Saluran Pemasaran Gambir di Kecamatan Mungka dan Kecamatan

76 berlaku ketika panen rendah, petani akan tetap melakukan penjualan karena hasil produksi gambir tidak bisa dimanfaatkan secara langsung dalam arti sebagai bahan makanan. Selain itu, kebutuhan anak kampo sebagai tenaga kerja yang melakukan pengolahan gambir juga menyebabkan petani memilih untuk menjual gambirnya dengan harga yang berlaku saat panen terjadi. Marjin Pemasaran dan F armer’s Share Margin pemasaran merupakan kumpulan jasa-jasa pemasaran sebagai akibat adanya aktivitas produktif atau konsep nilai tambah value added Kohls dan Uhl 2002. Analisis marjin pemasaran gambir dilakukan mulai dari penyalur dan pedagang pengumpul, pedagang besar serta eksportir. Dalam analisis ini akan dilihat selisih harga beli dan harga jual dari masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran gambir. Pada akhirnya akan dapat dilihat margin total dalam kegiatan pemasaran gambir yang merupakan selisih harga di tingkat petani dengan harga di tingkat eksportir. Dalam analisis margin pemasaran ini terdapat 9 saluran pemasaran yaitu 5 saluran berada di Kecamatan Kapur IX dan 4 saluran berada di Kecamatan Mungka dan Kecamatan Harau.

1. Kecamatan Kapur IX

Kecamatan Kapur IX merupakan daerah sentra produksi gambir terbesar di Kabupaten Lima Puluh Kota. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan ada 5 saluran pemasaran gambir yang dilakukan lembaga pemasaran di daerah ini. Namun yang akan dianalisis distribusi harga beli, biaya pemasaran, harga jual dan keuntungan atau sebaran marginnya hanya 4 saluran pemasaran saja. Saluran pemasaran yang kelima tidak dapat dianalisis karena saluran terputus hanya sampai pada pedagang besar sedangkan dari pedagang besar yang tujuan lembaga selanjutnya adalah pedagang besar di Pulau Jawa dan eksportir luar provinsi tidak dapat dilakukan analisis. Hal ini berkaitan dengan batasan penelitian yang hanya berhubungan dengan lembaga pemasaran yang berada di Provinsi Sumatera Barat. Dalam bagian ini juga dibahas distribusi biaya pemasaran yang harus dikeluarkan petani gambir di Kecamatan Kapur IX. Seperti pembahasan sebelumnya, keunikan berupa transaksi yang dilakukan di pasar gambir tentu saja memberikan beban biaya tambahan kepada petani selain beban biaya pemasaran yang sudah biasa ditemui pada daerah-daerah penghasil gambir lainnya. Biaya yang dikategorikan sebagai biaya pemasaran yang harus dikeluarkan petani adalah biaya transportasi dari rumah petanilahan petani ke lokasi pasar, biaya pengemasan, biaya retribusi berupa natura, biaya potongan gambir seperti biaya potong karung goni dan biaya potong kadar air. Dari kelima jenis biaya pemasaran ini, biaya retribusi natura merupakan biaya yang tidak dikeluarkan dalam pelaksanaan transaksi perdagangan di kecamatan lainnya, sehingga Kecamatan kapur IX tidak dapat digeneralisasikan dalam perhitungan marginnya. Saluran pemasaran pertama adalah saluran yang menggunakan penyalur sebagai penghubung antara petani dengan pedagang besar. Pada saluran ini, biaya pemasaran yang harus dikeluarkan petani berkaitan dengan biaya potongan kadar air dan pemotongan berat kemasan potong karung. Diantara kedua biaya tersebut, biaya pemotongan kadar air merupakan biaya terbesar yang harus dikeluarkan petani yaitu sebesar Rp 1 411.11kg. Pada saluran 1 ini, diketahui bahwa petani