EFEK MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TRAINING DAN SIKAP ILMIAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS IX SMP NEGERI 9 MEDAN.

(1)

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TRAINING DAN

SIKAP ILMIAH TERHADAP KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS IX

SMP NEGERI 9 MEDAN

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

BATU TARIGAN

NIM. 8136176005

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI


(2)

(3)

(4)

ABSTRAK

BATU TARIGAN (NIM: 8136176005). Efek Model Pembelajaran Inkuiri Training dan Sikap Ilmiah Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas IX SMP Negeri 9 Medan. Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training dan pembelajaran DI (Direct Instruction), perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa antara siswa yang memiliki sikap ilmiah di atas rata-rata dan siswa yang memiliki sikap ilmiah di bawah rata-rata, interaksi antara model pembelajaran inquiry training dengan sikap ilmiah dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling sebanyak dua kelas, dimana kelas pertama diajarkan dengan model pembelajaran inquiry training dan kelas kedua dengan pembelajaran DI (Direct Instruction). Instrumen yang digunakan terdiri dari tes angket sikap ilmiah dan tes kemampuan berpikir kritis berupa essay tes. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan anava dua jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran DI (Direct Instruction), kemampuan berpikir kritis siswa antara siswa yang memiliki sikap ilmiah di atas rata-rata menunjukkan perbedaan dan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki sikap ilmiah di bawah rata-rata, serta terdapat interaksi antara model pembelajaran inquiry training dengan sikap ilmiah dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Inquiry Training, Sikap Ilmiah, Kemampuan Berpikir Kritis.


(5)

ABSTRACT

BATU TARIGAN (NIM: 8136176005). The Effect of Inquiry Training Model and Science Attitude on Student’s Critical Thingking In Third Grade of SMP Negeri 9 Medan. Thesis. Medan: Post Graduate Program, State University of Medan, 2016.

The aims of this research were to analyze the differences of student’s critical thingking by using inquiry training model and direct instruction, the differences of student’s critical thingking who had under average and above average category in science attitude, and the interaction between learning model and the level of science attitude in influencing student’s critical thingking.

This research was a quasi-experimental research. The sample in this research was conducted by cluster random sampling of two classes, which the first class, as experiment class, was taught with Inquiry Training, as a control class, with Direct Instruction. The research instrument consisted of critical thingking test and science attitude test. Data in this research was analyzed by using two way Anova. The results of the research showed that the student of physic’s critical thingking using inquiry training model was differ and show better results than the direct instruction, the physics critical thingking of the students who had above average category in science attitude was differ and show better results than under average category, and there was interaction between inquiry training model and the level of science attitude thingking in influencing student of physic’s critical thingking. Keywords : Inquiry Training, Science Attitude, Critical Thingking


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur hanya bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan banyak rahmat dan kasih saying-Nya kepada penulis sehingga pada waktunya penulis dapat menyelasaikan penulisan tesis ini.

Tesis ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan Gelar Magister Pendidikan Fisika Universitas Negeri Medan. Selama perkuliahan sampai dengan tersusunya tesis ini, penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada:

1. Dosen Pembimbing I , Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si dan dosen Pembimbing II Bapak Prof. Motlan, MSc,PhD yang selalu memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

2. Bapak Prof. Sahyar, M.S,MM, Ibu Prof. Dr. Retno Dwi Suryanti, M.Si dan Bapak Dr. Karya Sinulingga, M.S.I, selaku nara sumber yang banyak membantu penulis dalam penyempurnaan penulisan dan memberi masukan guna kesempurnaan isi dari tesis ini.

3. Ibu Kepala HJ. Lisnawati Susman, SH., MM selaku kepala Sekolah SMP Negeri 9 Medan yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah ini.

4. Teman Sekerja Penulis, Bapak Ibu Guru SMP Negeri 9 Medan. 5. Kepada orang tua penulis M. Tarigan dan Almarhum K. Br. Karo

6. Teman-teman seperjuangan selama perkuliahan di Pasca Dikfis kelas B2 Eksekutif angkatan 2013, semoga kebersamaan dan kekeluargaan yang telah terbina selama ini dapat selalu kita jaga.

7. Ibu Dra. Hermawati Ginting, sebagai isteri penulis, anak-anak: Peri, Leli, Imanuel Tarigan dan seluruh keluarga yang turut memberikan dorongan dalam penyelesaian tesis ini.


(7)

Atas segala bantuan tersebut kiranya Tuhanlah memberi balasanNya, serta diberikan kesehatan dan kebahagiaan. Adapun yang menjadi judul tesis ini adalah “Efek Model Pembelajaran Inkuiri Training dan Sikap Ilmiah terhadap kemampuan berpikir Kritis Siswa Kelas 9 SMP Negeri 9 Medan.Penulis juga menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu peulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimakasih.

Medan, 14 Desember 2015

Batu Tarigan SPd Nim : 8136176005


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I : PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 5

1.3. Batasan Masalah... 6

1.4. Rumusan Masalah ... 6

1.5. Tujuan Penelitian ... 7

1.6. Manfaat Penelitian ... 7

1.7. Defenisi Operasional ... 8

BAB II : KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis ... 10

2.1.1. Pengertian Belajar ... 10

2.1.2. Teori-teori Belajar ... 13

2.1.3. Pengertian Mengajar ... 17

2.1.4. Sikap Ilmiah ... 21

2.1.5. Kemampuan Berpikir Kritis ... 24

2.1.6. Model Pembelajaran Inquiri Training ... 35

2.1.7. Model Pembelajaran Langsung ... 42

2.1.8. Penelitian Yang Relevan ... 45

2.2 Kerangka Konseptual ... 48

2.2.1 Perbedaaan Kemampuan Berpikir Kritis Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Inquiry Training dan Model Pembelajaran Direct Instruction ... 48

2.2.2 Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis Fisika Siswa Pada Sikap Ilmiah Tinggi dan Rendah ... 50

2.2.3 Ada Interaksi Model Pembelajaran Inquiry Training Dengan Sikap Ilmiah Siswa Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis ... 51

2.3 Hipotesis ... 52

BAB III : METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 54

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 54

2.1.1. Populasi Penelitian ... 54

2.1.2. Sampel Peneltian ... 54

3.3 Variabel Penelitian ... 54

3.4 Jenis dan Desain Penelitian ... 55


(9)

3.4.2 Desain Penelitian ... 55

3.5 Prosedur Penelitian ... 56

3.6 Instrumen Penelitian... 58

3.6.1 Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 58

3.7 Validitas Instrumen ... 60

3.7.1 Validitas isi ... 61

3.8 Teknik Analisis Data ... 62

3.8.1 Simpangan Baku ... 62

3.8.2 Uji Normalitas Data ... 62

3.8.3 Uji Homogenitas ... 64

3.8.4 Pengujian Hipotesis ... 64

BAB IV : HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian ... 66

4.1.1 Hasil Pretes Kemampuan Berfikir Kritis ... 66

4.1.2 Hasil Postes Kemampuan Berfikir Kritis ... 69

4.1.3 Analisis Statistika Data Sikap Ilmiah Siswa ... 70

4.1.4 Analisis Hasil Penelitian ... 71

4.1.4.1 Analisis Data Postes KBK ... 71

4.1.4.2 Analisis Data KBK Berdasarkan Tingkat Sikap Ilmiah ... 72

4.1.4.3 Analisis Data Pretes dan Postes ... 75

4.1.4.3.1 Analisis Data Pretes dan Postes pada kelas Eksperimen dan kelas kontrol ... 75

4.1.4.3.2 Analisis Data Pretes dan Postes pada Kelompok siswa yang memiliki Sikap Ilmiah diatas dan dibawah rata – rata ... 77

4.1.4.4 Uji Hipotesis ... 79

4.2 Pembahasan ... 87

4.2.1 Terdapat Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis siswa dengan model Pembelajaran inquiry training dan Direct Instruction ... 87

4.2.2 Terdapat Perbedaan Pengetahuan siswa Berbasis KBK yang memiliki sikap ilmiah di atas dan di bawah rata – rata ... 90

4.2.3 Terdapat Interaksi yang baik antara model pembelajaran inquiry training dan model pembelajaran Direct Instruction dengan Sikap ilmiah terhadap KBK siswa ... 92

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 93

5.2 Saran ... 94

DAFTAR PUSTAK ... 95 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Tahap-tahap perkembangan kognitif Piaget ... 14

Tabel 2.2 Aspek Keterampilan Berpikir Kritis Menurut Ennis ... 26

Tabel 2.3 Sintaks Model Pembelajaran Inquiry Training ... 40

Tabel 2.4 Sintaks Model Pembelajaran Direct Intruction ... 43

Tabel 2.5 Perbedaan Teacher Centered dan Student Centered ... 44

Tabel 2.6 Penelitian Yang Relevan ... 45

Tabel 3.1 Two Group Pretest-Postest Design ... 55

Tabel 3.2 Desain Penelitian ANAVA ... 55

Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 59

Tabel 4.1 Data Pretes Kemampuan Berfikir Siswa ... 66

Tabel 4.2 Uji Normalitas Data Pretes ... 67

Tabel 4.3 Uji Homogenitas Data Pretes ... 68

Tabel 4.4 Data Pretes Kemampuan Berfikir Kritis Siswa... 69

Tabel 4.5 Data Sikap Ilmiah Siswa gabungan Kelas eksperimen dan Kelas Kontrol ... 70

Tabel 4.6 Pengelompokan Siswa Berdasarkan Sikap Ilmiah yang dimiliki Siswa ... 71

Tabel 4.7 Pengelompokan Nilai Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Berdasarkan Tingkat Sikap Ilmiah Siswa ... 73

Tabel 4.8 Data Desain Faktorial Rata – rata pengetahuan Siswa Berbasis KBK Terhadap Sikap Ilmiah Siswa ... 79

Tabel 4.9 Jumlah Siswa Berdasarkan Sikap Ilmiah pembelajaran Siswa ... 80

Tabel 4.10 Uji Homogenitas Kemampuan Siswa Berbasis KBK dengan Sikap Ilmiah di atas dan di bawah rata – rata ... 80

Tabel 4.11 Output Perhitungan ANAVA Dua Jalur ... 81


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Bentuk-bentuk Belajar... 12

Gambar 3.1 Tahap Alur Kerja Penelitia ... 58

Gambar 4.1 Histogram Distribusi Normal Kelas Kontrol ... 67

Gambar 4.2 Histogram Distribusi Normal Kelas Eksperimen ... 68

Gambar 4.3 Hubungan Nilai Pretes – Postes Kemampuan Berfikir kritis dengan Model Pembelajaran Kelas eksperimen dan kontrol . 72

Gambar 4.4 Hubungan data Kemampuan Berpikir Kritis berdasarkan Tingkat sikap ilmiah ... 74

Gambar 4.5 Hubungan nilai kemampuan berpikir kritis terhadap kelas kontrol dan Eksperimen ... 75

Gambar 4.6 Hubungan nilai kemampuan berpikir kritis terhadap kelompok siswa dengan sikap ilmiah di atas rata–rata dan kelompok siswa dengan sikap ilmiah di bawah rata– rata .... 77

Gambar 4.7 Interaksi model inquiry training dan model direct instruction pada sikap ilmiah di atas dan di bawah rata – rata terhadap pengetahuan siswa berbasis KBK ... 82


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus ... 97

Lampiran 2 RPP Pertemuan 1 ... 101

Lampiran 3 Bahan Ajar 1 ... 109

Lampiran 4 LKS 1 ... 118

Lampiran 5 Uji coba LKS 1 ... 120

Lampiran 6 LKS Siswa ... 121

Lampiran 7 RPP Pertemuan 2 ... 122

Lampiran 8 Bahan Ajar 2 ... 132

Lampiran 9 LKS 2 ... 136

Lampiran 10 Uji coba LKS 2 ... 138

Lampiran 11 LKS Siswa ... 140

Lampiran 12 RPP Pertemuan 3 ... 142

Lampiran 13 Bahan Ajar 3 ... 151

Lampiran 14 LKS 3 ... 155

Lampiran 15 Uji coba LKS 3 ... 158

Lampiran 16 LKS Siswa ... 160

Lampiran 17 Lembar Validasi Angket Sikap Ilmiah Siswa... 162

Lampiran 18 Angket Sikap Ilmiah Siswa ... 167

Lampiran 19 Lembar Validasi Tes Kemampuan Berfikir Kritis ... 169

Lampiran 20 Kisi – ksi Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 172

Lampiran 21 Soal Kemampuan Berpikir Kritis ... 181

Lampiran 22 Nilai Pretes Kelas Kontrol ... 184

Lampiran 23 Nilai Pretes Kelas Eksperimen ... 185

Lampiran 24 Nilai Postes Kelas Kontrol ... 186

Lampiran 25 Nilai Postes Kelas Eksperimen ... 187

Lampiran 26 Nilai Sikap Ilmiah kelas control ... 188

Lampiran 27 Nilai Sikap Ilmiah kelas Eksperimen ... 189

Lampiran 28 Rekapitulasi Nilai Pretes, Postes Dan Sikap Ilmiah Siswa .. 190

Lampiran 29 Hasil Uji Hipotesis Sofware Sps21 ... 191

Lampiran 30 Dokumentasi Penelitian ... 198

Lampiran 31 SK Pembimbing Tesis ... 202

Lampiran 32 Surat Ijin Melakukan Penelitian ... 203

Lampiran 33 Surat Keterangan Kepala SMP Negeri 9 Medan ... 204

Lampiran 34 Biodata Alumni ... 205

Lampiran 35 Undangan Ujian Tesis ... 206


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peranan penting dalam suatu bangsa. Mengingat akan pentingnya peranan pendidikan, pemerintah terus menerus berupaya meningkatkan mutu pendidikan dengan seoptimal mungkin. Usaha yang telah dilakukan pemerintah antara lain perbaikan dan pengembangan kurikulum, peningkatan mutu guru berupa penataran, pelatihan, seminar serta peningkatan sarana dan prasarana. Tujuan dari semua usaha tersebut adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Mengajar bukan hanya menyampaikan materi pelajaran, tetapi melatih kemampuan siswa untuk berpikir, menggunakan struktur kognitifnya secara penuh dan terarah. Materi pelajaran digunakan sebagai alat untuk melatih kemampuan berpikir, bukan sebagai tujuan. Mengajar yang hanya menyampaikan informasi akan membuat siswa kehilanagn motivasi dan konsentrasinya. Mengajar adalah mengajak siswa berpikir, sehingga kemampuan berpikir siswa akan terbentuk siswa yang cerdas dan mampu memecahkan setiap persoalan yang dihadapinya.

Dalam staregi pembelajaran diatur suatu perangkat materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menghasilkan hasil belajar pada siswa. Oleh karena itu, pemilihan pembelajaran yang tepat harus dilakukan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Apa yang harus dicapai dalam pembelajaran akan menentukan bagaimana cara mencapainya


(14)

2

mendorong pada pencapaian kemampuan berpikir kritis (Sanjaya, 2009: 1). Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghapal informasi. Padahal keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu modal dasar atau modal intelektual yang sangat penting bagi setiapa orang dan merupakan bagian yang fundamental dari kematangan manusia. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan berpikir kritis menjadi sangat penting bagi siswa disetiap jenjang pendidikan (Puskur, 2007).

Dua faktor penyebab tidak berkembangnya kemampuan berpikir kritis selama ini adalah kurikulum yang umumnya dirancang dengan target materi yang luas sehingga pengajar lebih terfokus pada penyelesaian materi dan kurangnya pemahaman mengajar tentang metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

Pembelajaran di SMP Negeri 9 Medan cenderung abstrak dengan menggunakan metode ceramah sehingga konsep-konsep materi belajar kurang bisa dipahami siswa. Sementara itu kebanyakan guru dalam mengajar masih menggunakan model pembelajaran langsung, kurang memperhatikan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Guru kurang memberikan model atau metode pembelajaran yang bervariasi. Sebagai akibatnya aktivitas dan motivasi belajar siswa menjadi sulit ditumbuhkan. Dalam membelajarkan siswa, guru kurang memanfaatkan media pembelajaran untuk membimbing siswa. Permasalahan lainnya yang ditemukan adalah rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa yang terlihat dari kualitas pertanyaan dan jawaban siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Siswa kurang mampu mengunakan daya nalar dalam menanggapi informasi yang diterimanya.


(15)

3

Berdasarkan hasil studi awal yang telah dilakukan peneliti pada SMP Negeri 9 Medan menunjukkan bahwa kemauan belajar siswa khususnya pelajaran sains masih rendah yang ditunjukkan dengan kurangnya rasa ingin tahu siswa terhadap materi pelajaran dan hasil belajar fisika siswa yang kurang memuaskan. Dalam proses pembelajaran berlangsung hanya sebagian siswa yang mengajukan pertanyaan, siswa masih kurang dapat menerima perbedaan pendapat dan kurangnya kerja sama diantara sesama kelas. Peneliti menemukan permasalahan dalam menumbuhkan sikap ilmiah seperti kurangnya waktu dalam praktikum, materi pelajaran yang tidak menarik, kurangnya perhatian siswa terhadap mata pelajaran sains, kurangnya aplikasi, jumlah siswa yang banyak didalam kelas dan kurangnya peralatan laboratorium (Yilmaz, 2007: 114).

Pembelajaran akan bermakna apabila siswa sebagai subjek belajar diberi kesempatan untuk aktif dalam kegiatan proses belajar mengajar. Kemampuan guru dituntut dalam memilih metode pembelajaran untuk meningkatkan penguasana konsep pelajaran. Untuk itu strategi pembelajaran di kelas seharusnya dimodifikasikan agar siswa memiliki kemamuan belajar yang lebih tinggi baik dalam pemahaman maupun dalam penguasaan materi pelajaran. Tugas dan peranan guru bukan lagi sebagai penyampaian informasi saja, namun guru harus mampu mendorong siswa belajar aktif untuk dapat memecahkan masalah dalam proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan permasalahan dari hasil belajar dan keaktifan siswa dalam pembelajaran tersebut maka diperlukan strategi dan model yang tepata untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis anak dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya.


(16)

4

Joyce dan Weil (dalam Rusman, 2011) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang). Banyak model pembelajaran yang dapat diterapkan guru dalam pembelajaran Fisika agar pembelajaran lebih bermakna dan suasana lebih menyenangkan bagi peserta didik. Salah satu alternatif yang dapat menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan, serta melatih siswa melakukan penelitian untuk menemukan konsep dan berpikir kritis adalah menerapkan model pembelajaran inquiry training.

Model pembelajaran inquiry merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2008: 131). Inquiry Training memerlukan kegiatan penyelidikan, baik memelalui observasi maupun eksperimen, yang merupakan bagian dari kinerja ilmiah. Inkuiri melibatkan keterampilan proses yang dilandasi sikap ilmiah sehingga kegiatan ini dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Di tingkat SMP inkuiri memberi pengalaman belajar kepada siswa untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi kinerja ilmiah secara bijaksana (Permendiknas No 22 Tahun 2006).

Dalam proses belajar mengajar yang berhubungan dengan kerja sama ilmiah yaitu inquiri, yang menjadi dasar dalam pengamatan atau percobaan, dan merupakan kesempatan untuk memperoleh pembelajaran untuk ukuran kelas besar (Allen, 2003) dimana siswa akan menggunakan masalah autentik sebagai dasar


(17)

5

pengamatan terhadap apa yang dibutuhkan dan dapat diketahui olehnya (Akcay, 2009). Pembelajaran inkuiri banyak memberikan kebaikan-kebaikan dalam bidang pendidikan yang meningkatkan potensi intelektual siswa, memperoleh kepuasan intelektual yang datang dari dalam diri siswa dan memperpanjang proses ingatan (Tarigan, 2007). Inkuiri merupakan sebuah metode mengajar yang menggabungkan keingintahuan siswa dan metode ilmiah untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada saat pembelajaran sains (Winner, 2008). Dalam proses belajar mengajar, peranan guru dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator, sementara tanggung jawab berada pada siswa seperti tanggung jawab mengatur diri sendiri pada waktu belajar (Savery, 2006).

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis melakukan penelitian yang berjudul “Efek Model Pembelajaran Inkuiri Training dan Sikap Ilmiah Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas IX SMP Negeri 9 Medan”.

1.2 Identifikasi Masalah

Permasalahan yang dapat di identifikasi dari latar belakang di atas adalah:

1. Hasil belajar fisika siswa masih rendah.

2. Model pembelajaran yang digunakan dalam menerapkan strategi pembelajaran tertentu masih kurang tepat dan kurang variatif.

3. Siswa cenderung pasif (tidak aktif) dalam proses pembelajaran.


(18)

6

6. Belum dapat menerima perbedaan pendapat sesama siswa.

1.3 Batasan Masalah

Agar penelitian ini dapat terarah dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka penelitian ini dibatasi masalah sebagai berikut:

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran Inquiry Training

2. Materi pokok yang diajarkan adalah Listrik Dinamis di kelas IX semester ganjil.

3. Kemampuan berpikir kritis siswa masih rendah. 4. Sikap ilmiah siswa masih rendah .

1.4 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah dan identifikasi masalah dapat dirumuskan permaslahan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah kemampuan berpikir kritis Siswa lebih baik pada kelompok Siswa yang dibelajarkan dengan mengunakan Model Pembelajaran Inquiry training dari pada Model Pembelajaran DI (Direct Instruction) ?

2. Apakah kemampuan berpikir kritis Siswa pada Kelompok Siswa yang Memiliki Sikap Ilmiah diatas rata – rata lebih baik dibandingkan dengan kemampuan berpikir kritis Siswa yang memiliki Sikap Ilmiah dibawah rata – rata.?

3. Apakah ada interaksi antara model Pembelajaran Inquiry training dengan Sikap Ilmiah dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.


(19)

7

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis apakah kemampuan berpikir kritis siswa dengan penerapan model pembelajaran Inquiry training lebih baik dari pada kemampuan berpikir kritis siswa dalam penerapan model pembelajaran DI (Direct Instruction).

2. Untuk menganalisis apakah kemampuan berpikir kritis siswa pada kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah diatas rata – rata lebih baik dari pada kemampuan berpikir kritis siswa dengan penerapan model pembelajaran DI (Direct Instruction).

3. Untuk mengetahui apakah ada interaksi antara model pembelajaran Inquiry training dengan sikap ilmiah dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai:

1. Bahan masukan bagi guru fisika dalam memilih strategi pembelajaran yang efektif yang dapat diterapkan di sekolah.

2. Menumbuhkan perhatian siswa dalam pembelajaran dan merangsang pemikiran sehingga menimbulkan minat siswa dalam upaya meningkatkan aktivitas belajar.

3. Bagi penulis memberikan informasi kepada guru tentang penerapan pembelajaran inquiry training dan pembelajaran DI (Direct


(20)

8

1.7 Defenisi Operasional

Untuk memperjelas istilah yang digunakan dalam penelitian ini maka dibuat suatu defenisi operasional sebagai berikut:

1. Model pembelajaran Inquiry Training adalah salah satu dalam proses pembelajaran merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. mengajarkan siswa proses penyelidikan dan mencari penjelasan tentang fenomena yang jarang terjadi. Berdasar pada konsep metode ilmiah, guru mencoba untuk mengajarkan kepada siswa beberapa keterampilan penelitian. Jadi guru hanya memberikan masalah dan nara sumber untuk memberi bantuan apabila siswa mengalami kesulitan untuk menghindari frustasi dan kegagalan sedangkan siswa memecahkan masalah melalui pengamatan, percobaan atau prosedur penelitian.

2. Pembelajaran langsung (konvensional) pada penelitian ini adalah pembelajaran yang biasanya digunakan, yakni dengan menggunakan metode ekspositori yang umumnya lebih berorientasi pada presentasi informasi secara langsung dan demonstrasi keterampilan oleh guru. 3. Hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan dalam memahami bahan

ajar di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes. Hasil belajar siswa dinyatakan dalam bentuk angka yang diperoleh dari uji tes sebelum pembelajaran (pre – test) dan uji tes setelah pembelajaran (post test).


(21)

9

4. Berpikir kritis adalah berpikir rasional dan reflektif yang difokuskan pada apa yang diyakini dan dikerjakan. Menurut Ennis (Fisher, 2001:4) yang mengemukakan bahwa “critical thinking is reasonable, reflective thinking that is focused on deciding what to believe or do”

5. Sikap ilmiah diartikan sebagai suatu kecenderungan, kesiapan, kesediaan, seseorang untuk memberikan respon/tanggapan/tingkah laku secara ilmu pengetahuan dan memenuhi syarat (hukum) ilmu pengetahuan yang telah diakui kebenarannya (Poerwodarminto, 2002: 373). Sikap ilmiah merupakan pendekatan tertentu untuk memecahkan masalah, menilai ide dan informasi untuk membuat keputusan.


(22)

93

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di sekolah SMP Negeri 9 dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry training dengan menggunkan sikap ilmiah dalam mengamati pengetahuan siswa berbasis Kemampuan berpikir kritis siswa, diperoleh kesimpulan:

1. Kemampuan berpikir kritis siswapada kelas Eksperimen yang diajar dengan model Pembelajaran Inquiry training lebih baik dari pada kelas kontrol yang diajar dengan model pembelajaran DI (Direct Instruction).

2. Kemampuan berpikir kritis siswa pada kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah diatas rata – rata lebih baik dari pada Kemampuan berpikir kritis siswa yang memiliki sikap ilmiah di bawah rata – rata.

3. Ada interaksi antara model Pembelajaran Inquiry training dengan sikap ilmiah dalam meningkatkan Kemampua berpikir kritis siswa.

Sikap Ilmiah lebih baik pada kelas Eksperimen yang diajarkan dengan model pembelajaran Inquiry training dibandingkan pada kelas kontrol yang diajarkan dengan model pembelajaran DI (Direct Instruction).


(23)

94

5.2 Saran

1. Berdasarkan temuan peneliti, model pembelajaran inquiry training akan semakin meningkat jika siswa dilatih dengan menggunakan perlengkapan laboratorium fisika yang memadai. Untuk itu, dilihat dari karakter siswa, siswa belum terbiasa dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training , maka sebaiknya siswa mulai dilatih untuk melakukan percobaan – percobaan sederhana ketika pembelajaran fisika agar memiliki respon yang cepat ketika akan melakukan model pembelajaran inquiry training.

2. Dalam menerapkan model pembelajaran inquiry training , sebaiknya dalam satu kelompok jumlah siswa terdiri dari 4 atau 6 orang saja, agar dalam suatu percobaan setiap siswa terlibat aktif dalam menyelesaikan setiap tugas yang sudah ditentukan guru.

3. Untuk peneliti model pembelajaran inquiry training selanjutnya dapat mencari variabel lain selain sikap ilmiah sebagai variabel pendukungnya, karena tahapan inquiry training pada dasarnya merupakan suatu tahapan ilmiah yang ketika pembelajar menggunakan model pembelajaran ini sudah menerapkan sikap ilmiah. 4. Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya model pembelajaran inquiry training

dimodifikasi dengan bantuan metode pembelajaran lain seperti media komputer atau infokus sehingga proses pembelajaran dapat dibuat lebih menarik dalam meningkatkan kegiatan pembelajaran praktikum yang dilaksanakan di laboraturium / kelas


(24)

95

Daftar Pustaka

Anwar, H. 2009. Penilaian Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains. Jurnal Pelangi Ilmu. 2(5): 103-104

Arikunto, S, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta, Rineka Cipta

Arsyad, A. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Astuti, R,. Sunarno, W. & Sudarisman, S. 2012. Pembelajaran IPA dengan Pendekatan Keterampilan Proses Sains Menggunakan Metode Eksperimen Bebas Termodifikasi dan Eksperimen Terbimbing Ditinjau dari Sikap Ilmiah dan Motivasi belajar Siswa. Jurnal pasca UNS. 1(1):51-59.

Aulia, A. & Parmin. 2012. Inquiry Training Untuk Mengembangkan Ketrampilan Meneliti Mahasiswa. Unnes Science Education Journal.USEJ1(1)(2012). Dahar, R. W., 1989, Teori-Teori Belajar, Jakarta, Erlangga

Haris, P. 2012. Efektifitas Penggunaan Hnadout Alat Ukur Sudut Langsung Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X SMK N 3 Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

Joyce, B. Weil, Marsha & Calhoun E. 2009. Models Of Teching Model – Model Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Kurniawan, W. Endah, D. H., 2010. Pembelajaran Fisika dengan Metode Inquiry Training untuk Mengembangkan keterampilan Proses Sains. JP2F.1(2): 149-158.

Mahardika, K. I. 2012. Penggunaan Model Pembelajaran Creative Problem Solving Disertai LKS Kartun Fisika Pada Pembelajaran Fisika di SMP. Jurnal Pembelajaran Fisika, 1(2):231-237

McBride, JW., Bhatti MI., Hannan, MA. Feinberg, M. (2004). Using an Inquiry Approach to Teach Science to Secondary School Science Teachers. Physics Education. 39. (5). www.iop.org/journal/physsed

Mulyasa. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Bandung

Peggy Brickman, Cara Gormally, Norris Armstrong, and Britan Hallar. 2009. Effects of inquiry-basef learning on StudenTs’ Science Literacy Skills enl Confidence. International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning. IJ-SoTL, Vol. 3 [2009], No. 2, Art. 16.


(25)

96

Rasol Abdullah Mirzale and Javad Abbas. 2008. Study of concept maps usage effect on meaningful learning,frontier in Bloom's taxonomy for atomic structure mental concepts. Concept Mapping: Connecting Educators Proc. of the Third Int. Conference on Concept Mapping Tallinn, Estonia & Helsinki, Finland 2008

Sagala, S. 2003. Konsef dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alpabeta

Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta

Sani, R. A. 2012. Pengembangan Laboratorium Fisika. Medan: Unimed Press Sirait, R. & Sahyar. 2013. Penguasaan Konsep Awal Fisika Dan Hasil Belajar

Fisika Pada Pembelajaran Menggunakan Model Inquiry Training Pada Materi Listrik Dinamis Kelas IX Semester I SMP Swasta PAB 8 T.P 2012/2013. Tesis. Pascasarjana Unimed. Medan. Unimed

Slameto. 2012. Belajar dan Faktor – Faktor yang mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta

Sudjana. 2005, Metode Statistik, Bandung, Tarsito.

Surapranata, S. 2005. Interpretasi hasil tes. Bandung. PT Remaja Rosdakarya Toenas Setyo Joeli Indahwati, Wdha Sunarno, dan Sajidan. 2012. Penerapan

Model Inquiry Training Melalui Teknik Peta Konsep dan Teknik Puzzle Ditinjau Dari Tingkat Keberagaman Aktivitas Belajar Dan Kemampuan Memori. Jurnal Inkuiri. Issn: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (Hal 258-265)

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Beroreiontasi Kontruktivistis, Presentasi Pustaka Publisher, Jakarta.

Trisno, Yusuf Kendek, dan Marungkil Pasaribu. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Training Inquiry Terhadap Hasil Belajar Pada Pokok Bahasan Kalor Siswa SMP Negeri 9 Palu. Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT). Vol. 2 No. 1 (Hal 14-20)

Uno, Hamzah B. 2011. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Winataputra, U., dan Tita, R., .1996. Belajar Dan Pembelajaran, Jakarta, Departemen Kementerian dan Kebudayaan.


(26)

96

Yuliani, H., Sunarso, W. & Suparmi.2012. Pembelajaran Fisika Dengan Pendekatan Keterampilan Proses dengan metode ekssperimen dan Demonstrais Ditinjau Dari Sikap Ilmiah Dan Kemampuan Analisis. Jurnal Inkuiri. Pasca UNS: 1(3): (207-216)

Yunita, F.,Fakhruddin, Z., & Nor, M. 2013. Hubungan Antara Sikap Ilmiah Siswa Dengan Hasil Belajar Fisika Di Kelas XI IPA MA Negeri Kampar. Jurnal pendidikan matematika dan ilmu pengetahuan. UNRI. :-:(1-10) Zaelani, A. Cunayah, C. & Irawan, E. I., dkk. 2006. 1700 Bank Soal Fisika.


(1)

4. Berpikir kritis adalah berpikir rasional dan reflektif yang difokuskan pada apa yang diyakini dan dikerjakan. Menurut Ennis (Fisher, 2001:4) yang mengemukakan bahwa “critical thinking is reasonable, reflective thinking that is focused on deciding what to believe or do”

5. Sikap ilmiah diartikan sebagai suatu kecenderungan, kesiapan, kesediaan, seseorang untuk memberikan respon/tanggapan/tingkah laku secara ilmu pengetahuan dan memenuhi syarat (hukum) ilmu pengetahuan yang telah diakui kebenarannya (Poerwodarminto, 2002: 373). Sikap ilmiah merupakan pendekatan tertentu untuk memecahkan masalah, menilai ide dan informasi untuk membuat keputusan.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di sekolah SMP Negeri 9 dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry training dengan menggunkan sikap ilmiah dalam mengamati pengetahuan siswa berbasis Kemampuan berpikir kritis siswa, diperoleh kesimpulan:

1. Kemampuan berpikir kritis siswapada kelas Eksperimen yang diajar dengan model Pembelajaran Inquiry training lebih baik dari pada kelas kontrol yang diajar dengan model pembelajaran DI (Direct Instruction).

2. Kemampuan berpikir kritis siswa pada kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah diatas rata – rata lebih baik dari pada Kemampuan berpikir kritis siswa yang memiliki sikap ilmiah di bawah rata – rata.

3. Ada interaksi antara model Pembelajaran Inquiry training dengan sikap ilmiah dalam meningkatkan Kemampua berpikir kritis siswa.

Sikap Ilmiah lebih baik pada kelas Eksperimen yang diajarkan dengan model pembelajaran Inquiry training dibandingkan pada kelas kontrol yang diajarkan dengan model pembelajaran DI (Direct Instruction).


(3)

5.2 Saran

1. Berdasarkan temuan peneliti, model pembelajaran inquiry training akan semakin meningkat jika siswa dilatih dengan menggunakan perlengkapan laboratorium fisika yang memadai. Untuk itu, dilihat dari karakter siswa, siswa belum terbiasa dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training , maka sebaiknya siswa mulai dilatih untuk melakukan percobaan – percobaan sederhana ketika pembelajaran fisika agar memiliki respon yang cepat ketika akan melakukan model pembelajaran inquiry training.

2. Dalam menerapkan model pembelajaran inquiry training , sebaiknya dalam satu kelompok jumlah siswa terdiri dari 4 atau 6 orang saja, agar dalam suatu percobaan setiap siswa terlibat aktif dalam menyelesaikan setiap tugas yang sudah ditentukan guru.

3. Untuk peneliti model pembelajaran inquiry training selanjutnya dapat mencari variabel lain selain sikap ilmiah sebagai variabel pendukungnya, karena tahapan inquiry training pada dasarnya merupakan suatu tahapan ilmiah yang ketika pembelajar menggunakan model pembelajaran ini sudah menerapkan sikap ilmiah. 4. Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya model pembelajaran inquiry training

dimodifikasi dengan bantuan metode pembelajaran lain seperti media komputer atau infokus sehingga proses pembelajaran dapat dibuat lebih menarik dalam meningkatkan kegiatan pembelajaran praktikum yang dilaksanakan di laboraturium / kelas


(4)

Daftar Pustaka

Anwar, H. 2009. Penilaian Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains. Jurnal Pelangi Ilmu. 2(5): 103-104

Arikunto, S, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta, Rineka Cipta

Arsyad, A. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Astuti, R,. Sunarno, W. & Sudarisman, S. 2012. Pembelajaran IPA dengan Pendekatan Keterampilan Proses Sains Menggunakan Metode Eksperimen Bebas Termodifikasi dan Eksperimen Terbimbing Ditinjau dari Sikap Ilmiah dan Motivasi belajar Siswa. Jurnal pasca UNS. 1(1):51-59.

Aulia, A. & Parmin. 2012. Inquiry Training Untuk Mengembangkan Ketrampilan Meneliti Mahasiswa. Unnes Science Education Journal.USEJ1(1)(2012). Dahar, R. W., 1989, Teori-Teori Belajar, Jakarta, Erlangga

Haris, P. 2012. Efektifitas Penggunaan Hnadout Alat Ukur Sudut Langsung Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X SMK N 3 Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

Joyce, B. Weil, Marsha & Calhoun E. 2009. Models Of Teching Model – Model Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Kurniawan, W. Endah, D. H., 2010. Pembelajaran Fisika dengan Metode Inquiry Training untuk Mengembangkan keterampilan Proses Sains. JP2F.1(2): 149-158.

Mahardika, K. I. 2012. Penggunaan Model Pembelajaran Creative Problem Solving Disertai LKS Kartun Fisika Pada Pembelajaran Fisika di SMP. Jurnal Pembelajaran Fisika, 1(2):231-237

McBride, JW., Bhatti MI., Hannan, MA. Feinberg, M. (2004). Using an Inquiry Approach to Teach Science to Secondary School Science Teachers. Physics Education. 39. (5). www.iop.org/journal/physsed

Mulyasa. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Bandung

Peggy Brickman, Cara Gormally, Norris Armstrong, and Britan Hallar. 2009. Effects of inquiry-basef learning on StudenTs’ Science Literacy Skills enl Confidence. International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning. IJ-SoTL, Vol. 3 [2009], No. 2, Art. 16.


(5)

Rasol Abdullah Mirzale and Javad Abbas. 2008. Study of concept maps usage effect on meaningful learning,frontier in Bloom's taxonomy for atomic structure mental concepts. Concept Mapping: Connecting Educators Proc. of the Third Int. Conference on Concept Mapping Tallinn, Estonia & Helsinki, Finland 2008

Sagala, S. 2003. Konsef dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alpabeta

Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta

Sani, R. A. 2012. Pengembangan Laboratorium Fisika. Medan: Unimed Press Sirait, R. & Sahyar. 2013. Penguasaan Konsep Awal Fisika Dan Hasil Belajar

Fisika Pada Pembelajaran Menggunakan Model Inquiry Training Pada Materi Listrik Dinamis Kelas IX Semester I SMP Swasta PAB 8 T.P 2012/2013. Tesis. Pascasarjana Unimed. Medan. Unimed

Slameto. 2012. Belajar dan Faktor – Faktor yang mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta

Sudjana. 2005, Metode Statistik, Bandung, Tarsito.

Surapranata, S. 2005. Interpretasi hasil tes. Bandung. PT Remaja Rosdakarya Toenas Setyo Joeli Indahwati, Wdha Sunarno, dan Sajidan. 2012. Penerapan

Model Inquiry Training Melalui Teknik Peta Konsep dan Teknik Puzzle Ditinjau Dari Tingkat Keberagaman Aktivitas Belajar Dan Kemampuan Memori. Jurnal Inkuiri. Issn: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (Hal 258-265)

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Beroreiontasi Kontruktivistis, Presentasi Pustaka Publisher, Jakarta.

Trisno, Yusuf Kendek, dan Marungkil Pasaribu. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Training Inquiry Terhadap Hasil Belajar Pada Pokok Bahasan Kalor Siswa SMP Negeri 9 Palu. Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT). Vol. 2 No. 1 (Hal 14-20)

Uno, Hamzah B. 2011. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Winataputra, U., dan Tita, R., .1996. Belajar Dan Pembelajaran, Jakarta, Departemen Kementerian dan Kebudayaan.

Yeni Arisa dan Pintor Simamora. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Fluida Statis. Jurnal Inpafi Vol. 2, No. 4, Nopember 2014 (Hal 54-60)


(6)

Yuliani, H., Sunarso, W. & Suparmi.2012. Pembelajaran Fisika Dengan Pendekatan Keterampilan Proses dengan metode ekssperimen dan Demonstrais Ditinjau Dari Sikap Ilmiah Dan Kemampuan Analisis. Jurnal Inkuiri. Pasca UNS: 1(3): (207-216)

Yunita, F.,Fakhruddin, Z., & Nor, M. 2013. Hubungan Antara Sikap Ilmiah Siswa Dengan Hasil Belajar Fisika Di Kelas XI IPA MA Negeri Kampar. Jurnal pendidikan matematika dan ilmu pengetahuan. UNRI. :-:(1-10) Zaelani, A. Cunayah, C. & Irawan, E. I., dkk. 2006. 1700 Bank Soal Fisika.