8
f. Memberikan balikan, evaluasi formatif merupakan bagian integral dari
proses pengembangan pelaksanaan prgram. Evaluasi ini memberikan balikan secara terus-menerus untuk memperbaiki perencanaan, standar
prosedur operasi, penggunaan sumber-sumber, dan perkembangan pelaksanaan program.
3.3 Model Evaluasi
Model evaluasi merupakan hal terpenting dalam penelitian evaluasi. model evaluasi merupakan bagian dari desain evaluasi, dimana desain evaluasi terdiri
dari model evaluasi dan metode penelitian. Model evaluasi menentukan jenis evaluasi apa saja yang harus dilakukan dan bagaimana proses melaksanakan
evaluasi tersebut Wirawan, 2011:147. Penelitian ini menggunakan model evaluasi ketimpangan atau diskrepansi The Discrepancy Evaluation Model,
model ini menggambarkan ketimpangan antara standar kinerja dengan kinerja yang terjadi. Ketimpangan-ketimpangan ditentukan melalui mempelajari tiga
aspek dari program, yaitu masukan input, proses process dan keluaran output pada tingkat-tingkat pengembangan program. Namun dalam penelitian evaluasi
pelaksanaan Program Raskin di Desa Sruni ini hanya difokuskan pada aspek proses pelaksaan program.
Evaluasi proses pelaksanaan menurut Pietrzak 1009:111 yaitu “A process evaluation on program activities that involve direct interactions between clients
and line staff and are central to the ac complishment of the program’s objectives.
This type of evalutions begins with an analysis requires identifying the program parameters and the major components there in
”. “Proses evaluasi pada aktifitas program dapat mengarah langsung pada interaksi antara penerima manfaat dan
staff program dan ini penting untuk pencapaian tujuaan dari program. Jenis dari evaluasi ini dimulai dengan mengidentifikasi parameter program beserta
komponen utama di dalamnya yang kemudian di analisa. Dalam pelaksanaan program Raskin tahun 2014 di Desa Sruni, evaluasi
terhadap pelaksanaan sangat penting karena untuk memastikan apakah program sudah jalankan sesuai dengan perencanaan dapat dilihat dari proses pelaksanaan
8
Program Raskin di Desa tersebut dengan cara mengidentifikasi dan mambandingkannya dengan parameter atau standar program.
Menurut Patton 1990, dalam melakukan evaluasi dapat menggunakan Best Practice Standarts untuk menentukan standart dan kriteria evaluasi. Best practice
standarts merupakan akumulasi standart yang berlaku mengenai tahapan danatau strategi pelaksanaan suatu program yang dapat dijadikan pedoman untuk performa
program Pietrza, Ramler, Ranner, Ford, Gilbert, 1990:56. Namun tidak semua lembaga secara kesuluruhan berpatokan pada best practice standarts yang ada,
lembaga-lembaga umumnya melakukan penyesuaian untuk mencocokkan standart tersebut dengan kondisi dan sumber daya yang ada di lapangan. Seperti yang
dijelaskan Pietrza, Ramler, Ranner, Ford, Gilbert 1990:56 standart yang ada tidak dapat dipastikan bisa diaplikasikan seutuhnya ke dalam program, karena
diperlukan biaya yang besar untuk mengimplementasikan standarts tersebut secara keseluruhan. Penilitian ini menggunakan best practice standarts dalam
menentukan standart dan kriteria evaluasi. The Joint Committe on Standart For Educational evaluations dalam
Wirawan, 2011:278 menjelaskan standart evaluasi ke dalam dua definisi. Pertama, standart adalah suatu prinsip yang disepakati oleh orang-orang yang
berkecimpung dalam praktik profesioanal. Standart berisi prinsip-prinsip dan norma-norma umum yang disepakati oleh para profesioanal yaitu mereka yang
berkecimpung dalam praktek evaluasi. Kedua, standar evaluasi merupakan standar kualitas, yaitu standar untuk mengukur hasil evaluasi dari kualitas rendah sampai
kualitas tinggi dan dari tidak layak sampai layak. Jika standar dipenuhi atau dipergunakan dalam merancang dan melaksanakan evaluasi, maka hasil evaluasi
tinggi kualitasnya dan layak. Dengan demikian, hasil evaluasi dapat diterima, bermanfaat, dan dapat dipergunakan oleh para pemangku kepentingan evaluasi
misalnya untuk mengambil keputusan yang tepat dan bijak.
3.4 Teknik Penentuan Lokasi Penelitian