Pajak Daerah Pendapatan Asli Daerah PAD

Penghitungan atas dasar harga konstan pengertiannya sama dengan atas dasar harga berlaku tapi penilaiannya dilakukan dengan harga satu tahun dasar tertentu. NTB atas dasar harga konstan menggambarkan perubahan volume kuantum produksi saja. Pengaruh perubahan harga telah dihilangkan dengan cara menilai dengan harga suatu tahun dasar tertentu. Penghitungan atas dasar harga konstan berguna untuk melihat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau sektoral, juga untuk melihat perubahan struktur perekonomian suatu daerah dari tahun ke tahun.

2.7 Pendapatan Asli Daerah PAD

Dengan berlakunya undang-undang Otonomi Daerah No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan undang-undang No. 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah pada tanggal 1 januari 2001, maka pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk melaksanakan kegiatannya dan menjalankan pembangunan serta kewenangan yang lebih luas dalam mendapatkan sumber-sumber pembiayaan, baik yang berasal dari daerah maupun dari APBN. Pendapatan Asli Daerah PAD diatur dalam undang-undang No. 34 tahun 2000 tentang Pajak dan Retribusi Daerah. Undang-undang tersebut merupakan perubahan atau perbaikan UU No. 18 tahun 1997 terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi dan Bagian Laba Perusahaan Daerah BLPD.

2.7.1. Pajak Daerah

Undang-undang No. 34 tahun 2000 Pajak Daerah dan Retribusi Daerah menetapkan ketentua-ketentuan pokok yang memberikan pedoman kebijakan dan arahan bagi daerah dalam pelaksanaan pemungutan pajak dan retribusi, sekaligus Universitas Sumatera Utara menetapkan pengaturan dalam menjamin penerapan prosedur umum Perpajakan Daerah dan Retribusi Daerah. Menurut UU No. 18 tahun 1997 menyebutkan bahwa pajak daerah disebutkan sebagai pajak yang berarti iuran wajib yang dilakukan pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang masih berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Sebelum terbit UU No. 18 tahun 1997, Pajak Daerah kabupatenkota mencapai 50 jenis, walaupun yang dapat direalisasikan hanya 8 hingga 12 jenis pajak saja. Artinya terdapat berbagai jenis pajak daerah yang secara ekonomis kurang memenuhi syarat prinsipel, sedangkan biaya administrasi pemungutan akan lebih besar dibandingkan dengan hasil penerimaan pajak yang akan diterima oleh daerah. Adapun pasal 2 ayat 1 dan 2 dalam UU No. 18 tahun 1997 menyebutkan jenis-janis pajak daerah yaitu: a. Jenis pajak daerah Tingkat I terdiri dari:  Pajak kendaraan bermotor  Bea balik nama kendaraan bermotor  Pajak bahan bakar kendaraan bermotor b. Jenis pajak daerah Tingkat II terdiri dari:  Pajak hotel dan restoran  Pajak hiburan  Pajak reklame Universitas Sumatera Utara  Pajak penerangan jalan  Pajak pengambilan dan pengelolaan bahan galian golongan C  Pajak pemenfaatan air bawah tanah dan air permukaan Tarif pajak daerah Tingkat I ditetapkan dengan peraturan pemerintah dan penetapannya seragam diseluruh Indonesia. Sedangkan untuk daerah Tingkat II ditetapkan oleh Peraturan Daerah masing-masing dan peraturan daerah tentang pajak daerah tidak dapat berlaku surut. Memperhatikan sumber pendapatan asli daerah masing-masing sangat bervariasi. Sesuai dengan ketentuan dalam UU No. 34 tahun 2000 yang merupakan perubahan terhadap UU No. 18 tentang pajak dan retibusi daerah, telah diatur antara lain mengenai bagi hasil pajak dan relokasi pajak daerah provinsi dengan daerah kabupaten kota. Menurut ketentuan dalam UU No. 34 tahun 2000, minimum 10 dari hasil penerimaan pajak kabupaten dialokasikan untuk kepentingan desa. Pengaturan megenai aloksi tersebut didasarkan pada aspek pemerataan dan potensi yang dimiliki oleh desa-desa yang bersangkutan. Sementara itu mengenai hasil penerimaan pajak kabupatenkota dalam suatu provinsi yang terkonsentrasi pada kabupatenkota tertentu, diambil kebijakan oleh Gubernur untuk membagikan sebagian hasil penerimaan pajak itu kepada kabupatenkota yang lainnya. Dalam hal objek pajak beralokasi di lintasan kabupatenkota, maka Gubernur berwenang menetapkan pembagian hasil pajak tersebut kepada daerah kabupatenkota yang berhak. Kebijakan ini dilakukan oleh gubernur berdasarkan persetujuan dan kesepakatan dengan pemerintah daerah bersama DPRD kabupatenkota yang Universitas Sumatera Utara bersangkutan. Kebijakan mengenai pembagian hasil penerimaan pajak antara kabupatenkota dalam suatu provinsi tersebut diatas tentunya dimaksudkan untuk menghindari ketimpangan penghasilan daerah kabupatenkota didalam satu wilayah provinsi.

2.7.2. Retribusi Daerah