Analisis Penulis EFEKTIFITAS MEDIASI DAN IMPLEMENTASI

10.9, dan ada peningkatan yang lebih besar yakni pada tahun 2011 prosentase perkara yang berhasil di mediasi sebesar 11.9 ada kemajuan dari tahun-tahun sebelumnya akan tetapi peningkatannya hanya sebesar 1.

E. Analisis Penulis

Pada dasarnya sebuah ikatan perkawinan harus didasari dengan kekuatan cinta. Namun dalam perjalanan kehidupan rumah tangga sering sekali dibumbui dengan adanya pertengkaran atau percekcokan. Oleh karena itu Mahkamah Agung mengeluarkan Perma No. 1 Tahun 2008 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan yang diharapkan bisa meminimalisir angka perceraian yang ada di pengadilan, karena perkara yang paling banyak masuk di pengadilan agama adalah masalah perceraian hampir 90 dari seluruh perkara yang masuk di pengadilan adalah kasus perceraian 5 . Perceraian adalah hal yang sangat di benci oleh Allah SWT. Sebagaimana di terangkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud, sebagai berikut : ق َ ﻼ ﱠﻄ ﻟ ا َﱃﺎَﻌَـﺗ ِﻪﱠﻠ ﻟ ا َﱃِإ ِل َ ﻼ َ ْﳊ ا ُﺾ َﻐ ْـﺑ َأ Artinya : ”Perkara halal yang paling dibenci oleh Allah Ta’alaa adalah menjatuhkan thalaq H.R. Abu dawud 5 W awancara Pribadi dengan Bpk. Drs.M ahmudin Yusuf, M H. Hakim M ediator di Pengadilan Agama Bekasi Seharusnya perceraian haruslah dihindari akan tetapi pada kenyataan tidak seperti itu, di dalam ajaran Islam pun memerintahkan agar penyelesaian perselisihan yang terjadi pada manusia sebaiknya diselesaikan dengan jalan perdamaian. Keadilan merupakan salah satu kebutuhan dalam hidup manusia yang umumnya diakui disemua tempat di dunia ini. Apabila keadilan itu kemudian dikukuhkan ke dalam sebuah institusi yang bernama hukum, maka hukum itu harus mampu menjadi saluran agar keadilan itu dapat diselenggarakan secara seksama dalam masyarakat. Dalam konteks ini tugas hakim yang paling berat adalah menjawab kebutuhan manusia akan kebutuhan tersebut selain melakukan pendekatan kedua belah pihak untuk merumuskan sendiri apa yang mereka kehendaki dan upaya ini dapat dilakukan pada tahap perdamaian. Pengadilan Agama Bekasi dari tahun ke tahun tidak pernah sepi dari perkara perceraian, dalam prosesnya pengadilan agama Bekasi dalam melakukan proses mediasi sesuai berdasarkan Perma No. 1 Tahun 2008 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. Tujuan mediasi pada dasarnya agar orang yang bersengketa yang mengajukan perkara ke pengadilan bisa berdamai dengan hasil sama sama senang. Jadi inti dan motivasi dari mediasi adalah hasil akhir dari suatu sengketa menuju kepada sepakat untuk damai dengan tidak melanjut perkaranya di pengadilan. Namun untuk menuju ke arah tersebut sangat sulit dicapai oleh para pihak yang berperkara, maka perlu ada pihak ketiga yang netral tidak memihak dan dihormati untuk membantu menyelesaikan sengketa tersebut di luar lembaga peradilan, yaitu mediator. Terkait dengan hal tersebut, Perma Nomor 01 Tahun 2008 Pasal 2 ayat 2 yang mewajibkan setiap hakim, agar mendamaikan pihak yang berperkara sebelum melanjutkan proses persidangan, harus melalui tahap mediasi dulu, apabila tidak menempuh prosudur mediasi maka menurut Perma ini merupakan pelanggaran terhadap Pasal 130 HIR dan atau Pasal 154 R.Bg, yang berakibat putusan batal demi hukum. 6 Berdasarkan hasil wawancara yang penulis peroleh pengadilan agama Bekasi sudah efektif menerapkan Proses Mediasi sesuai dengan perma No. 1 Tahun 2008 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan akan tetapi didalam fungsi dari mediasi itu sendiri penulis menganggap hasil dari proses mediasi itu sendiri kurang efektif dilihat dari hasil prosentase yang kurang dari 15. Memang ada faktor-faktor yang jadi penghambat di dalam proses mediasi yakni:  Durasi waktu mediasi, yakni 40 hari yang bisa ditambah 14 hari. lebih baik ada pemaksimalan waktu maka tidak akan semakin banyak penumpukan jumlah perkara yang tersisa dan akan memakan biaya yang lebih banyak.  Mengenai honorarium Mediator disebutkan bahwa penggunaan jasa mediator hakim tidak dipungut biaya, justru bisa menjadi kendala 6 Pasal 2 ayat 2 dan 3 Perma No. 1 Tahun 2008 Tentang Prosedur M ediasi di Pengadilan. dan penyebab kurang pedulinya hakim Mediator, sehingga ia kurang memaksimalkan upaya perdamaian.  Tidak adanya Hakim yang bersertifikat Mediator hal itu mungkin menjadi kendala dari keberhasilan mediasi. apabila seorang hakim memiliki sertifikat mediator mungkin ia mempunyai trik dan strategi dalam proses perdamaian.  Tidak adanya Mediator dari luar Pengadilan hal itu juga menjadi salah satu penghambat dalam proses mediasi  Jumlah terbesar perkara yang diajukan ke pengadilan agama adalah perkara perceraian. Perkara perceraian yang diajukan ke pengadilan agama oleh pasangan suami isteri telah diawali oleh berbagai proses penyelesaian kasus yang melatar belakanginya yang diselesaikan oleh para pihak secara langsung maupun menggunakan pihak lain yang berasal dari kalangan keluarga maupun seseorang yang ditokohkan. Dengan gambaran seperti ini perkara perceraian yang diajukan ke pengadilan agama pada dasarnya merupakan perkara perceraian yang masalahnya sudah sangat rumit sehingga dapat dikatakan bahwa perkawinan antara pasangan suami dan isteri telah pecah. Perkara perceraian yang dimediasi dan mengalami kegagalan sangat bervariasi sebab dan latar belakangnya. Untuk kasus-kasus perceraian yang disebabkan oleh Perselingkuhan dan KDRT, penyelesaian melalui mediasi acapkali gagal di dalam mediasi. Dengan demikian penulis dapat menganalisa bahwa pelaksanaan mediasi sudah sesuai dengan prosedur dan sesuai dengan Perma No. 1 Tahun 2008 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, salah satunya dapat dilihat dari proses mediasi dan adanya peningkatan prosentase mediasi dari tahun 2007-2011 walaupun peningkatannya itu hanya sebesar 1 masukan dari penulis untuk pengadilan agama Bekasi yakni untuk lebih memperbaiki faktor-faktor yang jadi penghambat di dalam proses mediasi. 60

BAB V PENUTUP