Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Pembayaran Pajak Restoran Di Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

(1)

TUGAS AKHIR

TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM PEMBAYARAN PAJAK RESTORAN DI DINAS PENDAPATAN DAERAH

KOTA MEDAN

O L E H

NAMA : LUKMAN ARIEF SEBAYANG NIM : 082600076

Untuk Memehuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi Pada Program Diploma III

Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kapada Allah SWT yang telah memberikan Rahmat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk meneyelesaikan studi pada program Diploma III Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dengan judul: TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM PEMBAYARAN PAJAK RESTORAN DI DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MEDAN

Penulisan tugas akhir ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi pada Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyusun Tugas Akhir ini penulis sangat banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Baddarudin, M.Si, selaku Dekan FISIP USU

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Program Diploma III Administrasi Perpajakan yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulis menyelesaikan studi.

3. Ibu Arlina SH M.Hum selaku dosen pembimbing dimana telah meluangkan segenap waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk dan pengetahuan kepada penulis.


(3)

4. Bapak dan Ibu staf pengajar Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis selama mengikuti perkuliahan di FISIP USU.

5. Pihak Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan yang telah memberikan data dan informasi kepada penulis selama penelitian.

6. Seluruh rekan - rekan Mahasiswa / Mahasiswi beserta alumni Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU yang telah banyak memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis. Khususnya kepada teman – teman saya Deni, Dedi, Dina, Fina dan Wanda yang telah membantu saya dalam mengerjakan laporan tugas akhir.

Pada kesempatan ini penulis persembahkan secara khusus rasa hormat setulus-tulus nya kepada ayahanda tercinta Ahmad Jamal Sebayang, SH, M.Hum. Dan Ibunda tercinta Marina Ginting serta abangku Junaedy Sebayang ST atas segala asuhan, pengorbanan, motivasi dan do’a nya yang tulus untuk penulis sehingga penulis dapat meyelesaikan laporan tugas akhir ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh keluarga dan rekan-rekan di Thirteenz music studio, sahabatku Riyan Hidayat dan abangku Ahmad Afandi P.S. Semoga segala bantuan tersebut dibalas oleh Allah SWT.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan laporan tugas akhir ini masih banyka kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan penulisan tugas akhir ini. Penulis juga berharap laporan ini bermanfaat bagi siapapun.


(4)

Hormat Saya


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri B. Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri

1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri 2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri C. Uraian Teoritis

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) F. Metode Pengumpulan Data

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri BAB II : GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA

MEDAN

A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan C. Uraian Tugas dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan D. Tata Kerja


(6)

E. Gambaran Umum Pegawai/ Karyawan di Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

BAB III : KAJIAN TEORITIS TENTANG PAJAK RESTORAN DAN DATA PENERIMAAN PAJAK RESTORAN KOTA MEDAN A. Uraian Teoritis Pajak Restoran

1. Definisi Pajak Restoran ... 2. Objek dan Subjek Pajak Restoran ... 3. Cara Penghitungan Pajak Restoran B. Mekanisme Pemungutan Pajak Restoran di Dinas Pendapatan Kota Medan ... 1. Pengukuhan Wajib Pajak ... 2. Pendaftaran dan Pendataan ... 3. Pelaporan Pajak dan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah ... 4. Penetapan Pajak Restoran

5. Pembayaran Pajak RestoranBAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI

A. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Restoran Di Kota Medan B. Kendala - Kendala dalam Pemungutan Pajak Restoran

C. Upaya - Upaya yang dilakukan untuk Meningkatkan Penerimaan Pajak Restoran

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan


(7)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel I Gambaran Umum Pegawai / Karyawan di Dinas Pendapatan

Daerah Kota Medan Tahun 2010 ... 40 Tabel II Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Berdasarkan Golongan ... 42

Tabel III Jumlah Wajib Pajak Restoran Pada Dinas Pendapatan Kota Medan Tahun Anggaran 2010 ... 51 Tabel IV Target dan Realisasi Pajak Restoran Pada Dinas Pendapatan


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah disebutkan bahwa Pemerintah Daerah memiliki sumber Pendapatan Asli Daerah, berasal dari Hasil Pajak Daerah, Hasil Retribusi Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan dan lain-lain Pendapatan Daerah yang sah.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 juga menjelaskan tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Pendapatan Asli Daerah, yang antara lain berupa Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, utnuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, daerah mampu melaksanakan otonomi, yaitu mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.

Berdasarkan kutipan tersebut jelas diketahui salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah berasal dari Pajak Daerah. Pajak Daerah adalah pungutan daerah menurut peraturan yang ditetapkan guna pembiayaan pengeluaran daerah sebagai badan hokum publik yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 sebagai perubahan atas Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak


(10)

Daerah dan Retribusi Daerah, dimana Pajak Daerah terbagi menjadi dua jenis, yaitu Pajak Provinsi yang terdiri dari :

1. Pajak Kendaraan Bermotor

2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 4. Pajak Air Permukaan

5. Pajak Rokok

Pajak Kabupaten dan Kota yang terdiri dari : Pajak Hotel

1. Pajak Restoran 2. Pajak Hiburan 3. Pajak Reklame

4. Pajak Penerangan Jalan 5. Pajak Parkir

6. Pajak Air Tanah

7. Pajak Sarang Burung Walet

8. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

Pajak Restoran adalah salah satu pajak yang dikelola langsung oleh Pemerintah Daerah, yang memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah guna mendukung kesinambungan kota Medan. Pajak Restoran juga sangat potensial dalam meningkatkan penerimaan daerah, maka dalam menyelenggarakan Pajak Restoran tersebut, Pemerintah Daerah melalui Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan harus mengawasi proses pelaksanaan Pajak


(11)

Restoran ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah dan Peraturan Daerah yang telah ditetapkan.

Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan mempunyai peranan yang sangat besar dalam menyelenggarakan Pajak Restoran di kota Medan. Bagaimana sebenarnya tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar dan melaporkan Pajak Restoran pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan, dimana pihak Dinas Pendapatan Kota Medan harus melakukan kegiatan yang lebih intensif dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daaerah (PAD).

Dalam pelaksanaan Pajak Restoran tersebut tentunya masih banyak ditemukan permasalahan-permasalahan dan hambatan-hambatan terutama bagi Pemerintah Daerah. Oleh, karena itu, petugas yang berwenang dalam pelaksanaan Pajak Restoran ini harus lebih meningkatkan kinerjanya, sehingga dapat mengatasi permasalahan yang timbul, Apabila permasalahan tersebut dapat diatasi, tentunya akan dapat meningkatkan Penerimaan Daerah, yang nantinya akan dapat digunakan sebagai pembagunan daerah.

Hal inilah yang menjadikan penulis tertarik dan memilih Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan sebagai tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), dan “Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Pembayaran Pajak Restoran Di Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan” sebagai objek yang menarik untuk dijadikan wadah Praktik Kerja Lapangan.


(12)

B.Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri A. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) merupakan suatu kegiatan penerapan ilmu yang diperoleh mahasiswa selama bangku perkuliahan agar mengenal situasi dunia kerja sekaligus untuk meningkatkan kualitas mahasiswa itu sendiri. Kegiatan PKLM ini memiliki beberapa tujuan dan manfaat bagi mahasiswa, pihak universitas, intansi atau badan yang dijadikan tempat melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri tersebut.

Adapun tujuan diadakannya PKLM, yaitu:

a. Untuk mengetahui tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam pembayaran Pajak Restoran di Dinas Pendaptan Daerah Kota Medan.

b. Untuk mengetahui faKtor-faktor yang menghambat penerimaan penerimaan Pajak Restoran dalam menigkatkan Pendapatan Asli Daerah pada Dinas Pendapatan Daeran Kota Medan.

c. Untuk mengetahui upaya-upaya untuk mengoptimalkan penerimaan Pajak Restoran dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah pada Dinas Pendapatan daerah Kota Medan

B. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri bagi Mahasiswa yaitu:

a. Dapat mempraktikkan teori yang telah diperoleh di bangku kuliah ke dalam dunia kerja.


(13)

b. Dapet melaksanakan observasi tentang pengelolaan Pajak Restoran c. Mengetahui dan memahami cara Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah khususnya Pajak Restoran

d. Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa menyangkut system dan prosedur dalam pelaksanaan pemungutan Pajak Restoran di Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri bagi Universitas khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan yaitu:

a. Menambah hubungan kerja sama antar Universitas khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dengan Pemerintah Kota Medan khususnya Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

b. Mempromosikan Sumber Daya Manusia yang potensial di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri bagi Instansi Pemerintah khususnya di Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan yaitu:

a. Diharapkan dapat memberi masukan dan saran bagi penyempurnaan sistem administrasi dan pemungutan Pajak Restoran di Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

b. Dapat meningkatkan hubungan baik dan kerja sama dengan pihak Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.


(14)

c. Agar dapat membantu Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dalam hal mensosialisasikan pentingnya Pajak Restoran terhadap pembangunan Kota Medan kepada masyarakat.

C.Uraian Teoritis 1. Definisi Pajak

a. Berdasarkan Undang-Undang No. 28 tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi dan badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

b. Menurut Prof.Dr.Rochmat Soemitro, SH, Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipkasakan) dengan tidak mendapat jasa timbale balik(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.1

c. Berdasarkan Undang-Undang No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah, Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

1


(15)

secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

d. Berdasarkan Perda Kota Medan No. 12 tahun 2003, Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering.

2. Objek dan Subjek Pajak Restoran

Berdasarkan Perda Kota Medan No. 12 tahun 2003 adapun yang menjadi objek dan subjek Pajak Restoran yakni meliputi:

a. Objek Pajak Restoran

Objek Pajak Restoran adalah setiap pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di restoran termasuk rumah makan, kafetaria, kantin, warung , bar dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering dan meliputi pelayanan penjualan makanan dan/atau minuman yang dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan maupun di tempat lain.

Dikecualikan dari objek Pajak Restoran adalah :

1) Pelayanan yang disediakan oleh restoran yang nilai penjualannya tidak melebihi Rp.600.000

2) Penjualan makanan dan atau minuman ditempat yang disertai dengan fasilitas penyantapan di hotel.


(16)

b. Subjek Pajak

1) Subjek Pajak Restoran adalah orang pirbadi atau badan yang melakukan pembayaran atas pelayanan restoran.

2) Wajib Pajak Restoran adalah pengusaha restoran. 3. Tarif Pajak Restoran

a. Dasar pengenaaan Pajak Restoran adalah jumlah pembayaran yang dilakakan kepada restoran.

b. Tarif Pajak Restoran adalah sebesar 10% (sepuluh persen).

c. Besarnya pokok Pajak Restoran dihitung.dengan cara mengalikan tariff pajak dengan dasar pengenaan Pajak Restoran.

D.Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun yang menjadi ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri yaitu:

1. Tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam pembayaran Pajak Restoran. 2. Peran dan upaya yang dilakukan Dinas Pendapatan Daerah Kota

Medan dalam mengoptimalkan kepatuhan Wajib Pajak dalam pembayaran Pajak Restoran di Kota Medan.

3. Data penerimaan Pajak Restoran pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan tahun 2006-2010

E.Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun yang menjadi metode dalam melaksanakan praktik kerja lapangan mandiri ini, penulis akan melakukan metode-metode terapan yang telah dibuat


(17)

sesuai dengan ketentuan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan yaitu:

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan yang akan dilakukan penulis adalah mencari judul yang tepat. Kemudian mengajukan judul untuk mendapatkan persetujuan dari Ketua Jurusan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

2. Persiapan Studi Literatur

Persiapan studi literatur yang akan dilakukan penulis adalah persiapan dalam mencari dan mempersiapkan sesuatu yang berhubungan dan dapat dijadikan sumber oleh penulis dalam menjalankan praktik kerja lapangan mandiri ini. 3. Observasi Lapangan

Penulis dalam melakukan observasi lapangan sesuai dengan peraturan yang berlaku, dimana dalam observasi ini penulis mencari data dan informasi pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan. Serta mempelajari data-data yang berhubungan dengan masalah-masalah yang akan dibahas yang nantinya akan dijadikan bukti dalam daftar dokumen penulis.

4. Pengumpulan Data

Dalam hal ini yang menjadikan laporan penulis sesuai adalah data yang diperoleh, darimana dan bagaimana data tersebut diperoleh. Dengan memperhatikan lokasi, penulis mengadakan praktik kerja lapangan mandiri, dan sumber-sumber yang digunakan penulis untuk penambahan data, misalnya buku-buku mengenai materi yang akan dibahas, wawancara yang akan dilakukan penulis, dan lainnya.


(18)

Penulis melakukan pengumpulan data melalui:

a. Data Primer : data yang diperoleh melalui wawancara terhadap orang-orang yang dianggap mampu memberikan masukan dan informasi serta observasi penulis di lapangan tempat objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

b. Data Sekunder : data/informasi yang diperoleh melalui studi literatur seperti sumber-sumber pustaka, Undang-Undang, dokumentasi maupun literatur lain yang berhubungan dengan objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

5. Analisis Data dan Evaluasi

Data yang berhasil dikumpulkan oleh penulis, terlebih dahulu dianalisis untuk mengetahui kebenaran akan data tersebut, dan sesuai atau tidaknya dengan materi. Pengamatan data ini akan dilakukan dengan evaluasi akan sumber data dan banyaknya data yang akan diperoleh.

F. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang akan dilakukan penulis masih berdasarkan prosedur yang ditetapkan, yaitu dengan cara memaparkan hal-hal yang akan di bawakan. Untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan dalam praktik kerja lapangan mandiri ini, penulis menggunakan 3 (tiga) teknik pengumpulan data, yaitu:

1. Daftar pertanyaan, yaitu dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan pada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap masalah yang diteliti.


(19)

2. Daftar Observasi, yaitu dengan cara pengamatan dan pencatatan langsung terhadap fenomena yang terjadi di Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan. 3. Daftar dokumentasi, yaitu data yang berisikan dokumentasi yang didapat oleh

penulis selama melakukan praktik kerja lapangan mandiri di tempat yang ditentukan.

G.Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Untuk mempermudah pembahasan maka sistematika penulisan laporan PKLM ini dibuat dalam 5 (lima) bab yang terdiri dari:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah PKLM, tujuan dan manfaat PKLM, serta ruang lingkup, metode praktik kerja lapangan mandiri dan sistematika penulisan laporan PKLM.

BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM

Pada bab ini diberikan gambaran umum mengenai lokasi penulis melakukan praktik kerja lapangan mandiri. Dalam bab ini juga akan diuraikan mengenai struktur organisasi, tugas dan fungsi dari Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan.

BAB III : GAMBARAN DATA PKLM

Pada bab ini diuraikan dan dideskripsikan mengenai tingkat kepatuhan wajib Pajak membayar Pajak Restoran serta peran dan upaya yang dilakukan Dinas Pendapatan Daerak Kota Medan untuk mengoptimalkan Pajak Restoran di Kota Medan.


(20)

BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI DATA

Pada bab ini penulis menganalisis dan mengevaluasi masalah yang dihadapi mengenai masalah yang timbul dan alternatif pemecahan masalah juga evaluasi terhadap alternatif pemecahan masalah tersebut.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini merupakan kesimpulan dari semua yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, dan akan diberikan saran-saran terhadap pelaksanaan PKLM agar lebih baik dimasa yang akan datang.


(21)

BAB II

GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MEDAN

A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Dinas Pendapatan Kota Medan dahulu hanya satu unit kerja yang kecil yaitu Sub-Bagian Peneriman pada bagian keuangan dengan tugas pokoknya mengelola bidang penerimaan / Pendapatan Daerah. Mengingat pada saat itu potensi Pajak maupun Retribusi Daerah di Kota Medan belum begitu banyak, maka dalam Sub–Bagian Penerimaan tidak terdapat Seksi atau Urusan.

Dengan peningkatan perkembangan pembangunan dan laju pertumbuhan penduduk serta potensi Pajak / Retribusi Daerah Kota Medan, maka melalui Peraturan Daerah Kota Medan, Sub–Bagian tersebut diatas ditingkatkan menjadi Bagian dengan nama Bagian IX yang tugas pokoknya mengelola Penerimaan dan Pendapatan Daerah. Bagian IX tersebut terdiri dari beberapa seksi dengan pola pendekatan secara sektoral pungutan Daerah.

Pada tahun 1978 berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor : KUPD-7, tahun 1978, tentang Penyeragaman Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Propinsi dan Kabupaten / Kotamadya di seluruh Indonesia, maka Pemerintah Kota Medan menetapakan Peraturan Daerah Kota Nomor 12 Tahun 1978 tentang Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Medan sebagaimana dimaksudkan dalam Instruksi Mendagri dimaksud. Struktur


(22)

Organisai Dinas Pendapatan Daerah yang baru ini dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang terdiri dari 1 (satu). Bagian Tata Usaha, dengan 3 (tiga) Urusan dan 4 (empat) Seksi dengan masing - masing seksi terdiri dari 3 (tiga) subseksi.

Seiring dengan meningkatnya pembangunan dan pertumbuhan Wajib Pajak / Retribusi Daerah, Struktur Organisasi Dinas Pendapatan selama ini dibentuk dengan membagi pekerjaan berdasarkan sektor jenis pungutan maka pola tersebut perlu dirubah secara fungsional.

Dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 973-442, tahun 1988, tanggal 26 Mei 1988 tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan / Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya serta Pajak Bumi dan Bangunan di 99 Kabupaten / Kota dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor : 061/1861/PUOD, tanggal 02 Mei 1988 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Provinsi / Kabupaten / Kotamadya, maka Pemerintah Kota Medan merubah Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 1978 tentang Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Medan menjadi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor : 16 Tahun 1990 tentang susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Kotamadya Daerah TK. II Medan.

Dalam perkembangan selanjutnya dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor : 50 Tahun 2000, tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten / Kota, maka Pemerintah Kota Medan membentuk Organisasi dan Tata Kerja Dinas.

Dinas Daerah dilingkungan Pemerintah Kota Medan sebagaimana diatur dan ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Medan Nomor : 4 Tahun 2001, sehingga


(23)

Peraturan Daerah Kotamadya Daerah TK. II Medan Nomor : 16 Tahun 1990 dinyatakan tidak berlaku dan diganti dengan SK Walikota Medan Nomor : 25 Tahun 2002 tentang Susunan Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

Sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang Pungutan Pajak, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerlah lainnya Dinas Pendapatan Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah, yang terdiri dari 1 (satu) Bagian Tata Usaha dengan 4 (empat) Sub Bagian dan 5 (lima) Sub Dinas dengan masing-masing 4 (empat) Seksi serta Kelompok Jabatan Fungsional.

Adapun yang memimpin Dinas Pendapatan sejak dari Bagian IX / Pendapatan sampai dengan saat ini adalah:

1. Aminuddin Yusuf 2. Achmad Purba 3. Drs. Mahludin Lubis

4. Drs. H. Bahauddin Nasution 5. Drs. H. Amansyah Nasution 6. Drs. H. A. Daim Siregar 7. Drs. H. Azwar S.Msi

8. Drs. H. Basyrul Kamali, MM 9. Drs. H. Ramli, MM

10. Drs. H. Dzulmi Eldin S.Msi. 11. Lahum SH. MM


(24)

13. Drs. H. Syahrul Harahap. MAP

B. Struktur Organisasi Dinas Pendapataan Daerah Kota Medan

Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan terdiri dari : a. Dinas;

b. Sekretariat, membawahkan : 1. Sub Bagian Umum; 2. Sub Bagian Keuangan;

3. Sub Bagian Penyusunan Program;

c. Bidang Pendataan dan Penetapan, membawahkan: 1. Seksi Pendataan dan Pendaftaran;

2. Seksi Pemeriksaan; 3. Seksi Penetapan;

4. Seksi Pengelohan Data dan informasi; d. Bidang Penagihan, membawahkan:

1. Seksi Pembukuan dan Verifikasi; 2. Seksi Penagihan dan Perhitungan; 3. Seksi Pertimbangan dan Restitusi; e. Bidang Bagi Hasil Pendapatan, membawahkan:

1. Seksi Bagi Hasil Pajak;

2. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak; 3. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil;

4. Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan. f. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah, membawahkan:


(25)

1. Seksi Pengembangan Pajak; 2. Seksi Pengembangan Retribusi;

3. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain – Lain. g. Unit Pelaksana Teknis (UPT).

h. Kelompok Jabatan Fungsional.

C. Uraian Tugas dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Sesuai dengan Keputusan Walikota Medan Nomor 1 Tahun 2010 tentang tugas pokok fungsi Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Medan, dalam keputusan ini yang dimaksud dengan :

a. Dinas

Dinas merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah, yang dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.

Dinas mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan pemerintah daerah di bidang pendapatan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

Dinas mempunyai fungsi:

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pandapatan;

b. Penyelenggaraan urusan pemerintah dan pelayanan umum di bidang pendapatan;


(26)

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

b. Sekretariat

Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup kesekretariatan meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan dan penyusunan program.

Sekretariat mempunyai fungsi:

a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan kesekretariatan;

b. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan program Dinas;

c. Pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi kesekretariatan Dinas yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, dan kerumahtanggan Dinas;

d. Pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan organisasi, dan ketatalaksanaan;

e. Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas – tugas Dinas;

f. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian;


(27)

h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

1. Sub Bagian Umum

Sub Bagian Umum dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.

Sub Bagian Umum mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretariat lingkup administrasi umum.

Sub Bagian Umum mempunyai fungsi:

a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Umum;

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi umum;

c. Pengelolaan administrasi umum yang meliputi pengelolaan tata naskah dinas, penataan kearsipan, perlengkapan, dan penyelenggaraan kerumahtanggaan Dinas;

d. Pengelolaan administrasi kepegawaian;

e. Penyiapan bahan pembinaan dan pengembangan kelembagaan, ketatalaksanaan, dan kepegawaian;

f. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian;

g. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretariat sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(28)

2. Sub Bagian Keuangan

Sub Bagian Keuangan dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.

Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretariat lingkup pengelolaan administrasi keuangan.

Sub Bagian Keuangan mempunyai fungsi:

a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Keuangan;

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi keuangan;

c. Pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan meliputi kegiatan penyusunan rencana, penyusunan bahan, pemrosesan, pengusulan dan verfikasi.

d. Penyiapan bahan / pelaksanaan koordinasi pengelolaan administrasi keuangan;

e. Penyusunan laporan keuangan Dinas;

f. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian;

g. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(29)

3. Sub Bagian Penyusunan Program

Sub Bagian Penyusunan Program dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.

Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretariat lingkup penyusunan program dan kelaporan. Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai fungsi:

a. Penyusunan renacana, program, dan kegiatan Sub Bagian Penyusunan Program;

b. Pengumpulan bahan petunjuk teknis lingkup penyusunan rencana dan program Dinas;

c. Penyiapan bahan penyusunan rencana dan program Dinas;

d. Penyiapan bahan pembinaan pengawasan, dan pengendalian;

e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas dan fungsinya.

c. Bidang Pendataan dan Penetapan

Bidang Pendataan dan Penetapan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Bidang Pendataan dan Penetapan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas pendataan. Pendaftaran, pemeriksaan penetapan, dan pengolahan data dan informasi.


(30)

Bidang Pendataan dan Penetapan mempunyai fungsi:

a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pendataan dan Penetapan;

b. Penyusunan petunjuk teknis lingkup pendataan, pendaftaran, pemeriksaan penetapan, dan pengolahan data dan informasi;

c. Melaksanakan pendaftaran dan pendataan seluruh wajib pajak, wajib retribusi dan pendapatan daerah lainnya;

d. Pelaksanaan pengolahan dan informasi baik dari Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD), Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPTRD), hasil pemeriksaan dan informasi dari instansi terkait;

e. Pelaksanaan proses penetapan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya;

f. Perencanaan dan penatausahaan hasil pemeriksaan terhadap Wajib Pajak dan Wajib Retribusi;

g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang pendataan dan penetapan;

h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(31)

Seksi Pendataan dan Pendaftaran dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pendataan dan Penetapan.

Seksi Pendataan dan Pendaftaran mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pendataan dan Penetapan lingkup pendataan dan pendaftaran.

Seksi Pendataan dan Pendaftaran mempunyai fungsi:

a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pendataan dan Pendaftaran;

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pendataan dan pendaftaran;

c. Pelaksanaan pendataan objek pajak daerah / retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya melalui informasi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) dan Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPTRD);

d. Pelaksanaan pendaftaran wajib pajak / retribusi daerah melalui formulir pendaftaran;

e. Penyimpanan, pendistribusian, pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah / Wajib Retribusi Daerah serta penyimpanan surat perpajakan daerah lainnya yang berkaitan dengan pendaftaran dan pendataan;

f. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(32)

2. Seksi Pemeriksaan

Seksi Pemeriksaan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pendataan dan Penetapan.

Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pendataan dan Penetapan.

Seksi Pemeriksaan mempunyai fungsi:

a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pemeriksaan;

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pemeriksaan;

c. Penerimaan laporan hasil pemeriksaan dan unit pemeriksa / tim pemeriksa.

d. Penatausahaan hasil pemeriksaan lapangan atas objek dan subjek pajak;

e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksaan tugas;

f. Pelaksanaa tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

3. Seksi Penetapan

Seksi Penetapan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pendataan dan Penetapan.

Seksi Penetapan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pendataan dan Penetapan lingkup penetapan pokok pajak daerah / pokok retribusi daerah.

Seksi Penetapan mempunyai fungsi:


(33)

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penetapan;

c. Penyiapan bahan dan data perhitungan penetapan pokok pajak daerah / pokok retribusi daerah;

d. Penyiapan penerbitan, pendistribusian, serta penyimpanan arsip surat perpajakan daerah / retribusi daerah yang berkaitan dengan penetapan;

e. Pelaksanaan perhitungan jumlah angsuran pembayaran / penyetoran atas permohonan wajib pajak

f. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Seksi Pengolahan Data dan Informasi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pendapatan dan Penetapan.

Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pendataan dan Penetapan lingkup data dan informasi. Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai fungsi:

a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Data dan Informasi;

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pendataan dan informasi;


(34)

d. Penuangan hasil pengolahan data dan informasi ke dalam kartu data;

e. Pengiriman kartu data kepada Seksi Penetapan;

f. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

d. Bidang Penagihan

Bidang Penagihan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Bidang Penagihan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pembukuan, verifikasi, penagihan, perhitungan, pertimbangan, dan restitusi.

Bidang Penagihan mempunyai fungsi:

a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Penagihan;

b. Penyusunan petunjuk teknis lingkup pembukuan, verifikasi, penagihan, perhitungan, pertimbangan dan restitusi;

c. Pelaksanaan pembukuan dan verifikasi atas pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya;

d. Pelaksanaan perhitungan restitusi dan atau pemindahbukuan atas pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya;


(35)

e. Pelaksanaan perhitungan restitusi dan atau pemindahbukuan atas pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya;

f. Pelaksanaan telaahan dan saran pertimbangan terhadap keberatan wajib pajak atas permohonan wajib pajak;

g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang penagihan;

h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

1. Seksi Pembukuan dan Verifikasi

Seksi pembukuan dan Verifikasi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Penagihan.

Seksi Pembukuan dan Verfikasi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup pembukuan dan verifikasi.

Seksi pembukuan dan Verifikasi mempunyai fungsi:

a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pembukuan dan Verifikasi;

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pembukuan dan verifikasi;

c. Pelaksanaan pembukuan dan verifikasi tentang penetapan dan penerimaan pajak daerah retribusi dan pendapatan daerah lainnya;


(36)

d. Pelaksanaan pembukuan dan verifikasi penerimaan dan pengeluaran benda berharga serta pencatatan uang dari hasil pungutan benda berharga ke dalam kartu persediaan benda berharga;

e. Penyiapan bahan dan data laporan tentang realisasi penerimaan dan tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya;

f. Penyiapan bahan dan data laporan tentang realisisasi penerimaan, pengeluaran, pengeluaran dan sisa persediaan benda berharga secara berkala;

g. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2. Seksi Penagihan dan Perhitungan

Seksi Penagihan dan Perhitungan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Penagihan.

Seksi Penagihan dan Perhitungan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup penagihan dan perhitungan.

Seksi Penagihan dan Perhitungan mempunyai fungsi:

a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Penagihan dan Perhitungan;


(37)

c. Penyiapan bahan dan data pelaksanaan penagihan atas tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan pandapatan daerlah lainnya;

d. Penyiapan bahan dan data penerbitan dan pendistribusian dan penyimpanan arsip surat perpajakan daerah / retribusi daerah yang berkaitan dengan penagihan;

e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

3. Seksi Pertimbangan dan Restitusi

Seksi Pertimbangan dan Restitusi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala Bidang Penagihan.

Seksi pertimbangan dan Restitusi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup pertimbangan dan restitusi.

Seksi Pertimbangan dan Restitusi mempunyai fungsi:

a. Penyiapan rencana, program dan kegiatan Seksi Pertimbangan dan Restitusi;

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pertimbangan dan restitusi;

c. Penerimaan permohonan restitusi dan pemindahbukuan dari wajib pajak;

d. Penelitian kelebihan pembayaran pajak daerah / retribusi daerah yang dapat diberikan restitusi dan atau pemindahbukuan;


(38)

e. Penyiapan surat keputusan kepala dinas tentang pemberian restitusi dan atau pemindahbukuan;

f. Penerimaan surat keberatan dari wajib pajak / retribusi;

g. Penelitian keberatan wajib pajak / wajib retribusi;

h. Pembuatan pertimbangan atas surat keberatan wajib pajak / wajib retribusi;

i. Penyiapan bahan dan data penerbitan surat keputusan kepala dinas tentang persutujuan atau penolakan atas keberatan;

j. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

k. Pelaksanaan tugas lain yangf diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

e. Bidang Bagi Hasil Pendapatan

Bidang Bagi Hasil Pendapatan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawan kepada Kepala Dinas.

Bidang Bagi Hasil Pendapatan mempunyai tugas pokok melaksanakan tugas Dinas lingkup bagi hasil pajak dan bukan pajak, penatausahaan bagi hasil dan perundang-undangan dan mengkaji pendapatan.

Bidang Bagi Hasil Pendapatan mempunyai fungsi:

a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Bagi Hasil Pendapatan;


(39)

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasil pajak dan bukan pajak, penatausahaan bagi hasil dan perundang-undangan dan pengkajian pendapatan;

c. Pelaksanaan penatausahaan bagi hasil pendapatan pajak dan bukan pajak, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang syah;

d. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi pemberi bagi hasil pajak dan bukan pajak, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang syah;

e. Pelaksanaan perhitungan penerimaan dari dana bagi hasil pajak / bukan pajak provinsi dan dana bagi hasil pajak / bukan pajak pusat, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang syah;

f. Pelaksanaan pengkajian pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan pengkajian hasil pendapatan daerah di bidang dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang syah;

g. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang bagi hasil pendapatan;

h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

1. Seksi Bagi Hasil Pajak

Seksi Bagi Hasil Pajak dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bagi Hasil Pendapatan.


(40)

Seksi Bagi Hasil Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup bagi hasil pajak.

Seksi Bagi Hasil Pajak mempunyai fungsi:

a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Bagi Hasil Pajak;

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasil pajak;

c. Penerimaan dan pendistribusian Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) dan Daftar Himpunan Pokok Pajak (DHPP) / Daftar Himpunan Ketetapan Pajak (DHKP), Pajak Bumi dan Bangunan;

d. Pelaksanaan penagihan Pajak Bumi dan Bangunan;

e. Pelaksanaan perhitungan penerimaan bagi hasil pajak lainnya, membantu menyampaikan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) Pajak Bumi dan Bangunan kepada wajib pajak, penerimaan kembali hasil pengisian SPOP dan mengirimkannya kembali kepada Kantor Pelayanan PBB;

f. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak

Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bagi Hasil Pendapatan. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan


(41)

Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak mempunyai fungsi:

a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak;

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasil bukan pajak;

c. Pelaksanaan perhitungan dan penerimaan dana bagi hasil pajak provinsi, dana bagi hasil bukan pajak pusat, DAU, DAK, dan lain-lain pelaporan yang syah;

d. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

3. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil

Seksi Penatausahaan Bagi Hasil dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bagi Hasil Pendapatan. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup penatausahaan bagi hasil.

Seksi Penatausahaan Bagi Hasil mempunyai fungsi:

a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Penatausahaan Bagi Hasil;

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penatausahaan bagi hasil;

c. Pelaksanaan penatausahaan surat-surat ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan;


(42)

d. Pelaksanaan penatausahaan bagi hasil pajak dan bukan pajak, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang syah;

e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

4. Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan

Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan dipimpin Oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bagi Hasil Pendapatan.

Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup peraturan perundang-undangan dan kajian pendapatan. Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengakajian Pendapatan mempunyai fungsi:

a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Peraturan Perundang-Undangan;

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup peraturan perundang-undangan dan pengkajian pendapatan;

c. Penyiapan bahan data pelaksanaan koordinasi dengan unit terkait tentang pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan pengkajian atas penerimaan pendapatan dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang


(43)

d. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang dana permbangan;

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

f. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah

Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pengembangan pajak, retribusi, dan pendapatan lain-lain.

Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai fungsi:

a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah;

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pajak, retribusi dan pendapatan lain-lain;

c. Pelaksanaan pengkajian potensi pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan lainnya;

d. Penghitungan potensi pajak dan retribusi daerah;

e. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang pengembangan pendapatan daerah;


(44)

f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya

1. Seksi Pengembangan Pajak

Seksi Pengembangan Pajak dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Pengembangan Pendapatan Daerah.

Seksi Pengembangan Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup pengembangan pajak.

Seksi Pengembangan Pajak mempunyai fungsi:

a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pengembangan Pajak;

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pajak;

c. Penyiapan bahan dan data penyusunan rencana potensi pendapatan daerah di bidang pajak daerah;

d. Penyiapan bahan dan data pengkajian pengembangan potensi pajak daerah;

e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(45)

Seksi Pengembangan Retribusi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah.

Seksi Pengembangan Retribusi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup pengembangan retribusi.

Seksi Pengembangan Retribusi mempunyai fungsi:

a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pengembangan Retribusi;

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan retribusi;

c. Penyiapan bahan dan data penyusunan rencana potensi pendapatan daerah di bidang retribusi daerah;

d. Penyiapan bahan dan data pengkajian pengembangan potensi retribusi daerah;

e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsi nya.

3. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-Lain

Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-Lain dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah.


(46)

Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-Lain mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup pengembangan pendapatan lain-lain.

Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-Lain mempunyai fungsi:

a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-Lain;

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pendapatan lain-lain;

c. Penyiapan bahan dan data penyusunan rencana potensi pendapatan daerah di bidang pendapatan lain-lain;

d. Penyiapan bahan dan data pengkajian pengembangan potensi pendapatan lain-lain;

e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

g. Unit Pelaksana Teknis

Pembentukan, nomenklatur, tugas pokok dan fungsi Unit Pelaksana Teknis ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

h. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.


(47)

1. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang diatur dan ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

2. Setiap Kelompok Jabatan Fungsional dipimpin oleh Tenaga Fungsional Senior yang ditunjuk.

3. Jumlah tenaga fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.

4. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan.

D. Tata Kerja

1. Dalam melaksanakan tugas setiap pimpinan unit organisasi dan kelompok tenaga fungsional wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik dalam lingkungan masing-masing maupun antar satuan organisasi di lingkungan pemerintah daerah serta dengan instansi lain di luar pemerintah daerah sesuai dengan tugas masing-masing;

2. Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengawasi bawahannya masing-masing dan bila terjadi penyimpangan agar mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

3. Setiap pimpinan satuan organisasi bertanggung jawab memimpin dan mengkoordinasikan bawahan masing-masing dan memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya;


(48)

4. Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk dan bertanggung jawab kepada atasan masing-masing dan menyiapkan laporan berkala tepat pada waktunya;

5. Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan satuan organisasi dari bawahannya wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan untuk penyusunan laporan lebih lanjut dan untuk memberikan petunjuk kepada bawahannya;

6. Dalam penyampaian laporan masing-masing kepada atasan, tembusan laporan wajib disampaikan kepada satuan organisasi lain yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja;

7. Dalam melaksanakan tugas setiap pimpinan satuan organisasi dibawahnya dan dalam rangka pemberian bimbingan kepada bawahan masing-masing, wajib mengadakan rapat berkala.

E. Gambaran Umum Pegawai / Karyawan di Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Tabel I

Rekapitulasi Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan Tahun 2011 No Bagian/ Bidang/ Bendahara/ UPT/ Security Jumlah

1 Kepala Dinas 1 orang


(49)

3 Bendahara Penerima / Pengeluaran 18 orang

4 Penyimpanan Barang Berharga 7 orang

5 Penyimpanan Barang & Pengurusan Barang 7 orang

6 Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah 14 orang

7 Bidang Penagihan 38 orang

8 Bidang Pendataan & Penetapan (DATAP) 69 orang

9 Bidang Bagi Hasil Pendapatan (BHP) 68 orang

10 Unit Pelaksana Teknis 15 orang

11 Pegawai Outsourcing 230 orang

12 Security 15 orang

13 Pegawai Honor 56 orang

Jumlah PNS / Pegawai Honor 551 orang

Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Pegawai Negeri Sipil : 264 Orang

TNI Yang Dikaryakan : 1 Orang (Bidang Penagihan) Pegawai Outsourcing : 230 Orang

Pegawai Honor : 56 Orang


(50)

Tabel II

Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan

Golongan Jumlah

a. Golongan IV/c 0 orang b. Golongan IV/b 0 orang c. Golongan IV/a 3 orang d. Golongan III/d 38 orang e. Golongan III/c 38 orang f.Golongan III/b 64 orang g. Golongan III/a 59 orang h. Golongan II/d 9 orang i. Golongan II/c 16 orang j. Golongan II/b 3 orang k. Golongan II/a 34 orang


(51)

BAB III

KAJIAN TEORITIS TENTANG PAJAK RESTORAN DAN DATA PENERIMAAN PAJAK RESTORAN KOTA MEDAN

A.Uraian Teoritis Pajak Restoran

1. Definisi Pajak Restoran

a. Berdasarkan Undang-Undang No. 28 tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi dan badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

b. Menurut Prof.Dr.Rochmat Soemitro, SH, Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipkasakan) dengan tidak mendapat jasa timbale balik(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.2

c. Berdasarkan Undang-Undang No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah, Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

2


(52)

secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

d. Berdasarkan Perda Kota Medan No. 12 tahun 2003, Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering.

Dasar hukum pemungutan pajak restoran pada suatu kabupaten atau kota adalah sebagaimana di bawah ini :

1. Undang – Undang No.34 Tahun 2000 yang merupakan perubahan atas Undang – Undang No.18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retibusi Derah.

2. Perturan Pemerintah No.65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.

3. Keputusan Menteri Keuangan No.43 Tahun 1999 tentang Sistem dan Prosedur Administrasi Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Penerimaan Pendapatan lain-lain.

4. Peraturan Daerah No.12 Tahun 2003 Tentang Pajak Daerah Kota Medan. 5. Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah.

6. Keputusan Bupati/walikota yang mengatur tentang Pajak Restoran sebagai aturan pelaksanaan perturan daerah tentang Pajak Restoran pada Kabpaten/kota dimaksud.


(53)

2. Objek dan Subjek Pajak Restoran

Berdasarkan Perda Kota Medan No. 12 tahun 2003 adapun yang menjadi objek dan subjek Pajak Restoran yakni meliputi:

a. Objek Pajak Restoran

Objek Pajak Restoran adalah setiap pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di restoran termasuk rumah makan, kafetaria, kantin, warung , bar dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering dan meliputi pelayanan penjualan makanan dan/atau minuman yang dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan maupun di tempat lain.

Dikecualikan dari objek Pajak Restoran adalah :

1) Pelayanan yang disediakan oleh restoran yang nilai penjualannya tidak melebihi Rp.600.000

2) Penjualan makanan dan atau minuman ditempat yang disertai dengan fasilitas penyantapan di hotel.

b. Subjek Pajak

1) Subjek Pajak Restoran adalah orang pirbadi atau badan yang melakukan pembayaran atas pelayanan restoran.

2) Wajib Pajak Restoran adalah pengusaha restoran.

3. Cara Penghitungan Pajak Restoran Cara Perhitungan

Besarnya pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak


(54)

Secara umum perhitungan Pajak Restoran adalah sebagai berikut:

Pajak Terutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak

= Tarif Pajak x Jumlah Pembayaran yang Dilakukan kepada Restoran

Misalnya dasar pengenaan pajaknya sebesar Rp. 1.000.000,00 dikalikan dengan tarif pajak restoran sebesar 10 %.

Besar pajak = Rp. 1.000.000,00 x 10 % = Rp. 100.000,00

Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan tahun takwim. Pajak terutang dalam masa pajak terjadi atau timbul pada saat kegiatan pelayanan di restoran dilakukan.

Setiap wajib pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD). SPTPD tersebut harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani oleh Wajib pajak dan kuasanya. Kemudian harus disampaikan kepada Dipenda selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah berakhirnya masa pajak.

B.Mekanisme Pemungutan Pajak Restoran Di Dinas Pendapatan Kota Medan

Pemungutan Pajak restoran adalah suatu rangkaian mulai dari penghimpunan data objek pajak retoran dan subjek pajak restoran ,dengan penentuan besarnya pajak restoran yang terutang sampai kegiatan menerima pembayaran pajak retoran tersebut dari wajib pajak. Untuk itu wajib pajak terlebih


(55)

dahulu melporkan jenis usahanya kepada dinas pendapatan daerah dengan mekanisme sebagai berikut :

1. Pengukuhan Wajib Pajak

Wajib Pajak Restoran wajib mendaftarkan usahanya kepada dinas pendataan daerah Kota Medan dalam jangka waktu tertentu selambat-lambatnya tiga puluh hari sebelum dimulainya kegiatan usaha, untuk dikukuhkan dan diberi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWPD). Jangka waktu ini sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan bupati atau walikota dimana pajak retoran dipungut. Surat keputusan pengukuhan yang dikeluarkan oleh kepala dinas pendapatan daerah tidak merupakan dasar untuk menentukan mulai saat pajak tentang pajak restoran , tetapi hanya merupakan sarana administrasi dan pengawasan bagi petugas dinas pendapatan daerah. Apabila pengusaha restoran atau rumah tidak mendaftarkan usaha nya dalam jangka waktu yang ditentukan, kepala dinas pendataan daerah akan menetapkan pengusaha tersebut sebagai wajib pajak secara jabatan. Penetapan secara jabatan dimaksudkan untuk pemberian nomor pengukuhan dan NPWPD dan bukan merupakan penetapan besarnya pajak terutang. Tata cara pelaporan dan pengukuhan wajib pajak ditetapkan oleh bupati/waliota dengan surat keputusan.

2. Pendaftaran dan Pendataan

Untuk mendapatkan data wajib pajak dilaksanakan pendaftaran dan pendataan terhadap wajib pajak . Kegiatan pendataan dan pendaftaran di awali dengan mempersiakan dokumen yang diperlukan, berupa formulir pendataan dan


(56)

pendaftaran, kemudian diberi kepada wajib pajak. Setelah dokumen disampaikan kepada wajib pajak, wajib pajak mengisi formulir pendaftaran dengan jelas, lengkap serta mengambalikan kepada petugas pajak. Selanjutnya petugas pajak mencatat formulir pendataan dan pendaftaran yang dikembalikan oleh wajib pajak dalam Daftar Induk Wajib Pajak berdasarkan nomor urut yang digunakan sebagai dasar untuk menerbitkan NPWPD.

3. Pelaporan Pajak dan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (STPD)

Wajib pajak restoran wajib melapor kepada bupati/walikota, dalam praktiknya kepada kepala Dinas Pendapatan Daerah kabupaten/kota tentang perhitungan pembayaran pajak restoran yang terutang. Wajib pajak yang telah memilik NPWPD setiap awal masa pajak wajib mengisi STPD. SPTPD diisi dengan jelas, lengkap dan benar serta ditandatangani oleh wajib pajak atau kuasanya dan disampaikan kepada walikota/bupati atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan. Umumnya STPD harus disampaikan selambat-lambatnya limabelas hari setelah berahirnya masa pajak. Seluruh data perpajakan yang diperoleh dari daftar isian tersebut dihimpun dan dicatat atau dituangkan dalam berkas kartu data yang merupakan hasil ahir,yang akan dijadikan sebagai dasar dalam perhitungan dan penetapan pajak terutang. Ketentuan dan dokumen harus dicantumkan dan atau di lampirkan pada SPTPD ditetapkan oleh Walikota Medan.


(57)

4. Penetapan Pajak Restoran

Berdasarkan SPTPD yang di sampaiakan oleh wajib pajak dan pendataan yang dilakukanoleh petugas dinas pendapatan daerah, walikota atau pejabat yang ditunjuk menetap pajak restoran yang terutang dengan menerbitkan surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD). SKPD harus dilunasi oleh wajib pajak paling lama tiga puluh hari sejak diterimanya SKPD oleh wajib pajak atau jangka waktu lain yang ditetapkan oleh walikota. Apabila setelah lewat waktu yang ditentukan wajib pajak tidak atau kurang membayar pajak terutang dalamSKPD, wajib pajaks dikenakan sangsi

5. Pembayaran Pajak Restoran

Pajak Restoran terutang dilunasi dalam jangka waktu ditentukan dalam peraturan daerah. Penentuan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak ditetapkan oleh Walikota. Pembayaran pajak Restoran yang terutang dilakukan ke kas daerah, bank, atau tempat lain yang telah ditunjuk oleh Walikota sesuai waktu yang ditentukan.

Pembayaran pajak dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP). Pembayaran harus dilakukan sekaligus atau lunas. Kepada wajib pajak yang melakukan pembayaran pajak diberikan tanda bukti pembayaran dan dicatat dalam buku penerimaan. Hal ini harus dilakukan oleh petugas tempat pembayaran pajak untuk tertib administrasi dan pengawasan penerimaan pajak. Dengan demikian, pembayaran pajak akan mudah terpantau oleh petugas Dinas Pendapatan Daerah.


(58)

Dalam keadaaan tertentu Walikota atau pejabat yang dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk mengangsur pembayaran hiburan yang terutang dalam kurun waktu tertentu setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan. Selain persetujuan untuk mengangsur pembayaran pajak, walikota atau pejabat yang ditunjuk dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk menunda pembayaran pajak terutang dalam kurun waktu tertentu dan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.


(59)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

A.Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Restoran Di Kota Medan

Pajak Restoran merupakan salah satu komponen dari Pendapatan Asli Daerah. Pajak Restoran memberikan kontribusi yang besar bagi PAD Kota Medan, dimana Pajak Restoran dipergunakan untuk mendukung dan membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan kota Medan.

Berikut ini tabel jumlah wajib pajak Restoran dan target serta realisasi pajak Restoran.

Tabel III

Jumlah Wajib Pajak Restoran Pada Dinas Pendapatan Kota Medan Tahun Anggaran 2010

Jenis Pajak Restoran Wajib Pajak Jumlah

Self assessment Official assessment

1 Restoran cepat saji 75 - 75

2 Restoran nasional 143 - 143

3 Restoran khas daerah 67 - 67


(60)

5 Restoran tempat hiburan

35 - 35

Jumlah 320 1.129 1.449

Sumber : Dinas Pendapatan Kota Medan

Tabel IV

Target dan Realisasi Pajak Restoran Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010

Tahun Target Realisasi Persentase (%)

2006 35.860.000.000 35.918.147.431,58 100,11 2007 36.756.400.000 37.430.647.555,98 101,11 2008 38.594.220.000 43.026.546.385,34 111,48 2009 45.750.127.000 48.513407.067,68 106,04 2010 71.772.950.000 63.001.970.875,10 87,78 Sumber : Dinas Pendapatan Kota Medan

Berdasarkan tabel di atas dapat dianalisa bahwa pada tahun 2006 target penerimaan pajak Restoran yang ditetapkan APBD adalah sebesar Rp.35.860.000.000 dengan realisasi sebesar Rp. 35.918.147.431,58. Artinya penerimaan pajak Restoran untuk tahun 2006 dapat dicapai dengan persentase sebesar 100,11%. Ini menunjukkan bahwa penerimaan pajak Restoran telah memenuhi bahkan berada 0.11% di atas target yang ditetapkan.


(61)

Pada tahun 2007 realisasi penerimaan adalah Rp.37.430.647.555,98. Realisasi ini juga melebihi target yang telah ditentukan APBD yakni sebesar Rp.36.756.400.000, dengan persentase total penerimaan sebesar 101,11%.

Selanjutnya pada tahun 2008 realisasi penerimaan pajak Restoran adalah Rp. 43.026.546.385,34. Realisasi ini melebihi cukup jauh melebihi target yang telah ditetapkan APBD yakni sebesar Rp. 38.594.220.000, dengan kata lain penerimaan tahun ini melebihi target sebesar Rp.4.432.326.385,34.

Pada tahun 2009 realisasi penerimaan pajak Restoran mencapai Rp.45.750.127.000 dengan realisasi sebesar Rp.48.513407.067,68. Di sini bisa kita lihat, walaupun target yang ditetapkan APBD naik sebesar hamper 19% dari target pada tahun sebelumnya namun realisasi penerimaan pajak Restoran masih dapat melewati target yang ditetapkan, bahkan persentase kelebhiannya mencapai 6,04%.

Kemudian pada tahun 2010, target yang ditentukan APBD adalah sebesar Rp.71.772.950.000, sementara realisasi penerimaan pajaknya hanya Rp.63.001.970.875,10. Persentase yang dicapai pada tahun ini hanya 87,78% dari target yang ditetapkan atau dengan kata lain target yang ditetapkan tidak dapat dipenuhi. Salah satu faktor utama sehingga tidak tercapainya target ini adalah, penetapan target yang terlalu besar oleh APBD, dari tabel di atas dapat kita analisa, bahwa kenaikan target dari tahun 2009-2010 hampir sekitar Rp 25 milyar, walaupun jumlah wajib pajak tiap tahunnya terus bertambah namun target ini masih terlalu besar uuntuk direalisasikan, karena pertambahan wajib pajak tiap tahunnya lebih banyak dari sektor warung nasi, kopi dan lain-lain, bukan dari


(62)

restoran-restoran cepat saji yang notabene sebagai wajib pajak dengan jumlah pajak yang besar setiap tahunnya.

Dari data dan uraian di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak Restoran dari tahun anggaran 2006-2010 berada pada level yang bagus (patuh) mengacu daripada realisasi yang hampir di setiap tahunnya meningkat dan melebihi target yang ada. Peningkatan jumlah pendapatan pajak Restoran ini juga disebabkan oleh bertambahnya objek pajak Restoran di daerah kota Medan.

B.Faktor-Faktor Yang Menghambat Penerimaan Pajak Restoran

Masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan pemungutan pajak restoran yang ada di kota medan adalah :

1. Masih kurangnya kesadaran Wajib Pajak untuk menyampaikan atau melaporkan SPTPD tepat waktu.

2. Masih terdapatnya Wajib Pajak yang menyetorkan Pajak Restoran tidak sesuai dengan yang dilaporkan.

3. Wajib Pajak belum sepenuhnya melaporkan dan membayarkan Pajak Restoran yang terutang.

4. Terdapatnya Wajib Pajak yang menutup usahanya dan tidak melaporkannya ke Dispenda.


(63)

C.Upaya-Upaya yang dilakukan untuk Meningkatan Penerimaan Pajak Restoran

Agar penerimaan Pajak Restoran selalu mencapai target yang ditentukan, maka diperlukanlah Upaya-Upaya yang dilakukan demi peningkatan penerimaan Pajak Restoran.

Upaya-upaya tersebut antara lain:

1. Melaksanakan pendataan ulang terhadap potensi atau aset wajib pajak. 2. Melaksanakan upaya pendekatan persuasif kepada Wajib Pajak yang

melaksanakan pembayaran tidak sesuai dengan nilai yang tercantum dalam SKPD.

3. Mengarahkan dan meningkatkan kinerja petugas lapangan untuk dapat bekerja optimal dengan cara memberikan pembinaan dan pelathian khusus. 4. Menyampaikan surat teguran kepada Wajib Pajak yang belum

menyampaikan SPTPD.

5. Mengembalikan SPTPD yang belum sepenuhnya menggambarkan potensi atau aset yang dimiliki oleh wajib pajak.

6. Melaksanakan penagihan langsung kepada Wajib Pajak yang belum menyetorkan pajak sesuai dengan yang dilaporkan.

7. Melaksanakan pemeriksaan langsung terhadap Wajib Pajak. 8. Mendata dan mendaftar Wajib Pajak baru dan lama.

9. Memberikan penyuluhan dan sosialisasi mengenai Pajak Daerah kepada masyarakat.


(64)

10.Memberikan sanksi bagi wajib pajak yang menghindar dari beban pajaknya.


(65)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari penyajian yang disampaikan penulis di dalam laporan akhir ini maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering.

2. Sistem yang dilakukan dalam pemungutan pajak Restoran adalah Self Assesment dan Official Assesment System.

3. Dispenda kota Medan merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah dalam melaksanakan kewenangan dan tanggungjawab walikota Medan di bidang pengelolaan dan pendapatan daerah.

4. Tingkat kepatuhan Wajib Pajak Restoran berada dalam tahap aman (patuh) karena dalam periode 2006-2009, realisasi penerimaan pajak Restoran selalu melebihi target yang ditetapkan APBD, namun pada tahun 2010 realisasi yang ada tidak dapat mencapai target yang telah ditetapkan karena tingginya target penerimaan yang di tetapkan APBD dari sektor pajak Restoran


(66)

B. Saran

Dari kesimpulan yang telah dibuat maka penulis dapat memberikan beberapa saran yakni sebagai berikut:

1. Para pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan hendaknya lebih meningkatkan kinerja dan disiplin agar dapat mengoptimalkan penerimaan Pajak Daerah. 2. Dispenda kota Medan hendaknya lebih meningkatkan pengawasan terhadap

objek Pajak Restoran dan pendataan terhadap potensi-potensi objek pajak baru agar dapat lebih meningkatkan penerimaan dari sektor Pajak Restoran.

3. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam hal ini para pegawai Dispenda kota Medan, perlu ditingkatkan lagi kualitas dan disiplin kerjanya dengan diberikan pelatihan-pelatihan khusus dan intensif dalam bidang perpajakan.

4. Dispenda kota Medan harus lebih meningkatkan sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat mengenai Pajak Daerah.

5. Dispenda kota Medan hendaknya lebih tegas dalam memberikan sanksi terhadap Wajib Pajak yang menghindari kewajiban perpajakannya.


(67)

DAFTAR PUSTAKA

Resmi, Siti. 2008. Perpajakan: Teori dan Kasus Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat. Siahaan, Marihot. P. 2005. Pajak Daerah dan Retribusi daerah. PT. Grafindo

Persada Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.


(68)

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

STRUKTUR ORGANISASI

DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MEDAN

DINAS

SEKRETARIAT

SUB BAGIAN SUB BAGIAN

SUB BAGIAN PENYUSUNAN PROGRAM SUB BAGIAN PENGEMBANGAN PENDAPATAN DAREAH BIDANG BIDANG PENAGIHAN BIDANG PENDATAAN DAN PENETAPAN SEKSI PEMBUKUAN DAN VERIVIKASI SEKSI PENDATAAN DAN PENDAFTARAN SEKSI PENAGIHAN DAN PERHITUNGAN SEKSI PEMERIKSAAN SEKSI PERTIMBANGANDAN RESTITUSI SEKSI PENETAPAN SEKSI

PENGOLAHAN DATA DAN INFORMASI

SEKSI

PERATURAN PERUNDANG – UNDANGAN DAN

SEKSI

BAGI HASIL PAJAK SEKSI

BAGI HASIL BUKAN PAJAK

SEKSI

PENATAUSAHAAN BAGI HASIL

SEKSI PENGEMBANGAN PAJAK SEKSI PENGEMBANGAN RETRIBUSI SEKSI PENGEMBANGAN PENDAPAT AN

LAIN – LAIN

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL


(1)

C.Upaya-Upaya yang dilakukan untuk Meningkatan Penerimaan Pajak Restoran

Agar penerimaan Pajak Restoran selalu mencapai target yang ditentukan, maka diperlukanlah Upaya-Upaya yang dilakukan demi peningkatan penerimaan Pajak Restoran.

Upaya-upaya tersebut antara lain:

1. Melaksanakan pendataan ulang terhadap potensi atau aset wajib pajak. 2. Melaksanakan upaya pendekatan persuasif kepada Wajib Pajak yang

melaksanakan pembayaran tidak sesuai dengan nilai yang tercantum dalam SKPD.

3. Mengarahkan dan meningkatkan kinerja petugas lapangan untuk dapat bekerja optimal dengan cara memberikan pembinaan dan pelathian khusus. 4. Menyampaikan surat teguran kepada Wajib Pajak yang belum

menyampaikan SPTPD.

5. Mengembalikan SPTPD yang belum sepenuhnya menggambarkan potensi atau aset yang dimiliki oleh wajib pajak.

6. Melaksanakan penagihan langsung kepada Wajib Pajak yang belum menyetorkan pajak sesuai dengan yang dilaporkan.

7. Melaksanakan pemeriksaan langsung terhadap Wajib Pajak. 8. Mendata dan mendaftar Wajib Pajak baru dan lama.

9. Memberikan penyuluhan dan sosialisasi mengenai Pajak Daerah kepada masyarakat.


(2)

10.Memberikan sanksi bagi wajib pajak yang menghindar dari beban pajaknya.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari penyajian yang disampaikan penulis di dalam laporan akhir ini maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering.

2. Sistem yang dilakukan dalam pemungutan pajak Restoran adalah Self Assesment dan Official Assesment System.

3. Dispenda kota Medan merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah dalam melaksanakan kewenangan dan tanggungjawab walikota Medan di bidang pengelolaan dan pendapatan daerah.

4. Tingkat kepatuhan Wajib Pajak Restoran berada dalam tahap aman (patuh) karena dalam periode 2006-2009, realisasi penerimaan pajak Restoran selalu melebihi target yang ditetapkan APBD, namun pada tahun 2010 realisasi yang ada tidak dapat mencapai target yang telah ditetapkan karena tingginya target penerimaan yang di tetapkan APBD dari sektor pajak Restoran


(4)

B. Saran

Dari kesimpulan yang telah dibuat maka penulis dapat memberikan beberapa saran yakni sebagai berikut:

1. Para pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan hendaknya lebih meningkatkan kinerja dan disiplin agar dapat mengoptimalkan penerimaan Pajak Daerah. 2. Dispenda kota Medan hendaknya lebih meningkatkan pengawasan terhadap

objek Pajak Restoran dan pendataan terhadap potensi-potensi objek pajak baru agar dapat lebih meningkatkan penerimaan dari sektor Pajak Restoran.

3. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam hal ini para pegawai Dispenda kota Medan, perlu ditingkatkan lagi kualitas dan disiplin kerjanya dengan diberikan pelatihan-pelatihan khusus dan intensif dalam bidang perpajakan.

4. Dispenda kota Medan harus lebih meningkatkan sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat mengenai Pajak Daerah.

5. Dispenda kota Medan hendaknya lebih tegas dalam memberikan sanksi terhadap Wajib Pajak yang menghindari kewajiban perpajakannya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Resmi, Siti. 2008. Perpajakan: Teori dan Kasus Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat. Siahaan, Marihot. P. 2005. Pajak Daerah dan Retribusi daerah. PT. Grafindo

Persada Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.


(6)

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

STRUKTUR ORGANISASI

DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MEDAN

DINAS

SEKRETARIAT

SUB BAGIAN SUB BAGIAN

SUB BAGIAN PENYUSUNAN PROGRAM SUB BAGIAN PENGEMBANGAN PENDAPATAN DAREAH BIDANG BIDANG PENAGIHAN BIDANG PENDATAAN DAN PENETAPAN SEKSI PEMBUKUAN DAN VERIVIKASI SEKSI PENDATAAN DAN PENDAFTARAN SEKSI PENAGIHAN DAN PERHITUNGAN SEKSI PEMERIKSAAN SEKSI PERTIMBANGANDAN RESTITUSI SEKSI PENETAPAN SEKSI

PENGOLAHAN DATA DAN INFORMASI

SEKSI

PERATURAN PERUNDANG – UNDANGAN DAN PENGKAJIAN PENDAPAT

SEKSI

BAGI HASIL PAJAK SEKSI

BAGI HASIL BUKAN PAJAK SEKSI

PENATAUSAHAAN BAGI HASIL

SEKSI PENGEMBANGAN PAJAK SEKSI PENGEMBANGAN RETRIBUSI SEKSI PENGEMBANGAN PENDAPAT AN

LAIN – LAIN KELOMPOK JABATAN

FUNGSIONAL