Latar Belakang Himawan Sutanto, M.Si

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi komunikasi era ini membuat masyarakat memiliki banyak pilihan dalam mengakses informasi yang diingikannya. Televisi banyak digandrungi oleh masyarakat dalam mengakses informasi dan hiburan, karena kemunculan televisi yang relatif lama. Media televisi tergolong memiliki jangkauan yang cukup luas hingga kepelosok negeri dan hampir setiap masyarakat dalam satu keluarga minimal memiliki satu televisi. Media memiliki kemampuan untuk menyusun pemikiran seseorang, dan memiliki kemampuan untuk menata mental serta mengatur dunia kita sendiri. Begitupun televisi sebagai wadah informasi dapat mempengaruhi seseorang dalam berperilaku dan dapat menentukan sudut pandang seseorang. Individu khalayak media tidak pasif mereka memiliki kemampuan mengontrol, menyeleksi informasi, serta memberikan pemaknaan atas informasi tersebut. Perlu digarisbawahi bahwa penerimaan dan pemaknaan informasi tersebut diseleksi kedalam diri mereka masing-masing berdasarkan ideologi yang telah tertanam didalam diri mereka. Menurut Stuart Hall, media sebagai kekuatan kultural dan ideologis yang besar, yang berada dalam posisi dominan dalam kaitannya dengan cara bagaimana pembentukan dan transformasi ideologi populer dalam diri audiens Hall,2011:194 2 Pemilihan capres pada tahun 2014 ini, menimbulkan respon yang berbeda oleh berbagai kalangan. Banyak wacana yang beredar di televisi baik respon positif maupun respon negatif tentang pemilihan calon presiden tahun ini. Banyak pula gegar-gegar politik yang digemborkan untuk menjatuhkan partai politik tertentu misalnya pemberitaan Partai Demokrat dan kadernya yang terjerat tindak pidana serta pemberitaan PKS yang sedang bergemuruh karena suap daging impor. Hal tersebut mungkin dapat menimbulkan penilaian negatif masyarakat tentang partai politik serta pemeran politik yang terkait. Disisi lain banyak pula figur politik yang selalu dielu-elukan karena kinerjanya atau karena kepentingan tertentu. Banyak yang ingin mencalonkan diri sebagai presiden pada pemilu 2014 mulai dari Farhat Abbas yang notabennya seorang pengacara, Rhoma Irama yang merupakan penyanyi dan masih banyak lainnya. Ada pula calon presiden yang diusung oleh partai politik, seperti Golkar yang diwakilkan oleh Abu Rizal Bakrie, Nasional Demokrat oleh Surya Palloh, Hanura oleh Wiranto dan lainnya. Beberapa figur politik diangkat namanya dan sering disebut di televisi seperti Jokowi, Jusuf Kalla, Dahlan Iskan, Mahfud MD dan lainnya. Nama-nama figur politik yang tiba-tiba menjadi fenomenal tersebut tidak menuntut kemungkinan akan diusung oleh partai politik yang melamarnya menjadi calon presiden contohnya saja Mahfud MD yang sudah diusung oleh PKB. Calon-calon presiden untuk pilpres 2014 telah banyak diperbincangkan di pemberitaan televisi baik perbincangan tentang isu-isu, maupun perbincangan yang bersumber dari hasil penelitian. 3 Jokowi mendominasi percakapan media sosial di 31 provinsi, kecuali di dua provinsi lainnya yaitu Maluku dan Kalimantan Timur Sundari. 2013. Capres, Duet Jokowi-JK Terpopuler di Dunia Maya. http:www.tempo.coreadnews. Diakses tanggal 240913. Kepopuleran Jokowi mengalahkan pejabat publik di Indonesia dengan perolehan sebanyak 85,9 persen, mengalahkan Ibu Negara Ny. Ani Yudhoyono di angka 78,5 persen. Pejabat lainnya, yakni Sri Sultan Hamengkubuwono X 59,5 persen, Dahlan Iskan 42,6 persen, Mahfud MD 39,6 persen, Pramono Edhie Wibowo 20,2 persen, Djoko Suyanto 15,2 persen, Gita Wirjawan 8,4 persen, dan lainnya Gatra, Sandoro. 2013. Survei CSIS: Jokowi Capres Teratas. http:nasional.kompas.com. Diakses tanggal 17032014. Melambungnya nama Jokowi dipengaruhi oleh kesederhanaan dan ketegasan Jokowi Fiansyah, Rahmat. 2014. Kesederhanaan dan Ketegasan Jokowi Pikat Relawan Pendukungnya. http:nasional.kompas.com. Diakses tanggal 17032014. Mendekati Juli 2014 yang merupakan tahun pemilihan presiden pemuda berpotensi menghasilkan suara terbanyak dalam pemilihan presiden nanti. Ada 32 juta potensi suara pemilih pemula pada Pemilu 2014. Hal itu menunjukan bahwa suara potensial ini sangat signifikan guna memenangkan perhelatan pemilihan umum mendatang. Rosit, M. 2014. Melirik Potensi Pemilih Pemula pada Pemilu 2014. http:news.liputan6.comread. Diakses tanggal 09032012. Disisi lain pemuda juga merupakan pelopor bagi sebuah perubahan. Dilihat dari sejarah pemuda Indonesia, pertama dimulai dari 100 tahun kebangkitan nasional pada 20 Mei 2008, sebelumnya seratus tahun yang lalu tahun 1908 sejumlah pelajar 4 STOVIA dipimpin oleh Soetomo mendirikan Budi Oetomo di Jakarta. Kedua 28 oktober 2008 diperingati 80 tahun Sumpah Pemuda. Ketiga, 10 tahun Peristiwa Trisakti pada tanggal 12 Mei 2008. Tidak kalah pentingnya pelengseran dinasti orde baru Soeharto dilengserkan oleh barisan muda yang dipelopori oleh Amin Rais pada waktu itu. Disimpulkanlah bahwa pemuda memiliki peran besar dalam kepemimpinan yang ada di Indonesia. Pemuda Muhammadiyah dan Gerakan Pemuda Ansor merupakan kubu besar, dari kelompok muda yang sangat berperan andil dalam pembangunan bangsa. Pemuda sejatinya memiliki peran dan fungsi strategis dalam akselerasi pembangunan termasuk pula dalam proses kehidupan berbangsa dan bernegara, dan sebagai aktor dalam pembangunan. Pemuda Muhammadiyah dan Gerakan Pemuda Ansor merupakan representasi dari kelompok muda yang akhirnya berpotensi dalam pemilu 2014. Dilihat dari sejarahnya Pemuda Muhammadiyah yang merupakan gerakan keagamaan Muhammadiyah dan GP Ansor yang merupakan gerakan keagamaan NU telah berkecimpung dalam politik di Indonesia. Melihat kepopuleran Jokowi dalam memimpin DKI Jakarta dapat menarik simpatik masyarakat, dan khususnya kaum muda dapat menentukan bahkan memilih siapa saja yang terbaik menurut mereka yang akan membawa Indonesia menjadi lebih maju. Terpilihnya Jokowi atau figur politik lainnya dapat dibuktikan dengan menunggu hasil pemungutan suara pada pesta rakyat yang digelar pada bulan Juli 2014. Mendekati pemilu berbagai media massa seperti televisi telah menyoroti isu-isu menyangkut pemilu. Fenomena tentang Jokowi yang banyak di beritakan 5 di televisi dapat mengudang berbagai pandangan terhadap Jokowi. Setiap individu dalam masyarakat memiliki pandangan masing-masing. Sudut pandang seseorang dalam menilai, memandang suatu fenomena sosial di lingkungannya tergantung atas nilai-nilai berita itu diterima sebagaimana berkaitan dengan ideologi yang tertanam didalam masing-masing individu. Isu tersebut disoroti manakala dinilai penting atau tidak terhadap individu yang terkait dalam kelompok, institusi, partai politik dan pemerintahan. Setiap individu bisa memiliki pandangan yang berbeda tentang kepemimpinan Jokowi. Dalam penelitian ini Pemuda Muhammadiyah dan Gerakan Pemuda Ansor merupakan subjek penelitan yang memiliki latar bekang yang berbeda. Individu dalam dua gerakan tersebut masing-masing memiliki pemaknaan sendiri tentang apa yang dibaca apa yang dilihat, dan didengar. Karena hasil konsumsi media bergantung pada susunan budaya dari berbagai komunitas. Penelitian ini menekankan pada aspek individu yang ada dalam kelompok Pemuda Muhammadiyah dan Gerakan Pemuda Ansor dengan latar belakang budaya yang dimiliki masing-masing individu dan tertanam menjadi patokan dalam berpendapat. Perbedaan latar belakang sosio-kultural, pengalaman serta identitas audiens yang akan membuat pemaknaan yang berbeda oleh masing- masing audiens dalam menginterpretasi pesan. Melalui pendekatan ini dapat dilihat mengapa audiens memaknai sesuatu secara berbeda serta faktor-faktor psikologis dan sosial apakah yang kemudian akan muncul dalam bentuk pemikiran. Dapat ditarik kesimpulan bahwa segala bentuk sistem tanda juga 6 diresepsi sesuai dengan pengalaman atau pengetahuan yang telah dimiliki audiens sebelumnya. Hal ini menarik peneliti untuk melakukan penelitian “Resepsi Organisasi Pemuda tentang Model Kepemimpinan Jokowi pada Pemberitaan Di Televisi Studi Model Kepemimpinan Jokowi pada Program Berita Kabar Khusus dengan Tema 100 Hari Kepemimpinan Jokowi+Ahok di TV ONE. Penelitian ini memiliki keunikan karena akan mengetahui resepsi dari golongan kaum muda yang berlatarbelakang berbeda yaitu Pemuda Muhammadiyah dan Gerakan Pemuda Ansor dalam menaggapi isu tentang Jokowi yang beredar di Televisi. Keunikan lainnya karena penelitian ini membahas tentang Jokowi yang sekarang mencalonkan sebagai Presiden sebelum habis masa jabatannya di DKI Jakarta. Dalam studi resepsi menekankan kepada individual subjek peneliti yang telah terbentuk dalam diri mereka budaya masing-masing. Pemuda Muhammadiyah dan Gerakan Pemuda Anshar sebagai subjek peneliti akan membentuk dan mentransformasi ideologi populer dalam diri mereka terhadap televisi sebagai kekuatan kultural dan ideologis yang besar. Menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik wawancara, peneliti akan mengeksplorasi jawaban dari Subjek yang diteliti.

B. Rumusan Masalah