0.67 Ragam Jenis Dan Aktivitas Lalat Di Kawasan Usaha Peternakan Sapi Perah Cibungbulang Kabupaten Bogor
33
Tabel 6 Derajat Infestasi Lalat pada Peternakan Sapi Perah Cibungbulang, Kab. Bogor, Mei-Agustus 2015.
No. Jenis lalat
Skala peternakan Kecil
Menengah Besar
Derajat infestasi Lalatsapi12 Jam
Derajat infestasi Lalat sapi 12 Jam
Derajat infestasi Lalat sapi 12 Jam
1. Musca domestica
48.71 78.85
77.26 2.
Stomoxys calcitrans 42.93
34.55 29.54
3. Haematobia exigua
15.02 13.02
3.80 4.
Pyrellia proferens 11.58
4.24 2.14
5. Stomoxys indicus
7.62 2.93
10.80 6.
Musca convexifrons 3.62
2.64 0.86
7. Morellia spp
3.53 2.36
1.17 8.
Musca conducens 1.64
1.36 1.80
9. Musca inferior
1.31 1.40
0.83 10.
Stomoxys bengalensis 1.18
0.40 0.34
11. Musca ventrosa
1.00 1.15
0.57 12.
Musca sorbens 0.87
0.64 0.17
13. Chrysomya
megacephala 0.38
0.24 0.49
14. Tabanus rubidus
0.22 0.16
0.11 15.
Tabanus striatus 0.18
0.11 0.03
16. Musca formosana
0.13 0.20
- 17.
Musca bakeri 0.04
- -
18. Stomoxys sitiens
0.02 0.02
0.09 19.
Sarcophaga dux 0.02
- -
20. Chrysomya rufifacies
0.02 -
- 21.
Musca bezzi 0.02
- -
22. Musca crassirostris
0.02 -
- 23.
Hippobosca spp 0.02
- -
24. Musca asiatica
- 0.09
0.03 25.
Lucillia sericata -
- -
26. Lucillia spp
- -
-
penunjang keberlangsungan kehidupan lalat ini. Kandang yang berumput dan pembuangan limbah jerami di sekitaran kandang yang bercampur dengan feses
sapi perah menjadi breeding place bagi lalat ini. Meyer dan Petersen 1983 menemukan bahwa breeding place yang baik bagi perkembangbiakan
S. calcitrans di kandang terutama ditemukan pada tumpukan manur dan jerami alas kandang.
Derajat Infestasi Lalat pada Ternak Sapi perah
Derajat infestasi lalat pada masing-masing kategori peternakan berbeda- beda Tabel 6. M. domestica memiliki derajat infestasi tertinggi pada Peternakan
Skala Menengah 78.85 lalatsapi12 jam dan Peternakan Skala Besar 77.26
34 lalatsapi12 jam, sedangkan derajat infestasi terendah 48.71 lalatsapi12 jam
ditemukan pada Peternakan Skala Kecil. Hal tersebut dimungkinkan karena M. domestica merupakan lalat bukan pengisap darah yang lebih menyukai habitat
di luar kandang seperti pakan ternak ampas tahu dan konsentrat yang berbau. Hal tersebut terlihat jelas pada data yang disajikan pada Tabel 2 yang
menunjukkan jumlah lalat yang tertangkap di lingkungan Peternakan Skala Besar sangat tinggi. Semakin besar skala peternakan maka semakin besar pula tingkat
konsumsi pakan yang dibutuhkan, sehingga dapat menjadi faktor tingginya derajat infestasi M. domestica di lingkungan peternakan. Selain itu siklus hidup
M. domestica cukup singkat yakni 7 hari dalam kondisi optimal Christensen 1982. Derajat infestasi M. domestica yang hampir sama antara Peternakan Skala
Menengah dan Besar diakibatkan oleh adanya tumpahan konsentrat dan ampas tahu di dalam kadang yang dapat mengakibatkan M. domestica berpindah dari
lingkungan kandang menuju ke dalam kandang. Ketika suhu lingkungan menjadi tidak menguntungkan bagi M. domestica melakukan aktivitasnya, maka
M. domestica cenderung berpindah ke dalam kandang. Letak penyimpanan pakan ternak sapi perah di Peternakan Skala Menengah umumnya cukup dekat dengan
kandang sapi perah yang menyebabkan M. domestica mudah menginfestasi sapi perah. Berbeda dengan Peternakan Skala Besar yang meletakkan ampas tahu dan
konsentrat di daerah yang jauh dari kandang sapi perah sehingga M. domestica lebih banyak terkonsentrasi di pakan ternak.
Stomoxys calcitrans memiliki derajat infestasi tertinggi 42.93 lalatsapi 12 jam pada Peternakan Skala Kecil dan derajat infestasi terendah 29.54
lalatsapi12 jam ditemukan pada Peternakan Skala Besar. Hal ini dimungkinkan karena S. calcitrans merupakan lalat pengisap darah yang sangat bergantung pada
keberadaan inangnya sapi perah. Ukuran kandang dapat mempengaruhi jarak antara sapi perah yang satu dan yang lainnya. Ukuran kandang di peternakan sapi
perah pada semua kategori hampir sama ± 9x16 meter, sehingga semakin besar skala peternakan maka semakin dekat jarak antara sapi perah yang satu dan
lainnya. Jarak yang berdekatan dapat membentuk perlindungan bersama pada sapi perah sehingga derajat infestasi lalat pada sapi perah di Peternakan Skala Besar
menjadi rendah.
Perlindungan sapi perah terhadap gangguan lalat dapat berupa hentakan kaki, tandukan kepala, kerutan kulit dan kibasan ekor. Hentakan kaki dan
tandukan kepala sapi perah lebih berpengaruh menurunkan infestasi lalat pada tubuhnya dibandingkan kerutan kulit dan kibasan ekor Mullens et al. 2006.
Selain itu siklus hidup S. calcitrans yang sangat panjang mulai dari 3 minggu sampai satu bulan dalam kondisi yang optimal, menyebabkan lalat ini kurang
dominan jika dibandingkan dengan lalat M. domestica Christensen 1982.
Haematobia exigua memiliki derajat infestasi tertinggi 15.02 lalatsapi 12 jam pada Peternakan Skala Kecil dan terendah 3.80 lalatsapi12 jam
ditemukan pada Peternakan Skala Besar. Selain ukuran kandang, derajat infestasi H. exigua juga ditentukan oleh keberadaan kandang sapi potong di sekitar
peternakan. H. exigua merupakan lalat yang umum dan mendominasi di peternakan sapi potong karena berkembang biak di manur segar sapi potong Foil
dan Hogsette, 1994. Selama penangkapan, H. exigua yang ditemukan di kandang sapi perah umumnya memiliki kedekatan kandang dengan kandang sapi potong
sedangkan kandang yang jauh dari kandang sapi potong umumnya tidak
35
0,00 1,00
2,00 3,00
4,00 5,00
6,00
In fe
st a
si la
la t
∑ La
la ts
ap ip
et er
na ka
n
Jam Aktivitas Lalat
Gambar 28 Aktivitas lalat penghisap darah pada sapi perah yang dominan di peternakan sapi perah, Cibungbulang, Kab. Bogor, Mei-Agustus
2015. S. calcitrans S. indicus H. exigua ditemukan lalat ini. Kuat dugaan bahwa lalat H. exigua berasal dari kandang sapi
potong di sekitar peternakan sapi perah dan berpindah untuk menginfestasi sapi perah. Kandang sapi potong yang jarang dibersihkan yang menyebabkan
terjadinya penumpukan manur segar di dalam kandang diduga sebagai tempat perkembangbiakan H. exigua. Christensen 1981 menjelaskan bahwa lalat betina
H. exigua meletakkan telurnya di dalam manur segar, setelah 2 menit akan menetas menjadi larva. Siklus hidup H. exigua dapat berlangsung selama 10
sampai 14 hari. Siklus yang pendek ini memungkinkan infestasi lalat ini menjadi meningkat bahkan akan melebihi derajat infestasi S. calcitrans jika seluruh
kandang peternakan sapi perah dikelilingi oleh kandang sapi potong.
Aktivitas pekerja di dalam kandang yang memiliki perbedaan untuk masing- masing peternakan seperti jam pembersihan sapi perah dan kandang, jadwal
memerah susu, jadwal pemberian pakan ampas tahu dan jerami serta rumput hijau menyebabkan derajat infestasi lalat yang berbeda
Lalat yang mengalami usikan oleh aktivitas pekerja di dalam kandang cenderung menjadikan lingkungan sebagai tempat mencari makan berikutnya,
sebagai tempat beristirahat untuk kemudian melanjutkan infestasinya di dalam kandang. Jam-jam terpanas di lingkungan kadang menjadikan lalat bermigrasi ke
dalam kandang atau memilih bersembunyi di celah-celah tumpukan pakan ternak, di celah rerumputan bahkan di bawah kandang anakan sapi perah yang berbentuk
panggung.
Aktivitas Harian Lalat Pengisap Darah pada Ternak Sapi Perah
Aktivitas harian lalat pengisap darah berbeda untuk masing-masing spesies. Lalat pengisap darah seperti S. calcitrans menunjukkan aktivitas sepanjang hari di
dalam kandang dan mencapai puncak pada jam 14.00-15.00 WIB dan mulai menurun pada jam berikutnya. Berbeda dengan S. indicus, S. bengalensis dan
36
0,00 0,05
0,10 0,15
0,20 0,25
0,30
In fe
sta si
l a
la t
La la
t sa
p i
p e
te r
n a
k a
n
Jam Aktivitas Lalat
Gambar 29 Aktivitas lalat penghisap darah pada sapi perah yang tidak dominan di peternakan sapi perah, Cibungbulang, Kab. Bogor,
Mei-Agustus 2015. S. bengalensis S. sitiens T. rubidus T. striatus
S. sitiens yang menunjukkan aktivitas pada pagi dan sore hari. S. indicus mulai menunjukkan aktivitas pada jam 06.00-08.00 WIB dan menurun pada jam
berikutnya, kemudian terus meningkat pada jam 14.00 WIB. S. bengalensis menunjukkan pola aktivitas yang sama dengan S. indicus, tetapi jam aktivitasnya
lebih panjang yang dimulai dari jam 06.00-09.00 WIB dan mulai menurun pada jam-jam berikutnya, kemudian meningkat lagi pada jam 13.00 WIB. S. sitiens
tidak menunjukkan aktivitas pada pagi hari. Aktivitas hariannya dimulai jam 13.00 WIB dan terus meningkat pada jam-jam berikutnya. Hal ini sejalan dengan
Masmeatathip et al. 2006 yang menjelaskan bahwa S. calcitrans aktif sepanjang hari sementara S. indicus dan S. sitiens aktif pada pagi dan sore hari.
Lalat pengisap darah lainnya dari genus yang berbeda adalah H. exigua. Lalat ini memiliki aktivitas harian yang sama dengan S. calcitrans yaitu aktif
sepanjang hari. Perbedaannya terjadi pada jam aktivitasnya. H. exigua mulai menunjukkan peningkatan pada jam 06.00-07.00 WIB dan menurun pada jam-jam
berikutnya. Fluktuasi aktivitas terjadi pada jam 11.00-18.00 WIB. Penurunan jumlah H. exigua yang tertangkap selama sore hari kemungkinan dikarenakan
selama penangkapan terjadi, di beberapa peternakan dilakukan pengasapan di sekitaran kandang melalui pembakaran limbah kandang.
Tabanus rubidus dan T. striatus juga merupakan lalat pengisap darah dari genus Tabanus. Kedua lalat ini menunjukkan aktivitas sepanjang hari. T striatus
mengalami fluktuasi aktivitas harian dan menunjukkan peningkatan pada jam 09.00-10.00 WIB dan 17.00-18.00 WIB. Berbeda dengan T. rubidus yang mulai
menunjukkan aktivitas pada jam 07.00 WIB dan menunjukkan puncak aktivitas pada jam 10.00-11.00 WIB kemudian menurun pada jam-jam berikutnya.
Gambar 27 dan 28 memperlihatkan bahwa adanya waktu-waktu tertentu lalat beraktivitas dan saling bergantian satu sama lain. Lalat S. calcitrans misalnya
37 aktif sepanjang hari dengan puncak aktivitas pada jam-jam tertentu sedangkan
lalat jenis lainnya dari genus yang sama memiliki jam aktivitas yang berbeda. Hal ini mengakibatkan infestasi lalat terus terjadi sepanjang hari yang memungkinkan
mudahnya perpindahan patogen penyakit antar sapi perah dan berkurangnya waktu istirahat sapi perah yang mengakibatkan terjadinya penurunan produksi
susu dan berat badan sapi perah Campbell et al. 2001, De Castro et al. 2007.
Fluktuasi Populasi Lalat Bukan Pengisap Darah di Lingkungan Peternakan Sapi Perah
Penangkapan lalat bulanan Gambar 30 dan 31 menggambarkan fluktuasi bulanan lalat selama tiga bulan. Famili lalat yang tertangkap di dominasi oleh
Muscidae sebanyak 9808.8 lalat 92.31 dibandingkan Calliphoridae sebanyak 817.1 lalat 7.69. Hasil ini berbeda dengan yang ditemukan oleh Almeida et al.
2014 di peternakan sapi perah Parana utara, Brazil, yang menyebutkan bahwa Calliphoridae yang tertangkap di peternakan sapi perah lebih banyak 64
dibandingkan Muscidae 36 dari total seluruh lalat yang tertangkap 178 lalat. Lalat tersebut ditangkap menggunakan perangkap berumpan yang terdiri atas dua
botol plastik. Salah satu botol plastik tersebut dicat hitam dan yang satunya tetap dalam keadaan transparan. Umpan berupa hati sapi 10 gram diletakkan di dalam
botol bercat hitam dengan bantuan kait logam. Perangkap diletakkan di pohon yang berjarak 10 meter dari peternakan sapi perah dengan ketinggian 1-1.7 meter
di atas permukaan tanah. Perbedaan hasil penangkapan lalat di peternakan sapi perah Cibungbulang dan di peternakan sapi perah Parana utara, Brazil,
diakibatkan oleh prosedur penangkapan dan sanitasi kandang yang berbeda. Almeida et al. 2014 melaporkan terjadi penumpukan kotoran segar sapi perah
sepanjang hari di dalam kandang selama penangkapan. Penumpukan kotoran segar sapi perah Cibungbulang di dalam kandang jarang terjadi karena dilakukan
pembersihan kandang minimal dua kali sehari. Ada kecenderungan lalat berpindah tempat dari dalam kandang menuju ke luar kandang oleh akibat
aktivitas pembersihan kandang peternakan. Perbedaan jumlah lalat juga kemungkinan diakibatkan oleh faktor-faktor pendukung perkembangbiakan lalat
Muscidae yang tersedia di lingkungan kandang peternakan sapi perah Cibungbulang seperti limbah peternakan yang menumpuk di sekitar kadang,
pakan sapi perah yang mengalami pembusukan dan adanya sisa kotoran sapi perah yang menumpuk di sekitar kandang dan drainase kandang.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa lalat dari famili Muscidae lebih banyak tertangkap di ampas tahu dan konsentrat 87.33 dibandingkan dengan
titik penangkapan lainnya seperti jerami 2.05, semak 0.23, limbah 0.19 dan feses 2.51. Ampas tahu dan konsentrat merupakan bahan yang mudah
mengalami pembusukan sehingga tingkat kesukaan lalat sangat tinggi di titik ini. Titik-titik lainnya sepertinya hanya digunakan sebagai tempat peristirahatan
dengan melihat nilai penangkapan yang begitu kecil. Serangga bernaung di peternakan selama jam-jam terpanas, berinteraksi dengan substrat yang menarik,
seperti ekskresi hewan, sisa-sisa pakan, dan residu susu Gerry et al. 2011. Kandang pemerahan menyajikan kondisi sanitasi yang kurang baik, karena cukup
banyak kotoran segar tersimpan di sana setiap hari sehingga menghambat kontrol populasi lalat Hogsette et al. 2012
38 Fluktuasi Muscidae dan Calliphoridae jika dibandingkan di antara keduanya
Gambar 30 menunjukkan bahwa penangkapan Muscidae pada Peternakan Skala Kecil mengalami penurunan pada bulan April 71.55 jika dibandingkan dengan
Calliphoridae 28.45. Muscidae pada bulan Mei meningkat 92.58 jika dibandingkan dengan Calliphoridae 7.42. dan terjadi penurunan yang tidak
signifikan 91.97 pada bulan Juni jika dibandingkan dengan Calliphoridae 8.03. Penangkapan Muscidae pada bulan Mei sangat tinggi diakibatkan karena
ada kebocoran karung konsentrat yang menyebabkan konsentrat berserakan di sekitar titik penangkapan yang tidak terjadi pada bulan-bulan lainnya. Konsentrat
merupakan media yang sangat disukai kelompok Muscidae karena sangat jarang sekali di temukan Calliphoridae pada titik penangkapan tersebut. Kandungan
konsentrat terdiri dari dedak, bungkil inti sawit, bungkil kacang tanah,dan bungkil jagung yang kemungkinan menjadi daya tarik tersendiri bagi kelompok Muscidae.
Calliphoridae pada bulan April meningkat karena kondisi ampas tahu yang basah dan berbau menyengat pada saat penangkapan lalat dilakukan.
Penangkapan Muscidae pada Peternakan Skala Menengah pada bulan April meningkat 98.08 jika dibandingkan dengan Calliphoridae 1.92..
Muscidae mengalami penurunan 93.28 pada bulan Mei jika dibandingkan dengan Calliphoridae 6.72 dan terus menurun 91.52 pada bulan Juni jika
dibandingkan dengan Calliphoridae 8.48.
Muscidae banyak tertangkap pada bulan April diakibatkan oleh kondisi kandang yang cukup kering sehingga kurang menguntungkan bagi infestasi
Calliphoridae, konsentrat yang berserakan juga terjadi pada bulan April penangkapan. Calliphoridae pada bulan Juni cenderung meningkat karena tidak
adanya konsentrat yang berserakan pada bulan ini, dan lalat Muscidae terlihat menginfestasi kandang anak sapi perah yang baru lahir.
Penangkapan Muscidae pada pada Peternakan Skala Besar pada bulan April menurun 94.18 jika dibandingkan dengan Calliphoridae 5.82.
sedangkan pada bulan Mei penangkapan, Muscidae mengalami peningkatan
Gambar 30 Perbandingan fluktuasi Muscidae terhadap Calliphoridae dari 8 peternakan sapi perah, Cibungbulang, Kab. Bogor, April-Juni 2015.
Muscidae Calliphoridae
39
Gambar 31 Perbandingan fluktuasi Muscidae dan Calliphoridae setiap bulan dari 8 peternakan sapi perah, Cibungbulang, Kab. Bogor, April-Juni 2015.
A Calliphoridae B Muscidae Bulan April Bulan Mei Bulan Juni
49.89