Kemandirian Keuangan Daerah Keuangan Pusat dan Daerah 1. Teori Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah

c. Urusan yang merupakan tugas pemerintah pusat atau pemerintah daerah tingkat atasnya, yang dilaksanakan dalam rangka tugan pembantuan, dibiayai olen pemerintah pusat atas beban APBN atau pemerintah daerah tingkat atasnya atas beban APBD-nya sebagai pihak yang menugaskan. Sepanjang potensi sumber-sumber keuangan daerah belum mencukupi, pemerintah pusat memberikan sejumlah sumbangan.

2.4.2. Kemandirian Keuangan Daerah

Ketergantungan fiskal pemerintah daerah dari pemerintah pusat adalah realitas yang tidak bisa dipungkiri, realitas tersebut ditandai dengan adanya hubungan fiskal antara pusat dan daerah yang memberlakukan adanya kontrol pusat terhadap proses pembangunan daerah yang tinggi. Hubungan ini jelas terlihat dari rendahnya proporsi PAD Pendapatan Asli Daerah terhadap total pendapatan daerah dibanding besarnya subsidi yang diterima dari pemerintah pusat. Untuk mengukur indikator kemampuan fiskal daerah sebagai cara mengetahui kemandirian pemerintah daerah dapat digunakan perbandingan antara kemampuan dalam menggali dana melalui sumber-sumber PAD terhadap total penerimaan daerah kuncoro. Apabila rasio tersebut semakin tinggi, maka kecenderungan tingkat kemandirian tersebut semakin besar. Persoalan kecilnya PAD ini menjadi sangat relevan ketika dikaitkan dengan otonomi daerah. Dengan kata lain, masih cukup banyak pemerintah kabupaten yang tidak siap menghadapi otonomi, jika otonomi itu dimaknai dengan kemanpuan keuangan daerah membiayai pembangunan dari sumber- sumber penerimaan daerah PAD. Tetapi ketergantungan tersebut justru semakin Universitas Sumatera Utara tinggi terjadi pada daerah dimana titik berat otonomi dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 322004. Tingkat kemandirian yang rendah tersebut dapat dicermati kembali dalam sumber-sumber pembiayaan pembangunan dalam suatu daerah. Pada tabel dibawah ini akan disajikan sumber-sumber penerimaan daerah yang masih berlaku dan sumber-sumber penerimaan baru dimasa yang akan datang. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1 Rincian Sumber Penerimaan Daerah Sumber : Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, PAD bukan lagi menjadi sumber penerimaan utama. Salah satu sumber penerimaan terpenting menurut Undang-Undang tersebut adalah penerimaan dari sumber daya alam. Jadi bagi daerah-daerah yang cukup memiliki sumber daya alam, maka penerimaan Sumber Penerimaan Pemerintah Daerah Sebelum UU Otonomi No.33 Tahun 2004 UU No.33 Tahun 2004 1.Sisa lebih perhitungan tahun lalu 2. Pendapatan Asli Daerah PAD - Pajak Daerah - Restribusi Daerah - Penerimaan Dinas-dinas - Penerimaan lain-lain 3. Bagi Hasil Pajak pusat dan bukan Pajak BHPBP 4. Bantuan 5. Pinjaman 1. Pendapatan Asli Daerah PAD bersumber dari: - pajak daerah; - retribusi daerah; - hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dn - lain –lain PAD yang sah. 2. Dana Perimbangan yang terdiri atas: - Dana Bagi Hasil; - Dana Alokasi Umum;dan - Dana Alokasi Khusus. 3. Pinjaman Daerah bersumber dari: - Pemerintah Pusat; - Pemerintah daerah lain; - Lembaga keuangan bank; - Lembaga keuangan bukan bank; - Masyarakat. 4. Lain-lain penerimaan yang sah yang terdiri atas pendapatan hibah dan pendapatan Dana Darurat. Universitas Sumatera Utara akan ditopang oleh sumber daya alam tersebut. Tetapi persoalan muncul bagi daerah yang kesulitan dana akibat daerah yang minim dengan sumber daya alam. Dengan mempertimbangkan faktor kepemilikan sumber daya tersebut, maka sangat logis bila pemerintah kabupaten yang miskin sumber daya alam khawatir akan kekurangan dana jika otonomi pemerintah kabupaten dilaksanakan. Dalam perspektif ini kedua Undang-Undang berkaitan dengan otonomi tersebut yang sebenarnya dimaksudkan untuk mengurangi ketergantungan daerah terhadap pemerintah pusat, justru mempunyai impliksasi menciptakan horizontal imbalance, walaupun disisi lain juga mempunyai implikasi mengurangi vertical balance. Oleh karena itu otonomi daerah yang mempunyai sasaran pembangunan daerah harus berimplikasi pada dua hal yaitu: 1. Pengalihan kewenangan pengambilan keputusan-keputusan daerah dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah yang dilakukan secara bertahap dan konsisten sehingga proses pembangunan makin sederhana. Sederhana dalam arti prosedur yang dilalui makin pendek dan melalui jalur yang tepat dan efisien dan terhindar dari kebocoran dana pembangunan. 2. Pengalihan sumber pembiayaan pembangunan. Agar dapat berhasil guna, maka daerah harus siap membiayai pembangunannya. Kesiapan daerah yang dimaksud adalah ditunjukkkan oleh berkurangnya porsi bantuan pemerintah pusat dibandingkan dengan pendapatan asli daerah tersebut, yang ditentukan oleh kemampuan masing-masing daerah untuk mengelolah potensi ekonomi yang dimilikinya. Dengan perkiraan daerah lebih mengetahui kebutuhan, Universitas Sumatera Utara keadaan dan juga permasalahan pembangunan yang dihadapi dari pada pemerintah pusat. Dengan demikian kewenangan daerah untuk mengatur daerahnya sendiri, maka pelaksanaan pembangunan daerah diharapkan akan lebih meningkat. Hal ini bisa dicapai apabila pemerintah daerah mampu untuk meningkatkan keterpaduan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian serta evaluasi berbagai progamproyek pembangunan baik yang dilaksanakan oleh berbagai instansi pemerintah daerah maupun swadaya masyarakat. Keterpaduan pembangunan yang dimaksud adalah proses pelaksanaan pembangunan dengan memperhatikan keserasian, keselarasan, dan keharmonisan baik dilihat dari segi wilayah, penggunaan waktu maupun pencapaian sasaran. Dalam rangka mendukung pelaksanaan otonomi daerah, maka ada beberapa prinsip yang harus diketahui, yaitu: a. Pengalokasian dana harus tepat sasaran sesuai dengan kelompok sasaran yang paling memerlukan sehingga meningkatkan sosial masyarakat secara berkesinambungan. b. Kecepatan dan kelancaran dalam penyaluran dana, sarana dan prasarana sehingga dana tersebut dapat dipergunakan sepenuhnya oleh kelompok masyarakat. c. Kesiapan masyarakat dalam menerima dan memberdayagunakan dana, sarana dan prasarana. d. Kemampuam masyarakat dan aparat pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah dan menciptakan akumulasi modal. Universitas Sumatera Utara e. Kelengkapan pencatatan sebagai dasar pengendalian dan penyusunan informasi yang lengkap, operasional dan bermanfaat bagi evaluasi dan penyempurnaan program yang akan datang.

2.5. Pentingnya Kemampuan Keuangan Daerah