Karakteristik ini sebenarnya tidak linier, tetapi beberapa generator pada pengaturan tegangannya dilengkapi untuk membuat linier. Pada kenyataannya bila
suatu generator beroperasi sendiri, maka daya nyata P dan daya reaktif Q disuplai oleh generator sesuai kebutuhan beban yang dilayaninya. Oleh karena itu, untuk P
yang diberikan oleh generator set point governor mengontrol operasi generator pada frekuensi f, dan untuk daya reaktif yang lain pengaturan arus medan diperlukan
untuk mengatur tegangan terminal.
2.2 Programmable Logic Control PLC
2.2.1 Umum
Pada saat PLC belum ditemukan, manusia telah mengenal berbagai macam sistem kontrol, tetapi masih konvensional, artinya sistem yang dikenal tersebut masih
berdiri sendiri, seperti relay elektromagnetik. Dari beberapa kontrol tersebut, seperti rekay yang sudah berintegrasi menjadi sebuah panel. Adanya panel kontrol ini yang
mengilhami terciptanya Programmable Logic Control PLC, karena pada prinsipnya PLC terdiri dari himpunan beberapa model kontrol yang bergabung menjadi satu
alat. Seiring itu juga dikembangkan relay yang dapat beroperasi pada kecepatan yang tinggi yang disebut relay transistor, karena itu PLC memiliki Output Relay
Elektromagnetik dan output relay Transistor yang berfungsi untuk mengontrol kecepatan tinggi seperti High Speed Counter, Pulsa, PWM, dan lain – lain.
Programmable Logic Control PLC pada dasarnya adalah sebuah komputer yang khusus dirancang untuk mengontrol suatu proses atau mesin. Proses yang
dikontrol ini dapat berupa regulasi variabel secara kontinu yang melibatkan kontrol
Khoirul Irpan : Simulasi Pengaturan Start-Stop Dan Pembebanan Tiga Generator Dengan Kontrol Menggunakan PLC, 2009
USU Repository © 2008
dua keadaaan OnOff saja, tetapi melakukan secara berulang-ulang seperti dijumpai pada mesin pengeboran, sistem konveyor, dan lain sebagainya. Konsep pengontrolan
yang dilakukan oleh sebuah PLC diperlihatkan Gambar 2.10 di bawah ini :
Gambar 2.10 Diagram konseptual aplikasi PLC
Walaupun istilah PLC secara bahasa berarti pengontrol logika yang terprogram, tetapi pada kenyataannya PLC secara fungsional tidak lagi terbatas pada
fungsi – fungsi logika saja. Sebuah PLC dewasa ini dapat melakukan perhitungan – perhitungan aritmatika yang relatif kompleks, fungsi komunikasi, dokumentasi, dan
lain sebagainya. Sekarang sistem kontrol sudah meluas sampai ke seluruh pabrik dan sistem kontrol total dikombinasikan dengan kontrol feedback, pemprosesan data dan
sistem monitor terpusat. Sistem kontrol logika konvensional tidak dapat melakukan hal-hal tersebut dan PLC diperlukan untuk itu.
Berdasarkan jumlah inputoutput yang dimilikinya, secara umum PLC dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar :
• PLC mikro. PLC dapat dikategorikan mikro jika jumlah inputoutput pada
PLC ini kurang dari 32 terminal. •
PLC mini. Kategori ukuran mini adalah jika PLC tersebut memiliki jumlah inputoutput antara 32 sampai 128 terminal.
Khoirul Irpan : Simulasi Pengaturan Start-Stop Dan Pembebanan Tiga Generator Dengan Kontrol Menggunakan PLC, 2009
USU Repository © 2008
• PLC large. PLC ukuran ini dikenal juga dengan PLC tipe rack. PLC dapat
dikategorikan sebagai PLC besar jika jumlah inputoutput-nya lebih dari 128 terminal.
Fasilitas, kemampuan, dan fungsi yang tersedia pada setiap kategori tersebut pada umumnya berbeda satu dengan yang lainnya. Semakin sedikit jumlah
inputoutput pada PLC tersebut, maka jenis instruksi yang tersedia juga semakin terbatas. Beberapa PLC bahkan dirancang semata – mata untuk menggantikan
kontrol relay saja. Untuk menambah fleksibilitas penggunaannya, terutama untuk mengantisipasi perkembangan dan perluasan sistem kontrol pada aplikasi tertentu,
PLC umumnya dirancang bersifat modular. Artinya, inputoutput PLC berupa modul- modul yang terpisah dari rack atau unit CPU. Pengelompokan PLC dapat dilihat pada
Gambar 2.11 di bawah ini :
Gambar 2.11 Pengelompokan PLC berdasarkan jumlah IO
2.2.2 Komponen penyusun PLC
PLC pada dasarnya adalah komputer yang didesain untuk keperluan khusus, sehingga memiliki input dan output yang jelas . Persamaan komputer dan PLC dapat
Khoirul Irpan : Simulasi Pengaturan Start-Stop Dan Pembebanan Tiga Generator Dengan Kontrol Menggunakan PLC, 2009
USU Repository © 2008
dilihat pada kemiripan struktur dasar yang membentuk keduanya. Secara umum PLC terdiri dari dua komponen penyusun utama, yaitu :
1. Central Processing Unit CPU
Fungsi CPU adalah mengatur semua proses yang terjadi di PLC. Ada tiga komponen penyusun utama CPU ini, yaitu :
a. Prosesor
Fungsi utama sistem prosesor PLC adalah mengatur tugas pada keseluruhan sistem PLC. Selain itu, pada sistem ini dilakukan operasi – operasi matematis,
manipulasi data, dan lain sebagainya. Mikroprosesor yang digunakan PLC ini dapat dikategorikan berdasarkan panjang atau ukuran jumlah bit dari register – register
prosesor tersebut. Ukuran standar bit yang umum adalah 8, 16 dan 32 bit. Semakin panjang ukuran jumlah bit, semakin cepat proses yang terjadi pada PLC tersebut.
b. Memori
Memori adalah area dalam CPU PLC tempat data serta program yang disimpan dan dieksekusi oleh prosesor. Pengetahuan tentang sistem memori pada
PLC ini akan sangat membantu dalam memahami cara kerja PLC. Secara umum, memori dapat dibagi dalam dua kategori : volatile dan nonvolatile. Program atau
data pada memori volatile akan hilang jika catu daya PLC mati. Memori ini juga dikenal dengan nama Random Akses Memory RAM. Dalam kegiatan PLC, memori
jenis RAM masih digunakan untuk menyimpan program pengguna aplikasi dengan menggunakan baterai sebagai back up daya jika power supply mati. Salah satu
kerugian penggunaan RAM dengan back up baterai ini adalah kemungkinan terjadinya kegagalan baterainya. Adapun sifat nonvolatile memori yaitu data yang
Khoirul Irpan : Simulasi Pengaturan Start-Stop Dan Pembebanan Tiga Generator Dengan Kontrol Menggunakan PLC, 2009
USU Repository © 2008
tersimpan di dalamnya tidak akan hilang walupun catu daya PLC mati. Yang termasuk kategori ini adalah :
• Read Only memory ROM
Jenis ini dirancang untuk sekali penggunaan secara permanen. Secara umum, PLC jarang sekali menggunakan ROM untuk menyimpan
program-program aplikasi pengguna, kecuali untuk aplikasi-aplikasi khusus yang program aplikasinya tidak pernah berubah. Penggunaan
ROM dalam PLC umumnya digunakan untuk menyimpan bios atau program axecutive.
• Programmable Read – Only Memory PROM
Salah satu jenis ROM, tetapi dapat diprogram ulang dengan menggunakan alat program khusus. Dalam PLC, memori jenis ini jarang sekali
digunakan untuk menyimpan program pengguna. Jika pun digunakan, umumnya hanya untuk back up program saja.
• Erasable Programmable Read Only memory EPROM
Memori jenis ini adalah sejenis PROM yang dapat diprogram ulang setelah program yang sebelumnya tersimpan kemudian dihapus dengan
menggunakan sinar ultraviolet. •
Electrically Erasable Programmable Read Only Memory EEPROM Merupakan memori nonvolatile yang menyerupai RAM dalam
fleksibilitas pemrogramannya. Umumnya, PLC menggunakan memori jenis ini untuk menyimpan program pengguna. Alasan utamanya adalah
kemudahan dalam mengubah program pada memori tersebut, yaitu hanya
Khoirul Irpan : Simulasi Pengaturan Start-Stop Dan Pembebanan Tiga Generator Dengan Kontrol Menggunakan PLC, 2009
USU Repository © 2008
dengan menggunakan perangkat pemrograman PLC itu sendiri, misalnya komputer atau unit miniprogrammer. Salah satu kerugian memori jenis ini
adalah keterbatasan dalam kemampuan hapus – tulisnya, yaitu 10.000 kali.
Rata – rata tipe memori yang digunakan pada CPU PLC adalah PROM,
EPROM, EEPROM, lihat Tabel 2.1 di bawah ini :
Tabel 2.1 memori yang digunakan pada CPU PLC
Jenis Aplication Eraseable
by RAM User
program No
ROM Fix operational memory
No PROM User
program No
EPROM User program
UV light EEPROM
User program Electrical sinyal
c. Power Supply
Umumnya Power Supply PLC ini membutuhkan tegangan masukan dari sumber AC yang besarnya bervariasi antara 12 sampai dengan 220 VAC. Hanya
sebagian kecil PLC yang membutuhkan tegangan input dari sumber DC. Power Supply PLC biasanya dirancang untuk dapat menolerir variasi
tegangan masukan antara 10 sampai 15. Jika batas variasi tegangan masukan ini dilampaui, maka power supply akan mengeluarkan perintah ke CPU untuk
mematikan sistem PLC tersebut.
Khoirul Irpan : Simulasi Pengaturan Start-Stop Dan Pembebanan Tiga Generator Dengan Kontrol Menggunakan PLC, 2009
USU Repository © 2008
Untuk menjaga agar fluktuasi tegangan ini masih dalam batas toleransi, maka tegangan line sebaiknya distabilkan terlebih dahulu, misalnya dengan menggunakan
trafo tegangan konstan atau perangkat lainnnya. Secara praktis, setiap power supply ini memiliki rating atau jumlah arus
maksimum yang masih dapat diberikan pada level tegangan tertentu misal 5 ampere pada tegangan 24 volt DC. Untuk kasus – kasus tertentu, mungkin rating arus ini
kurang memenuhi kebutuhan, sehingga jika dipaksakan akan terjadi situasi undercurrent yang sering menyebabkan kesalahan interminent. Kesalahan
interminent adalah kesalahan yang sukar dideteksi penyebabnya. Untuk menghindari situasi undercurrent, dapat menambah power supply lain khusus untuk kebutuhan
sistem inputoutput PLC tersebut.
2. Sistem antarmuka inputoutput
Unit inputoutput menyediakan antarmuka yang menghubungkan sistem dengan dunia luar. Hal ini memungkinkan dibuatnya sambungan – sambungan antara
perangkat input dengan perangkat output. sinyal input yang mungkin tersedia pada sebuah PLC berskala besar adalah sinyal digital diskrit 5 V, 24 V, 110 V, 240 V.
sebuah PLC berukuran kecil kemungkinan hanya memiliki satu bentuk input, misalnya 24 V. Bagian output seringkali digolongkan ke dalam tipe relay, tipe
transistor, dan tipe triac.
a. Output relay
Dengan output relay, sinyal dari output PLC digunakan untuk mengoperasikan sebuah relay dan oleh karenanya mampu menyambungkan arus
Khoirul Irpan : Simulasi Pengaturan Start-Stop Dan Pembebanan Tiga Generator Dengan Kontrol Menggunakan PLC, 2009
USU Repository © 2008
dengan bilangan beberapa ampere ke rangkaian eksternal. Relay tidak memungkinkan suatu arus kecil mensaklarkan arus yang relatif besar, namun juga
mengisolasi PLC dari rangkaian-rangkaian eksternal. Akan tetapi, relay relatif lambat untuk dioperasikan. Output relay cocok digunakan untuk pensaklaran AC dan DC.
Piranti ini mampu bertahan terhadap lecutan arus dan tegangan transien yang cukup tinggi. Gambar 2.12 memperlihatkan sebuah output relay.
Gambar 2.12 Output tipe relay
b. Output transistor
Output tipe ini menggunakan sebuah transistor untuk menyambungkan arus ke rangkaian eksternal. Hal ini memungkinkan proses pensaklaran yang jauh lebih
cepat. Akan tetapi, piranti ini hanya mampu menangani pensaklaran DC dan akan rusak oleh arus lebih maupun tegangan yang cukup tinggi. Sebagai pelindung
dipergunakan sebuah sekring. Gambar 2.13 menunjukkan output tipe transistor.
Gambar 2.13 bentuk dasar output tipe transistor
Khoirul Irpan : Simulasi Pengaturan Start-Stop Dan Pembebanan Tiga Generator Dengan Kontrol Menggunakan PLC, 2009
USU Repository © 2008
c. Output triac
Output tipe ini menggunakan isolator optik sebagai isolasinya, dapat digunakan untuk mengontrol beban-beban eksternal yang disambungkan ke catu
daya AC. Output tipe ini hanya dapat digunakan untuk operasi-operasi AC dan sangat mudah rusak akibat arus lebih. Sekring selalu digunakan untuk melindungi
output tipe ini. Output dari inputoutput adalah sinyal digital dengan level 5 V. tetapi setelah
pengkondisian sinyal dengan menggunakan relay, transistor, atau triac, maka output dapat berupa sebuah sinyal 24 V, 10 mA, sinyal DC 110 V, 1 A atau mungkin sinyal
AC 2410 V, 1 A atau 240 V, 2 A yang berasal dari triac.
2.2.3 Prinsip Kerja Dasar
PLC menerima sinyal input dari peralatan diskrit onoff atau analog sensor. Modul input mengidentifikasi serta mengubah sinyal tersebut kedalam
bentuk tegangan yang sesuai dan mengirimkannya ke CPU Central Processing Unit. Sinyal input tersebut diolah, kemudian dikirim ke modul output berdasarkan
program yang telah disimpan di CPU. Selama proses operasinya, CPU sebuah PLC melakukan tiga operasi utama, yaitu:
• Membaca data masukan melalui modul input.
• Mengeksekusi program kontrol yang telah dirancang dan tersimpan pada
memori PLC. •
Memperbaharui data – data pada modul output PLC.
Khoirul Irpan : Simulasi Pengaturan Start-Stop Dan Pembebanan Tiga Generator Dengan Kontrol Menggunakan PLC, 2009
USU Repository © 2008
Ketiga proses di atas dinamakan proses scanning dan ditunjukkan pada Gambar 2.14 di bawah ini :
Gambar 2.14 Ilustrasi scanning
Ladder diagram atau diagram tangga merupakan cara penulisan program yang digunakan pada pemrograman PLC. Dikatakan diagram tangga karena bentuknya
mirip dengan gambar sebuah tangga yang memiliki dua garis vertikal pada sisi kanan – kirinya. Seperti arus yang mengalir pada rangkaian listrik, garis vertikal pada posisi
kiri dan kanan adalah rel daya yang diasumsikan sebagai sumber daya untuk mengaktifkan fungsi – fungsi yang terdapat di dalam program yang dibuat. Fungsi –
fungsi tersebut secara langsung berhubungan dengan rel daya, kemudian dieksekusi setiap satu kali scan operasi. Diagram ladder dibaca dari kanan – kiri dan dari atas –
bawah. Gambar berikut merupakan contoh diagram ladder yang menjelaskan urutan
pembacaan diagram. Fungsi A akan aktif jika ada aliran daya yang melewatinya, artinya jika rel daya pada baris pertama terhubung. Sedangkan fungsi C aktif jika
Khoirul Irpan : Simulasi Pengaturan Start-Stop Dan Pembebanan Tiga Generator Dengan Kontrol Menggunakan PLC, 2009
USU Repository © 2008
fungsi B terlebih dahulu aktif untuk melewatkan daya ke fungsi C, dimana fungsi B tersebut dapat aktif jika rel daya pada baris kedua terhubung.
Gambar2.15 Contoh diagram ladder
2.2.4 Perangkat Input – Output
Bagian inputoutput terdiri dari modul input dan output. Sistem IO membentuk interface dengan piranti medan yang dihubungkan pada pengontrol.
Tujuan interface ini adalah untuk kondisi berbagai sinyal yang diterima dari atau dikirimkan ke piranti medan eksternal.
Beberapa contoh piranti input pada PLC antara lain : a.
Tombol tekan sakelar mekanis Sebuah saklar mekanis menghasilkan sinyal “hidupmati” sebagai I akibat
tertutup atau terbukanya saklar oleh suatu input mekanis. Saklar semacam ini dapat digunakan untuk mengindikasikan keberadaan suatu benda pada sebuah meja kerja
pabrik, karena benda tersebut menekan saklar hingga tertutup. Ketiadaan benda pada meja kerja diindikasikan oleh saklar yang terbuka, sedangkan keberadaannya oleh
saklar tertutup. Gambar 2.16 menunjukkan sensor-sensor saklar.
Khoirul Irpan : Simulasi Pengaturan Start-Stop Dan Pembebanan Tiga Generator Dengan Kontrol Menggunakan PLC, 2009
USU Repository © 2008
PLC input
Tegangan sumber
a
Gambar 2.16 sensor-sensor saklar
Sebutan saklar limit limit switch diperuntukkan bagi saklar yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan atau pergerakan sebuah komponen mesin yang
bergerak. Saklar ini dapat diaktifkan diaktuasikan oleh roda mesin, roller, atau tuas. Gambar 2.17 memperlihatkan beberapa contoh limit switch.
Roller tertekan ke bawah oleh derongan benda
Tombol untuk mengoperasikan saklar
b
Gambar 2.17 limit switch yang diaktuasikan oleh : a tuas, b roller
b. Saklar pembatas saklar jarak
Saklar – saklar jarak proximity switch digunakan untuk mengetahui keberadaan sebuah benda tanpa bersentuhan dengan benda tersebut. Terdapat
sejumlah bentuk untuk jenis saklar ini, beberapa diantaranya hanya cocok bagi objek – objek yang terbuat dari logam.
Khoirul Irpan : Simulasi Pengaturan Start-Stop Dan Pembebanan Tiga Generator Dengan Kontrol Menggunakan PLC, 2009
USU Repository © 2008
c. Sensor dan saklar fotoelektris
Dengan sensor dan saklar fotoelektris cahaya dikonversikan menjadi perubahan arus, tegangan, atau perubahan tahanan. Apabila outputnya digunakan
untuk mengukur keberadaan atau ketiadaan suatu objek di jalur cahaya, sinyal output ini harus diperkuat dan kemudian dikonversikan dari analog ke digital oleh sebuah
konverter. Piranti saklar fotoelektris dapat beroperasi sebagai tipe transmisif, dimana
objek yang dideteksi memotong melewati seberkas sinar cahaya, yang umumnya adalah radiasi inframerah. Dan berhenti ketika mencapai detektor. Atau sebagai tipe
reflektif, dimana objek yang dideteksi memantulkan seberkas sinar cahaya menuju detektor. Detektor radiasi yang digunakan dapat berupa fototansistor. Sepasang
transistor dikenal dengan sebutan pasangan Darlington. Output Darlington akan berubah menjadi lebih tinggi atau lebih rendah ketika cahaya mengenai transistor.
Sensor semacam ini tersedia dalam bentuk perangkat yang mampu mengetahui keberadaan objek pada jarak dekat, biasanya kurang dari 5 mm. Gambar 2.18
menunjukkan sensor – sensor fotoelektris.
Khoirul Irpan : Simulasi Pengaturan Start-Stop Dan Pembebanan Tiga Generator Dengan Kontrol Menggunakan PLC, 2009
USU Repository © 2008
Gambar 2.18 sensor-sensor fotoelektrik
d. Enkoder
Istilah encoder digunakan untuk menamakan sebuah perangkat yang menghasilkan output digital sebagai tanggapan atas perpindahan sudut atau linear.
Sebuah encoder bertahap dapat mengetahui perpindahan angular atau linear dari suatu posisi yang telah diketahui sebelumnya, sedangkan sebuah encoder mutlak
menginformasikan posisi sudut atau linear yang sebenarnya. Gambar 2.19 memperlihatkan encoder bertahap dan encoder mutlak.
Khoirul Irpan : Simulasi Pengaturan Start-Stop Dan Pembebanan Tiga Generator Dengan Kontrol Menggunakan PLC, 2009
USU Repository © 2008
Gambar 2.19 a enkoder bertahap
b Enkoder mutlak 3 bit
Sedangkan piranti output seperti : a.
Kontaktor Solenoid merupakan basis bagi sejumlah actuator kontrol output. Ketika arus
mengalir melalui sebuah solenoid, sebuah medan magnet membangkitkan dan medan ini menarik komponen – komponen yang terbuat dari bahan besi yang ada
didekatnya. Misalnya kontaktor. Ketika output dari PLC tersambung, medan magnet solenoid bangkit dan menarik kontak – kontak sehingga menutup saklar. Akibatnya
arus lain yang jauh lebih besar dapat disambungkan. Pada dasarnya sebuah kontaktor adalah sebuah relay, perbedaannya adalah istilah relay digunakan untuk perangkat
yang menyambungkan arus kecil, sedangkan istilah kontaktor digunakan untuk sebuah perangkat penyambung arus besar.
b. Motor dc, motor stepper
Motor arus searah adalah suatu mesin listrik yang digunakan untuk mengubah energi listrik menjadi energi gerak atau mekanis. Energi listrik yang
Khoirul Irpan : Simulasi Pengaturan Start-Stop Dan Pembebanan Tiga Generator Dengan Kontrol Menggunakan PLC, 2009
USU Repository © 2008
digunakan untuk supply motor adalah energi listrik arus searah dc. Proses pengonversian energi listrik menjadi energi mekanik tersebut berlangsung di dalam
medan magnet. Prinsip kerja motor dc didasarkan pada prinsip bahwa jika sebuah konduktor
yang dialiri arus listrik diletakkan dalam medan magnet, maka tercipta gaya pada konduktor tersebut yang cenderung membuat konduktor berotasi. Dengan aturan
tangan kiri Fleming dapat ditentukan arah putaran konduktor. Gaya ini akan berlangsung terus sampai konduktor meninggalkan medan magnet. Karena itu untuk
mendapatkan putaran yang terus menerus maka digunakan banyak konduktor, sehingga jika sebuah konduktor meninggalkan medan magnet pada saat itu juga
terdapat konduktor lain yang memasuki medan magnet. Setelah kumparan berputar 180 derajat, maka arah arus listrik pada kumparan akan berubah arah. Untuk itu
digunakan sebuah komutator yang berfungsi untuk membalik arah arus dalam kumparan.
Adapun dalam menjalankan sebuah motor dc dapat dilakukan dengan metode sebagai berikut:
• Start langsung.
• Soft starter, yaitu dengan menambahkan tahanan mula yang dipasang seri
dengan tahanan jangkar Ra.
Khoirul Irpan : Simulasi Pengaturan Start-Stop Dan Pembebanan Tiga Generator Dengan Kontrol Menggunakan PLC, 2009
USU Repository © 2008
2.2.5 Kelebihan PLC
Kelebihan PLC dibandingkan dengan sistem konvensional, antara lain : a.
Fleksibel Sebelum menggunakan PLC, kebanyakan sistem kontrol mesin menggunakan
sistem relay – relay dan Electronic Card. Sistem teresebut sangat tidak praktis karena tidak bisa digunakan secara umum. Misalnya pada setiap
mesin yang berbeda tipe, maka rata – rata bentuk tipe Electronic Card sebagai otomatisnya juga berbeda. Jadi memiliki banyak mesin maka Spare
Electronic Card yang harus disediakan juga banyak. Berbeda dengan PLC yang biasa digunakan secara umum pada semua tipe
mesin. Jadi jika memiliki banyak mesin, tidak perlu menyiapkan banyak spare PLC, karena yang harus disediakan pada PLC hanya program
aplikasinya saja untuk masing – masing mesin tersebut. b.
Mudah melakukan pelacakan dan perubahan jika terjadi masalah Dengan menggunakan sistem kontrol relay atau Electronic Card, maka akan
dibutuhkan banyak waktu pada saat dilakukan modifikasi. Dan jika terjadi masalah, maka akan cukup sulit dalam proses pelacakan masalahnya.
Berbeda dengan PLC, pada saat melakukan modifikasi tidak perlu dilakukan instalasi ulang. Hal ini dikarenakan proses modifikasi bisa dilakukan hanya
dengan program ulang, jadi waktunya bisa lebih cepat dan prosesnya lebih mudah. Kemudian jika terjadi kesalahan, penyebab kesalahannya bisa dicari
dan dimonitoring langsung dalam program PLC dengan menggunakan komputer.
Khoirul Irpan : Simulasi Pengaturan Start-Stop Dan Pembebanan Tiga Generator Dengan Kontrol Menggunakan PLC, 2009
USU Repository © 2008
c. Memiliki jumlah kontak relay yang banyak
Pada internal relay PLC terdapat jumlah kontak relay yang sangat banyak. Sedangkan pada relay konvensional jumlah kontaknya terbatas kurang lebih
empat kontak, pada satu Coil internal relay PLC, jumlah kontaknya bisa mencapai ratusan, tetapi tetap tergantung dari kapasitas memori pada PLC.
d. Biaya murah
Di dalam PLC sudah terdapat fasilitas seperti timer, counter, dan lain – lain. Jadi tidak diperlukan lagi timer, counter eksternal, serta fasilitas – fasilitas
eksternal tambahan lain, karena sudah ada di dalam PLC. e.
Bisa dilakukan program tes Pada saat pemrograman PLC, sebelum diaplikasikan di lapangan, program
bisa dilakukan simulasi tes terlebih dahulu dalam skala lab, dengan menggunakan fasilitas lampu indikator yang ada pada PLC. Hal ini tentunya
sangat memudahkan dalam proses evaluasi dan penyempurnaan program. Berbeda dengan sistem relay konvensional, harus dilakukan tes di lapangan
secara langsung, dan tentunya akan dibutuhkan banyak waktu pada saat mendesain suatu sistem otomatis.
f. Bisa dimonitoring secara visual
Pada Ladder diagram PLC bisa dilakukan monitoring secara visual dengan menggunakan programming device. Misalnya jika ingin mendeteksi suatu
relay bekerja atau tidak, di dalam program akan terlihat status relay on atau off. Jadi jika terjadi masalah, misalnya suatu relay tidak bekerja, maka akan
Khoirul Irpan : Simulasi Pengaturan Start-Stop Dan Pembebanan Tiga Generator Dengan Kontrol Menggunakan PLC, 2009
USU Repository © 2008
segera diketahui penyebabnya dari kontak mana yang menyebabkan relay tidak bekerja.
g. Kecepatan lebih cepat
Dibandingkan dengan kontak relay konvensional, kontak relay di dalam PLC bisa bekerja lebih cepat dalam waktu millidetik.
h. Kontak relay menggunakan Solid State Relay
Dibandingkan dengan relay konvensional yang cara kerja kontaknya menggunakan sistem mekanik, pada relay PLC menggunakan solid state
relay. Cara kerja kontaknya jauh lebih halus dan akurat, sehingga menjadi lebih awet dan bisa menekan down time.
i. Keamanan
Program PLC bisa diberikan proteksi, sehingga tidak bisa sembarangan diubah oleh setiap orang. Dibandingkan dengan sistem relay konvensional
yang cenderung lebih terbuka dan siapa pun bisa melakukan perubahan. j.
Program bisa disimpan Program aplikasi PLC mudah disimpan seperti halnya program yang ada pada
komputer. Fasilitas penyimpanan program bisa berbentuk hard disk komputer, CD, dan lain-lain.
Khoirul Irpan : Simulasi Pengaturan Start-Stop Dan Pembebanan Tiga Generator Dengan Kontrol Menggunakan PLC, 2009
USU Repository © 2008
BAB III DASAR PEMROGRAMAN PLC DENGAN MENGGUNAKAN