4.2 Output Software Analisa Struktur
Untuk menganalisa struktur banyak data yang kita perlukan dimana dalam tugas akhir ini, data yang didapat dalam software analisa struktur, dibandingkan
dengan kondisi existing dilapangan serta ada juga yang dibandingkan dengan perhitungan secara manual. Data hasil output software analisa struktur yang dikontrol
terhadap peraturan yang ada. 4.2.1. Eksentrisitas Struktur
Pada tugas akhir ini, pusat massa dan pusat kekakuannya berhimpit pada satu titik. Namun untuk menghindari kondisi yang berbahaya, tetap dikenakan
eksentrisitas rencana sebesar e
d
, seperti pada SNI 03-1726-2003, dengan perhitungan eksentrisitas sebagai berikut :
1. Eksentrisitas pada arah sumbu x dengan b
x
= 184 m Pusat massa pada sumbu x = 92 m dan pusat keakuan sumbu x = 92 m.
e
x
= 92 m- 92 m = 0 e
dx1
= 1,5 x 0 + 0,05 x 92 = 4,6 m e
dx2
= 0 – 0,05 x 92 = -4,6 m dari kedua perhitungan diatas, maka diambil nilai e
dx
= 4,6 m. 2. Eksentrisitas pada arah sumbu y dengan b
y
= 44 m Pusat massa pada sumbu y = 22,76 m dan pusat kekekuan pada sumbu y
= 22,76 m. e
y
= 22,76 m – 22,76 m = 0 e
yx1
= 1,5 x 0 + 0,05 x 44 = 2,2 m
Universitas Sumatera Utara
e
yx2
= 0 – 0,05 x 44 = -2,2 m dari kedua nilai diatas, maka diambil nilai e
dy
= 2,2 m. Dari hasil software analisa struktur, didapat nilai Xcr dan Ycr sebagai
berikut : Tabel 4.11 Nilai Xcr dan Ycr
Story Diaphragm
XM m
YM m
ATAP D5
94.283 26.775
LANTAI 4 D4
94.134 26.788
LANTAI 3 D3
94.112 26.913
LANTAI 2 D2
94.259 26.952
LANTAI 1 D1
94.234 26.724
Untuk mendapatkan eksentrisitas struktur bangunan maka gunakan rumus berikut :
e
x
= ½ b – Xcr dan e
y
= ½ b – Ycr, maka didapat : Tabel 4.12 Kontrol nilai eksentrisitas struktur terhadap SNI 03-1726-2003
4.2.2 Waktu Getar Alami Struktur Setiap bangunan yang dibangun harus memenuhi pembatasan waktu getar
alami yang ditetapkan dalam SNI 03-1726-2003, hal ini bertujuan untuk mencegah simpangan antar tingkat yang berlebihan dan menjamin kenyamanan penghunian
Lantai by
Bx Xcr
Ycr edx
edy ex
ey Kontrol
m m
m m
m m
m m
Atap 184
44 94.283 23.775
4.6 2.2
2.283 1.775
ok Lantai 4
184 44
94.134 23.788 4.6
2.2 2.134
1.788 ok
Lantai 3 184
44 94.112 23.913
4.6 2.2
2.112 1.913
ok Lantai 2
184 44
94.259 23.952 4.6
2.2 2.259
1.952 ok
Lantai 1 184
44 94.234 23.724
4.6 2.2
2.234 1.724
ok
Universitas Sumatera Utara
serta untuk membatasi kerusakan terhadap struktur yang dapat menelan korban jiwa. Adapun pembatasan waktu getar alami pada tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
T
1
ζ H
34
Dimana H merupakan tinggi total struktur, dan ζ adalah koefisien yang telah ditetapkan seperti pada tabel.
Tabel 4.13 Cek waktu getar alami struktur
Wiayah Gempa jenis struktur
Koefisien Batasan waktu
getar Waktu getar
T
1
Kontrol
ζ
Detik Detik
Sedang WG 4rangka beton 0.102
1.038 0.738
ok Berat WG 5 6ranga beton
0.095 0.967
0.738 ok
4.2.3 Gaya Geser Dasar Base Shear Menurut SNI 03-1726-2003 nilai akhir respons dinamik struktur gedung
terhadap pembebanan gempa nominal akibat pengaruh gempa rencana dalam suatu arah tertentu, tidak boleh diambil kurang dari 80 nilai respons ragam yang pertama.
Dengan watku getar alami yang didapat maka perhitungan gaya gesernya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.14 Berat Total Output Software analisa Struktur
Section Berat
ton
Pelat Atap 778.4
Pelat Lantai 9266.34
Kolom 2571.63
Balok 6778.18
Total 19394.55
Universitas Sumatera Utara
Berat total bangunan W
t
= 19394,55 ton 1. Untuk wilayah gempa 4
T
1
= 1,038 detik C
1
= 0,64 T
1
= 0,641,038 = 0,617 Ambil R = 5,5, dimana R merupakan faktor gempa representatif struktur
maka: Untuk arah x
V
xs
=
w
t
= 19394,55 = 2174,2 ton
Untuk arah sumbu y V
ys
= W
t
= 19394,55 = 2174,2 ton
Selanjutnya bandingkan dengan gaya geser yang didapat dari output software analisa struktur, yaitu :
V
xd
= 2287,07 ton V
yd
= 2253,28 ton Maka untuk arah x :
V
xd
≥ 0.8 V
xs
2287,07 ≥ 0.8 x 2174,2
2287,07 ton ≥ 1739,36 ton………. ok
Untuk arah y : V
yd
≥ 0.8 V
ys
2253,28 ≥ 0.8 x 2174,2
2253,28 ton ≥ 1739,36 ton …………ok
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk wilayah gempa 5 T
1
= 0,967 detik C
1
= 0,76 T
1
= 0,760,967 = 0,786 Ambil R = 8,5, dimana R merupakan faktor gempa representatif struktur
maka: Untuk arah x
V
xs
=
w
t
= 19394,55 = 2350,2 ton
Untuk arah sumbu y V
ys
= W
t
= 19394,55 =2350,2 ton
Selanjutnya bandingkan dengan gaya geser yang didapat dari output software analisa struktur, yaitu :
V
xd
= 2645,615 ton V
yd
= 2593,39 ton Maka untuk arah x :
V
xd
≥ 0.8 V
xs
2645,615 ≥ 0.8 x 2350,2
2645,615 ton ≥ 1880,16 ton………. ok
Untuk arah y V
yd
≥ 0.8 V
ys
2593,39 ≥ 0.8 x 2350,2
2539,39 ton ≥ 1880,16 ton …………ok
Universitas Sumatera Utara
3. Untuk wilayah gempa 6 T
1
= 0,967 detik C
1
= 0,84 T
1
= 0,840,967 = 0,869 Ambil R = 8,5, dimana R merupakan faktor gempa representatif struktur
maka: Untuk arah x
V
xs
=
w
t
= 19394,55 = 2582,8 ton
Untuk arah sumbu y V
ys
= W
t
= 19394,55 = 2582,8 ton
Selanjutnya bandingkan dengan gaya geser yang didapat dari output software analisa struktur, yaitu :
V
xd
= 2918,482 ton V
yd
= 2862,155 ton Maka untuk arah x :
V
xd
≥ 0.8 V
xs
2918,482 ≥ 0.8 x 2582,8
2918,482 ton ≥ 2066,24 ton………. ok
Untuk arah y : V
yd
≥ 0.8 V
ys
2862,155 ≥ 0.8 x 2582,8
2862,155 ton ≥ 2582.8 ton …………ok
Universitas Sumatera Utara
Grafik 4.4 Perbandingan Gaya Geser WG 4,5 dan 6 pada Arah x
Grafik 4.5 Perbandingan Gaya Geser WG 4,5 dan 6 pada Arah y
2287,07062 2082,94299
1710,64075 1225,50254
592,64358 2645,615
2429,467 1994,868
1412,721 654,83
2918,482 2700,221
2216,887 1553,529
691,345 500
1000 1500
2000 2500
3000 3500
Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Atap
G a
y a
G e
se r
t o
n
Gaya Geser Arah X
Wilayah Gempa 4 Wilayah Gempa 5
Wilayah Gempa 6
2253,28087 2046,2629
1682,57601 1214,10772
589,18724 2593,39
2375,406 1953,849
1393,476 653,553
2862,155 2643,5
2175,087 1533,746
691,798 500
1000 1500
2000 2500
3000 3500
Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Atap
G a
y a
G e
se r
t o
n
Gaya Geser Arah Y
Wilayah Gempa 4 Wilayah Gempa 5
Wilayah Gempa 6
Universitas Sumatera Utara
4.2.4 Kontrol Partisipasi Massa Berdasarkan SNI 03-1726-2003 jumlah ragam vibrasi mode shape yang
ditinjau dalam penjumlahan respons ragam harus sedemikian rupa sehingga partisipasi massa ragam efektif dalam menghasilkan respons total harus mencapai
sekurang-kurangnya 90 . Tabel 4.15 Modal Participating Mass Ratio
Mode Period
UX UY
UZ SumUX
SumUY SumUZ
1 1.913045
0.0032 0.1495
0.0032 0.1495
2 1.796531
0.0006 74.3339
0.0038 74.4834
3 1.769069
75.0518 0.0007
75.0556 74.4841 4
0.737876 6.6383
0.3072 81.6939 74.7913
5 0.731392
0.5325 6.8364
82.2264 81.6278 6
0.717571 0.2764
0.8304 82.5028 82.4582
7 0.464875
4.5734 0.2639
87.0761 82.7221 8
0.462386 0.2969
4.5295 87.373
87.2516 9
0.431365 0.0593
0.0724 87.4323 87.3241
10 0.284244
1.5014 0.4641
88.9337 87.7882 11
0.280194 0.9058
4.8047 89.8395 92.5929
12 0.277449
3.2558 0.4786
93.0953 93.0714 13
0.206577 2.0295
0.0066 95.1249
93.078 14
0.201481 0.007
6.9196 95.1319 99.9976
15 0.199116
4.8681 0.0024
100 100
Dari table diatas terlihat bahwa penjumlahan respons ragam menghasilkan respons total yang menghasilkan hingga 100 unutk arah x dan arah y, sehingga
ketentuan dalam SNI 03-1726-2003 Ps. 7.2.1 dapat terpenuhi.
Universitas Sumatera Utara
4.2.5 Metode Penjumlahan Respons Ragam Pada tugas akhir ini, metode penjumlahan respons ragam yang digunakan
adalah metode CQC Complete Quadratic Combination. Menurut SNI 03-1726- 2003 Ps. 7.2.2 untuk struktur gedung tidak beraturan yang memiliki waktu getar
alami berdekatan, dimana selisih antar waktu alaminya kurang dari 15 maka metode penjumlahan ang digunakan adalah CQC. Namun apabila suatu struktur
gedung yang tidak beraturan yang memiliki waktu getar alami berjauhan, maka penjumlahannya menggunakan metode akar jumlah kuadratSRSS Square Root of
the sum of the Square.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.16 Selisih Periode Antar Mode yang Berdekatan
Mode Periode
Selisih detik
1 1.913045
0.116514 11.6514
2 1.796531
0.027462 2.7462
3 1.769069
1.031193 103.1193 4
0.737876 0.006484
0.6484
5 0.731392
0.013821 1.3821
6 0.717571
0.252696 25.2696
7 0.464875
0.002489 0.2489
8 0.462386
0.031021 3.1021
9 0.431365
0.147121 14.7121
10 0.284244
0.00405 0.405
11 0.280194
0.002745 0.2745
12 0.277449
0.070872 7.0872
13 0.206577
0.005096 0.5096
14 0.201481
0.002365 0.2365
15 0.199116
Berdasarkan output software analisa struktur maka didapat bahwa persentase selisih antar mode yang berdekatan adalah dominan kurang dari 15 maka
penggunaan metode penjumlahan respons ragamnya sesuai.
Universitas Sumatera Utara
4.2.6 Simpangan Struktur Simpangan struktur yang terjadi terjadi pada bangunan harus dikontrol
menurut SNI 03-1726-2003 Ps. 8 yaitu simpangan antar tingkat yang dikontrol terhadap Kinerja Batas Layan Δs dan Kinerja Batas Ultimit Δm.
Kinerja batas layan struktur gedung Δs ditentukan oleh simpangan antar- tingkat oleh pengaruh gempa rencana, yang tujuannya adalah untu mencegah
kerusakan non-struktur serta untuk membatasi terjadinya pelelehan baja dan peretakan beton yang berlebihan. Simpangan antar tingkat ini harus dihitung dari
struktur bangunan tersebut akibat gempa nominal yang telah dikalikan dengan faktor skala. Simpangan antar-tingkat yang terjadi tidak boleh melebihi 0,03R dikali tinggi
tingkat atau 30 mm, bergantung dengan nilai yang terkecil. Kinerja batas ultimit stuktur gedung Δm dihitung dari simpangan struktur
gedung akibat pembeba nan gempa nominal Δs, dikalikan dengan suatu faktor
pengali ξ = 0,7R untuk gedung beraturan dan ξ = 0,7Rfaktor skala untuk gedung yang tidak beraturan. Kinerja batas ultimit gedung Δm tidak boleh melebihi 0,02 x
tinggi gedung yang bersangutan. Kin erja batas ultimit Δm ditentukan untuk
membatasi kemungkinan terjadinya keruntuhan struktur bangunan gedung yang dapat menimbulkan korban jiwa dan untuk mencegah benturan berbahaya antar
gedung atau antar struktur banguan gedung yang dipisah dengan sela pemisah sela dilatasi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.17 Simpangan
Lantai Wilayah Gempa 4
Wilayah Gempa 5 Wilayah Gempa 6
Δx Δy
Δx Δy
Δx Δy
Atap 50.29
48.76 56.5
54.46 63.17
61.54 4
39.30 38.56
46.09 44.31
51.44 48.92
3 29.68
28.91 35.15
33.69 39.15
37.69 2
19.39 18.60
21.85 19.86
24.4 22.08
1 4.79
4.53 4.71
3.98 5.31
4.75
Persyaratan izin untuk kinerja batas layan dan kinerja batas ultimit adalah : 1. Kinerja Batas Layan KBL maksimum adalah 30 mm atau 0,03HiR,
nilai yang terkecil diambil sebagai batas simpangannya. Wilayah gempa 4 R = 5,5 maka KBL maksimum = 0,03Hi5,5
Wilayah gempa 5 R = 8,5 maka KBL maksimum = 0,03Hi8,5 Wilayah gempa 6 R = 8,5 maka KBL maksimum = 0,03Hi8,5
Dimana H1 = 3.55 m, H2 = 5,00 m, H3 = 4,50 m, H4 = 4,50 m, H5 = 4,50 m.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.18 Analisa ∆s Akibat Arah Gempa x
wilayah gempa Lantai
Hi m Drift
∆s tiap Drift
∆s antar
Syarat Drift
kontrol Tingkat
mm Tingkat
mm ∆s mm
wilayah gempa 4 5
22.05 50.29
11.00 24.55
ok 4
17.55 39.30
9.62 24.55
ok 3
13.05 29.68
10.29 24.55
ok 2
8.55 19.39
14.60 27.27
ok 1
3.55 4.79
4.79 19.36
ok
wilayah gempa 5 5
22.05 56.5
10.41 15.88
ok 4
17.55 46.09
10.94 15.88
ok 3
13.05 35.15
13.3 15.88
ok 2
8.55 21.85
16.87 17.65
ok 1
3.55 4.98
4.98 12.53
ok
wilayah gempa 6 5
22.05 63.17
11.73 15.88
ok 4
17.55 51.44
12.29 15.88
ok 3
13.05 39.15
14.75 15.88
ok 2
8.55 24.4
19.09 17.65
no ok 1
3.55 5.31
5.31 12.53
ok
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.19 Analisa ∆s Akibat Arah Gempa y
wilayah gempa Lantai
Hi m Drift
∆s tiap
Drift ∆s
antar Syarat
Drift kontrol
Tingkat mm
Tingkat mm
∆s mm
wilayah gempa 4 5
22.05 48.76
10.20 24.55
ok 4
17.55 38.56
9.64 24.55
ok 3
13.05 28.91
10.31 24.55
ok 2
8.55 18.60
14.07 27.27
ok 1
3.55 4.53
4.53 19.36
ok
wilayah gempa 5 5
22.05 54.46
10.15 15.88
ok 4
17.55 44.31
10.62 15.88
ok 3
13.05 33.69
13.83 15.88
ok 2
8.55 19.86
15.88 17.65
ok 1
3.55 3.98
3.98 12.53
ok
wilayah gempa 6 5
22.05 61.54
12.62 15.88
ok 4
17.55 48.92
11.23 15.88
ok 3
13.05 37.69
15.61 15.88
ok 2
8.55 22.08
17.33 17.65
ok 1
3.55 4.75
4.75 12.53
ok
2. Kinerja Batas Ultimit KBU maksimum adalah 0,02Hi. Menurut SNI 03-1726-2003 kinerja batas ultimit dapat dihitung dengan
menggunaan rumus :.Δm = 0,7.R. Δs, dimana R dan H sama seperti ketentuan diatas.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.20 Simpangan Masimum Antar Tingkat arah x
wilayah gempa Lantai
Hi m Drift
∆s antar
Drift ∆m
antar Syarat
Drift kontrol
Tingkat mm
Tingkat mm
∆m mm
wilayah gempa 4 5
22.05 11.00
42.34 90
ok 4
17.55 9.62
37.04 90
ok 3
13.05 10.29
39.61 90
ok 2
8.55 14.60
56.21 100
ok 1
3.55 4.79
18.43 71
ok
wilayah gempa 5 5
22.05 10.41
61.94 90
ok 4
17.55 10.94
65.09 90
ok 3
13.05 13.30
79.14 90
ok 2
8.55 16.87
100.38 100
no ok 1
3.55 4.98
29.63 71
ok
wilayah gempa 6 5
22.05 11.73
69.79 90
ok 4
17.55 12.29
73.13 90
ok 3
13.05 14.75
87.76 90
ok 2
8.55 19.09
113.59 100
no ok 1
3.55 5.31
31.59 71
ok
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.21 Simpangan Masimum Antar Tingkat Arah y
wilayah gempa Lantai
Hi m Drift
∆s antar
Drift ∆m
antar Syarat
Drift kontrol
Tingkat mm
Tingkat mm
∆m mm
wilayah gempa 4 5
22.05 10.20
39.28 90
ok 4
17.55 9.64
37.13 90
ok 3
13.05 10.31
39.70 90
ok 2
8.55 14.07
54.19 100
ok 1
3.55 4.53
17.43 71
ok
wilayah gempa 5 5
22.05 10.15
60.39 90
ok 4
17.55 10.62
63.19 90
ok 3
13.05 13.83
82.29 90
ok 2
8.55 15.88
94.49 100
ok 1
3.55 3.98
23.68 71
ok
wilayah gempa 6 5
22.05 12.62
75.09 90
ok 4
17.55 11.23
66.82 90
ok 3
13.05 15.61
92.88 90
ok 2
8.55 17.33
103.11 100
no ok 1
3.55 4.75
28.26 71
ok
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa setiap model dengan jumlah yang sama akan memiliki kinerja batas ultimit yang sama, hal ini sesuai dengan ketentuan
bahwa pengaruh gempa rencana pada struktur daktail maupun elastik akan memiliki simpangan maksimum yang sama dalam kondisi diambang keruntuhan constant
maximum displacement rule.
Universitas Sumatera Utara
4.3 Perbandingan Luas Tulangan Existing Struktur Gedung Terhadap Analisa Output Software Analisa Struktur
Untuk mewujudkan strong coloum weak beam, sangat perlu diperhatikan tulangan utamanya dan sengkangnya, terutama didaerah rawan gempa. Luas tulangan
pada masing-masing elemen harus mampu untuk menahan gaya gravitasi dan gaya gempa yang direncanakan pada bangunan tersebut.
4.3.1 Tulangan Utama 1. Kolom
Pada kolom sangat rentan terjadi sendi plastis, untuk itu kolom direncanakan mampu menahan gaya aksial dan lentur yang disebabkan oleh struktur itu
sendiri dan khusus daerah rawan gempa, kolom juga dirancang mampu menahan gaya lateral. Apabila terjadi gempa, sebaiknya diusahakan agar
balok lebih dahulu mengalami kerusakankehancuran dari pada kolomnya. Pada umumnya kegagalan atau keruntuhan kolom komponen tekan tidak
diawalai dengan tanda peringatan yang jelas, bersifat mendadak, sehingga berakibat langsung pada runtuhnya komponen struktur lain yang
berhubungan dengannya maupun runtuhnya komponen struktur secara keseluruhan. Oleh karena itu, dalam merencanakan struktur kolom harus
diperhitungkan secara cermat dengan memberikan cadangan lebih tinggi dari pada untuk komponen struktur lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Berikut ditampilkan perbandingan antara penulangan utama Kolom pada Kondisi existing strukutur tersebut dengan hasil analisa output software
analisa struktur. Tabel 4.22 Penulangan Kolom di Lapangan
PENULANGAN KOLOM JENIS JUMLAH
LUAS DIMENSI SELIMUT BETON
SENGKANG K1.0
16 D 25 7850
65 X 65 4 CM
Ø10-100200 K2.0
16 D 25 7850
65 X 65 4 CM
Ø10-100200 K3.0
18 D 19 5100.93
50 X 50 4 CM
Ø10-100200 K4.0
28 D 19 7934.78
50 X 50 4 CM
Ø10-100200 K1.1
24 D 19 6801.24
60 X 60 4 CM
Ø10-100200 K2.1
24 D 19 6801.24
60 X 60 4 CM
Ø10-100200 K3.1
16 D 19 4534.16
50 X 50 4 CM
Ø10-100200 K4.1
26 D 19 7368.01
50 X 50 4 CM
Ø10-100200 K1.2
20 D 19 5667.7
60 X 60 4 CM
Ø10-100200 K2.2
20 D 19 5667.7
60 X 60 4 CM
Ø10-100200 K3.2
14 D 19 3967.39
50 X 50 4 CM
Ø10-100200 K4.2
20 D 19 5667.7
50 X 50 4 CM
Ø10-100200 K1.3
18 D 19 5100.93
50 X 50 4 CM
Ø10-100200 K2.3
16 D 19 4534.16
50 X 50 4 CM
Ø10-100200 K3.3
12 D 19 3400.62
40 X 40 4 CM
Ø10-100200 K4.3
16 D 19 4534.16
40 X 40 4 CM
Ø10-100200 K1.4
16 D 19 4534.16
50 X 50 4 CM
Ø10-100200 K3.4
10 D 19 2833.85
40 X 40 4 CM
Ø10-100200 K4.4
12 D 19 3400.62
40 X 40 4 CM
Ø10-100200 K5.4
8 D 16 1607.68
30 X 30 4 CM
Ø10-100200 K6.4
4 D 12 452.16
20 X 20 4 CM
Ø8 -100200
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.23 Penulangan Kolom Hasil Analisa Output Software Analisa Struktur
JENIS KOLOM
DIAMETER TUL. mm
ZONA 4 ZONA 5
ZONA 6 LUAS TUL
mm JUMLAH
LUAS TUL mm
JUMLAH LUAS TUL
mm JUMLAH
K1.0 25
6536 13
6910.83 14
7725 16
K2.0 25
6536 13
6910.83 14
7725 16
K3.0 19
4675.43 16
4870.96 17
5009.8 18
K4.0 19
5407.197 19
5725.532 20
7029.102 24
K1.1 19
5268.91 19
5370.04 19
5600 20
K2.1 19
5268.91 19
5370.04 19
5600 20
K3.1 19
4108.7 14
4209.1 15
4500 16
K4.1 19
6982.87 25
7135.407 25
7330.725 26
K1.2 19
4591.468 16
4809.54 17
5054.904 18
K2.2 19
4570 16
4677.93 17
4982.89 18
K3.2 19
2708.92 10
2892.36 10
3213.34 11
K4.2 19
4279.2 15
4591.71 16
4900.09 17
K1.3 19
4662.925 16
4767.287 17
4966.597 18
K2.3 19
4032.5 14
4336.12 15
4460 16
K3.3 19
2730.93 10
2911.9 10
3253.64 11
K4.3 19
3386.927 12
3699.26 13
4014.026 14
K1.4 19
3386.927 12
3699.22 13
4014.026 14
K3.4 19
2129.31 7
2370.75 8
2691.981 10
K4.4 19
2890.12 10
3105.6 11
3309.974 12
K5.4 16
1322.47 6
1464.242 7
1571.832 8
K6.4 12
554.24 4
716.179 6
829.401 7
2. Balok Balok tidak hanya mengalami gaya lentur, tetapi akibat gaya lentur tersebut,
balok juga mengalami gaya geser akibat lenturan. Untuk dapat menahan itu, perlu diperhitungkan juga penulangannya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.24 Penulangan Balok di Lapangan
JENIS LETAK
TUL TOP
AS TOP TUL
BOT AS BOT
TUL SELIMUT SENGKANG DIMENSI
mm mm
PEMINGGANG BETON
mm cm
B1 TUMP
7D25 3434.375
3D25 1471.88
2 D 10 3 CM
Ø10-100 40 X 65
LAP 3D25
1471.875 5D25
2453.13 2 D 10
Ø10-200 B2
TUMP 6D19
1700.31 3D19
850.155 2 D 10
3 CM Ø10-100
30 X 60 LAP
2D19 566.77
4D19 1133.54
2 D 10 Ø10-200
LP TUMP
5D16 1004.8
2D16 401.92
6 D 8 3 CM
Ø8-100 13 X 85
LAP 2D16
401.92 4D16
803.84 6 D 8
Ø8-200 B3
TUMP 5D19
1416.925 2D19
566.77 2 D 10
4 CM Ø10-100
25 X 50 LAP
2D19 566.77
3D19 850.155
2 D 10 Ø10-200
B4 TUMP 3 D19
850.155 2D19
566.77 -
4 CM Ø10-100
20 X 40 LAP
2D19 566.77
3D19 850.155
- Ø10-200
B5 TUMP
3D16 602.88
2D16 401.92
- 3 CM
Ø10-100 20 X 30
LAP 2D16
401.92 3D16
602.88 -
Ø10-200 B1.A
TUMP 6D16 1205.76
3D16 602.88
2 D 10 3 CM
Ø10-100 20 X 65
LAP 3D16
602.88 5D16
1004.8 2 D 10
Ø10-200
Tabel 4.25 Penulangan Balok Hasil software analisa struktur untuk WG 4
JENIS LETAK
AS TOP JLH TUL
AS BOT JLH TUL
B1 TUMP
2657.329 5
1255.673 3
LAP 1257.3
3 1855.673
4 B1A
TUMP 850.417
4 656.416
3 LAP
656.416 3
756.416 4
B2 TUMP
1360.167 5
779.09 3
LAP 660.167
2 998.05
4 B3
TUMP 1052.504
4 695.055
2 LAP
606.504 2
824.7 3
B4 TUMP
705.267 2
513.924 2
LAP 694.267
2 703.87
2 B5
TUMP 491.47
2 338.3
2 LAP
491.47 2
438.3 2
LP TUMP
730.299 4
398.538 2
LAP 421.67
2 498.538
2
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.26 Penulangan Balok Hasil software analisa struktur untuk WG 5
JENIS LETAK AS TOP
JLH TUL AS BOT
JLH TUL B1
TUMP 2857.33
6 1255.67
3 LAP
1257.3 3
1855.67 4
B1A TUMP
950.417 5
656.416 3
LAP 656.416
3 756.416
4 B2
TUMP 1501.12
5 787.09
3 LAP
680.57 2
1001.05 4
B3 TUMP
1352.7 5
695.055 2
LAP 706.94
2 824.7
3 B4
TUMP 765.7
3 513.924
2 LAP
694.267 2
703.87 2
B5 TUMP
591.54 3
338.3 2
LAP 495.06
2 438.3
2 LP
TUMP 930.299
5 398.538
2 LAP
441.67 2
698.538 3
Tabel 4.27 Penulangan Balok Hasil software analisa struktur untuk WG 6
JENIS LETAK
AS TOP JLH TUL
AS BOT JLH TUL
B1 TUMP
3429.33 7
1455.67 3
LAP 1467.3
3 2455.67
5 B1A
TUMP 1250.42
6 656.416
3 LAP
656.416 3
1004.42 5
B2 TUMP
1501.12 5
787.09 3
LAP 680.57
2 1001.05
4 B3
TUMP 1352.7
5 695.055
2 LAP
706.94 2
824.7 3
B4 TUMP
865.7 3
513.924 2
LAP 694.267
2 873.87
3 B5
TUMP 591.54
3 338.3
2 LAP
495.06 2
638.3 3
LP TUMP
930.299 5
398.538 2
LAP 441.67
2 898.538
4
Universitas Sumatera Utara
4.3.2 Tulangan Tranversal 1. Kolom
Pada kolom penulangan sangat diperhatikan, mengingat korlom yang direncanakan harus bersifat daktail, terutama untuk wilayah gempa 5 dan 6.
Untuk itu pada kolom direncanakan tulangan daktilitas. Tabel 4.28 Penulangan Sengkang Pada Kolom
PENULANGAN SENGKANG JENIS
SENGKANG K1.0
Ø10 - 1020 K2.0
Ø10 - 1020 K3.0
Ø10 - 1020 K4.0
Ø10 - 1020 K1.1
Ø10 - 1020 K2.1
Ø10 - 1020 K3.1
Ø10 - 1020 K4.1
Ø10 - 1020 K1.2
Ø10 - 1020 K2.2
Ø10 - 1020 K3.2
Ø10 - 1020 K4.2
Ø10 - 1020 K1.3
Ø10 - 1020 K2.3
Ø10 - 1020 K3.3
Ø10 - 1020 K4.3
Ø10 - 1020 K1.4
Ø10 - 1020 K3.4
Ø10 - 1020 K4.4
Ø10 - 1020 K5.4
Ø10 - 1020 K6.4
Ø8 - 1020
Universitas Sumatera Utara
Menurut output software analisa struktur tulangan sengkang pada kolom yang dihasilkan adalah :
Tabel 4.29 Penulangan Sengkang Output Software Analisa Struktur pada WG 4
ZONA 4 JENIS
OUTPUT D TUL
JARAK JARAK
mm mm
PAKAI mm
K1.0 0.621
10 143
150-300 K2.0
0.611 10
143 150-300
K3.0 0.587
10 143
150-300 K4.0
0.501 10
167 150-300
K1.1 0.829
10 100
100-200 K2.1
0.824 10
100 100-200
K3.1 0.767
10 111
100-200 K4.1
0.748 10
111 100-200
K1.2 0.564
10 143
150-300 K2.2
0.564 10
143 150-300
K3.2 0.567
10 143
150-300 K4.2
0.563 10
143 150-300
K1.3 0.567
10 143
150-300 K2.3
0.567 10
143 150-300
K3.3 0.551
10 143
150-300 K4.3
0.551 10
143 150-300
K1.4 0.863
10 100
100-200 K3.4
0.856 10
100 100-200
K4.4 0.692
10 125
100-200 K5.4
0.596 10
143 150-300
K6.4 0.369
8 143
150-300
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.30 Penulangan Sengkang Output Software Analisa Srtuktur pada WG 5
ZONA 5 JENIS
OUTPUT D TUL
JARAK JARAK
mm mm
PAKAI mm
K1.0 0.751
10 111
100-150 K2.0
0.724 10
111 100-150
K3.0 0.712
10 111
100-150 K4.0
0.671 10
125 100-150
K1.1 0.978
10 83
100-150 K2.1
0.976 10
83 100-150
K3.1 0.811
10 100
100-150 K4.1
0.809 10
100 100-150
K1.2 0.652
10 125
100-150 K2.2
0.652 10
125 100-150
K3.2 0.634
10 125
100-150 K4.2
0.634 10
125 100-150
K1.3 0.642
10 125
100-150 K2.3
0.642 10
125 100-150
K3.3 0.61
10 143
150 K4.3
0.61 10
143 150
K1.4 0.918
10 91
100 K3.4
0.918 10
91 100
K4.4 0.784
10 111
100-150 K5.4
0.784 10
111 100-150
K6.4 0.481
8 111
100-150
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.31 Penulangan Sengkang Output Software analisa Struktur pada WG 6
ZONA 6 JENIS
OUTPUT D TUL
JARAK JARAK
mm mm
PAKAI mm
K1.0 0.798
10 100
100 K2.0
0.766 10
100 100
K3.0 0.748
10 100
100 K4.0
0.713 10
100 100
K1.1 0.996
10 83
100 K2.1
0.996 10
83 100
K3.1 0.802
10 100
100 K4.1
0.8 10
100 100
K1.2 0.738
10 100
100 K2.2
0.738 10
100 100
K3.2 0.721
10 100
100 K4.2
0.721 10
100 100
K1.3 0.752
10 100
100 K2.3
0.752 10
100 100
K3.3 0.708
10 100
100 K4.3
0.708 10
100 100
K1.4 0.919
10 91
100 K3.4
0.914 10
91 100
K4.4 0.846
10 100
100 K5.4
0.822 10
100 100
K6.4 0.547
8 100
100
2. Balok Sendi plastis yang terjadi diharapkan terjadi pada balok, agar konsep strong
coloumn weak beam terpenuhi. Berbeda dengan kolom, pada balok penulangan daktalitas tidak ada, yang ada hanya sengkang biasa.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.32 Penulangan Sengkang pada Balok
JENIS SELIMUT SENGKANG DIMENSI
BETON mm
cm
B1 3 CM
Ø10-100 40 X 65
Ø10-200 B2
3 CM Ø10-100
30 X 60 Ø10-200
LP 3 CM
Ø8-100 13 X 85
Ø8-200 B3
4 CM Ø10-100
25 X 50 Ø10-200
B4 4 CM
Ø10-100 20 X 40
Ø10-200 B5
3 CM Ø10-100
20 X 30 Ø10-200
B1.A 3 CM
Ø10-100 20 X 65
Ø10-200
Menurut output software analisa struktur penulangan sengkang pada balok yang dihasilkan adalah :
Tabel 4.33 Penulangan Sengkang Output Software Analisa Struktur WG 4
JENIS ZONA 4
OUTPUT Ø TUL
JARAK JARAK
ETABS mm
mm PAKAI mm
B1 0,676
10 125
100-200 B1A
0,605 10
143 150-300
B2 0,659
10 125
100-200 B3
0,642 10
125 100-200
B4 0,625
10 143
150-300 B5
0,617 10
143 150-300
LP 0,483
8 111
100-200
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.34 Penulangan Sengkang Output Software Analisa Struktur WG 5
JENIS ZONA 5
OUTPUT Ø TUL
JARAK JARAK
ETABS mm
mm PAKAI mm
B1 0,765
10 111
100-200 B1A
0,701 10
125 100-200
B2 0,758
10 111
100-200 B3
0,742 10
111 100-200
B4 0,735
10 111
100-200 B5
0,727 10
111 100-200
LP 0,551
8 100
100-200
Tabel 4.35 Penulangan Sengkang Output Software Analisa Struktur WG 6
JENIS ZONA 6
OUTPUT Ø TUL
JARAK JARAK
ETABS mm
mm PAKAI mm
B1 0,992
10 83
100-200 B1A
0,921 10
91 100-200
B2 0,944
10 83
100-200 B3
0,951 10
83 100-200
B4 0,936
10 91
100-200 B5
0,927 10
91 100-200
LP 0,65
8 83
100-200
Universitas Sumatera Utara
4.3.3 Penulangan Daktalitas Pada Kolom Untuk mencapai kondisi daktail, kolom harus diberi penulangan khusus, agar
sendi plastis terjadi hanya dibalok. Penulangan daktilitas telah ditetapkan dalam SNI beton 2002, maka penulangan daktilitas yang direncanakan pada kolom persegi
adalah sebagai berikut. luas total penampang sengakang tertutup persegi tidak boleh kurang dari :
A
sh
= 0,3 sh
c
f’
c
f
yh
[ A
g
A
ch
- 1] A
sh
= 0,3 [100x500 30380][650x650610x610 - 1] A
sh
= 329,71 mm
2
, dan A
sh
= 0,09 sh
c
f’
c
f
yh
A
sh
= 0,09 [100x500 30380] A
sh
= 355,26 mm
2
Sehingga didapat tulangan daktilitas dengan D8-100, yang dipasang sejarak dengan pemasangan sengkang pada kolom. Berikut tabulasi penulangan daktalitas
pada kolom dan penulangan daktilitas pada koondisi di lapangan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.37 Penulangan Daktilitas Kolom
Jenis Dimensi
Luas Tulangan Diameter Tulangan
Kolom Kolom mm
mm
2
tulangan Pakai
K1.0 650x650
355.26 D8-100
D10-100 K2.0
650x650 355.26
D8-100 D10-100
K3.0 500x500
355.26 D8-100
D10-100 K4.0
500x500 355.26
D8-100 D10-100
K1.1 600x600
355.26 D8-100
D10-100 K2.1
600x600 355.26
D8-100 D10-100
K3.1 500x500
355.26 D8-100
D10-100 K4.1
500x500 355.26
D8-100 D10-100
K1.2 600x600
355.26 D8-100
D10-100 K2.2
600x600 355.26
D8-100 D10-100
K3.2 500x500
355.26 D8-100
D10-100 K4.2
500x500 355.26
D8-100 D10-100
K1.3 500x500
355.26 D8-100
D10-100 K2.3
500x500 355.26
D8-100 D10-100
K3.3 400x400
355.26 D8-100
D10-100 K4.3
400x400 355.26
D8-100 D10-100
K1.4 500x500
355.26 D8-100
D10-100 K3.4
400x400 355.26
D8-100 D10-100
K4.4 400x400
355.26 D8-100
D10-100 K5.4
300x300 355.26
D8-100 D10-100
K6.4 200x200
355.26 D8-100
D10-100
4.4 Persyaratan Kuat Lentur