Cara penghitungan Pajak Restoran Prosedur Pemungutan Pajak Restoran Tata Cara Pembayaran Pajak Restoran

C. Cara penghitungan Pajak Restoran

a. Dasar penghitungan Pajak Restoran adalah jumlah pembayaran yang dilakukan pada restoran b. Tarif Pajak Restoran adalah sebesar 10 c. Besarnya pokok Pajak Restoran yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan Pajak Restoran d. Pajak Restoran = 10 X Jumlah pembayaran Contoh : Restoran Mie Aceh Titi Bobrok Jl Setia Budi. Jumlah Pembayaran yang terjadi di restoran tersebut selama Tahun 2007 sebesar Rp. 1.000.000.000. Sehingga Pajak restostoran yang harus dibayar adalah : =10 X Rp. 1.000.000.000 = Rp.100.000.000.

D. Prosedur Pemungutan Pajak Restoran

Pelaksanaan pemungutan Pajak Restoran dengan system self assessment dimana Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk menghitung ,memperhitungkan, membayar serta melaporkan sendiri pajak terutang. Adapun mekanisme dari pemungutan Pajak Restoran yang telah diatur dalam PERDA NO 12 Tahun 2003 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah sebagai berikut: 1. Wajib Pajak Restoran adalah pengusaha restoran mendaftarkan usahanya ke Dinas Pendapatan Daerah dengan cara mengisi formulir pendaftaran 2. Formulir yang sudah diisi Wajib Pajak dikembalikan ke Dinas Pendapatan Daerah guna untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah NPWPD 3. Wajib Pajak yang sudah mendapatkan NPWPD dapat menghitung, memperhitungkan, membayar serta melaporkan sendiri pajak yang terutang dengan mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah SPTPD 4. Berdasarkan SPTPD tersebut kepala daerah atau pejabat menetapkan pajak yang terutang dengan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah SKPD atau yang dipersamakan dengan itu, apabila SKPD tidak atau kurang bayar setelah lewat 30 hari sejak SKPD diterima, akan dikenakan sanksi administrasi sebesar 2 sebulan dan ditagih dengan menerbitkan SKPD. 5. Wajib Pajak menghitung, menetapkan dan menyetorkan pajak terutangnya ke kas daerah dengan menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah.

E. Tata Cara Pembayaran Pajak Restoran

Tata cara pembayaran Pajak Restoran menurut peraturan yang berlaku sebagai berikut : 1. Pembayaran Pajak Restoran dilakukan ke kas daerah atau tempat lain yang ditumjuk oleh kepala daerah 2. Pembayaran Pajak Daerah dilakukan dalam waktu 30 hari setelah diterimanya SKPD, SPTPD, SKPKBD, SKPKBTD, STPD. 3. Pembayaran Pajak Restoran dilakukan sekaligus atau lunas atau dapat juga mengangsur pajak terutangnya dalam kurun waktu tertentu setelah mendapat persetujuan kepala daerah atau pejabat yang dapat memberikan persetujuan. 4. Semua jenis pembayaran pajak harus memakai SSPD. Kegiatan pembayaran atau penyetoran Pajak Restoran yang terutang ke kas daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh kepala daerah. Kegiatan pembayaran yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan kota Medan melalui Bendaharawan Khusus Penerima BKP. Kegiatan pembayarannya terdiri dari : a. BKP menerima setoran pajak yang terutang disertai SKPD dengan media Surat Setoran Pajak Daerah SSPD. b. Selanjutnya SSPD tersebut divalidasi di cap aslinya disertai SKPD dikembalikan ke Wajib Pajak yang bersangkutan. c. Berdasarkan SSPD yang telah divalidasi dengan register atau cap dicatat dan dijumlahkan dalam buku pembantu penerima sejenis melalui BKP dan selanjutnya dibukukan dalam buku kas umum d. BKP menyetorkan uang ke kas daerah secara harian yang disertai bukti setoran bank e. BKP secara perodik bulanan menyiapkan laporan realisasi penerimaan dan penyetoran uang yang ditandatangani oleh kepala Dinas Pendapatan Daerah kota Medan f. BKP mendistribusikan : 1 Media setoran yang telah divalidasi ke unit kerja pembukuan dan pelaporan 2 Buku pembantu penerimaan sejenis ke unit kerja pembukuan dan unit penagihan serta unit kerja pendataan. 3 Laporan realisasi : penerimaan dan penyetoran uang kepada kepala daerah, Kepala DIPENDA, unit kerja perencanaan dan pengendalian operasional. F Penagihan 1. Tujuan dari penagihan sebagai usaha penegakan hukum agar Wajib Pajak segera memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku sehingga negara tidak dirugikan. Kegiatan penagihan terdiri dari 2 macam yaitu: a. Penagihan Aktif, yaitu penagihan yang meliputi proses paksa, penggertaan sampai pada proses pelelangan. b. Penagihan Pasif, yaitu penagihan yang dimulai dari proses peringatan sampai terbitnya surat teguran. 2. Tata Cara penagihan a. Surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai tindak awal pelaksanaan penagihan pajak dikeluarkan 7 tujuh hari sejak saat jatuh tempo pembayaran b. Dalam jangka waktu 7 tujuh hari sejak tanggal surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenisnya, Wajib Pajak harus melunasi pajak yang terutang c. Surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenisnya dikeluarkan oleh pejabatnya, d. Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu waktu sebagaimana yang telah ditentukan dalam surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenisnya,jumlah pajak yang harus dibayar ditagih dengan surat paksa, e. Pejabat menerbitkan surat paksa segera setelah lewat 21 dua puluh satu hari sejak tanggal surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenisnya, f. Apabila pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam sesudah tanggal pemberitahuan surat paksa, pajabat segera menerbitkan surat perintah melaksanakan penyitaan g. Sesudah dilakukan penyitaan dan Wajib Pajak belum juga melunasi hutang pajaknya, setelah lewat 10 sepuluh hari sejak tanggal pelaksanaan surat perintah melaksanakan penyitaan, pejabat mengajukan permintaan penetapan tanggal pelelangan kepada kantor lelang Negara, h. Setelah kantor lelang Negara menetapkan hari, tanggal, jam dan tempat lelang, juru sita memberitahukan dengan segera secara tertulis kepada Wajib Pajak, i. Bentuk, jenis, dan isi formulir yang digunakan untuk pelaksanaan penagihan Pajak Daerah ditetapkan oleh kepala daerah.

G. Sanksi