Uji Toksisitas Akut Ekstraksi Simplisia

Efek segera merupakan efek yang muncul setelah terkena satu kali pajanan toksikan. Sedangkan efek tertunda merupakan efek yang terjadi setelah terpajan toksikan selama beberapa waktu. 17 4. Efek morfologis, fungsional, dan biokimiawi Efek morfologis merupakan efek yang menyebabkan perubahan yang terjadi pada morfologi jaringan berupa perubahan bentuk luar dan mikroskopisnya. Efek fungsional merupakan efek yang menyebabkan fungsi organ sasaran mengalami perubahan yang umumnya bersifat berpulih. 17 Efek biokimiawi dalam uji toksisitas rutin merupakan efek toksik yang tidak menyebabkan perubahan morfologis pada daerah yang tepajan. 17

2.1.4 Uji Toksisitas Akut

Uji toksisitas akut adalah salah salah satu uji yang dilakukan dalam bidang toksikologi. Seperti telah disebutkan pada subbab sebelumnya, uji toksisitas akut merupakan suatu uji yang dilakukan dengan cara memberikan suatu zat kimia yang sedang diuji dan diberikan sebanyak satu kali sampai beberapa kali dalam jangka waktu 24 jam. 21 Sebagian besar penelitian uji toksisitas akut ini sendiri biasanya digunakan untuk menentukan LD 50 Median Lethal Dose. Sedangkan apabila kita ingin memberikan suatu zat ataupun obat melalui inhalasi, penelitian ataupun uji yang akan dilakukan adalah untuk menetukan LC 50 Median Lethal Concentration . 20,21 Dosis Letal Median atau Median Lethal Dose LD 50 adalah suatu uji terhadap suatu dosis dari suatu toksikan tertentu yang dapat membunuh 50 hewan coba yang diujikan. 22 Sedangkan Konsentrasi Letal Median atau Median Lethal Concentration LC 50 adalah suatu uji terhadap konsentrasi bahan material ataupun toksikan pada udara, air, tanah ataupun sedimen yang diujikan pada hewan coba tertentu yang dapat membunuh 50 hewan coba tersebut. 23 Suatu zat dikatakan memiliki potensi toksisitas akut dan potensial sebagai sitotoksik apabila suatu zat memiliki nilai LC 50 kurang dari 1000 ppm. 24

2.1.5 Ekstraksi Simplisia

Simplisia merupakan suatu bahan alamiah tertentu yang dimanfaatkan sebagai obat yang belum pernah mengalami proses pengolahan sama sekali dan kecuali hanya pengeringan saja. 25 Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan suatu bahan tertentu dari campurannya menggunakan suatu pelarut tertentu yang bertujuan untuk mendapatkan suatu ekstrak. 26 Ekstrak sendiri merupakan suatu bahan kental yang didapatkan dengan cara ekstraksi suatu senyawa aktif dari suatu simplisia dengan ukuran partikel tertentu dengan menggunakan suatu pelarut tertentu. 25,26 Pada saat melakukan ekstraksi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:  Jumlah simplisia yang akan diekstraksi  Derajat kehalusan simplisia  Jenis pelarut yang dipakai  Suhu ekstraksi  Lama waktu ekstraksi 23 Dalam penelitian ini, ekstraksi yang dilakukan menggunakan pelarut. Ekstraksi menggunakan pelarut ada dua cara, yaitu: 1. Cara dingin a Maserasi Maserasi merupakan suatu prosedur atau proses ekstraksi simplisia dengan cara menggunakan pelarut dengan melakukan pengocokan atau pengadukan beberapa kali pada suhu kamar. 25 b Perkolasi Perkolasi merupakan suatu prosedur atau proses ekstraksi simplisia dengan menggunakan pelarut yang selalu baru dan ini dilakukan sampai terjadi ekstraksi yang sempurna serta umumnya perkolasi dilakukan pada suhu kamar. Perkolasi terdiri dari beberapa tahapan, yaitu tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, dan tahap perkolasi sebenarnya. 25 2. Cara panas a Refluks Refluks merupakan suatu prosedur atau proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang berada pada suhu titik didihnya, jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik, dan refluks ini sendiri dilakukan dalam jangka waktu tertentu. 25 b Soxhlet Soxhlet merupakan suatu prosedur atau proses ekstraksi dengan menggunakan suatu alat khusus dan juga menggunakan pelarut yang selalu baru sehingga akan terjadi ekstraksi yang terus-menerus serta jumlah pelarut yang digunakan relatif konstan dengan adanya pendingin balik. 25 c Digesti Digesti merupakan suatu proses maserasi kinetik atau suatu proses atau prosedur pengadukan yang terus-menerus pada suhu yang lebih tinggi dari suhu kamar, yaitu suhunya secara umum berkisar pada suhu antara 40-50 o C. 25 d Infus Infus merupakan suatu proses atau prosedur ekstraksi dengan menggunakan pelarut air pada suhu penangas air dimana bejana infus yang digunakan tercelup dalam penangas air yang mendidih dengan suhu antara 96-98 o C dalam waktu tertentu antara 15-20 menit. 25 e Dekok Dekok merupakan suatu proses atau prosedur infus yang dilakukan dalam jangka waktu yang lebih lama ≥30 o C dan pada suhu titik didih air. 25 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode maserasi. Metode maserasi merupakan metode yang mudah dilakukan dan metode yang sesuai untuk simplisia ataupun obat yang tidak tahan suhu panas. 27 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pelarut etanol. Etanol atau disebut juga etil alkohol merupakan suatu molekul kecil yang dapat larut di dalam air dan juga dapat diserap dengan cepat dari saluran pernapasan. 28 Etanol memiliki formula ataupun struktur molekulnya adalah C 2 H 5 OH atau CH 3 -CH 2 -OH yang massa molarnya sekitar 46,07 grammol yang memiliki bentuk berupa cairan yang tidak bewarna dengan specific gravity 0,789 dan juga memiliki titik leleh sekitar suhu -112 o C serta memiliki titik didih sekitar suhu 78,4 o C. 29 Etanol akan di metabolisme oleh enzim alkohol dehidrogenase ADH yang akan merubah etanol menjadi asetaldehid. Enzim alkohol dehidrogenase ADH sendiri banyak terdapat di hati, tetapi terdapat juga di otak dan lambung. Selain enzim alkohol dehidrogenase, ada juga yang disebut sebagai sistem oksidasi etanol mikrosom SOEM yang juga mempunyai fungsi merubah etanol menjadi asetaldehid. Setelah terbentuk asetaldehid baik dari jalur alkohol dehidrogenase ataupun dari jalur sistem oksidasi etanol mikrosom, asetaldehid akan diubah menjadi asetat dengan bantuan enzim aldehid dehidrogenase ALDH. 28 Gambar 2.3 : Metabolisme etanol Sumber : Katzung, Betram G. Farmakalogi dasar klinik, edisi 10. Jakarta: EGC; 2010.

2.1.6 Brine Shrimp Lethality Test BSLT

Dokumen yang terkait

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Buah Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 2014

1 11 70

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Paku Pedang (Nephrolepis falcata) terhadap Larva Artemia Salina L dengan metode Brain Shirmp Lethaly Test (BSLT)

0 45 48

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Garcinia benthami Pierre Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

2 29 75

Uji toksisitas akut ekstrak etanol 96% biji buah alpukat (persea americana mill.) terhadap larva artemia salina leach dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

0 10 64

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Kemangi (Ocimum canum Sims) Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

1 14 64

Uji Toksisitas Akut Ekstrak nheksan Daun Garcinia benthami Pierre Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

0 5 63

Uji toksisitas akut ekstrak metanol buah phaleria macrocarpa (scheff) boerl terhadap larva artemia salina leach dengan metode brine shrimp lethality test (BSLT)

1 12 70

Uji toksisitas akut ekstrak metanol daun annona muricata l terhadap larva artemia salina leach dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

3 54 69

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol 96% Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill.) Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 2014

1 23 64

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Buah Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

0 1 70