21
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5.4.3. Penetapan Fase Gerak
Larutan standar Lansoprazol pada konsentrasi 10 gmL diinjeksikan
sebanyak 10 µ L pada komposisi fase gerak methanol:dapar fosfat pada perbandingan 70:30, 65:35, dan 60:40 pH 7 serta perbandingan 65:35
dengan penambahan trietilamin TEA sampai pH 7,4 dan kecepatan alir 0,8 –
1,2 mLmenit dan dideteksi pada panjang gelombang terpilih, kemudian dicatat waktu retensi, luas puncak, dihitung jumlah plat teoritis, HETP
Height Equivalent Theoritical Plate, faktor kapasitas, dan asimetrisitas.
5.4.4. Uji Kesesuaian Sistem
Larutan Lansoprazole pada konsentrasi 10 gmL diinjeksikan sebanyak
10 L ke alat KCKT dengan fase gerak terpilih, diulangi sebanyak enam kali.
Kemudian dihitung jumlah plat teoritis, HETP Height Equivalent Theoritical Plate, faktor kapasitas, asimetrisitas, dan RSD Relative Standard
Deviation.
5.4.5. Penetapan Metode Ekstraksi Evans,1994; Kelly,1990
Ke dalam tabung sentrifus dimasukkan 1,05 ml darah + 0,1 mL EDTA 10 disentrifugasi selama 10 menit pada 2500 rpm. Kemudian diambil
supernatan plasma dan dicampur metanol dengan perbandingan 1:2, 1:3, dan 1:4 pada tabung sentrifugasi. Kemudian dikocok dengan vorteks selama 1
menit dan disentrifugasi pada 10000 rpm selama 10 menit, lalu supernatan diinjeksikan sebanyak 10
L ke alat KCKT. Kemudian dianalisis kromatogram dari masing-masing perbandingan untuk mengetahui kondisi
kromatogram blanko darah. Kemudian dilakukan hal yang sama terhadap darah yang sudah
mengandung larutan Lansoprazol masing-masing dengan konsentrasi 5 ppm, 3 ppm, dan 1 ppm, kemudian diekstraksi sesuai dengan perbandingan terpilih,
dan diinjeksikan sebanyak 10 L ke alat KCKT kemudian dicatat waktu
retensi dan luas puncaknya.
5.4.6. Validasi Metode Analisis Lansoprazol Dalam Darah Gandjar
Rohman, 2007; Harmita, 2006; Food Drug and Administration, 2001; United Nations Office on Drug and Crime, 2009
22
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5.4.6.1.Pembuatan Kurva Kalibrasi dan Uji Linearitas dalam Darah In Vitro
Dibuat larutan blangko dan larutan Lansoprazol dalam darah dengan konsentrasi 2-6
gmL, kemudian dipreparasi sesuai prosedur. Lalu supernatan masing-masing sebanyak 1
0 L disuntikkan ke alat KCKT pada kondisi terpilih. Setelah itu dianalisis regresi perbandingan luas puncak
terhadap konsentrasi Lansoprazol dalam darah dari masing-masing konsentrasi dan dibuat kurva kalibrasi dengan persamaan garis regresi linier
y = a + bx. Dihitung koefisien korelasi r dari kurva tersebut.
5.4.6.2.Limit Deteksi LOD dan Limit Kuantitasi LOQ
Larutan Lansoprazol dalam darah dengan konsentrasi 2-6 gmL
dipreparasi sesuai prosedur. Kemudian supernatan sebanyak 1 0 L dari
masing-masing larutan tersebut disuntikkan ke alat KCKT pada kondisi terpilih. Setelah itu dianalisis regresi perbandingan luas puncak terhadap
konsentrasi Lansoprazole dalam darah dari masing-masing konsentrasi dan dibuat kurva kalibrasinya.
LOQ dihitung melalui persamaan garis regresi linier dari kurva kalibrasi, dengan rumus :
LOQ = sedangkan nilai batas deteksi LOD diperoleh dengan rumus :
LOD = dimana Syx adalah simpangan baku residual, b adalah slope dari persamaan
regresi.
5.4.6.3.Uji Selektivitas
Sebanyak 10 L supernatan sampel darah yang telah dideproteinase dan mengandung Lansoprazol pada konsentrasi 5 gmL disuntikkan ke dalam
instrumen KCKT dengan kondisi fase gerak dan kecepatan alir terpilih, diulang sebanyak 6 kali. Kemudian dihitung nilai RSD Relative Standard
Deviation dengan nilai ≤ 15 dan akurasinya diff dengan nilai ± 15.
23
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5.4.6.4.Uji Akurasi
Dibuat larutan Lansoprazol dalam darah dengan konsentrasi 3 gmL, 4
gmL, dan 5 gmL. Setelah itu dipreparasi sesuai prosedur. Supernatan sebanyak 1
0 L disuntikkan ke alat KCKT dengan kondisi fase gerak dan kecepatan alir terpilih, diulangi sebanyak tiga kali. Kemudian dihitung
persentase akurasi diff dan perolehan kembali recovery dari masing- masing konsentrasi larutan tersebut. Nilai rata-rata diff disyaratkan ± 15.
Sedangkan nilai perolehan kembali dihitung dengan cara membandingkan konsentrasi Lansoprazol dalam darah yang diperoleh dari hasil ekstraksi
dengan konsentrasi Lansoprazol yang sebenarnya dikalikan dengan 100. Perolehan kembali disyaratkan pada ± 15 dalam sampel biologis.
5.4.6.5.Uji Presisi
Dibuat larutan Lansoprazol dalam darah dengan konsentrasi 3 gmL, 4
gmL, dan 5 gmL. Setelah itu dipreparasi sesuai prosedur. Supernatan sebanyak 1
0 L disuntikkan ke alat KCKT dengan kondisi fase gerak dan kecepatan alir terpilih, diulangi sebanyak tiga kali. Dilakukan pengukuran
intra-hari dan inter-hari selama 2 hari berturut-turut, kemudian dihitung persentase simpangan baku relatif atau RSD Relative Standard Deviation
dari masing-
masing konsentrasi dengan nilai ≤ 15.
24
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
9.1. Hasil
9.1.1. Penentuan Metode Analisis Lansoprazol
9.1.1.1.Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Penentuan panjang
gelombang maksimum
dilakukan dengan
menggunakan spektrofotometer
ultraviolet-visibel, diperoleh
serapan maksimum Lansoprazol pada panjang gelombang 283 nm. Spektrum serapan
Lansoprazol dapat dilihat pada lampiran 1 gambar 6.1.
9.1.1.2.Penetapan Komposisi Fase Gerak
Penetapan kadar Lansoprazol dalam darah in vitro dilakukan pada kondisi optimum dengan kromatografi cair kinerja tinggi menggunakan kolom
Acclaim
®
C18 dengan kecepatan alir 0,8 mLmenit, panjang gelombang 283 nm, dan volume penyuntikan 10 L Komposisi fase gerak semula terdiri dari
metanol:dapar fosfat pH 7 70:30. Pada komposisi ini, waktu retensi Lansoprazol yaitu 2,95 menit. Kemudian dilakukan modifikasi fase gerak
yaitu komposisi kedua metanol-dapar fosfat pH 7 65:35 dan komposisi ketiga metanol-dapar fosfat pH 7 60:40. Pada komposisi metanol-dapar
fosfat pH 7 65:35 waktu retensi Lansoprazol yaitu 3,67 menit. Sedangkan pada komposisi metanol-dapar fosfat pH 7 60:40 waktu retensi Lansoprazol
yaitu 5,04 menit. Laju alir yang digunakan adalah 0,8 mlmenit. Namun hasil optimasi ini memberikan data kromatogram dengan puncak yang lebar dan
pada komposisi 60:40 dihasilkan double peak. Kemudian dilakukan modifikasi lagi dengan penambahan TEA
Trietilamin dengan komposisi metanol:dapar fosfat 65:35 dengan penambahan TEA hingga pH 7,4. Dengan komposisi fase gerak ini,
didapatkan waktu retensi sekitar 3,77 menit. Metode ini dipilih karena menghasilkan plat teoritis yang lebih banyak daripada komposisi fase gerak
yang lain, HETP Height Equivalent Theoritical Plate yang lebih kecil,