Perlindungan Konsumen Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

C. Perlindungan Hukum Terhadap Pelanggan PT. Telkom

1. Perlindungan Konsumen Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen Hukum perlindungan konsumen muncul karena untuk melindungi kedua belah pihak dari perbuatan yang tidak bertanggung jawab. Jadi, bukan hanya melindungi kepentingan konsumen saja tetapi di sini pihak produsen juga dilindungi. Produsen sering juga dirugikan kepentingannya oleh konsumen karena banyaknya konsumen- konsumen nakal, yang beritikad tidak baik dalam melakukan hubungan hukum. Seringnya terjadi penipuan oleh para konsumen menyebabkan kerugian di pihak produsen. Konsumen hendaknya bersikap sportif dalam melakukan hubungan hukum dengan produsen. Sebagai contoh dalam melakukan transaksi jual beli baik berupa barang maupun jasa, konsumen harus memiliki itikad baik, membayar sesuai nilai tukar yang disepakati, jika terjadi sengketa wajib mengikuti upaya penyelesaian sengketa hukum tersebut secara patut dan bertanggung jawab. Demikian juga untuk konsumen jasa telekomunikasi, konsumen jasa telekomunikasi memang harus bersikap fair dalam memilih dan menggunakan jasa telekomunikasi, harus beritikad baik. Dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen telah disebutkan mengenai pemberian perlindungan hukum kepada konsumen atau pelanggan terhadap tindakan yang mungkin atau dapat merugikan pihak konsumen atau pelanggan dalam pelaksanaan perjanjian baku yang dibuatnya. Penetapan 70 Universitas Sumatera Utara klausula eksonerasi yang telah dibakukan dalam perjanjian yang isinya telah dibuat secara sepihak tersebut akan mengikat para pihak apabila telah dilakukan penandatanganan dokumen-dokumen tersebut. Disertakannya klausula eksonerasi dalam suatu perjanjian dikarenakan antara resiko, kewajiban atau tanggungjawab diantara para pihak tidak seimbang. Dikatakan tidak seimbang karena beban tanggung jawab konsumen atau pelanggan lebih ditonjolkan dari pada beban tanggung jawab pelaku usaha, hukum memberi perlindungan kepada pelanggan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Pasal 19 mengenai Tanggung Jawab Pelaku Usaha, menyebutkan bahwa: 73 a. Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan pencemaran, danatau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang danatau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan. b. Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barang danatau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan danatau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. c. Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 tujuh hari setelah tanggal transaksi. d. Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 tidak menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur kesalahan. e. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 tidak berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut merupakan kesalahan konsumen. 2. Perlindungan Konsumen Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi 73 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821. 71 Universitas Sumatera Utara Dalam rangka perlindungan hukum terhadap konsumen jasa telekomunikasi, Undang-undang Telekomunikasi harus konsisten dengan Undang-undang Perlindungan Konsumen. Hal-hal yang terdapat dalam Undang-undang telekomunikasi yang berhubungan dengan konsumen jasa telekomunikasi yang konsisten dengan Undang-undang Perlindungan Konsumen yaitu bisa dilihat dalam hal penjaminan hak-hak konsumen jasa telekomunikasi, diperbolehkannya perjanjian baku, serta penyelesaian sengketa antara konsumen jasa telekomunikasi dengan penyelenggara jasa telekomunikasi. Menurut Lawrence M. Friedman 74 ada tiga unsur penting di dalam suatu sistem hukum, yaitu struktur hukum, substansi hukum, dan kultur hukum. Struktur hukum adalah pola yang memperlihatkan tentang bagaimana hukum itu dijalankan menurut ketentuan-ketentuan formalnya. Struktur ini memperlihatkan bagaimana pengadilan, pembuatan hukum dan lain-lain badan serta proses hukum itu berjalan dan dijalankan. Substansi hukum adalah peraturan-peraturan yang dipakai oleh para pelaku hukum pada waktu melakukan perbuatan-perbuatan serta hubungan-hubungan hukum. Kultur hukum adalah sikap dan nilai-nilai yang menjadi pegangan masyarakat yang akan menentukan apakah pengadilan akan dimanfaatkan atau tidak dalam menghadapi suatu masalah hukum. Di sini akan dijelaskan hak dan kewajiban beserta perlindungan hukum terhadap pelanggan PT. Telkom yang terdapat didalam Formulir Kontrak 74 Lawrence M. Friedman, Dalam Sajipto Raharjo, Ilmu Hukum, Bandung, PT. Citra Aditya bakti, 1991, hal. 154. 72 Universitas Sumatera Utara Berlangganan Sambungan Telekomunikasi KBST yang disediakan oleh PT. Telkom yang diperuntukkan bagi pelanggan konsumen selain tersedia blanko yang harus diisi oleh konsumen juga dimuat hak dan kewajiban pelanggan dan PT. Telkom sendiri. Formulir tersebut dibuat oleh PT.Telkom sendiri. Formulir tersebut juga memuat klausula tentang sanksi apabila pelanggan melanggar isi perjanjian dalam KBST tersebut. Adapun hak dan kewajiban pelanggan yang dimuat dalam KBST Pasal 4 tersebut yaitu: 1. Hak Pelanggan : a Mendapat pelayanan perbaikan kerusakan sambungan telekomunikasi sampai dengan KTB Kotak Terminal Batas dari Telkom setelah pelanggan melaporkan ke Telkom melalui unit pengaduan gangguan. Khusus sambungan dengan system WLL wireless local loop yang tidak menggunakan KTB, perbaikan kerusakan oleh Telkom sampai dengan socked roset. b Meminta kepada Telkom untuk memuat atau tidak memuat nama dan alamatnya dalam buku petunjuk telepon yang diterbitkan oleh Telkom. c Meminta kepada Telkom untuk memuat nama dan alamat pihak ketiga sebagai penumpang pemakai jasa telekomunikasi dalam buku petunjuk telepon, dengan ketentuan bahwa kewajiban membayar baru dimaksud pada pasal 4 ayat 2 huruf b tetap menjadi tanggung jawab pelanggan. d Meminta tambahan fasilitas dari objek yang diperjanjikan sebatas kemampuan dan pertimbangan dari Telkom. 73 Universitas Sumatera Utara e Meminta berhenti berlanggan sambungan telekomunikasi bila diinginkannya. f Berhak mendapat layanan mutasi perubahan sambungan telekomunikasi sepanjang teknik memungkinkan dengan mengajukan permohonan kepada Telkom. g Meminta data pemakaian percakapan telepon sambungan langsung jarak jauh SLJJ kepada Telkom dengan membayar sesuai ketentuan yang berlaku. h Meminta bukti tanda terima pembayaran pemakaian jasa telekomunikasi. i Memilih instalatur yang telah direkomendasai Telkom untuk memasang, memelihara, dan memperbaiki IKR G instalasi kabel rumahgedung. j Meminta pembebasan biaya abonemen sambungan telekomunikasi apabila sambungan telekomunikasi pelanggan mengalami kerusakantidak berfungsi selama 7 tujuh hari berturut-turut atau lebih dalam satu bulan tagihan terhitung sejak diterimanya laporan gangguan di Telkom. k Mengajukan klaim tagihan kepada Telkom jika tagihan tidak sesuai dengan pemakaian. l Menerima restitusi pembayaran tagihan jika tagihan tidak sesuai dengan pemakaian. 2. Kewajiban Pelanggan a Membayar biaya pasang barumutasi. b Membayar biaya sesuai dengan tagihan Telkom yang terdiri dari: 1 Biaya berlanggan bulanan sambungan telekomunikasi, fasilitas dan peralatan lainnya bila ada. 74 Universitas Sumatera Utara 2 Biaya percakapan. c Pelaksanaan pembayaran biaya sebagaimana dimaksud ayat 2 huruf b pasal ini sesuai dengan pemberitahuan di rekening tagihan telepon L11. d Apabila rumahtempat sambungan telekomunikasi pelanggan disewakan digunakan pihak ketiga, maka apabila masih ada tunggakan pembayaran biaya berlangganan dan percakapan telepon menjadi kewajiban dan tanggung jawab pelanggan untuk melunasinya. e Menjaga dan memelihaara IKRG dan perangkat terminaltelepon miliknya yang ada dalam rumah. f Memberitahukan kepada Telkom apabila memutuskan kontrak ini dan pelanggan wajib mengembalikan semua perangkat milik Telkom ke Telkom. g Melaporkan kapada Telkom apabila sambungan telekomunikasi mengalami gangguankerusakan. 75 Universitas Sumatera Utara 3. Hak Telkom : a Menerima pembayaran dari pelanggan sebagaimana dimaksud pasal 4 ayat 2 huruf b kontrak ini. b Melakukan perubahan penggantian terhadap sambungan danatau nomor telepon pelanggan, sesuai dengan perkembangan sentral telepon danatau kebutuhan. c Sewaktu-waktu memeriksa instalasi sambungan telekomunikasi di alamat pelanggan tanpa pemberitahuan kepada pelanggan terlebih dahulu. d Melakukan pencabutan sambungan sambungan telekomunikasi milik pelanggan apabila pelanggan melanggar kontrak ini. 4. Kewajiban Telkom : a Menjaga dan merawat sambungan telekomunikasi sampai dengan KTB pelanggan sehingga dapat berfungsi dengan baik. b Memperbaiki gangguankerusakan saluran sambungan telekomunikasi sampai di KTB atas dasar laporan dari pelanggan. c Mengumumkan atau memberitahukan melalui media masa apabila aka nada perubahanpenggantian terhadap sambungan telekomunikasi nomor telepon pelanggan sebagaimana dimaksud pasal 5 ayat 1 huruf b. d Memberikan restitusi pembayaran tagihan apabila terbukti ada kesalahan tagihan. Selanjutnya dalam pasal 8 diatur mengenai sanksi yang diperuntukan bagi pelanggan jika melanggar isi perjanjian dalam KBST, yaitu : 76 Universitas Sumatera Utara 1. Apabila pelanggan belumtidak membayar jasa telekomunikasi sebagai mana dimaksud pasal 4 ayat 2 huruf b samapai dengan batas akhir waktu pembayaran dikenakan sanksi sebagai berikut : a Keterlambatan 1 sd 10 hari dikenakan sanksi berupa denda sebesar Rp 5.000,- lima ribu rupiah. b Keterlambatan 11 sd 40 hari dikenakan sanksi berupa denda sebesar 2 dari tagihan minimal Rp 10.000,- dan sambungan telekomunikasi diisolir fungsi ke luar. c Keterlambatan 41 sd 70 hari dikenakan sanksi berupa denda sebesar 5 dari tagihan minimal Rp 15.000,- dan sambungan telekomunikasi diisolir ke luar. d Lebih dari 70 hari sambungan telekomunikasi dicabut. 2. Pencabutan sambungan telekomunikasi dimaksud ayat 1 pasal ini tidak mengurangi kewajiban pelanggan, ahli waris atau penggantinya untuk melunasi seluruh tunggakan termasuk dendanya kepada Telkom. 3. Apabila seluruh kewajibantunggakan pelanggan belum dilunasi setelah 90 hari sejak pencabutan maka pengurusan selanjutnya akan dilaksanakan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 4. Apabila pelanggan melakukan pelanggaran terhadap ketentuan larangan sebagaimana dimaksud pasal 6 kontrak ini, dikenakan sanksi pengisoliran yang dapat diikuti dengan pencabutan sambungan telekomunikasinya. 77 Universitas Sumatera Utara 5. Dalam hal sambungan telekomunikasi telah dicabut, kemudian pelanggan berkeinginan untuk berlangganan kembali, maka diperlakukan sebagai calon pelanggan baru sesuai peraturan yang berlaku. Selama ini dalam perjanjian atau kontrak berlangganan sambungan telepon tidak ada yang menyebutkan mengenai perlindungan hukum yang langsung ditujukan ke pelanggan, namun hanya disebutkan dalam ketentuan kontrak berlangganan sambungan telekomunikasi diatur mengenai hak pelanggan yaitu : 75 1. Mendapatkan pelayanan yang baik dan perlakuan yang jujur dari telkom. 2. Mendapatkan informasi mengenai tarif telekomunikasi secara transparan dari Telkom, sekurang-kurangnya melalui brosur, leaflet, papan pengumuman, surat kabar atau mass media lainnya. 3. Mendapatkan informasi mengenai spesifikasi teknis, sifat-sifat dan karakteristik umum layanan telekomunikasi yang disediakan Telkom. 4. Mendapatkan jaminan tingkat layanan service level guarantee sesuai dengan brosur, leaflet, katalog produk atau informasi yang disediakan Telkom. 5. Mendapatkan kompensasiganti rugi, jika jaminan tingkat layanan service level guarantee tidak dipenuhi oleh Telkom. 6. Mendapatkan informasi tentang besarnya tagihan jasa telekomunikasi info billing 75 Cetak Biru Telekomunikasi, Kontrak Berlangganan Sambungan Telekomunikasi, Masyarakat Telematika Indonesia, 2005. 78 Universitas Sumatera Utara 7. Mengajukan klaim tagihan apabila diyakini bahwa tagihan tidak sesuai atau melampaui penggunaan. 8. Menerima restitusi pembayaran tagihan, apabila terbukti ada kesalahan tagihan. Selain itu, untuk pelayanan korporasi tertentu dan pelanggan vipvvip diberikan tingkat layanan gold dan tingkat layanan platinum. Pelanggan dapat mengajukan permintaan tingkat layanan yang lebih tinggi dengan dikenakan tambahan biaya sesuai ketentuan yang berlaku. 76 Garansi dan kompensasi yang diberikan oleh Telkom ada 4 macam, yaitu: 1. Garansi dan kompensasi layanan pasang baru PSB Telkom memberikan batas waktu garansi terhadap pasang baru Telkom phone sesuai dengan tingkat layanan. Jika garansi tersebut tidak dapat dipenuhi oleh Telkom, maka pelanggan diberikan kompensasi. Ketentuan garansi dan kompensasi layanan pasang baru adalah seperti tabel berikut : Tabel 1 GARANSI DAN KOMPENSASI LAYANAN BARU Kategori tingkat layanan Service level Kompensasi Platinum 24 jam Setara 15 pulsa total per jam keterlambatan Gold 36 jam Setara 10 pulsa total per jam keterlambatan Silver 48 jam Setara 5 pulsa total per jam keterlambatan Standart 72 jam Setara 50 pulsa total per jam keterlambatan Terhitung sejak transaksi sampai dengan telepon berfungsikring. Sumber : Plasa Telkom Aceh Tahun 2010 76 Hasil Wawancara dengan Bapak Tino, Kasub. Billing, PT. Telkom Kandatel Aceh, tanggal 22 Juni 2010. 79 Universitas Sumatera Utara Pulsa yang diberikan akibat keterlambatan pengoperasian pasang baru PSB tersebut, berlaku untuk pemakaian maksimum selama 2 dua bulan tagihan, dan apabila sampai dengan 2 dua bulan tagihan pulsa kompensasi yang diterima pelanggan tersebut tidak dipergunakan maka dianggap hangus. Adapun pelanggan yang tidak berhak mendapat kompensasi dalam mengajukan permintaan pelayanan pasang baru PSB tidak berhak mendapatkan kompensasi jika penyebab keterlambatan pengoperasian tersebut bersumber pada pelanggan itu, sendiri, seperti: rumah belum selesai bangun, rumah kosong, instalasi kabel rumahgedung IKRG belum siap, atau yang disebabkan oleh kondisi Force Majeure. 2. Garansi dan kompensasi layanan perbaikan gangguan Telkom berkewajiban memperbaiki gangguan yang terjadi di sisi telkom dengan tolok ukur batas waktu penyelesaian yang telah ditentukan, jika penyelesaian gangguan melewati batas waktu tersebut maka Telkom akan memberikan kompensasi. Ketentuan garansi dan kompensasi layanan perbaikan gangguan adalah seperti tabel berikut : 80 Universitas Sumatera Utara Tabel 2 GARANSI DAN KOMPENSI LAYANAN PERBAIKAN GANGGUAN Kategori Tingkat layanan Service Level Kompensasi Waktu Freq Platinum 12 jam 1 per bulan Setara abonemen dan biaya tingkat pelayanan Tambahan setara 10 pulsa lokal perjam keterlambatan Gold 24 jam 1 per bulan Setara abonemen dan biaya tingkat layanan Tambahan setara 5 pulsa lokal per jam keterlambatan Silver 48 jam 2 per bulan Setara abonemen dan biaya tingkat layanan Standar 72 jam 2 per bulan Setara abonemen Sumber : PT. Telekomunikasi Indonesia Kandatel Aceh, Tahun 2010 Adapun pelanggan yang tidak mendapatkan kompensasi apabila pelanggan mengalami gangguan adalah jika sebab dari keterlambatan layanan perbaikan gangguan ada pada pelanggan itu sendiri, seperti : rumah kosong, kerusakan terjadi pada instalasi kabel rumahgedung IKRG danatau kondisi force majeure. 3. Garansi dan kompensasi layanan klaim tagihan Besarnya rekening tagihan yang dikeluarkan Telkom didasarkan kepada pemakaian telepon, sedangkan pemakaian telepon tersebut sepenuhnya dalam pengendalian pelanggan. Namun demikian, apabila pelanggan merasa ragu terhadap besarnya tagihan yang harus dibayar maka pelanggan dapat mengajukan keberatanklaim tagihan secara tertulis. 81 Universitas Sumatera Utara a Tolok ukur layanan klaim tagihan Pengajuan keberatanklaim tagihan awal terhadap besarnya rekening telepon akan diproses Telkom untuk diselesaikandijawab dalam batas waktu tertentu sesuai dengan tingkat layanan seperti terlihat dalam tabel sebagai berikut: Tabel 3 BATAS WAKTU PENGAJUAN KEBERATAN Kategori Tingkat layanan Service Level Kompensasi Waktu Titipan Platinum 3 hari tidak Klaim disetujui Gold 3 hari tidak Klaim disetujui Silver 7 hari tidak Klaim disetujui Standar 14 hari ya Klaim disetujui status jawaban klaim Sumber : PT. Telekomunikasi Indonesia Kandatel Aceh, Tahun 2010 Perhitungan tolok ukurbatas waktu dimulai sejak tanggal pengajuan klaim diterima Telkom sampai dengan terkirimnya surat jawaban lewat pos atau tanggal diterimanya surat jawaban oleh pengadu. b Kompensasi keterlambatan jawaban klaim tagihan 1. Kompensasi atas keterlambatan layanan klaim tagihan hanya berlaku bagi klaim tagihan awal. Untuk klaim tagihan ulang dan klaim tagihan lanjutan, tidak mendapat garansi. 2. Kompensasi atas keterlambatan penyelesaian klaim tagihan awal berupa diterimanya klaim atau klaim disetujui. 3. Besarnya nilai kompensasi bergantung jenis dan jumlah rupiah yang diklaim, yaitu : 82 Universitas Sumatera Utara a Sebesar nilai rupiah dari jenis yang diklaim, jika klaim menyebutkan jenis dan dapat dihitung, atau b Sebesar nilai tagihan sementara jika klaim tidak menyebutkan jenis atau tidak dapat dihitung. c Pelanggan yang tidak berhak mendapat kompensasi 1 Pelanggan yang mengajukan klaim tagihan tidak berhak mendapatkan kompensasi jika yang diklaim adalah tagihan jasa telekomunikasi luar negeri atau yang berkaitan dengan operatorprovider lain diluar Telkom seperti: percakapan SLI, danatau Premium Call. 2 Pelanggan yang mengajukan klaim tagihan tidak berhak mendapatkan restitusi jika Telkom telah memberikan jawaban sesuai tolok ukur klaim tagihan awal. Jadi dapat disimpulkan bahwa Perlindungan hukum yang diberikan oleh PT. Telkom kepada pelanggan di wujudkan dalam bentuk garansi dan kompensasi layanan apabila terdapat pengaduan-pengaduan yang terjadi pada pelanggan. Setiap pelanggan memiliki garansi dan kompensasi yang berbeda-beda disesuaikan dengan kategori masing-masing pelanggan. Dalam hal tanggung jawab diantara para pihak masih terlihat tidak seimbang. Oleh karena itu hukum memberikan perlindungan kepada pelanggan dalam bentuk Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 pasal 19 tentang tanggung jawab pelaku usaha dalam memberikan kompensasiganti rugi. 83 Universitas Sumatera Utara 4. Garansi dan kompensasi layanan mutasi Pelanggan telepon berhak mengajukan permintaan mutasiperubahan terhadap sambungan teleponnya sepanjang teknis memungkinkan dan memenuhi ketentuan yang berlaku. Jenis mutasi sambungan telepon : a. Pindah alamat yaitu berpindahnya sambungan telepon pelanggan dari suatu alamat ke alamat lain. Untuk pindah alamat garansi dan kompensasi berlaku seperti pada pasang baru. b. Balik nama yaitu pengalihan berlangganan sambungan telekomunikasi dari pelanggan lama ke pelanggan baru, disertai pengalihan tanggung jawab atas segala akibat yang timbul dari penggunaan sambungan telepon tersebut. c. Ganti nomor adalah penggantian nomor sambungan telekomunikasi untuk kepentingan dinas atau permintaan pelanggan. d. Pasang atau cabut fitor yaitu permintaan pasang atau cabut fasilitas khusus yang terdapat di sentral telepon digital yang disediakan bagi pelanggan, sehingga diharapkan memberikan kenyamanan dalam berkomunikasi serta memudahkan pengoperasian, penyambungan dan percakapan. 84 Universitas Sumatera Utara Tabel 4 GARANSI DAN KOMPENSASI LAYANAN MUTASI Kategori Tingkat Layanan Service level Kompensasi Platinum 24 jam Setara biaya mutasi Gold 24 jam Setara biaya mutasi Silver 24 jam Setara biaya mutasi Standar 24 jam Setara biaya mutasi Sumber : Plasa Telkom Aceh, Tahun 2010 Selama ini pihak PT. Telkom hanya memberikan perlindungan kepada pelanggan melalui garansi dan kompensasi layanan. Segala sesuatu yang bersumber pada pelanggan maka dikembalikan lagi ke pelanggan, namun jika masalah itu timbul dari pihak PT. Telkom maka PT. Telkom hanya memberikan pelayanan yang sesuai dengan perjanjian dan mengenai garansi dan kompensasi PT. Telkom sudah berupaya untuk melaksanakannya. Apabila terdapat penyelewengan yang berasal dari Telkom yang bertugas dilapangan, maka pihak PT. Telkom juga akan menindak lanjuti permasalahan tersebut. 77 Dengan demikian timbullah ganti rugi yang diberikan Telkom dan terdapat didalam pasal 5 angka 5.1 sampai dengan 5.3 kontrak berlangganan sambungan telekomunikasi yang antara lain : 78 5.1. Kerusakan atau gangguan pada jaringan akses danatau jaringan telekomunikasi Telkom dapat menimbulkan hak bagi pelanggan untuk mendapatkan ganti rugi, dengan syarat kerusakan atau gangguan tersebut. 77 Hasil Wawancara dengan Ibu Yulianti, Customer Service Plasa Telkom Aceh, tanggal 22 Juni 2010. 78 Cetak Biru Telekomunikasi, Kontrak Berlangganan Sambungan Telekomunikasi, Masyarakat Telematika Indonesia, 2005. 85 Universitas Sumatera Utara a. Tidak disebabkan oleh kesalahan pelanggan, b. Telah dilaporkan secara lisan atau tertulis kepada Telkom unit pelayanan c. Mengakibatkan sambungan telekomunikasi sama sekali tidak berfungsi atau tidak dapat digunakan melampaui waktu yang ditentukan dalam jaminan tingkat layanan service level guarantee, terhitung sejak tanggal diterimanya laporan oleh unit pelayanan Telkom. 5.2 Besarnya ganti rugi adalah sebesar biaya berlangganan bulanan abonemen per satu satuan sambungan telekomunikasi dan hanya diberikan 1 kali dalam 1 bulan tagihan. 5.3. Pembayaran ganti rugi dilakukan oleh Telkom dengan cara membebaskan pembayaran biaya berlangganan bulanan bulan berikutnya atau sesuai dengan permintaan pelanggan. Apabila ada perselisihan antara pelanggan dengan Telkom maka sesuai dengan pasal 12 kontrak berlangganan sambungan telekomunikasi disebutkan mengenai penyelesaian perselisihan, diantaranya : 79 12.1. Perselisihan yang menyangkut pelaksanaan danatau penafsiran atas kontrak ini diselesaikan bersama oleh Telkom dan pelanggan secara musyawarah. 12.2. Apabila penyelesaian secara musyawarah berdasarkan ketentuan pasal 12.1 tidak tercapai, maka Telkom dan pelanggan sepakat menyerahkan penyelesaiannya kepada badan penyelesaian sengketa konsumen BPSK atau 79 Cetak Biru Telekomunikasi, Kontrak Berlangganan Sambungan Telekomunikasi, Masyarakat Telematika Indonesia, 2005. 86 Universitas Sumatera Utara Pengadilan Negeri PN dengan domisili hukum di lokasi kantor Telkom setempat. Pencantuman klausula eksonerasi yang terdapat di dalam pasal 5 angka 5.4. kontrak berlangganan sambungan telekomunikasi, apabila peristiwa tersebut benar- benar terjadi maka pihak PT. Telkom tidak dapat menyelesaikannya, sehingga kompensasi layanan tidak dapat dilaksanakan oleh PT. Telkom. Dengan demikian hak pelanggan terabaikan dan pelanggan mengalami kerugian. Dengan demikian terlihat dengan jelas bahwa dalam hal perlindungan hukum yang diberikan kepada pelanggan dalam bentuk garansi dan kompensasi tidak dapat dilaksanakan apabila klausula yang terdapat didalam pasal 5 angka 5.4 tersebut terjadi. Jadi pihak PT. Telkom hanya memberikan garansi dan kompensasi layanan hanya sebatas pada hak pelanggan yang telah tercantum di dalam perjanjian atau kontrak. Berdasarkan ketentuan dalam kontrak berlanganan sambungan telekomunikasi, pemberian ganti rugi dilakukan oleh PT. Telkom kepada pelanggan atau konsumen sebesar biaya berlangganan bulanan abonemen per satu satuan sambungan telekomunikasi dan hanya diberikan 1 kali dalam 1 bulan tagihan 80 yang dilakukan dengan cara membebaskan pembayaran biaya berlanggan bulanan, bulan berikutnya atau sesuai dengan permintaan pelanggan, 81 apabila kerusakan atau gangguan pada jaringan akses danatau jaringan telekomunikasi PT. Telkom tidak 80 Butir 5.2 Kontrak Berlangganan Sambungan Telekomunikasi. 81 Butir 5.3 Kontrak Berlangganan Sambungan Telekomunikasi. 87 Universitas Sumatera Utara disebabkan oleh kesalahan pelanggan, dan telah dilaporkan secara lisan atau tertulis kepada PT. Telkom unit pelayanan serta mengakibatkan sambungan telekomunikasi sama sekali tidak berfungsi atau tidak dapat digunakan melampaui waktu yang ditentukan dalam Jaminan Tingkat Layanan service level guarantee, terhitung sejak tanggal diterimanya laporan oleh unit pelayanan PT. Telkom. 82 Namun, PT. Telkom menetapkan pembatasan dalam pemberian ganti rugi, sehingga PT. Telkom tidak bertanggung jawab, sehingga PT. Telkom tidak bertanggung jawab terhadap kerugian konsumen, karena : 1. Perubahan jaringan akses, perubahan nomor atau perubahan jaringan telekomunikasi PT. Telkom, apabila secara teknis mengharuskan dilakukan perubahan tersebut oleh PT. Telkom; 2. Kegagalan interkoneksi jaringan telekomunikasi dengan penyelenggara telekomunikasi lain; 3. Kesalahan tagihan akibat dari akses atau pemakaian jasa telekomunikasi yang disediakan oleh penyelenggara jasa telekomunikasi lain di luar PT. Telkom; 4. Kerusakan akibat kesalahan pelanggan; 5. Kerusakan akibat peristiwa atau kejadian di luar batas kendali normal PT. Telkom. 83 82 Butir 5.1 Kontrak Berlangganan Sambungan Telekomunikasi. 83 Butir 5.4 Kontrak Berlangganan Sambungan Telekomunikasi. 88 Universitas Sumatera Utara BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA PELANGGAN DENGAN PT. TELKOM Dalam kehidupan ekonomi sehari-hari, utamanya kegiatan sewa-pakai antara konsumen dan pelaku usaha, tidak tertutup kemungkinan terjadinya sengketa antara kedua belah pihak tersebut. Didalam sub-sub ini yang akan dibahas adalah mengenai sengketa konsumen. Sengketa konsumen adalah sengketa yang berkenaan dengan pelanggaran hak-hak konsumen. Lingkup sengketa ini meliputi bidang keperdataan, pidana, maupun tata usaha Negara. Upaya perlindungan konsumen merupakan segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan terhadap konsumen. Dalam hal ini, BPSK merupakan badan yang dibentuk berdasarkan amanat dan Undang-undang Perlindungan Konsumen. Badan ini merupakan suatu badan yang diharapkan mampu melakukan perlindungan terhadap konsumen dan perbuatan pelaku usaha yang nakal. Badan ini dibentuk dengan maksud agar persoalan yang timbul antara konsumen dengan pelaku usaha dapat segera ditemukan jalan keluarnya dengan proses beracara yang cepat dan tidak memakan biaya besar, walaupun tidak tertutup kemungkinan diselesaikan melalui jalur pengadilan. Proses beracara pada penyelesaian sengketa konsumen secara khusus diatur di dalam UUPK. Namun karena UUPK hanya mengatur beberapa pasal saja mengenai 106 89 Universitas Sumatera Utara ketentuan beracara, maka peraturan hukum acara seperti herziene indonesische reglement KUHAP tetap berlaku. Pada dasarnya sengketa perlindungan konsumen dapat diselesaikan melalui peradilan maupun melalui jalan diluar pengadilan. Pilihan penyelesaian sengketa tersebut berdasarkan kesepakatan sukarela di antara kedua belah pihak, sebagaimana dijelaskan dalam pasal 45 ayat 2 UUPK : “penyelesaian sengketa konsumen dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersangkutan. A. Klausula Penyelesaian Sengketa 1. Penyelesaian sengketa konsumen sesuai dengan Undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen Sengketa konsumen adalah sengketa yang berkenaan dengan pelanggaran hak-hak konsumen yang dilakukan oleh pelaku usaha. Menurut A.Z. Nasution, sengketa konsumen adalah sengketa antara konsumen dengan pelaku usaha public atau privat tentang produk konsumen, barang danatau jasa konsumen, tertentu. 84 Jadi, salah satu pihak yang wajib ada dalam setiap sengketa yan terjadi adalah pihak konsumen. Tanpa ada konsumen atau yang mewakilinya maka sengketa tersebut bukanlah sengketa konsumen. Pihak yang terlibat dalam sengketa konsumen umumnya adalah kalangan konsumen, pelaku usaha danatau pemerintah khususnya yang bergerak dibidang 84 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsuinen Indonesia, Jakarta, Grasindo, 2006 hal. 221. 90 Universitas Sumatera Utara penyediaan barangjasa kebutuuhan masyarakat. Lingkupnya mencakup semua segi hukum, baik keperdataan, pidana maupun tata usaha negara. Proses beracara dalam penyelesaian sengketa konsumen diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Akan tetapi karena dalam Undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen hanya diatur beberapa pasal saja mengenai hukum beracara, maka secara umum pengaturan hukum acara seperti dalam HIR dan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana tetap berlaku. 85 Sengketa konsumen dapat bersumber dari dua hal, yakni : a. Pelaku usaha tidak melaksanakan kewajiban hukumnya sebagaimana diatur dalam undang-undang, artinya pelaku usaha mengabaikan ketentuan Undang-undang tentang kewajibannya sebagai pelaku usaha dan larangan-larangan yang dikenakan padanya dalam menjalankan usahanya. Sengketa ini disebut sebagai sengketa yang bersumber dari hukum. b. Pelaku usaha atau konsumen tidak mentaati isi perjanjian, yang berarti baik pelaku usaha maupun konsumen tidak mentaati kewajibannya sesuai dengan kontrak, atau perjanjian yang dibuat diantara mereka. Sengketa ini dapat disebut sengketa yang bersumber dari kontrak. 86 Sebagaimana sengketa hukum pada umumnya, sengketa konsumen harus diselesaikan hingga tercipta hubungan baik antara pelaku usaha dengan konsumen. Dimana masing-masing berhak mendapatkan kembali hak-haknya. Penyelesaian 85 Ibid, hal. 165. 86 Jannus Sidabalok, Pengantar Hukum Ekonomi, Bina Media, Medan, 2000, hal. 166. 91 Universitas Sumatera Utara sengketa konsumen bertujuan untuk mem.berikan penyelesaian terhadap permasalahan yang timbul, sehingga kedua belah pihak dapat merasakan keadilan, pelaku usaha dapat kembali melaksankan usahanya dan konsumen dapat memperoleh apa yang dibutuhkan. Setiap sengketa yang terjadi antara konsumen dan pelaku usaha setidaknya dapat dilakukan dengan 2 cara penyelesaian, yaitu : 1. Penyelesaian Sengketa secara damai. 2. Penyelesaian melalui lembaga atau instansi yang berwenang. 87 Masing-masing cara penyelesaian sengketa tersebut memiliki kekuatan dan kelemahan masing-masing. Penyelesaian secara damai membutuhkan kemauan untuk berunding dalam mencari jalan tengah agar tercapai win-win soliution, kedua belah pihak harus sama-sama mengalah agar keduanya sama-sama menang. Penyelesaian secara damai ini menguntungkan bagi pihak pelaku usaha dalam menjaga kredibilitas perusahaannya dimata publik, karena diselesaikan secara internal dan pihak yang bersengketa. Sedangkan bila penyelesaian dilakukan melalui lembaga atau instansi yang berwenang, maka dibutuhkan biaya yang tak sedikit dan waktu yang relatif panjang. Selain itu penyelesaian sengketa melalui lembaga atau instansi yang berwenang ini terbuka untuk umum, sehingga seluruh masyarakat akan mengetahui bahwa diantara para pihak terjadi sengketa, dan clan sudut pandang pelaku usaha akan menjatuhkan kredibilitasnya. Akan tetapi putusan dari lembaga atau instansi ini lebih adil karena diputus oleh hakim yang tidak memihak ke salah satu pihak. 87 A.Z. Nasution, Op.Cit, hal. 224. 92 Universitas Sumatera Utara Dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen diatur, bahwa apabila terjadi sengketa antara konsumen dengan pelaku usaha, maka para pihak tersebut mempunyai dua alternatif penyelesaian sengketa. Penyelesaian sengketa tersebut dapat ditempuh melalui pengadilan atau diluar pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa. 88 Kata sukarela dalam hal ini diartikan sebagai pilihan para pihak baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama untuk menempuh jalan penyelesaian di pengadilan atau diluar pengadilan, oleh karenanya upaya perdamaian dapat dikatakan telah gagal, atau memang sejak awal para pihak memang tidak mau untuk berdamai. Penyelesaian sengketa secara damai diluar lingkungan peradilan membutuhkan kemauan dan kekuatan untuk berunding dalam mencapai kesepakatan yang dihasilkan dengan damai. Dalam hal ini berbagai faktor internal seperti rasa gengsi harus disingkirkan, para pihak hams lebih bersabar. Sedangkan penyelesaian sengketa yang dilakukan melalui jalur pengadilan membutuhkan pengetahuan tentang tata cara atau aturan yang berlaku bagi penyelesaian sengketa tersebut. Pasal 45 ayat 1 Undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyatakan, setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dengan pelaku usaha atau mclalui peradilan yang berada dilingkungan peradilan umum. Dalam kasus perdata di Pengadilan Negeri, pihak konsumen yang diberi hak 88 Lihat Pasal 45 ayat 2 UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821. 93 Universitas Sumatera Utara menggajukan gugatan berdasarkan pasal 46 Undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah : 1. Seorang konsunsumen yang dirugikan atau ahli waris yang bersangkutan; 2. Sekelompok konsumen yang mempunyai kepentingan yang sama; 3. Lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat yang memenuhi syarat, yaitu berbadan hukum atau yayasan yang dalam anggaran dasarnya menyebutkan dengan tegas bahwa tujuan didirikannya organisasi itu adalah untuk kepentingan perlindungan konsumen dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan anggaran dasarnya; 4. Pemerintah danatau instansi terkait jika barang danatau jasa yang dikonsumsi atau dimanfaatkan mengakibatkan kerugian materi yang besar danatau korban yang tidak sedikit. Dalam menyelesaikan sengketa konsumen dapat dilakukan melalui tiga jalur hukum, yakni melalui instrumen hukum administrasi negara, instrumen hukum acara perdata, maupun instrumen hukum acara pidana. Instrument hukum administrasi negara mengatur bahwa penyelesaian sengketa konsumen dapat dilakukan dengan mengajukan gugatan ke Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK, peradilan tata usaha negara maupun melalui instrumen hukum hak uji material yang merupakan hak dari Mahkamah Agung untuk menguji secara materiil peraturan perundang- undangan dibawah Undang-undang gugatan penggugat atau pemohon keberatan kelompok masyarakat. Sedangkan bila penyelesaian sengketa konsumen dengan menggunakan iunstrumen hukum acara perdata, maka gugatan dapat dilakukan sebagaimana lazimnya perkara perdata biasa, baik yang diajukan oleh orang perorang maupun oleh pemerintah dalam hal barang danatau jasa yang dikonsumsi danatau dimanfaatkan menimbulkan kerugian materi yang besar ataupun menimbulkan musibah bagi orang lain. Gugatan tersebuut baik diajukan oleh sekelompok 94 Universitas Sumatera Utara konsumen yang memiliki kepentingan yang sama, maupun diajukan oleh LPKSMNGO yang memenuhi syarat. Untuk membantu penyelesaian sengketa konsumen yang dilakukan diluar pengadilan, Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen memperkenalkan sebuah lembaga yang bernama Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen yang sering disingkat dengan BPSK. Badan ini merupakan badan hasil bentukan dari pemerintah yang berkedudukan di ibukota Daerah Tingkat II KabupatenKota. 89 BPSK menyelesaikan sengketa konsumen dengan 3 cara yakni dengan jalan konsiliasi, mediasi dan arbitrase. Penjelasan lebih lanjut mengenai penyelesaian sengketa konsumen melalui BPSK akan dibahas dalam pembahasan berikutnya. Sengketa konsumen dimulai pada saat konsumen menggugat pelaku usaha yang menolak dan atau tidak memenuhi ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat 1 , ayat 2, ayat 3 dan ayat 4, baik melalui BPSK ataupun badan peradilan ditempat kedudukan konsumen. Sekalipun Undang-undang Perlindungan Konsumen merupakan Undang- undang yang mengatur mengenai perlindungan hukum kepada konsumen, tetapi Undang-undang ini juga menegaskan mengenai diberikannya hak kepada pelaku 89 Lihat Pasal 49 ayat 1 Undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Pemerintah membentuk badan penyelesaian sengketa konsumen di Daerah Tingkat II untuk penyelesaian sengketa konsumen di luar. pengadilan. 95 Universitas Sumatera Utara usaha untuk mendapatkan perlindungan hukum dan tindakan konsumen yang beriktikad tidak baik. 90

2. Penyelesaian Sengketa Konsumen o1eh Badan Penyelesakan Sengketa