119 Sedangkan penanganan drainase Kota
Medan dilakukan oleh Proyek Medan Metropolitan Urban Development Project
MMUDP untuk drainase primer mencapai 75 dan Pemko Medan untuk drainase
sekunder dan kota mencapai 100 pekerjaan rutin setiap tahun Wahana Mitra
Amerta, 2005; Hasibuan, 2005.
Proyek Pengendalian Banjir dan Pengamanan Pantai Medan dan Sekitarnya
diharapkan akan memberi pengaruh positif untuk kelancaran pembangunan Kota Medan
khususnya dan Sumatera Utara umumnya sehingga roda perekonomian dapat berjalan
lancar dan kaitannya menuju Medan Metropolitan. Salah satu tugas utama proyek
adalah membangun Medan Floodway yang diprediksi untuk mengurangi 13 debit banjir
Sungai Deli + 120 m
3
det dilokasi Titi Kuning untuk dialirkan ke Sungai Percut
dengan prakiraan tinggi muka air tma Sungai Deli akan berkurang untuk
mengamankan Sungai Deli bagian hilir, sangat bermanfaat bagi masyarakat yang
tinggal di bantaran Sungai Deli bagian hilirnya.
2. Kejadian Banjir di Kota Medan
Dari uraian di depan bahwa kejadian banjir di Kota Medan yang hampir rata-rata
10-12 kalitahun sangat dipengaruhi oleh kondisi DAS Deli dan DAS Belawan di
daerah hulu. Mencakup Kabupaten Karo, Kabupaten Deli Serdang dan Kota Medan,
serta disebabkan oleh 2 dua hal yaitu Wahana Mitra Amerta, 2005; Hasibuan,
2005: a. banjir akibat kiriman dari daerah hulu dan
b. banjir di Kota Medannya sendiri akibat kondisi drainase kota yang sangat buruk
poor drainage.
PEMBAHASAN 1.
Pengukuran Tingkat Koordinasi Kelembagaan
Untuk mengetahui jawaban tentang koordinasi dalam penyusunan program
pemeliharaan rutin sungai utama lihat Tabel 1, sedangkan untuk program pemeliharaan
rutin, berkala, rehabilitasi ringan sungai utama, anak sungai, drainase lintas, drainase
kota, persampahan, pengendalian bangunan erosi dan konservasi DAS hulu.
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa 47,7 124 dari 260 responden memberi
jawaban bahwa koordinasi dalam penyusunan program pemeliharaan rutin
sungai utama adalah sangat tidak baik, diikuti jawaban kurang baik sebanyak 23.1
60 dari 260 responden, baik sebanyak 13,8 36 dari 260 responden dan 15,4
40 dari 260 responden memberi jawaban sangat baik. Demikian juga hasil mean =
1,97 yang artinya rata-rata responden menjawab bahwa koordinasi dalam
penyusunan program dengan kategori kurang baik dan mode = 1,0 yang artinya bahwa
responden dalam penelitian ini paling banyak menjawab dengan kategori sangat tidak baik.
Hal inilah yang biasa terjadi, demikian juga bila ada undangan rapat
Musrenbang tingkat kabkota yang hubungannya dengan pengelolaan banjir,
biasanya dinas pengelola banjir tingkat provinsi jarang hadir, yang akhirnya
koordinasi dalam penyusunan program pemeliharaan tidak mencapai sasaran.
Tabel 1. Jawaban Responden Tentang Pelaksanaan Koordinasi dalam Penyusunan Program Pemeliharaan Rutin Sungai Utama untuk Pengelolaan Banjir Kota Medan
124 47,7
47,7 47,7
60 23,1
23,1 70,8
36 13,8
13,8 84,6
40 15,4
15,4 100,0
260 100,0
100,0 Sangat Tidak Baik
Kurang Baik Baik
Sangat Baik Total
Valid Frequency
Percent Valid Percent
Cumulative Percent
120 Demikian juga dalam penyusunan
program perlu dilakukan koordinasi secara bottom up dimulai dari level terendah
Ranting, Dinas kabkotaprovinsi, Lurah, Camat, BupatiWalikota sampai Gubernur
sampai level tertinggi dengan menyusun rencana skala prioritas berdasarkan tugas,
wewenang dan tanggung jawab, yang kemudian disinkronkan dalam suatu
perencanaan dan pelaksanaan terpadu, bukan sebaliknya sebagaimana yang terjadi selama
ini hasil jawaban responden dilakukan koordinasi top-down dimana usulan yang
datang berasal dari pejabat atau tokoh masyarakat atau anggota DPRDPRD yang
akhirnya penanganan suatu pemeliharaan struktur dan infrastruktur banjir perkotaan
tidak mencapai tujuan yang diinginkan.
2. Koordinasi dalam Struktur Organisasi Pembagian Tugas dan Wewenang,