingkat keberhasilan program imunisasi dasar juga berkaitan dengan faktor-faktor individu secara tidak langsung seperti faktor yang mendukung terhadap peningkatan pelayanan kesehatan imunisasi dasar khususnya.


(1)

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent Usia Ibu * Pengetahuan 100 100.0% 0 .0% 100 100.0%

Usia Ibu * Pengetahuan Crosstabulation

Pengetahuan

Baik Kurang Total Usia Ibu 20-30 Tahun Count 45 26 71

% within Usia Ibu 63.4% 36.6% 100.0%

31-40 Tahun Count 16 13 29

% within Usia Ibu 55.2% 44.8% 100.0%

Total Count 61 39 100

% within Usia Ibu 61.0% 39.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square .583a 1 .445

Continuity Correctionb .289 1 .591 Likelihood Ratio .578 1 .447

Fisher's Exact Test .501 .294

Linear-by-Linear Association .577 1 .447 N of Valid Cases 100

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.31. b. Computed only for a 2x2 table


(2)

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent Pendidikan * Pengetahuan 100 100.0% 0 .0% 100 100.0%

Pendidikan * Pengetahuan Crosstabulation

Pengetahuan

Baik Kurang Total

Pendidikan Sarjana Count 8 0 8

% within Pendidikan 100.0% .0% 100.0%

D3 Count 22 8 30

% within Pendidikan 73.3% 26.7% 100.0%

SMU Count 24 13 37

% within Pendidikan 64.9% 35.1% 100.0%

SMP Count 6 12 18

% within Pendidikan 33.3% 66.7% 100.0%

SD Count 1 6 7

% within Pendidikan 14.3% 85.7% 100.0%

Total Count 61 39 100

% within Pendidikan 61.0% 39.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 19.478a 4 .001 Likelihood Ratio 22.326 4 .000 Linear-by-Linear Association 18.073 1 .000 N of Valid Cases 100

a. 4 cells (40.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.73.


(3)

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent Pekerjaan * Pengetahuan 100 100.0% 0 .0% 100 100.0%

Pekerjaan * Pengetahuan Crosstabulation

Pengetahuan

Baik Kurang Total

Pekerjaan PNS Count 19 6 25

% within Pekerjaan 76.0% 24.0% 100.0%

Wiraswasta Count 14 10 24

% within Pekerjaan 58.3% 41.7% 100.0%

IRT Count 28 23 51

% within Pekerjaan 54.9% 45.1% 100.0%

Total Count 61 39 100

% within Pekerjaan 61.0% 39.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 3.233a 2 .199 Likelihood Ratio 3.384 2 .184 Linear-by-Linear Association 3.103 1 .078 N of Valid Cases 100

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.36.


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Pada Bayi di Puskesmas Pembantu Naga Timbul Tanjung Morawa Tahun 2012

0 31 63

Hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Kelurahan Sayurmatinggi Tapanuli Selatan tahun 2011

2 73 89

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Status Imunisasi Bayi di Puskesmas Namorambe Tahun 2008

0 43 71

Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Campak Pada Bayi di Puskesmas Padang Bulan Medan

16 82 61

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI POLIO DENGAN PERILAKU PASCA IMUNISASI POLIO PADA BAYI DI PUSKESMAS SUKOHARJO

0 5 48

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR BAYI Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bendo Kabupaten Magetan.

0 1 15

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR BAYI Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bendo Kabupaten Magetan.

0 5 12

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BENDO KABUPATEN MAGETAN

0 0 7

Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Pada Bayi di Puskesmas Pembantu Naga Timbul Tanjung Morawa Tahun 2012

0 0 11

HUBUNGAN PARITAS DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI PUSKESMAS UMBULHARJO I YOGYAKARTA TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN PARITAS DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI PUSKESMAS UMBULHARJO

0 0 12