PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP PENGETAHUAN ILMIAH SISWA KELAS X.
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP
PENGETAHUAN ILMIAH SISWA KELAS X
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh :
ENVILWAN BERKAT HAREFA NIM. 8146175006
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2016
(2)
(3)
(4)
(5)
i
ABSTRAK
Envilwan Berkat Harefa. NIM 8146175006. Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Pengetahuan ilmiah
Siswa Kelas X. Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis (1) menganalisis pengetahuan ilmiah siswa dengan model pembelajaran inquiry training lebih baik dari pada model pembelajaran Direct Instruction, (2) menganalisis pengetahuan ilmiah siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis diatas rata-rata lebih baik dari siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis dibawah rata-rata, dan (3) menganalisis interaksi antara model pembelajaran dengan keterampilan berpikir kritis siswa dalam meningkatkan pengetahuan ilmiah siswa. Penelitian yang dilakukan secara
quasi eksperimen. Populasi Penelitian ini adalah siswa kelas X SMAN 3
Gunungsitoli. Pemilihan sampel dilakukan secara cluster random sampling yaitu kelas X3 dan X2 . Instrumen penelitian ini menggunakan tes pengetahuan ilmiah
dalam bentuk uraian dan tes keterampilan berpikir kritis dalam bentuk uraian. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan ANAVA dua jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Pengetahuan ilmiah siswa dengan model pembelajaran
inquiry training lebih baik dari pada model pembelajaran Direct Instruction, (2)
Pengetahuan ilmiah siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis diatas rata lebih baik dari siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis dibawah rata-rata, dan (3) Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan keterampilan berpikir kritis siswa dalam meningkatkan pengetahuan ilmiah siswa.
Kata Kunci : Inquiry Training, Direct Instruction, Keterampilan Berpikir Kritis, Pengetahuan Ilmiah
(6)
ii
ABSTRACT
Envilwan Berkat Harefa. NIM 8146175006. The Effect of Inquiry Training Learning and Scientific knowledge on Student’s Skill Process Science in Class X. Thesis. Medan: Post Graduate Program, State University of Medan,
2016.
The aims of research were to analize: (1) Student’s skill proccess science by using inquiry training learning model better than direct intruction learning model; (2) Student’s skill process science who had under average better than above average category in scientific knowledge; and (3) the interaction between learning model and the level of scientific knowledge in fluencing student’s skill process science. The research was quasi-experimental research. The population of this research is all of thenth grade students of SMAN 3 Gunungsitoli. The sample of this researchconsist of grade with was taken by cluster random sampling were X2 and
X3 class.The research instrument consisted of skill process science essay test and
criticalthinking skills test data be analysed by using Two–way ANAVA. Result of theresearch showed that kill of the student science process (1) between inquiry training and direct intruction, where inquiry training better than direct intruction, (2) between group of student in the group of the students scientific knowledgeupon and under of mean, where scientific knowledge upon of mean better then scientific knowledge under of mean, (3) no interaction between inquiry training and scientific knowledge increased skill of student science process.
Key Words : Inquiry Training, Direct Instruction, Critical Thinking Skills, Scientific Knowledge
(7)
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan Rahmat-Nya yang telah memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga Tesis ini dapat diselesaikan dengan waktu yang direncanakan. Tesis ini yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training dan
Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Pengetahuan ilmiah Siswa Kelas X”,
disusun untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan Tesis ini, mulai dari pengajuan judul proposal penelitian sampai penyusunan Tesis, yakni kepada :
1. Prof. Motlan, M.Sc., Ph.D sebagai pembimbing I
2. Dr. Eva Marlina Ginting, M.Si sebagai Pembimbing II
3. Prof. Dr. Sahyar, M.S, M.M sebagai ketua Program Studi Pendidikan Fisika Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED), sekaligus sebagai narasumber dan penguji
4. Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si sebagai narasumber dan penguji
5. Dr. Sondang R. Manurung, M.Pd sebagai narasumber dan penguji.
6. Prof. Dr. Belfrik Manullang sebagai Direktur Program Pascasarjana Unimed
7. Prof. Dr. Syawal Gultom, M. Si sebagai Rektor Universitas Negeri Medan 8. Ibu Kepala SMAN 3 Gunungsitoli, Ibu Joni Amin Gulo, S.Pd yang telah
mengizinkan penulis melakukan penelitian di SMAN 3 Gunungsitoli. 9. Ibu Suka N. Zebua, S.Pd dan semua Guru SMAN 3 Gunungsitoli yang
telah memberikan bantuan kepada penulis saat melakukan penelitian. 10.Seluruh Civitas Akademika Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana
UNIMED yang telah banyak memberikan dorongan sehingga selesainya penelitian ini.
(8)
iv
Ucapan terimakasih yang teristimewa penulis sampaikan dan persembahkan Tesis ini kepada keluarga saya tercinta,
Ayah saya Sidizatulo Harefa, A.Ma.Pd dan Ibu saya Ibena Gea, S.Th, dan adik-adik saya Peterman Harefa, A.Md.Kep dan Pinta Niscaya Harefa serta tante saya Adinia Harefa yang telah banyak memberikan dukungan, bimbingan, arahan, doa serta semangat baik berupa materil maupun moril. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada orangtua kami A/I. Rico Harefa dan A/I. Evra yang selalu mendukung dan membimbing selama berada di kota Medan, dan kepada seluruh keluarga besar penulis.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua teman-teman seperjuangan selama perkuliahan di Universitas Negeri Medan. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Surya Harapani Zendrato dan teman-teman di rumah kontrakkan Jln tombak 57A Medan. Kepada teman-teman di Pascasarjana Universitas Negeri Medan dan terkhusus kepada semua sahabat saya di program studi Pendidikan Fisika yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan Tesis ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Tesis ini jauh dari kesempurnaan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan Tesis ini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih semoga Tesis ini bermanfaat bagi kita semua. Tuhan Yesus Kristus Memberkati.
Medan, April 2016 Penulis,
Envilwan Berkat Harefa NIM. 8146175006
(9)
v
DAFTAR ISI
Halaman
Abstrak ... i
Abstract ... ii
Kata Pengantar ... iii
Daftar Isi ... v
Daftar Gambar ... viii
Daftar Tabel ... ix
Daftar Lampiran ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 9
1.3. Batasan Masalah ... 9
1.4. Rumusan Masalah ... 10
1.5. Tujuan Penelitian ... 10
1.6. Manfaat Penelitian ... 11
1.7. Definisi Operasional ... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis ... 13
2.1.1. Pengertian Belajar ... 13
2.1.2. Model Pembelajaran Inquiry ... 14
2.1.3. Model Pembelajaran Inquiry Training ... 16
2.1.4. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) . 22 2.1.5. Teori Yang Mendukung Model Pembelajaran Inquiry 24 2.1.6. Berpikir Kritis ... 28
2.1.6.1. Cara peningkatan keterampilan berpikir kritis ... 30
2.1.7. Pengetahuan Ilmiah ... 30
2.1.7.1. Pengertian Pengetahuan Ilmiah ... 30
2.1.7.2. Pengetahuan Ilmiah dan dimensi Pengetahuan ... 32
2.1.8. Penelitian Yang Relevan ... 35
2.2. Kerangka Konseptual ... 37
(10)
vi BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 42
3.1.1. Tempat Penelitian ... 42
3.1.2. Waktu Penelitian ... 42
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 42
3.3. Variabel Penelitian ... 42
3.4. Jenis dan Desain Penelitian ... 43
3.5. Prosedur Penelitian ... 45
3.6. Instrumen Penelitian ... 47
3.6.1. Instrumen Keterampilan Berpikir Kritis ... 47
3.6.2. Instrumen Pengetahuan ilmiah ... 48
3.7. Analisis Butir Tes ... 49
3.7.1. Validitas Isi ... 49
3.7.2. Validasi Butir Soal... 50
3.7.3. Reliabilitas Tes ... 51
3.8. Teknik Analisis Data ... 52
3.8.1. Analisis Secara Deskriptif ... 52
3.8.2. Analisis Secara Inferensial ... 52
3.8.3. Uji Normalitas ... 53
3.8.4. Uji Homogenitas ... 55
3.8.5. Uji Hipotesis ... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Hasil Penelitian ... 59
4.1.1. Deskripsi Hasil Penelitian... 59
4.1.1.1. Deskripsi Data Pretes dan Postes ... 59
4.1.1.2. Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ... 63
4.1.2. Pengujian Statistik ... 64
4.1.2.1. Uji Normalitas Data ... 65
4.1.2.2. Uji Homogenitas Data ... 66
4.1.2.3. Uji Kemampuan Awal Pengetahuan ilmiah (Uji t pretes) ... 66
4.2. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 68
4.2.1. Hipotesis Pertama ... 73
4.2.2. Hipotesis Kedua ... 74
4.2.3. Hipotesis Ketiga ... 75
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian ... 80
4.3.1. Pengetahuan ilmiah siswa dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry Training lebih baik dari pada model pembelajaan Direct Instruction ... 80
(11)
vii
4.3.2 pengetahuan ilmiah siswa yang memiliki
keterampilan berpikir kritis diatas rata-rata lebih baik dari siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis dibawah rata-rata ... 83 4.3.3 Interaksi antara model pembelajaran dengan
keterampilan berpikir kritis siswa dalam
meningkatkan pengetahuan ilmiah siswa ... 86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ... 88 5.2. Saran ... 89
(12)
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Dampak Intruksional dan Pengiring Model
Inquiry Training ... 20 Gambar 3.1. Tahapan Alur Kerja Penelitian ... 46
Gambar 4.1. Grafik nilai rerata pretes dan postes kelas kontrol
dan kelas eksperimen ... 63
Gambar 4.2. Pola Garis Interaksi antara Model Pembelajaran dan
keterampilan berpikir kritis Siswa Terhadap
Pengetahuan Ilmiah ... 76
Gambar 4.3. Hubungan model pembelajaran dengan nilai
rata-rata pengetahuan ilmiah... 81
Gambar 4.4. Hubungan keterampilan berpikir kritis dengan nilai
rata-rata pengetahuan ilmiah... 84
Gambar 4.5. Hubungan Model Pembelajaran dan Keterampilan
(13)
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Fase-Fase Model Pembelajaran Inquiry Training... 19
Tabel 2.2. Sintaks Pembelajaran Langsung ... 22
Tabel 2.3. Perbedaaan Teacher Centered dengan Student Centered.. 24
Tabel 2.4. Penelitian yang relevan ... 40
Tabel 3.1. Rancangan Desain Penelitian ... 43
Tabel 3.2. Desain Penelitian Anava... 44
Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes Keterampilan Berpikir Kritis ... 47
Tabel 3.4 Kisi-kisi Tes Pengetahuan ilmiah ... 48
Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Validitas Instrumen Butir Soal ... 51
Tabel 3.6. Ringkasan Anava Dua Jalur... 57
Tabel 4.1. Nilai Pretes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 60
Tabel 4.2. Nilai Rerata Pretes Kategori Butir Soal Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 61
Tabel 4.3. Nilai Postes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 61
Tabel 4.4. Nilai Rerata Postes Kategori Butir Soal Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 62
Tabel 4.5. Nilai Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas Eksperimen, Kelas Kontrol dan Kedua Kelas ... 63
Tabel 4.6. Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 64
Tabel 4.7. Normalitas Data Pretes Kelas Kontrol dan Eksperimen .. 65
Tabel 4.8. Uji Homogenitas Data Pretes dan Data Postes ... 66
Tabel 4.9. Uji Kesamaan Pretes Pengetahuan ilmiah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 67
Tabel 4.10. Hasil Uji Anava Dua Jalur ... 68
Tabel 4.11. Data Faktor antar Subjek ... 69
Tabel 4.12. Uji Homogenitas Antar Kelompok ... 70
Tabel 4.13. Statistik Deskriptif Model Pembelajaran dan Keterampilan Berpikir Kritis ... 70
Tabel 4.14. Hasil Uji Anava ... 72
(14)
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 ... 94
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 ... 106
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 ... 117
Lampiran 4. Lembar Kegiatan Siswa 1 ... 129
Lampiran 5. Lembar Kegiatan Siswa 2 ... 134
Lampiran 6. Lembar Kegiatan Siswa 3 ... 138
Lampiran 7. Kisi-kisi Tes Keterampilan Berpikir Kritis ... 146
Lampiran 8. Kisi-kisi Tes Pengetahuan ilmiah ... 154
Lampiran 9. Deskriptor Penilaian Pengetahuan ilmiah ... 161
Lampiran 10. Validitas Tes Pengetahuan ilmiah ... 163
Lampiran 11. Tabel Tingkat Kesukaran Pengetahuan ilmiah ... 165
Lampiran 12. Perhitungan Uji Reliabilitas ... 166
Lampiran 13 . Uji Normalitas Dan Histogram Data Penelitian Dengan Menggunakan Spss 17 ... 168
Lampiran 14. Data Pretes dan Postes Pengetahuan ilmiah Kelas Eksperimen ... 172
Lampiran 15. Data Pretes dan Postes Pengetahuan ilmiah Kelas Kontrol ... 174
Lampiran 16. Tabulasi Tes Berpikir Kritis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 176
Lampiran 17. Uji Hipotesis Anava Dua Jalur ... 178
Lampiran 18. Uji Scheff ... 179
Lampiran 19. Rubrik Penilaian LKS ... 180
(15)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memiliki peran dan berpengaruh positif terhadap segala bidang
kehidupan dan perkembangan manusia. Pendidikan yang ideal hakikatnya selalu
bersifat antisipatif dan prepatoristik, yakni selalu mengacu ke masa depan, dan
selalu mempersiapkan generasi muda untuk kehidupan masa depan yang jauh
lebih baik, bermutu, dan bermakna (Lasmawan W, 2015). Pengaruh pendidikan
dapat dilihat dan dirasakan secara langsung dalam perkembangan kehidupan
masyarakat, kehidupan kelompok, dan kehidupan setiap individu. Besarnya
pengaruh pendidikan dalam kehidupan ditentukan oleh kualitas pendidikan itu
sendiri (Ataha. 2013:12). Adapun fungsi dan tujuan pendidikan nasional,
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman kepada Tuhan yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakan kreatif mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab (Anggela, 2013).
Fisika sebagai salah bagian dari sains dimasukkan dalam kurikulum
pelajaran di Indonesia mulai dari tingkat dasar sampai menengah. Tujuan
pembelajaran fisika adalah terbentuknya kemampuan bernalar pada siswa yang
tercermin melalui kemampuan berfikir logis, sistematis dan mempunyai sifat
objektif, jujur, disiplin dalam memecahkan suatu permasalahan (Neizhela, 2015).
(16)
2
agar dapat menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip fisika, memiliki kecakapan
ilmiah, memiliki keterampilan proses sains serta keterampilan berpikir kritis dan
kreatif. Siswa yang memperoleh pembelajaran fisika diharapkan nantinya akan
memiliki sikap ilmiah sebagai komponen afektif, pengetahuan/wawasan sains
sebagai komponen kognitif serta memiliki keterampilan proses sains sebagai
komponen psikomotorik. Gage (dalam Wartono, 2003) mengungkapkan bahwa
dalam mengembangkan keterampilan proses sains anak harus dibuat kreatif, ia
akan mampu mempelajari IPA ditingkat yang lebih tinggi dalam waktu yang
singkat.
Proses pembelajaran tidak terlepas dari peran guru, tetapi guru hanya
berperan sebagai fasilitator dan bukan satu satunya sumber informasi bagi siswa.
Sebaliknya siswa sebagai subyek proses pembelajaran diberi keleluasaan yang
sangat luas untuk menentukan pencapaian kompetensi yang harus ia raih. Siswa
juga yang harus lebih aktif menyampaikan ide, mencari solusi atas masalah yang
dihadapi dan menentukan langkah-langkah berikutnya sehingga pengetahuan itu
dapat bermakna dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pembelajaran fisika siswa harus dimberikan kesempatan untuk
lebih aktif. Penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran aktif meningkatkan
pemahaman dan penyimpanan informasi, dan bahwa hal itu
efektif untuk mengembangkan keterampilan kognitif tingkat tinggi (Konopka,
2015). Siswa perlu diberikan kesempatan dalam berperan memecahkan masalah
seperti yang dilakukan para ilmuan, agar mereka mampu memahami
konsep-konsep dalam bahasa mereka sendiri (Winataputra, 1993:62). Bruner (dalam
(17)
3
hendaknya siswa dibiarkan mencari atau menemukan sendiri makna segala
sesuatu yang dipelajari. Jika pembelajaran yang berpusat kepada siswa terus
diterapkan dengan baik dan dikembangkan dalam pembelajaran fisika, maka
bukan hanya kognitif siswa yang akan berkembang tetapi juga sikap dan
psikomotorik mereka juga akan mengalami peningkatan.
Mata pelajaran fisika merupakan salah satu yang diujikan dalam ujian
nasional di tingkat sekolah menengah atas. Mata pelajaran fisika yang masuk
dalam ujian nasional membuat sebagian guru menggunakan metode konvensional
atau ceramah tanpa memberikan pengalaman eksperimental (Santoso, 2015). Pada
kenyataannya dalam proses pembelajaran guru mengajarkan konsep melalui
kegiatan yang kurang berpusat pada siswa. Siswa tidak dilibatkan secara aktif
sehingga kurang memberikan kesempatan untuk mengembangkan proses
berpikirnya. Hal tersebut juga merupakan salah satu yang menyebabkan isi
pembelajaran fisika dianggap sebagai hapalan, siswa dapat menyatakan konsep di
luar kepala tetapi tidak mampu memaknai maknanya. Siswa yang belajar dengan
hafalan tingkat kebermaknaannya akan relatif rendah (Dahar, 1991:111).
Model pembelajaran yang digunakan selama ini cenderung model
pembelajaran Direct Instruction dengan metode yang digunakan guru tanya jawab
dan ceramah. Didalam model ini, menghafal hukum atau rumus tertentu
merupakan contoh pengetahuan deklaratif sederhana (Trianto, 2005: 120). Selain
itu pemanfaatan Laboratorium yang belum maksimal dikarenakan guru yang
bersangkutan tidak mau direpotkan dengan tugas tugas tambahan, sehingga siswa
(18)
4
proses, dengan demikian siswa menganggap bahwa fisika itu kurang menarik dan
membosankan
Selama proses pembelajaran, guru jarang mengajak siswa melakukan
pengamatan atau praktikum untuk materi yang sedang dipelajari secara nyata.
Sebagai gantinya guru melakukan demonstrasi di depan kelas. Demonstrasi
dilakukan karena guru memiliki pertimbangan bahwa kegiatan demonstrasi tidak
menghabiskan waktu yang banyak dan dapat menyelesaikan materi dengan cepat.
Penerapan pembelajaran seperti ini akan mengakibatkan siswa kurang mampu
melakukan praktikum, sehingga kemampuan siswa seperti melakukan
pengamatan, merumuskan hipotesis, menggunakan alat, mengumpulkan data,
mengidentifikasi variabel, membuat kesimpulan dan kegiatan lain yang dapat
mengembangkan keterampilan proses ilmiah yang ada pada diri siswa tidak
tampak.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di SMAN 3 Gunungsitoli,
Kota Gunungsitoli kepada salah satu guru Fisika, mengungkapkan bahwa hasil
belajar siswa yang dicapai di kelas X tergolong rendah. Selain itu pemahaman
fisika dan pengetahuan ilmiah siswa juga rendah sehingga menyebabkan siswa
kesulitan dalam mengerjakan persoalan fisika yang membutuhkan penyelesaian
secara analisis dan matematis. Oleh karena itu seorang guru harus mampu
membuat variasi model model pembelajaran yang menarik dan menyenangkan
agar dapat menciptakan suasana dan kondisi kelas lebih hidup (aktif) agar proses
belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang
(19)
5
Kemampuan Fisika siswa akan lebih berhasil jika diterapkan model
pembelajaran sesuai yang dapat membuat siswa mencari, menemukan dan
memahami Fisika itu sendiri sehingga siswa dapat membangun konsep-konsep
Fisika atas dasar nalarnya sendiri yang kemudian dikembangkan atau mungkin
diperbaiki oleh guru yang mengajar. Salah satu usaha yang dilakukan peneliti
untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah model Inquiry salah satunya adalah
dengan menggunakan model Inquiry Training.
Model pembelajaran Inquiry Training dirancang untuk membawa siswa
secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui latihan-latihan yang dapat
memadatkan proses ilmiah tersebut ke dalam periode waktu yang singkat.
Tujuannya adalah membantu siswa mengembangkan disiplin dan
mengembangkan keterampilan intelektual yang diperlukan untuk mengajukan
pertanyaan dan menemukan jawabannya berdasarkan rasa ingin tahunya (Joyce,
2009: 201).
Beberapa penelitian telah menunjukkan dampak positif dari implementasi
Inquiry Training dalam pembelajaran, yakni hasil penelitian Vaishnav (2013)
menyimpulkan bahwa Pengembangan model Inquiry Training pada mata
pelajaran IPA untuk siswa kelas VI telah terbukti efektif dalam hal prestasi siswa
dibandingkan dengan metode konvensional. Model Inquiry Training berpengaruh
signifikan terhadap perkembangan kognitif, afektif siswa & tingkat pembelajaran.
Penelitian Kazempour (2013) menyimpulkan bahwa inquiry has effects on
student’s critical thinking and the social creative's perspective. Ostlund (dalam
Ergul, 2011) menyatakan Science process skills (SPS) are building-blocks of
(20)
6
using inquiry-based learning environment in different disciplines can be provided.
Thompson (2011) menyimpulkan bahwa para siswa lebih mungkin untuk
menghargai dan mengembangkan karakteristik dari pemikir kritis yang
diperlengkapi untuk berfungsi dan berperan dalam pengembangan masyarakat
global yang dinamis. Njoroge, dkk (2014) menyimpulkan bahwa hasil penelitian
menunjukan bahwa dengan pembelajaran inkuiri berbasis pendekatan
mengakibatkan nilai siswa dalam prestasi fisika lebih tinggi. Penelitian ini
merekomendasikan lembaga pelatihan guru di Institut Kenya harus
memberlakukan pendekatan ini agar fisika disukai oleh siswa di sekolah
menengah Kenya
Melalui model pembelajaran ini siswa diharapkan aktif mengajukan
pertanyaan mengapa sesuatu terjadi kemudian mencari dan mengumpulkan serta
memproses data secara logis untuk selanjutnya mengembangkan strategi
intelektual yang dapat digunakan untuk dapat menemukan jawaban atas
pertanyaan tersebut. Model pembelajaran Inquiry Training dimulai dengan
menyajikan peristiwa yang mengandung teka-teki kepada siswa. Ishler (dalam
Suparno, 2007) lebih menjelaskan inquiry sebagai model pembelajaran yang
melibatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik untuk menganalisis dan
memecahkan persoalan secara sistematik. Keterampilan berpikir kritis mempunyai
pengaruh pada keberhasilan pelaksanaan model pembelajaran inkuiri.
Berpikir kritis merupakan keharusan dalam usaha pemecahan masalah,
pembuatan keputusan, sebagai pendekatan, menganalisis asumsi-asumsi dan
penemuan-penemuan keilmuan. Berpikir kritis diterapkan siswa untuk belajar
(21)
7
memecahkan masalah secara inovatif dan mendesain solusi yang mendasar.
Proses berpikir kritis hanya dapat muncul kalau ada keterbukaan pikiran,
kerendahan hati dan kesabaran. Kemampuan ini membantu seseorang memahami
sepenuhnya suatu kejadian. Berpikir kritis tetap menjaga keterbukaan pikiran
selama dia mencari untuk mendapatkan alasan, bukti dan kebenaran logika.
(Sanjaya 2009:4)
Penerapan proses belajar mengajar di Indonesia kurang mendorong pada
pencapaian kemampuan berpikir kritis. Proses pembelajaran di dalam kelas
diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghapal informasi. Padahal
keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu modal dasar atau modal
intelektual yang sangat penting bagi setiapa orang dan merupakan bagian yang
fundamental dari kematangan manusia. Oleh karena itu pengembangan
keterampilan berpikir kritis menjadi sangat penting bagi siswa disetiap jenjang
pendidikan. Dua faktor penyebab tidak berkembangnya kemampuan berpikir kritis
selama ini adalah kurikulum yang umumnya dirancang dengan target materi yang
luas sehingga pengajar lebih terfokus pada penyelesaian materi dan kurangnya
pemahaman mengajar tentang metode pembelajaran yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis. Permasalahan lainnya yang ditemukan adalah
rendahnya keterampilan berpikir kritis siswa yang terlihat dari kualitas pertanyaan
dan jawaban siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. (Sanjaya, 2009: 1)
Model pembelajaran inquiry training merupakan rangkaian kegitan
pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis
untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
(22)
8
dan siswa. Inti sari dari pembelajaran inquiry adalah memberi pembelajaran siswa
untuk menangani permasalahan yang mereka hadapi ketika berhadapan dengan
dunia nyata. Pada pembelajaran inquiri guru harus merencanakan situasi
sedemikian rupa, sehingga siswa bekerja seperti seorang peneliti dengan
menggunakan prosedur mengenali permaslahan, menjawab pertanyaan,
investigasi dan menyiapkan kerangka berpikir, hipotesis dan penjelasan yang
kompatibel dengan pengalaman pada dunia nyata. (Sanjaya, 2009:131). Model
pembelajaran Inquiry Training akan meningkatkan pemahaman ilmu pengetahuan, produktivitas dalam berpikir kreatif, dan keterampilan-keterampilan
dalam memperoleh dan menganalisis informasi, tetapi latihan ini seefisien metode
pengulangan dan pengajaran yang dibarengi dengan pengalaman-pengalaman
laboratorium, (Joyce, 2011: 13).
Pengetahuan ilmiah merupakan sebagai alat bagi manusia dalam
memecahkan berbagai persoalan yang dihadapinya. Pemecahan tersebut pada
dasarnya adalah dengan meramalkan dan mengontrol gejala alam. Dengan ilmu
manusia memanipulasi dan menguasai alam. Dengan mempelajari alam manusia
dapat mengembangkan pengetahuan. Pengetahuan berkembang melalui
pengalaman dan rasionalisme yang didukung oleh metode mencoba.
(Suriasumantri. 1990 :105-106). Dalam model pembelajaran inquiry training
siswa dilatih agar terampil dalam memperoleh dan mengolah informasi melalui
aktivitas berpikir dengan mengikuti prosedur (metode) ilmiah, seperti, terampil
melakukan pengamatan, pengukuran, pengklasifikasian, penarikan kesimpulan
(23)
9
keterampilan proses sains yang dimilikinya dalam memproses dan menemukan
sendiri pengetahuan tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training dan
Keterampilan Berfikir Kritis Terhadap Pengetahuan Ilmiah Siswa Kelas X”
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
dapat diidentifikasikan masalah yang relevan dengan penelitian ini adalah :
1. Pengetahuan Ilmiah siswa masih rendah, hal ini dapat dilihat dari
rendahnya hasil belajar fisika siswa.
2. Siswa kurang tertarik pada pelajaran fisika
3. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru lebih banyak yang
menggunakan pembelajaran Direct Instruction.
4. Penggunaan model pembelajaran fisika yang digunakan belum dapat
mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa.
1.3. Batasan Masalah
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda dalam penelitian ini dan
mengingat keterbatasan kemampuan, materi dan waktu yang tersedia, maka yang
menjadi batasan masalah dalam penelitian ini yakni:
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran Inquiry
Training dan pembelajaran Direct Instruction.
2. Variebel moderator dalam penelitian ini adalah keterampilan berpikir kritis
(24)
10
1.4. Rumusan Masalah
Rumusan masalah ini dijabarkan menjadi pertanyaan - pertanyaan
penelitian sebagai berikut :
1. Apakah pengetahuan ilmiah siswa dengan model pembelajaran inquiry
training lebih baik dari pada model pembelajaran Direct Instruction?
2. Apakah pengetahuan ilmiah siswa yang memiliki keterampilan berpikir
kritis diatas rata-rata lebih baik dari siswa yang memiliki keterampilan
berpikir kritis dibawah rata-rata?
3. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran dengan keterampilan
berpikir kritis siswa dalam meningkatkan pengetahuan ilmiah siswa?
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan adapun tujuan dari penelitian
ini adalah :
1. Menganalisis pengetahuan ilmiah siswa dengan model pembelajaran
inquiry training lebih baik dari pada model pembelajaran Direct Instruction.
2. Menganalisis pengetahuan ilmiah siswa yang memiliki keterampilan
berpikir kritis diatas rata-rata lebih baik dari siswa yang memiliki
keterampilan berpikir kritis dibawah rata-rata.
3. Menganalisis interaksi antara model pembelajaran dengan keterampilan
(25)
11
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam bentuk
model pembelajaran yang dapat digunakan guru, sehingga siswa dapat
mengembangkan aspek kemampuan dasar yang mencakup aspek kognitif,
afektif dan pengetahuan ilmiah siswa.
2. Model pembelajaran ini dapat menjadi pertimbangan bagi guru-guru Fisika
dalam upaya perbaikan proses pembelajaran, karena model ini
mengutamakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, sebagai upaya
meningkatkan pengetahuan ilmiah siswa.
3. Bagi siswa diharapkan dengan model pembelajaran inquiry training ini
dapat memperoleh pengalaman dalam pembelajaran
1.7. Definisi Operasional
Untuk memperjelas variabel-variabel, agar tidak menimbulkan perbedaan
penafsiran terhadap rumusan masalah dalam penelitian ini, berikut diberikan
definisi operasional:
1. Model pembelajaran Inquiry Training dirancang untuk membawa siswa
secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui latihan-latihan yang dapat
memadatkan proses ilmiah tersebut ke dalam periode waktu yang singkat.
Tujuannya adalah membantu siswa mengembangkan disiplin dan
mengembangkan keterampilan intelektual yang diperlukan untuk
mengajukan pertanyaan dan menemukan jawabannya berdasarkan rasa
(26)
12
2. Berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang
tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal
permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi.
3. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang diperoleh dan
dipertanggung jawabkan kebenarannya secara ilmiah atau dengan
menggunakan cara kerja atau metode ilmiah (Aziz, 2009). Pengetahuan
ilmiah juga merupakan sebagai alat bagi manusia dalam memecahkan
berbagai persoalan yang dihadapinya. Pemecahan tersebut pada dasarnya
adalah dengan meramalkan dan mengontrol gejala alam. Dengan ilmu
manusia memanipulasi dan menguasai alam. Dengan mempelajari alam
manusia dapat mengembangkan pengetahuan. Pengetahuan berkembang
melalui pengalaman dan rasionalisme yang didukung oleh metode
(27)
88
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di uraikan pada bab sebelumnya,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Kemampuan pengetahuan ilmiah fisika siswa menggunakan pembelajaran
inquiry training lebih baik dibandingkan dengan kemampuan pengetahuan
ilmiah siswa menggunakan model pembelajaran direct intruction. Hasil nilai
rata-rata postes dari penelitian yang menggunakan model pembelajaran direct
intruction adalah 51,66 dan yang menggunakan pembelajaran inquiry training adalah 75,93.
2. Kemampuan pengetahuan ilmiah fisika siswa pada kelompok keterampilan
berpikir kritis di atas rata-rata lebih baik dibandingkan kemampuan
pengetahuan ilmiah fisika siswa pada kelompok keterampilan berpikir kritis
di bawah rata-rata. Nilai rata-rata pengetahuan ilmiah pada keterampilan
berpikir kritis dibawah rata-rata adalah 53,00 dan nilai rata-rata hasil belajar
pengetahuan ilmiah pada keterampilan berpikir kritis diatas rata-rata sebesar
73,25.
3. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan keterampilan
(28)
89
5.2. Saran
1. Siswa harus dibimbing dengan memberikan latihan yang cukup untuk
meningkatkan kemampuan pengetahuan ilmiah fisika siswa
2. Peneliti selanjutnya menggunakan jangka waktu yang lebih lama karena
waktu yang tersedia dalam pelaksanaan pembelajaran baik dibelajarkan
dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training dan dibelajarkan
dengan pembelajaran direct intruction masih sangat kurang, sebab
disesuaikan dengan jadwal sekolah yang bersangkutan.
3. Pendidik hendaknya memilih model pembelajaran yang sesuai, dengan tujuan
pembelajaran
4. Pendidik dalam mengajar dengan menggunakan model pembelajaran inquiry
training lebih baik diterapkan pada siswa yang memiliki keterampilan
berpikir kritis diatas rata-rata karena dapat meningkatkan pengetahuan ilmiah
siswa
5. Dilihat dengan karakter siswa, siswa belum terbiasa dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training, maka sebaiknya siswa mulai dilatih
untuk melakukan percobaan-percobaan sederhana ketika pembelajaran fisika
agar memiliki respon yang cepat akan melakukan model pembelajaran
inquiry trainng
6. untuk peneliti selanjutnya dapat mengalokasi waktu yang lebih banyak
(29)
90
DAFTAR PUSTAKA
Aljaafreh, A. 2013. The effect of using the Directed Inquiry Strategy On The Development Of Critical Thinking Skills And Achievement In Physics Of The Tenth Grade Students In Shouterm Mazar. Journal of Education and
Practice, Vol.4.
Akpullukçu, S. 2011. The Effect Of Inquiry Based Learning Environment in Science and Technology Course on the Students’ Academic Achievements. Western Anatolia Journal Of Education Science, ISSN 1308-8971
Arends, R.I., 2008. Learning To Teach, Belajar Untuk Mengajar Edisi
ketujuh/jilid I, Buku Sat. Penerbit Pustaka Belajar, Yogyakarta.
Ataha, C. 2013. An investigation of scientific attitude among students in senior Secondary Schools in Edo South Senatorial District, Journal of education
and Practice,Volume 4.
Aziz, A. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika
Dahar, R, W. 1991. Teori Teori Belajar .Jakarta:Erlangga
Dimyati, 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Ennis. 1996. Critical Thinking. New Jersey: Prentice Hall, Uper Saddle river.
Ergul, R. 2011. The Effects Of Inquiry-Based Science Teaching On Elementary School Students’ Science Process Skills And Science Attitudes.Bulgarian
Journal of Science and Educationn Policy (BJSEP), Volume 5.
Fisher, A. 2001. Critical Thinking An Introduction. New York: Cambridge University Press
Haryani, D. 2012. Membentuk siswa berpikir kritis melalui pembelajaran
matematika. Makalah dipresentasikan dalam seminar nasional matematika
dan pendidikan matematika. Universitas Palangkaraya, ISBN: 978-979-16353-8-7
Hassoubah. 2004. Developing Creative and Critical Thingking Skill, Cara
Berpikir Kreatif dan Kritis. Bandung : Yayasana Nuansa Cendekia
Hifni, M. 2014. Efek Model Pembelajaran Inquiry Training Menggunakan Media
Macro Flash Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa Kelas VIII MTs N Binjai
(30)
91
Joyce, B. 2009.Models of Teaching, Edisi Delapan. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Kazempour, E. 2013. The Effects Of Inquiry-Based Teaching On Critical Thinking Of Students. Journal of Social Issues & Humanities, Vol 1.
Konopka, C.L. 2015. Active Teaching and Learning Methodologies: Some Considerations. Scientific Research Publishing Inc.
Krathwohl, D. R. 2002. A revision of Bloom's Taxonomy: an overview Theory
Into Practice, College of Education, The Ohio State University Learning Domains or Bloom's Taxonomy: The Three Types of Learning.
Lasmawan, W. 2015. Pengembangan Perangkat Pembelajaran E-learning Mata Kuliah Wawasan Pendidikan Dasar, Telaah Kurikulum Pendidikan Dasar, Pendidikian IPS Sekolah Dasar, Perspektif Global dan Problematika Pendidikan Dasar. Jurnal Pendidikan Indonesia. Vol 4
Liliasari,M, T. 2014. Keterampilan-Keterampilan Sains dan Implementasinya
Dalam Pembelajaran IPA. Makassar: Badan Penerbit Universitas Negeri
Makassar.
Maufur, Sejuta Jurus Mengajar Mengasyikkan, Semarang: Sindur Press, 2009
McGregor, D. 2007, Developing Thinking; Developing learning. A Guide to
Thinking Skills in Education, New York, McGraw Hill Open University
Press.
Neizhela, A. 2015. Meningkatan Hasil Belajar Melalui Pendekatan Kontekstual dengan Metode Think Pair Share Materi Kalor Pada Siswa SMP. Unnes
Physics Education Journal.
Ngatiqoh, S. 2012. Pengaruh motivasi berprestasi dan kreativitas berpikir
terhadap prestasi belajar IPA (Fisika) kelas VIII SMP Negeri se-Kabupaten Purworejo Tahun Pelajaran 201/2012. 1(1) : 24-27.
Njoroge. 2014. Effects of inquiry-based teaching approach on Secondary school student’s achievement and Motivation in physics in nyeri county, Kenya.
International Journal of Academic Research in Education and Review,
Vol. 2 (1)
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Pandey A., 2011. Effectiveness of Inquiry Training Model over Conventional Teaching Method on Academic Achievement of Science Students in India.
(31)
92
Ramadhani, I. 2015. Efek model pembelajaran berbasis proyek dengan strategi
Think Talk Write dan Kreativitas Ilmiah terhadap kemampuan berpikir Tingkat Tinggi Fisika Siswa SMA. Medan : Pascasarjana Unimed
Redhana, I, W. 2003. Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis SiswaMelalui Pembelajaran Kooperatif Dengan Strategi Pemecahan Masalah.Jurnal
Pendidikan Dan Pengajaran XXXVI.
Remziye, 2011. The Effects of Inquiry-Based Science Teaching on Elementary School Students’ Science Process Skills And Science Attitudes. Bulgarian
Journal of Science and Education Policy (BJSEP), Vol 5.
Rilley, 1971. The Effect Of Science Process Training On Preservice Elementary
Teacher’ Process Skill Abilities, Understanding Of Science, And Attitudes Towardscience And Science Teaching. College of Education The
University of Delaware Newark.
Rustaman, N,Y. 2003. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.
Sagala, S. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Sani, R.A. 2012. Pengembangan Laboratorium Fisika. Medan : Unimed Press.
Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Santoso, A. 2015. Penerapan Metode Pembelajaran Berbasis Laboratorium untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Alat-Alat Optik Kelas X di SMA Negeri 1 Plaosan, Magetan. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika. Vol 4.
Siddiqui, M. 2013. Synetics model of teaching: developing creativity skills of individuals and groups of society. Indian Journal of Applied
Researc,Volume 3.
Slameto. 2010.Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Suharsismi, A. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Suparno, P. 2007. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius
Suriasumantri, J.S . 1990. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
(32)
93
Susanti, A. Pembelajaran Biologi menggunakan Inquiry Training dengan Vee Diagram dan KWL Chart ditinjau dari Keterampilan berpikir kritis dan kemampuan penalaran formal. Jurnal Inquiry. Vol 3.
Sutikno, M.S, 2013. Belajar dan Pembelajaran. Lombok : Holitica Lombok
Thompson C. 2011. Critical Thinking across the Curriculum: Process over Output. International Journal of Humanities and Social Science, Vol. 1
Thoyibi, M. 2000. Psikologi Islami. Surakarta : Muhammadiyah University Press,
Trianto. 2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Penerbit Prestasi Pustaka
Usman, M. 1993. Belajar Mengajar. Bandung: Renga kosda Karya
Vaishnav, R. 2013. Effectiveness of Inquiry Training Model for Teaching Science. An International Peer Reviewed, Scholarly Research Journal for
Interdiciplinary Studies.
Wartono. (2003). Strategi Belajar Mengajar Fisika. Malang: Jurusan Fisika FPMIPA UNM
Winataputra, U.S. 1993. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Depdikbud, Proyek Peningkatan Mutu Guru Kelas SD Strata D-II.
Yuniastuti, Euis. 2013. Peningkatan keterampilan proses, motivasi, dan hasil belajar biologi dengan strategi pembelajaran inkuiri terbimbing pada siswa kelas VII smp kartika V-1 Balikpapan. Jurnal Penelitian Pendidikan.
(1)
88 5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di uraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Kemampuan pengetahuan ilmiah fisika siswa menggunakan pembelajaran
inquiry training lebih baik dibandingkan dengan kemampuan pengetahuan
ilmiah siswa menggunakan model pembelajaran direct intruction. Hasil nilai rata-rata postes dari penelitian yang menggunakan model pembelajaran direct
intruction adalah 51,66 dan yang menggunakan pembelajaran inquiry training adalah 75,93.
2. Kemampuan pengetahuan ilmiah fisika siswa pada kelompok keterampilan berpikir kritis di atas rata-rata lebih baik dibandingkan kemampuan pengetahuan ilmiah fisika siswa pada kelompok keterampilan berpikir kritis di bawah rata-rata. Nilai rata-rata pengetahuan ilmiah pada keterampilan berpikir kritis dibawah rata-rata adalah 53,00 dan nilai rata-rata hasil belajar pengetahuan ilmiah pada keterampilan berpikir kritis diatas rata-rata sebesar 73,25.
3. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan keterampilan berpikir kritis dalam meningkatkan pengetahuan ilmiah fisika siswa.
(2)
5.2. Saran
1. Siswa harus dibimbing dengan memberikan latihan yang cukup untuk meningkatkan kemampuan pengetahuan ilmiah fisika siswa
2. Peneliti selanjutnya menggunakan jangka waktu yang lebih lama karena waktu yang tersedia dalam pelaksanaan pembelajaran baik dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training dan dibelajarkan dengan pembelajaran direct intruction masih sangat kurang, sebab disesuaikan dengan jadwal sekolah yang bersangkutan.
3. Pendidik hendaknya memilih model pembelajaran yang sesuai, dengan tujuan pembelajaran
4. Pendidik dalam mengajar dengan menggunakan model pembelajaran inquiry
training lebih baik diterapkan pada siswa yang memiliki keterampilan
berpikir kritis diatas rata-rata karena dapat meningkatkan pengetahuan ilmiah siswa
5. Dilihat dengan karakter siswa, siswa belum terbiasa dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training, maka sebaiknya siswa mulai dilatih untuk melakukan percobaan-percobaan sederhana ketika pembelajaran fisika agar memiliki respon yang cepat akan melakukan model pembelajaran
inquiry trainng
6. untuk peneliti selanjutnya dapat mengalokasi waktu yang lebih banyak sehingga pelaksanaanya lebih optimal.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Aljaafreh, A. 2013. The effect of using the Directed Inquiry Strategy On The Development Of Critical Thinking Skills And Achievement In Physics Of The Tenth Grade Students In Shouterm Mazar. Journal of Education and
Practice, Vol.4.
Akpullukçu, S. 2011. The Effect Of Inquiry Based Learning Environment in Science and Technology Course on the Students’ Academic Achievements. Western Anatolia Journal Of Education Science, ISSN 1308-8971
Arends, R.I., 2008. Learning To Teach, Belajar Untuk Mengajar Edisi
ketujuh/jilid I, Buku Sat. Penerbit Pustaka Belajar, Yogyakarta.
Ataha, C. 2013. An investigation of scientific attitude among students in senior Secondary Schools in Edo South Senatorial District, Journal of education
and Practice,Volume 4.
Aziz, A. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika
Dahar, R, W. 1991. Teori Teori Belajar .Jakarta:Erlangga
Dimyati, 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Ennis. 1996. Critical Thinking. New Jersey: Prentice Hall, Uper Saddle river. Ergul, R. 2011. The Effects Of Inquiry-Based Science Teaching On Elementary
School Students’ Science Process Skills And Science Attitudes.Bulgarian
Journal of Science and Educationn Policy (BJSEP), Volume 5.
Fisher, A. 2001. Critical Thinking An Introduction. New York: Cambridge University Press
Haryani, D. 2012. Membentuk siswa berpikir kritis melalui pembelajaran
matematika. Makalah dipresentasikan dalam seminar nasional matematika
dan pendidikan matematika. Universitas Palangkaraya, ISBN: 978-979-16353-8-7
Hassoubah. 2004. Developing Creative and Critical Thingking Skill, Cara
Berpikir Kreatif dan Kritis. Bandung : Yayasana Nuansa Cendekia
Hifni, M. 2014. Efek Model Pembelajaran Inquiry Training Menggunakan Media
Macro Flash Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa Kelas VIII MTs N Binjai
(4)
Joyce, B. 2009.Models of Teaching, Edisi Delapan. Yogyakarta: Pustaka Belajar Kazempour, E. 2013. The Effects Of Inquiry-Based Teaching On Critical
Thinking Of Students. Journal of Social Issues & Humanities, Vol 1. Konopka, C.L. 2015. Active Teaching and Learning Methodologies: Some
Considerations. Scientific Research Publishing Inc.
Krathwohl, D. R. 2002. A revision of Bloom's Taxonomy: an overview Theory
Into Practice, College of Education, The Ohio State University Learning Domains or Bloom's Taxonomy: The Three Types of Learning.
Lasmawan, W. 2015. Pengembangan Perangkat Pembelajaran E-learning Mata Kuliah Wawasan Pendidikan Dasar, Telaah Kurikulum Pendidikan Dasar, Pendidikian IPS Sekolah Dasar, Perspektif Global dan Problematika Pendidikan Dasar. Jurnal Pendidikan Indonesia. Vol 4
Liliasari,M, T. 2014. Keterampilan-Keterampilan Sains dan Implementasinya
Dalam Pembelajaran IPA. Makassar: Badan Penerbit Universitas Negeri
Makassar.
Maufur, Sejuta Jurus Mengajar Mengasyikkan, Semarang: Sindur Press, 2009 McGregor, D. 2007, Developing Thinking; Developing learning. A Guide to
Thinking Skills in Education, New York, McGraw Hill Open University
Press.
Neizhela, A. 2015. Meningkatan Hasil Belajar Melalui Pendekatan Kontekstual dengan Metode Think Pair Share Materi Kalor Pada Siswa SMP. Unnes
Physics Education Journal.
Ngatiqoh, S. 2012. Pengaruh motivasi berprestasi dan kreativitas berpikir
terhadap prestasi belajar IPA (Fisika) kelas VIII SMP Negeri se-Kabupaten Purworejo Tahun Pelajaran 201/2012. 1(1) : 24-27.
Njoroge. 2014. Effects of inquiry-based teaching approach on Secondary school student’s achievement and Motivation in physics in nyeri county, Kenya.
International Journal of Academic Research in Education and Review,
Vol. 2 (1)
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Pandey A., 2011. Effectiveness of Inquiry Training Model over Conventional
Teaching Method on Academic Achievement of Science Students in India.
(5)
Ramadhani, I. 2015. Efek model pembelajaran berbasis proyek dengan strategi
Think Talk Write dan Kreativitas Ilmiah terhadap kemampuan berpikir Tingkat Tinggi Fisika Siswa SMA. Medan : Pascasarjana Unimed
Redhana, I, W. 2003. Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis SiswaMelalui Pembelajaran Kooperatif Dengan Strategi Pemecahan Masalah.Jurnal
Pendidikan Dan Pengajaran XXXVI.
Remziye, 2011. The Effects of Inquiry-Based Science Teaching on Elementary School Students’ Science Process Skills And Science Attitudes. Bulgarian
Journal of Science and Education Policy (BJSEP), Vol 5.
Rilley, 1971. The Effect Of Science Process Training On Preservice Elementary
Teacher’ Process Skill Abilities, Understanding Of Science, And Attitudes Towardscience And Science Teaching. College of Education The
University of Delaware Newark.
Rustaman, N,Y. 2003. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.
Sagala, S. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Sani, R.A. 2012. Pengembangan Laboratorium Fisika. Medan : Unimed Press. Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Santoso, A. 2015. Penerapan Metode Pembelajaran Berbasis Laboratorium untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Alat-Alat Optik Kelas X di SMA Negeri 1 Plaosan, Magetan. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika. Vol 4.
Siddiqui, M. 2013. Synetics model of teaching: developing creativity skills of individuals and groups of society. Indian Journal of Applied
Researc,Volume 3.
Slameto. 2010.Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Suharsismi, A. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara Suparno, P. 2007. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Kanisius
Suriasumantri, J.S . 1990. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
(6)
Susanti, A. Pembelajaran Biologi menggunakan Inquiry Training dengan Vee Diagram dan KWL Chart ditinjau dari Keterampilan berpikir kritis dan kemampuan penalaran formal. Jurnal Inquiry. Vol 3.
Sutikno, M.S, 2013. Belajar dan Pembelajaran. Lombok : Holitica Lombok Thompson C. 2011. Critical Thinking across the Curriculum: Process over
Output. International Journal of Humanities and Social Science, Vol. 1 Thoyibi, M. 2000. Psikologi Islami. Surakarta : Muhammadiyah University Press, Trianto. 2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Penerbit Prestasi Pustaka
Usman, M. 1993. Belajar Mengajar. Bandung: Renga kosda Karya
Vaishnav, R. 2013. Effectiveness of Inquiry Training Model for Teaching Science. An International Peer Reviewed, Scholarly Research Journal for
Interdiciplinary Studies.
Wartono. (2003). Strategi Belajar Mengajar Fisika. Malang: Jurusan Fisika FPMIPA UNM
Winataputra, U.S. 1993. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Depdikbud, Proyek Peningkatan Mutu Guru Kelas SD Strata D-II.
Yuniastuti, Euis. 2013. Peningkatan keterampilan proses, motivasi, dan hasil belajar biologi dengan strategi pembelajaran inkuiri terbimbing pada siswa kelas VII smp kartika V-1 Balikpapan. Jurnal Penelitian Pendidikan.