Kerangka Teori Editing Edwin S. Porter

37 Apple adalah sebuah perkembangan revolusioner dalam dunia komputer personal. 39 MacBook Pro merupakan computer yang digunakan program Mata Lelaki dalam mengedit tayangan ini adalah seri komputer jinjing Macintosh yang diproduksi oleh Apple. MacBook Pro menggunakan alumunium sebagai bahan utamanya dan terbagi menjadi tiga ukuran, yaitu MacBook Pro ukuran 13, 3”, 15, 4”, dan 17” dengan spesifikasi yang berbeda-beda. Terdapat Multi- Touch trackpad sebagai salah satu inovasi andalannya, LED-layar lebar, sebuah port FireWire 800, dua buah port USB 2.0, 8x SuperDrive untuk memutar DVD-R, DVD-RW,CD-R, CD-RW, AirPort Extreme 802.11n untuk fasilitas Wi-Fi serta jaringan Bluetooth 2.1. Semua jenis MacBook Pro telah dilengkapi komponen Intel Core 2 Duo.

4. Kerangka Teori Editing Edwin S. Porter

Pada awal film pertama kali dibuat tidak mengenal editing, ketika itu film berdurasi pendek sekitar satu menit. Namun saat film sudah berdurasi panjang sekalipun, seperti Melies yang sudah berdurasi 14 menit belum ada editing di dalamnya. Film baru merupakan satu shot saja, pada saat itu kamera merekam adegan tanpa ada interupsi pemotongan shot sama sekali. Editing atau penyuntingan gambar pertama kali dilakukan pada film A Trip to the Moon, percobaan ini dilakukan oleh Edwin S. Porter tahun 1903. Porter melakukan apa yang dinamakan sebagai visual continuity, sebuah 39 http:id.wikipedia.orgwikiapplemacintosh. Diakses tanggal 23 mei 201117.25. 38 gagasan luar biasa yang hingga saat ini masih dianut oleh para penyunting gambar atau editor, maka dari itu Edwin S. Porter disebut sebagai Bapak Editing yang terkenal dengan teori Three Match Cut-nya tersebut. 40 Dalam film The Life of American Fireman, Porter kembali membuat 20 rangkaian shot menjadi satu rangkaian cerita. Film ini sangat sederhana, seorang pemadam kebakaran membantu menyelamatkan seorang ibu dan anak yang terjebak di dalam sebuah gedung yang terbakar. Dengan durasi 6 menit, Porter memperlihatkan adegan menjadi sebuah rangkaian dramatis penyelamatan ke dua orang itu. Porter melakukan intercut adegan penyelamatan di dalam ruangan atau interior dengan gambar lain sebuah kebakaran eksterior gedung. Penggabungan antara interior dengan eksterior tersebut membuat satu rangkaian yang dinamis. Penonton akan mengira bahwa ibu dan anak tersebut bener-benar terjebak dalam gedung yang terbakar, padahal eksterior gedung yang terbakar sebetulnya tidak ada ibu dan anak tadi. Inilah yang dinamakan juxtaposition atau juksta posisi, yakni penempatan atau posisi shot. Dengan jukstaposisi memungkinkan akan melahirkan nilai dramatis baru dibandingkan dengan shot yang berdiri sendiri. a. Matching The Look Ini berkaitan dengan ruang dan bentuk, shot yang satu disambungkan ke shot berikutnya dengan memperhatikan bentuk dan ruang. Ketika bentuk atau ruang tidak memiliki kesamaan, 40 http:dikiumbara.wordpress.comcategoryediting Oleh Diki Umbara as editor dan mengajar di School for Broadcasting Media, FISIP UI. 23 mei 201118.01 39 maka hampir dipastikan sambungan tersebut akan terlihat aneh, melompat dan tidak bagus. Dan ini yang dinamakan jumping, sambungan menjadi visible atau terlihat. b. Matching The Position Kesinambungan secara posisi antara shot sebelum dengan shot sesudahnya. Editor harus melihat apakah misalnya posisi subyek pada satu shot terdapat kesamaan dengan shot berikutnya atau tidak. Jika tidak ada kesamaan maka sambungan antar shot akan terganggu, ini artinya sambungan tersebut tidak match, tidak cocok. c. Matching The Movement Sambungan satu shot dengan shot berikutnya dilakukan jika ada kesinambungan secara pergerakannya. Yang dimaksud pergerakkan di sini yakni pergerakkan subyek, pergerakkan kamera, atau pergerakkan kedua-duanya. Pada intinya, dengan memahami teori three match cut di atas maka penonton secara tidak sadar akan merasakan kesinambungan cerita, penonton tidak akan merasakan adanya cut atau sambungan antar shot. Agar setiap sambungan dibuat sehalus mungkin, editor harus memposisikan dirinya sebagai penonton saat melakukan penyuntingan gambar. Kerangka teori yang digunakan dalam penulisan ini adalah Teori Three Match Cut milik Bapak Editing; Edwin S. Porter seperti yang telah dituliskan sebelumnya, dan dalam proses editing pada program Mata Lelaki di Trans 7 40 episode Games, Budiman selaku editor dalam melakukan proses editing mengacu pada teori Porter, namun juga terkadang editor terpaksa melenceng dari teori dengan alasan gambar yang kurang memadai, sehingga editor harus keluar dari teori yang ia gunakan meskipun sedikit. Ketika editor saat mengedit berpaku pada teori Three Match Cut hasil editan pun akan terlihat berkesinambungan, tapi editor pun merasakan bahwa ketika ia mengedit tidak dalam jalur teori Porter yang dikarenakan kurangnya gambar yang diambil oleh kameramen, ia merasakan sendiri bahwa hasil editannya pun tidak continue. Editor mengaku ketika ia mengedit melenceng dari teori itu dikarenakan kurangnya gambar, jadi untuk membuat jalan keluar agar gambar tetap terlihat baik editor mengedit keluar dari jalur teori Porter. Secara kasat mata jumping-nya gambar yang diedit oleh editor ketika tidak mengikuti teori Three Match Cut, maka tidak akan terlihat, namun ketika orang yang sangat memperhatikan setiap frame gambar, kemelencengan gambar tersebut akan terlihat karena editor tidak mengacu pada teori Bapak Editing yaitu Edwin S. Porter.

BAB III GAMBARAN UMUM

A. Profil Perusahaan

41

1. Profil Trans 7

TRANS 7 dengan komitmen menyajikan tayangan berupa informasi dan hiburan, menghiasi layar kaca di ruang keluarga pemirsa Indonesia. Berawal dari kerjasama strategis antara Para Group dan Kelompok Kompas Gramedia KKG pada tanggal 4 Agustus 2006, TRANS 7 lahir sebagai sebuah stasiun swasta yang menyajikan tayangan yang mengutamakan kecerdasan, ketajaman, kehangatan penuh hiburan serta kepribadian yang aktif. TRANS 7 yang semula bernama TV 7 berdiri dengan izin dari Departemen Perdagangan dan Perindustrian Jakarta Pusat dengan Nomor 809BH.09.05III2000. Pada 22 Maret 2000, keberadaan TV 7 telah diumumkan dalam Berita Negara Nomor 8687 sebagai PT. Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh. Dengan kerjasama strategis antara Para Group dan KKG, TV 7 melakukan re-launching pada 15 Desember 2006 sebagai TRANS 7 dan menetapkan tanggal tersebut sebagai hari lahirnya TRANS 7. Di bawah naungan PT. Trans Corpora yang merupakan bagian dari manajemen Para Group, TRANS 7 diharapkan dapat menjadi televisi yang maju, dengan program-program in-house productions yang bersifat informatif, kreatif, dan inovatif. 41 http:trans7.co.id Diakses tanggal 10 mei 2011 09.22. 41