Menurut Peraturan Pemerintah PP No. 104 tahun 2000, ada tiga sumber dana Perimbangan:
a. Dana Bagi Hasil dan Penerimaan Sumber Daya Alam
b. Dana Alokasi Umum DAU
c. Dana Alokasi Khusus DAK
2.8.1. Dana Bagi Hasil DBH
Salah satu komponen dari dana perimbangan keuangan dari pemerintah pusat dan daerah yaitu pembagian hasil penerimaan sumber daya alam dan
penerimaan perpajakan. Termasuk dalam pembagian hasil perpajakan adalah pajak perseorangan PPh, Pajak Bumi dan Bagunan PBB dan Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB. Sedangkan pembagian hasil penerimaan dari Sumber Daya Alam berasal dari minyak bumi, gas alam, pertambangan
umum, kehutanan dan perikanan. Sementara pembagian hasil sumber daya alam jelas-jelas menguntungkan
daerah-daerah kaya sumber daya alam berhubungan pembagiannya didasarkan pada alokasi atau letak sumber daya alam bersangkutan.
Dominasi pusat yang dicoba diatas dengan dengan dana perimbangan seperti tersebut diatas tercermin dari porsi PAD dalam APBD. Sebagaimana
diketahui penerimaan daerah dari PAD pun sangat bervariasi. Namun secara umum, PAD hanya menyumbang rata-rata 20 - 30 APBD kabupatankota.
Secara historis, PAD daerah-daerah di Indonesia punya peran relatif kecil dalam keseluruhan anggaran daerah. Sedangkan untuk daerah-daerah dengan intensitas
Universitas Sumatera Utara
kegiatan ekonomi tinggi akan cukup besar misalnya, PAD DKI Jakarta dan Kabupaten Bandung. Jadi, adanya kecenderungan bias ke perkotaan.
2.8.2. Dana Alokasi Umum DAU
Di era otonomi daerah, distribusi dana alokasi umum atau dana transfer dari pemerintah pusat ke daerah telah dilakukan sampai sekarang, namun belum
memuaskan. DAU belum dapat secara utuh menjalankan dan merealisasikan amanat UU No. 33 Tahun 2004 dimana DAU sebagai alat pemerata. Kebanyakan
DAU bukan jadi solusi setelah sampai di daerah – daerah malah menyebabkan permasalahan, sehingga tujuan DAU sebagai alat pemerataan dari kekurangan di
daerah tidak terealisasi dengan maksimal. Hal tersebut dikarenakan daerah menyalahgunakan fungsi DAU sebagai alat pemerataan.
2.8.3. Dana Alokasi Khusus DAK
Sesuai dengan ketentuan dalam UU No.33 Tahun 2004 menyatakan bahwa dalam Besaran Dana Alokasi Khusus DAK ditetapkan setiap tahun dalam
APBN berdasarkan masing – masing bidang kegiatan disesuaikan dengan ketersediaan dana dalam APBN Pasal 38. Bagi daerah yang akan menggunakan
dana alokasi khusus diwajibkan menyiapkan dana pendamping minimal 10 dari penerimaan umum APBD. Sementara itu menurut ketentuan peraturan pemerintah
No.104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan terdapat ketentuan mengenai Dana Alokasi Khusus.Pemerintahan Daerah juga akan mengharapkan agar
Pemerintah Pusat dapat memberikan kriteria – kriteria yang pasti dan leluasa kepada pemerintah daerah dalam menggunakan DAK, misalnya untuk membiayai
Universitas Sumatera Utara
masalah pengungsi, bencana alam, pemekaran daerah serta kondisi darurat tertentu.
2.9. Pinjaman Daerah