Lingkup Pekerjaan. Langkah Pelaksanaan.

3. Hasil galian tanah pondasi boleh digunakan sebagai tanah urug setelah terlebih dahulu dibuang humusnya dan akar-akar pohon yang ada disekitarnya. 4. Untuk menghindari genangan air dalam lokasi pekerjaan agar dibuatkan parit- parit sementara untuk mengalirkan air. b. Pondasi telapak beton bertulang. 1. Sebelum pasangan pondasi telapak dimulai terlebih dahulu kedalaman dan lebar galian dikontrol apakah sudah sesuai yang diharapkan. 2. Jika terjadi galian tanah terlalu dalam, tidak diperkenankan mengurug menggunakan tanah bekas galian agar kedalamannya sesuai dengan peil yang diinginkan sesuai gambar, harus menggunakan pasir. 3. Setelah kedalaman tanah tidak ada masalah sesuai gambar, baru diurug dengan pasir. Ketebalan urugan pasir dibuat sesuai gambar. 4. Untuk mencapai kepadatan urugan pasir harus disiram dengan air secukupnya. 6. Setelah urugan pasir, dihamparkan adukan beton campuran 1 : 3 : 5 yang difungsikan sebagai lantai kerja. 7. Pemasangan tulangan dengan baja mutu U-32 dilakukan dengan tingkat presisi yang tinggi mengingat perannya sebagai as bangunan. 8. Pengecoran plat pondasi menggunakan adukan beton dengan campuran beton K225 sesuai yang ada dalam BOQ. 9. Pengecoran dilakukan sampai pada batas kolom paling bawah atau sesuai dengan petunjuk Direksi. 10. Perawatan beton setelah pengecoran dilakukan sampai beton mengeras, dan selama perawatan galian tidak boleh ditimbun. 11. Pengecoran pondasi dilanjutkan untuk kolom tegak sampai batas di atas muka tanah atau pada sisi bawah balok sloof, atau sesuai dengan petunjuk Direksi. 12. Setelah selesai begesting dibongkar. Lubang bekas galian diijinkan untuk ditimbun. c. Urugan kembali. 1. Pengurugan kembali lubang sisa galian dilakukan setelah mendapat ijin Direksi. 2. Urugan kembali dapat menggunakan tanah bekas galian. 3. Pemadatan urugan kembali dilakukan untuk memperoleh kepadatan mendekati kepadatan tanah asli. PASAL 08 PEKERJAAN BETON Pekerjaan beton merupakan salah satu bagian pekerjaan yang memerlukan perhatian yang serius dari Kontraktor dan Direksi dalam setiap proses dan keputusan yang diambil.

8.1 Lingkup Pekerjaan.

a. Pekerjaan beton bertulang yang dilakukan adalah pembuatan pondasi, kolom ,sloof, balok tangga, Pelat lantai, dan pekerasan semenisasi jalan, b. Bagian-bagian pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjaan beton dan dilakukan sebelum, sedang serta sesudah pengecoran adalah pembuatan cetakan, persiapan dan penulangan, pengecoran, pemeliharaan, pembukaan cetakan dan lain sebagainya. c. Semua pekerjaan beton bertulang yang dilakukan harus disertai test beton di lapangan yang hasilnya langsung dapat diperoleh, serta test beton di laboratorium yang dilakukan di lembaga di luar proyek dengan biaya test ditanggung oleh Kontraktor. 8.2 Persyaratan Umum a. Konstruksi rangka bangunan dengan bahan struktur beton bertulang harus menggunakan peraturan peraturannormalisasi yang berlaku di Indonesia seperti PBI’71 Peraturan Beton Indonesia tahun 1971 dan atau SK SNI T–15– 1991-03, PMI Peraturan Muatan Indonesia, dan lain-lain. b. Peraturan beton  Semua pekerjaan beton harus dipenuhi syarat-syarat yang ada pada SK SNI T-15-1991-03.  Syarat-syarat bahan untuk semua pekerjaan beton SK SNI T-15-1991- 03 pasal 3.1 sampai 3.9.  Syarat pelaksanaan pekerjaan beton SK SNI T-15-1991-03 bagian 3 bab 4,5,6 berlaku seluruh pasal.  Syarat-syarat pekerjaan tulangan SK SNI T-15-1991-03 bab 5 pasal 5.3 sampai 5.8.  Perhitungan untuk pekerjaan beton bertulang berdasarkan SK SNI T- 15-1991-03.  Perhitungan muatan pada bangunan PMI. c. Penggunaan bahan bangunan.  Kualitas campuran beton harus memenuhi syarat dengan campuran beton sesuai yang ada dalam B O Q  Kualitas baja U-24 untuk baja polos dan U-32 untuk baja ulir.  Setiap sambungan beton lama dan baru ditambahkan bahan additive beton.

8.3 Langkah Pelaksanaan.

Langkah pelaksanaan pekerjaan beton bertulang terdiri dari kegiatan penyiapan adukan, pemasangan tulangan, persiapan pengecoran atau pemasangan begesting, pelaksanaan pengecoran, perawatan atau pemeliharaan beton, pembongkaran begesting dan pelaksanaan uji laboratorium. a. Persyaratan pelaksanaan pekerjaan Sebelum pelaksanaan pekerjaan beton, Kontraktor harus meneliti gambar- gambar kerja penulangan beton. Apabila terjadi keragu-raguan segera menanyakan dan meminta jawaban Direksi sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan. b. Adukan  Adukan beton untuk konstruksi beton bertulang digunakan beton dengan campuran K225 sesuai yang ada dalam BOQ  Adukan beton untuk konstruksi beton tidak bertulang menggunakan adukan 1 : 3 : 5 c. Tulangan  Membengkok dan meluruskan tulangan untuk beton bertulang harus dilakukan dalam keadaan dingin. Batang tulangan harus dipotong dan dibengkokkan sesuai dengan gambar kerja. Bila tidak tercantum dalam gambar kerja, harus dimintakan persetujuan Direksi terlebih dahulu.  Tulangan harus bebas dari kotoran-kotoran dan karat, serta bahan- bahan lain yang mengurangi daya rekat.  Tulangan harus dipasang sedemikian rupa hingga sebelum dan selama pengecoran tidak berubah tempat.  Tulangan lengkung tidak boleh menempel pada papan cetakan atau tumpuan lain. Untuk itu harus dibuat beton tahu beton decking dengan tebal dan pemasangan sesuai dengan PBI ’71. d. Persiapan Pengecoran  Kontraktor harus membuat kotak takaran untuk adukan beton.  Semua cetakan dibersihkan dari segala kotoran.  Cetakan harus datar dan tegak lurus, kedudukan dan bentuknya tetap tidak bergeser maupun bergerak pada waktu dan setelah pengecoran tetapi mudah dibongkar.  Cetakan dibuat dari kayu berkualitas sedang tebal 3 cm, dan memenuhi syarat sesuai fungsinya. Sambungan-sambungan antara papan dan balok harus rapat, rapi dan kuat.  Apabila untuk rangka penyangga begesting digunakan kayu, maka bahan kayu harus kering, lurus dan berupa kayu kina atau pinus atau kayu berkualitas sedang yang lain. Jarak penempatan maksimum antar penyangga adalah 60 cm. Dan direncanakan untuk memikul muatan dibawah 1000 kg.  Penyangga tidak boleh diberdirikan di atas tanah harus dengan alas papan.  Penulangan diteliti kembalidisesuaikan dengan gambar, kalau ada yang bengkok atau berubah posisi harus segera dibetulkan.  Perubahan atau penambahan penulangan dan ukuran beton atau perbedaan pelaksanaan dengan gambar kerja, harus sepengetahuan dan sepersetujuan Direksi. e. Pengecoran  Pengecoran beton harus seijin tertulis dan sepengetahuan Direksi.  Perbandingan adukan beton sesuai dengan ketentuan dalam Rencana Kerja dan Syarat ini.  Pembuatan campuran beton yang dilakukan setempat maka 1 angka dalam perbandingan adukan menyatakan takaran dalam isi yang ditakar dalam keadaan kering, 2 Takaran harus dibuat baik dan kuat, sebelum dipakai dimintakan persetujuan Direksi, dan 3 Pengadukan minimum 3 menit setelah semua bahan masuk ke dalam drum pengadukan, adukan beton harus memperlihatkan susunan dan warna yang sama.  Penggunaan bahan-bahan pembantu harus terlebih dahulu disetujui oleh Direksi.  Begesting atau tulangan yang terkena percikan beton harus dibersihkan sebelum pengecoran selanjutnya.  Beton tak boleh dituang langsung dari ketinggian lebih dari 1,5 meter untuk mencegah terlepasnya agregat dari campuran bahan pengikatnya. f. Pembongkaran Begesting  Pembongkaran harus dilakukan dengan cara sedemikian rupa hingga menjamin seluruhnya keamanan beton yang telah dicor.  Bagian struktur beton yang disangga dengan batang penyangga tidak boleh dibongkar begesting maupun tiang penyangganya sebelum elemen struktur tersebut mencapai kekuatan minimal untuk memikul berat sendiri berikut bahan-bahan pelaksanaan di atasnya.  Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari pengawas, atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut: - Bagian sisi balok 48 jam - Balok tanpa beban konstruksi 7 Hari - Balok dengan beban konstruksi 21 Hari - Pelat beton 21 Hari g. Perawatan beton.  Upaya perawatan beton dilakukan selama proses pengerasan.  Selama proses pengerasan, beton tiap hari harus disiram dengan cukup air, selama minimum 1 satu minggu berturut-turut. PASAL 9 PEKERJAAN DINDING Penutup ruang atau dinding terbuat dari pasangan bataco pres. Kontraktor harus melakukannya dengan ketelitian yang sebaik mungkin mengingat secara visual kerapihan hasil akhir pekerjaan salah satunya akan terlihat dari presisi dinding bangunan.

9.1 Lingkup Pekerjaan.