PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DAN UPAYA MENGATASINYA DI MTS TASWIRUL AFKAR SURABAYA.

(1)

SKRIPSI Oleh:

Moch. Holilurrohman D01212035

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

vii

Moch. Holilurrohman, D0121035. 2015. Problematika Pembelajaran Aqidah Akhlak dan Upaya Mengatasinya Di MTs Taswirul Afkar Surabaya.

Dosen Pembimbing : Dr. H. Achmad Muhibbin Zuhri, M.Ag.

Kata kunci : Problematika pembelajaran Aqidah Akhlak dan upaya mengatasinya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan : (1) Apa saja problem pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs Taswirul Afkar Surabaya, (2) Bagaimana Upaya mengatasi problem pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs Taswirul Afkar Surabaya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari sumber data primer atau utama yakni guru mata pelajaran Aqidah Akhlak MTs Taswirul Afkar Surabaya dan sumber data sekunder atau pendukung yakni data yang mendukung terhadap data primer seperti siswa dan pihak sekolah. Adapun mengenai pengumpulan data, peneliti menggunakan observasi berperan serta, interview atau wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini adalah : (1) Problematika pembelajaran Aqidah Akhlak terdapat pada materi yang sulit dipahami siswa, kurangnya minat belajar siswa, metode pembelajaran yang kurang menyenangkan bagi siswa, penerapan materi dan lingkungan yang memiliki pengaruh buruk terhadap siswa. Problematika tersebut muncul dikarenakan materi Aqidah Akhlak yang lebih membutuhkan pendalaman lebih lanjut dan tidak mampu dijangkau hanya dengan akal dan pancaindera saja seperti materi iman kepada Allah, malaikat dan hari akhir. Dengan demikian minat belajar siswa menjadi kurang dan metode pembelajaran menjadi tidak menyenangkan dan berdampak pada penerapan materi seperti melalaikan perintah ibadah. Begitu pula pengaruh lingkungan sekitar yang tidak mendukung untuk penerapan perilaku terpuji dan menghindari akhlak tercela, (2) Upaya yang dilakukan terkait faktor materi adalah dengan memahami karakteristik siswa yang membutuhkan pendalaman lebih lanjut dan membatasi pengetahuan tentang iman kepada Allah dengan membahas ciptaan Allah. Adapun mengenai minat belajar, upaya memberikan motivasi belajar terus dilakukan. Mengenai metode pembelajaran, guru menyesuaikan dengan kondisi siswa. Terkait dengan penerapan materi, guru terus memantau perkembangan ibadah siswa. Adapun mengenai pengaruh lingkungan, guru terus memberi nasihat terhadap siswa agar menjauhi lingkungan yang memiliki pengaruh buruk.


(6)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 7

E. Penelitian Terdahulu ... 8

F. RuangLingkup dan Keterbatasan Penelitian. ... 10


(7)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id xi

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Pembelajaran ... 13

B. Aqidah ... 16

1. Pengertian Aqidah ... 16

2. Ruang Lingkup Aqidah ... 18

3. Tujuan Aqidah ... 19

C. Akhlak ... 20

1. Pengertian Akhlak ... 20

2. Ruang Lingkup Akhlak ... 23

3. Tujuan Akhlak ... 25

D. Aqidah Akhlak ... 26

E. Pembelajaran Aqidah Akhlak ... 27

1. Pengertian Pembelajaran Aqidah Akhlak ... 27

2. Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak ... 27

3. Ruang Lingkup Pembelajaran Aqidah Akhlak ... 28

4. Dasar Mata Pelajaran Aqidah Akhlak ... 29

5. Nilai-nilai Pembelajaran Aqidah Akhlak ... 30

6. Prinsip-prinsip Pembelajaran Aqidah Akhlak ... 32

7. Prosedur Pembelajaran Aqidah Akhlak ... 34


(8)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id xii

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 51

B. Lokasi Penelitian ... 52

C. Kehadiran Peneliti ... 53

D. Sumber Data ... 54

E. Teknik Pengumpulan Data. ... 55

F. Teknik Analisa Data ... 57

G. Tahap-tahap Penelitian ... 58

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 61

1. Sejarah Berdirinya ... 61

2. Letak Geografis ... 63

3. Visi dan Misi Madrasah ... 63

4. Struktur Organisasi ... 65

5. Keadaan Guru dan Karyawan ... 66

6. Keadaan Siswa ... 68

7. Keadaan Sarana dan Prasarana ... 69

8. Kultur dan Lingkungan ... 70

B. Pelaksanaan Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs Taswirul Afkar Surabaya ... 73


(9)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id xiii

1. Aspek Pembelajaran ... 74 2. Materi ... 74 3. Metode ... 76 C. Problematika Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs Taswirul Afkar

Surabaya ... 78 D. Analisis Terhadap Problematika Pembelajaran Aqidah Akhlak di

MTs Taswirul Afkar Surabaya ... 80 E. Upaya Mengatasi Problematika Pembelajaran Aqidah Akhlak di

MTs Taswirul Afkar Surabaya ... 87

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 92 B. Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dalam proses pembelajaran banyak ditemukan problematika di dalamnya baik itu problematika guru, siswa maupun materi yang diajarkan. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkupan belajar dalam rangka pemberian bantuan oleh pendidik agar dapat terjadi proses untuk memperoleh ilmu, pengetahuan, penguasaan kemahiran, perubahan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan diri kepada peserta didik. Dengan demikian pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.1

Mengenai pembahasan tentang pembelajaran dan pendidikan maka akan banyak ditemukan masalah didalamnya dan tidak akan selesai karena manusia sebagai subjek dan objek dalam pendidikan selalu berkembang mengikuti perkembangan zaman. Pada hakikatnya pendidikan adalah “usaha sadar membudayakan manusia atau memanusiakan manusia. Manusia itu sendiri adalah pribadi yang utuh dan kompleks sehingga sulit dipelajari secara tuntas.”2

Pendidikan secara teoritis mengandung pengertian “memberi makan” kepada jiwa anak didik sehingga mendapatkan kepuasan rohaniah, juga sering diartikan “menumbuhkan” kemampuan dasar manusia. Apabila diarahkan

1 Robbins, Stephen P, Perilaku Organisasi Buku I, (Jakarta: Salemba Empat, 2007), h.69-79.


(11)

kepada pertumbuhan sesuai dengan ajaran Islam maka harus berproses melalui sistem kependidikan Islam, baik melalui kelembagaan maupun melalui sistem kurikuler. Apabila pendidikan dikaitkan dengan ajaran Islam maka hal tersebut diarahkan kepada pendidikan Islam. “Pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa muslim yang bertakwa dimana ia melakukannya secara sadar, mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya.”3

Al Qur’an merupakan sumber pedoman bagi umat Islam. Sebagai sumber pedoman Al Quran mengandung dan membawakan nilai–nilai yang mengandung motivasi kependidikan bagi umat manusia. Sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an:





Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”[QS. Az Zariyat : 56]4

Ayat tersebut menegaskan bahwa “tujuan Tuhan menciptakan jin dan manusia adalah agar mereka menyembah kepada-Nya.” Itu berarti ibadah itu mencakup segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia, baik berupa amal perbuatan, pemikiran ataupun perasaan, yang senantiasa ditujukan kepada Allah

3 Prof. H.M Arifin, M.Ed, Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan

Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta, PT Bumi Aksara, Mei 2014),h.22

4 Departemen Agama RI, Al-Qur’a da Terje ah, (Surabaya, CV. Pustaka Agung Harapan,


(12)

SWT. Tujuan Tuhan menciptakan manusia ini kemudian dijadikan sebagai tujuan akhir dari kegiatan pendidikan Islam. Pada umumnya para ulama berpendapat bahwa tujuan akhir pendidikan Islam adalah “untuk beribadah kepada Allah SWT.”5

Dengan demikian pendidikan Islam menjadi landasan utama yang didalam nya terdapat proses pembelajaran.

Proses pembelajaran merupakan inti dari kegiatan pendidikan. Oleh karena itu proses pembelajaran seharusnya dilakukan dengan tepat agar tidak terjadi masalah. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan untuk meningkatkan mutu dalam proses belajar mengajar seperti penyampaian materi dari sumber kemudian diberikan oleh guru dan diterima oleh siswa. Dalam proses peneriman tersebut siswa diharapkan mampu menangkap materi yang diterangkan oleh guru serta mampu memahaminya, Akan tetapi masalah akan timbul apabila siswa kurang memahami materi dengan baik. Hal tersebut bisa terjadi karena beberapa faktor diantaranya adalah kurang meresponnya siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru, guru yang tidak mampu memahami kondisi siswa atau pelajaran itu sendiri yang sulit dipahami oleh siswa sehingga membuat proses belajar mengajar menjadi tidak efektif. Siswa hanya mendengarkan apa yang diberikan oleh guru tanpa memahami makna yang terkandung didalam pelajaran tersebut. Oleh karena itu, hal tersebut tidak

5 Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di


(13)

boleh dibiarkan begitu saja. Perlu adanya upaya yang dilakukan baik itu oleh guru dan pihak sekolah untuk mengatasinya.

Sekolah merupakan tempat dimana terjadinya proses pembelajaran. Salah satu sekolah yang yang menjadi tempat berlangsungnya proses pembelajaran adalah Madrasah Tsanawiyah (MTs). Dalam hal ini peniliti melakukan penelitian di MTs Taswirul Afkar mengenai problematika pembelajaran didalamnya. MTs Taswirul afkar merupakan sekolah yang berada di Surabaya. Sejarah singkat mengenai Taswirul Afkar adalah pada mulanya berbentuk perkumpulan diskusi yang diprakarsai oleh KH. Mas Mansyur yang pada waktu itu merupakan cabang dari perkumpulan Suryo Sumirat dalam rangkah mempermudah mendapatkan izin dari pemerintah Belanda. Setelah itu Taswirul Afkar menjadi Madrasah berkedudukan di wiliyah Ampel Suci Surabaya. Pada tahun 1952 sehubungan dengan meningkatnya murid, maka kegiatan pembelajaran di pindah ke jalan Pegirian 238 Surabaya sampai saat ini.6

MTs Taswirul Afkar merupakan sekolah yang mengembangkan dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang berhaluan Ahlussunnah Waljamaah dan melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga siswa dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki. MTs Taswirul Afkar merupakan tempat dimana terjadinya proses pembelajaran. Ilmu

6


(14)

pengetahuan diberikan kepada para siswa baik ilmu pengetahuan agama maupun pengetahuan umum. Diantara ilmu pengetahuan yang diberikan adalah Aqidah Akhlak. Aqidah Akhlak merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di MTs Taswirul Afkar.

Guru Aqidah Akhlak di MTs Taswirul Afkar sudah berusaha menyelenggarakan proses pendidikan dengan baik agar siswa dapat memahami apa yang disampaikan oleh guru demi tercapainya tujuan pembelajaran. Akan tetapi hal tersebut bertolak belakang dengan siswa. Masih ada siswa yang kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dan tidak memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru. Hal tersebut perlu mendapatkan perhatian yang serius karena mata pelajaran yang diajarkan adalah Aqidah Akhlak. Akhlak merupakan pembentukan sikap dan tingkah laku yang sangat penting. Oleh karena itu pembelajaran Aqidah Akhlak diharapkan dapat membentuk sikap dan tingkah laku siswa menjadi lebih baik. Selain itu, tantangan bagi guru adalah bagaimana menyajikan materi agar bisa ditangkap dengan baik oleh siswa seperti menanamkan keimanan yang berada diluar jangkauan akal siswa.

Persoalannya adalah bagaimana pembelajaran Aqidah Akhlak dapat berjalan dengan baik, mampu dipahami oleh siswa dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari–hari baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah, hal tersebut dikarenakan akhlak merupakan pembentukan sikap dan tingkah laku yang sangat penting. Selain itu pembelajaran Aqidah Akhlak diberikan dengan waktu yang terbatas dibandingan dengan tantangan yang dapat merusak akhlak


(15)

tidak terbatas oleh waktu dan bisa terjadi kapan saja. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, penulis tertarik untuk meneliti “Problematika Pembelajaran Aqidah Akhlak dan Upaya Mengatasinya di MTs Taswirul Afkar Surabaya.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini peniliti menarik beberapa rumusan masalah diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Apa problem pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs Taswirul Afkar Surabaya?

2. Bagaimana upaya mengatasi problem pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs Taswirul Afkar Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan problematka pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs

Taswirul Afkar Surabaya.

2. Untuk mendeskripsikan upaya mengatasi problematka pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs Taswirul Afkar Surabaya.


(16)

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi Lembaga

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan evaluasi dalam pembelajaran Aqidah Akhlak serta bagaimana mengatasi problem pada pembelajaran Aqidah Akhlak.

2. Bagi Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak dan Sekolah .

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan evaluasi dan masukan bagi guru mata pelajaran Aqidah Akhlak untuk penyelenggaraan pembelajaran Aqidah Akhlak dan juga sebagai acuan untuk pengembangan pembelajaran Aqidah Akhlak.

3. Bagi Peneliti

Bagi peneliti penelitian ini memberikan beberapa kegunaan, diantaranya adalah memberikan pengetahuan dibidang penelitian seperti bagaimana teknik–teknik penulisan serta apa saja yang dilakukan dalam melakukan penelitian. Selain itu penelitian ini memberikan pengalaman bagaimana melakukan penelitian secara langsung ke tempat sekolah serta mengidentifikasi masalah–masalah yang ada disekolah sebagai bahan penelitian. Penelitian ini juaga memberikan manfaat bagi peneliti tentang ilmu pengetahuan dibidang agama terutama Pendidikan Agama Islam khususnya pada mata pelajaran Aqidah Akhlak. Dengan melakukan penelitian ini, peniliti dapat mengetahui problematika pembelajaran Aqidah


(17)

Akhlak di sekolah dan upaya mengatasinya sebagai bahan evaluasi untuk pengembangan ilmu pengetahuan dibidang Agama.

E. Penelitian Terdahulu

Sebelum penelitian ini dilakukan, Terdapat kajian yang membahas tentang problematika pembelajaran di sekolah. Dengan demikian penelitian ini bukanlah penelitian yang benar–benar baru. Oleh karena itu terdapat penekanan penulisan dalam penelitian ini agar berbeda dengan penelitian-penelitian lain yang terlebih dahulu sudah dilakukan. Dalam kaitannya dengan problematika pembelajaran di sekolah, peneliti telah melakukan penelusuran terkait dengan penelitian yang berhubungan dengan problematika pembelajaran terutama yang berhubungan dengan kata kunci Aqidah Akhlak. Berikut adalah hasil penelusuran yang dilakukan oleh peneliti :

1. Terkait dengan kata kunci problematika pembelajaran, peneliti telah menemukan hasil penelitian skripsi mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya yakni: Problematika pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 36 Surabaya, Oleh Moch Basyir. Temuan dari penelitian tersebut adalah Problematika pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang terjadi di sekolah tersebut terletak pada isi materi serta media pembelajaran dan metode yang digunakan kurang menarik bagi siswa.


(18)

2. Terkait dengan kata kunci problematika akhlak, peniliti telah menemukan menemukan hasil penelitian skripsi mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya yakni: Problematika pendidikan akhlak dan upaya mengatasinya di Madrasah Aliyah Roudlotul Ulum Mojoduwur Mojowarno Jombang, Oleh Nur Hadi.

Temuan dari penelitian tersebut adalah Metode pendidikan akhlak kurang menyenangkan, keteladanan dari para guru dan warga masyarakat madrasah dalam pemberian pendidikan akhlak masih kurang, pengaruh teman yang kurang baik akhlaknya. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi problematika tersebut adalah memperbaiki proses pembelajaran dengan memberikan pengertian terhadap siswa baik dari sisi materi pendidikan maupun sisi keteladanan, melakukan koordinasi dan menyamakan visi dalam pendidikan akhlak antara sekolah, keluarga, dan masyarakat sekitar.

3. Terkait dengan kata kunci problematika pembelajaran Aqidah Akhlak, peniliti telah menemukan menemukan hasil penelitian skripsi mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya yakni: Problematika dan solusi pembelajaran Aqidah Akhlak pada materi iman kepada qadha qadar dalam penanaman nilai–nilai kompetisi serta keimanan pada siswa MTsN Model Pare Kediri, Oleh Fika Fitrotin.

Temuan dari penelitian tersebut adalah problematika pembelajaran Aqidah Akhlak pada materi iman kepada qadha qadar terletak pada komponen


(19)

pembelajaran, yakni dari faktor materi dan bahan ajar, guru, lingkungan sosial dan peserta didik. Solusi yang dapat diambil dari pembelajaran tersebut adalah memperbaiki bahan ajar, menciptakan lingkungan sosial yang kondusif dan memberikan pandangan tentang nilai–nilai kompetisi dan keimanan pada peserta didik.

Demikian hasil penelusuran peneliti terkait penelitian ini. Peneliti memposisikan penelitian ini sebagai pelengkap dan evaluasi terhadap penelitian sebelumnya. Perbedaan penelitian ini dari penelitian sebelumnya adalah penelitian sebelumnya membahas tentang pendidikan akhlak, yakni lebih menekankan pembahasan pada akhlak peserta didik. sedangkan penelitian ini lebih fokus terhadap pembelajaran yang dilakukan. Selain itu pada penelitian terdahulu juga terdapat pembahasan problematika pembelajaran Aqidah Akhlak yang lebih fokus pada materi qadha dan qadar, sedangkan penelitian ini lebih banyak mendeskripsikan problematika pembelajaran Aqidah Akhlak secara keseluruhan, bukan spesifik pada materi saja seperti penelitian terdahulu.

F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian.

Batasan masalah dalam ruang lingkup penelitian ini digunakan untuk menghindari persepsi lain mengenai masalah yang menjadi kajian peniliti. Oleh karena itu peneliti memberikan rambu-rambu sebagai berikut:


(20)

2. Masalah yang diteliti hanya problematika yang ada dalam pembelajaran Aqidah Akhlak.

3. Objek yang diteliti adalah siswa dan guru pengajar Aqidah Akhlak di MTs Taswirul Afkar Surabaya.

G. Sistematika Pembahasan

Peneliti menyusun sistematika pembahasan penelitian menjadi 5 Bab. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut :

Bab Satu Pendahuluan, pada bab ini membahas tentang rancangan penelitian secara umum. Terdiri dari sub-sub bab tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penelitian Terdahulu, Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian, dan Sistematika Pembahasan.

Bab Dua Kajian Teori, pada bab ini membahas tentang pembelajaran dan problematikanya dan materi Aqidah Akhlak (Pengertian, tujuan, ruang lingkup dll).

Bab Tiga Metode Penelitian, pada bab ini terdiri dari pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, kehadiran peneliti, sumber data, teknik pengumpulan data, tahap analisa data dan tahap-tahap penelitian.

Bab Empat Penyajian dan analisis data yang meliputi gambaran umum tentang obyek penelitian, penyajian dan analisis data tentang problematika pembelajaran Aqidah Akhlak disertai dengan upaya mengatasinya.


(21)

Bab Lima Penutup, pada bab terakhir ini terdiri atas kesimpulan, saran-saran dan disertai dengan daftar pustaka dan sebagainya.


(22)

13 BAB II KAJIAN TEORI

PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DAN PROBLEMATIKANYA

A. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran berasal dari kata belajar. Belajar adalah perubahan yang terjadi pada tingkah laku potensial yang dianggap sebagai hasil dari pengamatan dan latihan secara relatif. Adapun maksud dari pembelajaran disini adalah suatu kegiatan untuk mengubah tingkah laku yang diusahakan oleh dua belah pihak yaitu antara pendidik dan peserta didik sehingga terjadi komunikasi dua arah.7

Menurut Hilgard, belajar adalah suatu proses perubahan kegiatan dan reaksi terhadap lingkungan, apabila perubahan tersebut disebabkan pertumbuhan atau keadaan sementara seseorang seperti kelelahan atau disebabkan obat-obatan, maka tidak dapat disebut belajar. Yang dimaksud perubahan disini adalah mencakup pengetahuan, kecakapan dan tingkah laku yang diperoleh melalui latihan atau pengalaman.8 Adapun menurut Benjamin

Bloom, belajar adalah perubahan kualitas kemampuan kognitif, afektif dan

7

A Partantopius., dan Dahlan Al Bary. Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994),h.95

8


(23)

psikomotorik agar mencapai taraf hidupnya sebagai pribadi, masyarakat, maupun makhluk Tuhan yang maha esa.9

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang utama. Secara umum pembelajaran merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam perilaku sebagai hasil interaksi antara dirinya dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.10 Selain

itu pembelajaran dapat pula diartikan sebagai suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang mana hal tersebut saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Adapun penjelasan dari unsur-unsur tersebut yakni:

1. Manusia yang terlibat di dalam sistem pengajaran yang terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya.

2. Material berupa buku-buku, papan tulis, kapur, fotografi, slide, film dan lain sebagainya.

3. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, komputer dan lain sebagainya.

4. Prosedur, meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik belajar, ujian dan sebagainya.11

9

Syaifurahman,M.Pd, Dra.Tri Ujiati,Manajemen Dalam Pembelajaran, (Jakarta, PT Indeks, 2013),h.58

10

Prof. Dr.H.Mohamad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, (Bandung: Pustaka Bani

Quraisy, 2004),h.7

11


(24)

Di dalam pembelajaran terdapat proses pembelajaran. Proses pembelajaran ialah proses individu mengubah perilaku sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhannya. Artinya individu akan melakukan kegiatan belajar apabila ia menghadapi situasi kebutuhan.12 Adanya kebutuhan akan mendorong

individu untuk mengkaji perilaku yang ada pada dirinya, apabila ia tidak bisa memenuhi kebutuhan tersebut maka ia harus memperoleh perilaku dengan proses pembelajaran.13

Adapun menurut Nana Sudjana, Sama halnya dengan belajar, mengajar pun pada hakikatnya merupakan suatu proses, yakni proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak didik sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya mengajar adalah proses memberikan bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses belajar. Dengan demikian bila hakikat belajar adalah “perubahan” maka hakikat belajar mengajar adalah proses “pengaturan” yang dilakukan oleh guru.14

Dari uraian yang telah dijelaskan maka dapat ditarik kesimpulan bahwasanya pembelajaran adalah proses perubahan baik perubahan tingkah laku maupun pengetahuan dengan melalui interaksi antara guru dan peserta didik yang di dalamnya terdapat unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,

12

Ibid.,h.13

13

Ibid.,h.14

14

Drs. Syaiful Bahri Djamarah,M.Ag, Drs. Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka


(25)

perlengkapan dan prosedur yang mana hal tersebut saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan adanya pembelajaran maka terdapat pula komunikasi antara peserta didik dan guru sebagai pengajar yang mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak didik sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar. Selain itu pembelajaran merupakan aktivitas yang utama dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah.

B. Aqidah

1. Pengertian Aqidah

Aqidah berasal dari bahasa Arab yang diambil dari kata dasar ‘aqada

ya’qidu ‘aqdan aqidatan yang berarti ikatan atau pejanjian. Artinya sesuatu yang menjadi tempat hati yang mana hati terikat kepadanya.15 Setelah

berbentuk aqidah maka maknanya menjadi keyakinan. Adapun pengertian aqidah secara istilah berarti perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh serta tidak ada keraguan dan kebimbangan didalamnya. 16

Para ahli memberikan definisi yang bermacam-macam mengenai pengertian aqidah, diantaranya adalah sebagai berikut:

15

A. Zainuddin dan M. Jamhari I: Akidah dan Ibadah, (Bandung: Pustaka Setia, 1999),h.49

16

Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Pengantar Study Islam, (Surabaya: IAIN Sunan


(26)

a. Menurut Syaikh Thahir al-Jazairy

Aqidah Islamiyah adalah perkara-perkara yang diyakini oleh orang-orang muslim yang berarti mereka teguh terhadap kebenaran perkara-perkara tersebut.17

b. Menurut Hasan al-Banna

Aqidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, menentramkan jiwa dan menjadikan keyakinan yang tidak ada keraguan dan kebimbangan yang mencampurinya.18

c. Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazary

Aqidah adalah kebenaran yang secara umum dapat diterima oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah, yang mana hal tersebut dimunculkan oleh manusia dalam hati dan diyakini secara pasti serta terdapat penolakan terhadap sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran tersebut.19

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa aqidah adalah perkara-perkara yang wajib diyakini kebenarannya, yang mana hal tersebut dapat diterima oleh manusia dan dapat menentramkan jiwa manusia serta tidak ada keraguan didalamnya.

17

Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Ilmu Kalam, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press

2011),h.6

18

Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya.,Pengantar Study, Ibid.,h.58

19


(27)

2. Ruang Lingkup Aqidah

Adapun ruang lingkup pembahasan aqidah adalah sebagai berikut:

a. Ilahiyat, yaitu membahas tentang segala hal yang berhubungan dengan Allah SWT.

b. Nubuwat, yaitu membahas tentang segala hal yang berhubungan dengan Nabi dan Rasul, termasuk membahas tentang kitab-kitab Allah, mukjizat dan sebagainya.

c. Ruhaniyat, yaitu membahas tentang segala hal yang berhubungan dengan alam metafisik seperti malaikat, iblis, jin, roh dan sebagainya. d. Sam’iyyat, yaitu membahas segala hal yang dapat diketahui dari dalil

Naqli berupa Al Qur’an dan Sunnah seperti akhirat, syurga, neraka dan lain sebagainya.20

Al-Qur’an sebagai petunjuk dan pedoman bagi umat manusia merupakan dasar dari aqidah itu sendiri. Aqidah berkaitan dengan keimanan yang merupakan pokok-pokok dari Aqidah Islam. Adapun ayat Al-Quran yang memuat kandungan Aqidah Islam didalamnya adalah:































20 Ibid.,h.60


(28)

Artinya: “Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata): "Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya", dan mereka berkata: "Kami dengar dan Kami taat. Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami dan kepada-Mu tempat (kami) kembali.”[QS Al Baqarah : 285]21

3. Tujuan Aqidah

Adapun tujuan dari aqidah adalah. :

a. Memupuk dan mengembangkan potensi-potensi ketuhanan yang ada sejak lahir.

Sejak berada di alam roh, manusia sudah memiliki fitrah ketuhanan, sebagaimana dalam firman Allah.



























Artinya: “dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini.”[QS. Al A’raf : 172]22

21

Departemen Agama RI, Al-Qur’a da Terje ah, (Surabaya, CV. Pustaka Agung Harapan,

2006),h.60

22


(29)

b. Menjaga manusia dari kemusyrikan

Besar kemungkinan bagi manusia untuk terperosok ke dalam kemusyrikan, baik melakukan kesyirikan secara terang-terangan (syirik jaly) maupun melakukan kemusyrikan yang bersifat sembunyi-sembunyi di dalam hati (syirik khafy). Oleh karena itu diperlukan tuntunan aqidah Islam untuk mencegah perbuatan tersebut.

c. Menghindari diri dari pengaruh akal yang menyesatkan

Akal merupakan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT terhadap manusia. Dengan akal tersebut manusia bisa lebih mulya dari pada makhluk yang lainnya. Walaupun demikian, manusia sering tersesat oleh akal pikirannya sendiri. Oleh karena itu akal pikiran manusia perlu dibimbing oleh akidah Islam.23

C. Akhlak

1. Pengertian Akhlak

Akhlak secara etimologis, berasal dari bahasa Arab yang diidentifikasikan dengan kata al a’dah yang memiliki arti kebiasaan.24 Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata akhlak berarti budi pekerti atau

23

Dr. Rosihon Anwar, M.Ag, Akidah Akhlak, (Bandung: Pustaka Setia, 2008),h.16

24 Ahmad Warson Munawwir,

Al Munawwir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997 ),h.364


(30)

kelakuan.25 Kata akhlak lebih luas dari pada moral atau etika yang sering dipakai dalam bahasa Indonesia sebab akhlak mencakup segi-segi kejiwaan dan tingkah laku seseorang baik secara lahiriah maupun batiniah.26 Kata

akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk yang memiliki arti tabiat, budi pekerti, kebiasaan, keperwiraan, kejantanan, agama, dan kemarahan.27

Adapun pengertian akhlak secara terminologi, para ulama memberikan definisi-definisi yang bermacam-macam. Berikut adalah definisi-definisi akhlak menurut para ulama:

a. Menurut Imam al-Gazali

Akhlak adalah sifat yang tertanam pada jiwa manusia yang dapat menimbulkan perbuatan-perbuatan yang mudah dan gampang tanpa memalui pemikiran terlebih dahulu.28

b. Menurut Ibn Miskawih

Akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorong terhadap perbuatan-perbuatan tanpa adanya pemikiran dan pandangan.29

25

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2003),h.20

26 A. Zainuddin dan Muhammad Jamhari, Al-Islam 2:

Muamalah dan Akhlak, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999),h.73

27

Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Akhlak Tasawuf, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel

Press 2011),h.1

28

Ibid.,h.2

29


(31)

c. Menurut Ahmad Amin,

Menurut sebagian ulama, akhlak adalah suatu kehendak yang dibiasakan. Artinya apabila kehendak-kehendak tersebut telah menjadi suatu kebiasaan maka itulah yang disebut akhlak.30

Dari berbagai definisi yang dikemukaan oleh para ulama diatas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya adalah akhlak adalah suatu perbuatan yang telah dibiasakan sehingga perbuatan tersebut muncul tanpa adanya pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu.

Akhlak juga memiliki keterkaitan dengan pendidikan moral. Pendidikan moral berkenaan dengan pertanyaan tentang yang benar dan yang salah dalam hubungan antar sesama manusia yang meliputi konsep-konsep seperti harkat manusia, harga diri manusia, keadilan sosial, kepedulian terhadap sesama manusia, persamaan hak, sikap saling menghargai dan sebagainya. Tujuan dari pendidikan moral ini membantu siswa agar memiliki tanggung jawab dalam memberikan pendapat, adil dan matang mengenai orang lain.31

Apabila dikaitkan dengan perbuatan maka terdapat juga akhlak baik dan akhlak buruk. Dasar untuk mengukur baik buruknya sifat seseorang adalah al-Qur’an dan as-Sunnah. Apa yang baik menurut al-Qur’an dan as -Sunnah, maka itulah yang dijadikan pegangan dan begitu pula sebaliknya

30

Ibid. h.3

31


(32)

apa yang buruk menurut al-Qur’an dan as-Sunnah maka itulah yang tidak baik dan harus dijauhi.32

2. Ruang Lingkup Akhlak

Adapun ruang lingkup akhlak adalah sebagai berikut: 33

a. Akhlak terhadap Allah SWT

Yakni akhlak yang berhubungan terhadap khalik (sang pencita) yaitu Allah SWT yakni dengan menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT dan menjauhi segala apa yang dilarang olehnya. Selain itu mencintai Allah dan mensyukuri apa yang telah diberikan oleh serta mengagungkan Allah, senantiasa ingat akan kebesaran Allah. Hal tersebut sangatlah penting bagi kehidupan manusia karena bagaimana kehidupannya ditentukan dengan hubungannya dengan Allah SWT. Apabila manusia taat terhadap Allah SWT, maka Allah memberikan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. Sebaliknya apabila manusia tidak taat terhadap Allah SWT, maka kehidupannya akan sengsara baik di dunia maupun di akhirat.

b. Akhlak terhadap sesama manusia

Setelah memperhatikan hubungannya dengan Allah SWT, manusia juga harus memperhatikan hubungannya terhadap sesama.

32

M, Ali Hasan, Tuntunan Akhlak, (Jakarta: Bulan Bintang 1978),h.11

33


(33)

Tidaklah baik seseorang yang memiliki hubungan yang baik terhadap Allah akan tetapi tidak memiliki hubungan yang baik dengan sesama. Hubungan yang baik ini bisa dilakukan dengan menjaga silaturrahmi, saling menghormati, saling tolong menolong dan sebagainya. Dengan demikian menjaga hubungan baik antara sesama manusia merupakan hal yang penting karena manusia tidaklah mampu hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan antara sesama. Oleh karena itu sangat penting untuk menampilkan akhlak yang baik terhadap sesama manusia.

c. Akhlak terhadap alam

Setelah manusia memperhatikan hubungannya terhadap Allah dan terhadap sesama manusia, manusia juga harus memperhatikan hubungannya dengan alam, yakni berusaha melindungi alam sekitar dan menjaga kelestariannya. Hal tersebut dikarenakan alam adalah makhluk Allah SWT yang juga berhak hidup sama seperti manusia. Oleh karena itu alam harus dilindungi karena alam sebagai lingkungan hidup manusia telah banyak memberikan manfaat bagi kehidupan manusia, seperti air, udara, tumbuh-tumbuhan dan sebagainya. Apabila manusia tidak bersikap ramah terhadap alam, maka alam pun tidak akan bersikap ramah terhadap manusia. Apabila hal tersebut terjadi maka manusia itu sendiri yang rugi. Akan banyak terjadi bencana yang disebabkan oleh manusia itu sendiri seperti


(34)

banjir, tsunami, gempa bumi dan sebagainya. Oleh karena itu manusia harus menjaga hubungannya dengan alam dengan menjaga lingkungan dan kelestarian alam.

3. Tujuan Akhlak

Tujuan pokok adalah agar setiap orang muslim memiliki budi pekerti, tingkah laku dan adat istiadat yang baik sesuai ajaran Islam. Selain tujuan yang diperoleh apabila seorang muslim berakhlak yang baik adalah:

a. Ridha Allah SWT.

Orang yang memiliki akhlak yang baik yang sesuai ajaran Islam, senantiasa akan melaksanakan segala perbuatannya dengan hati yang ikhlas dan semata-mata karena mengharap ridha Allah.

b. Kepribadian muslim

Orang yang memiliki akhlak yang baik yang sesuai ajaran Islam, segala perbuatannya mencerminkan sikap ajaran Islam baik ucapannya maupun pemikirannya.

c. Perbuatan yang mulia dan terhindar dari perbuatan yang tercela

Dengan memiliki akhlak yang baik akan mendapatkan bimbingan dan ridha Allah, serta akan terwujud perbuatan-perbuatan yang terpuji yang seimbang antara kebaikan dunia dan akhirat serta terhindar dari perbuatan tercela.34

34


(35)

Demikian penjelasan aqidah dan akhlak yang merupakan gabungan dua kata yang memiliki pengertian tersendiri. Adapun Aqidah Akhlak merupakan salah satu bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik agar lebih mengenal, menghayati, dan mengimani Allah SWT, serta merealisasikan dalam perilaku akhlak mulia dalam pengamalan dan pembiasaan.35 Aqidah

Akhlak merupakan materi pelajaran yang diberikan kepada siswa sebagai bagian dari proses pembelajaran. Materi pelajaran (learning materials) adalah segala sesuatu yang menjadi isi kurikulum yang harus dikuasai siswa dalam rangka pencapaian standard kompetensi setiap mata pelajaran dalam satuan pendidikan tertentu. Dengan demikian materi pelajaran merupakan bagian terpenting dalam proses pembelajaran.36

D. Aqidah Akhlak

Aqidah Akhlak adalah salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah sebagai peningkatan dari akidah dan akhlak yang telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar. Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara mempelajari tentang rukun iman mulai dari iman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,

35

Departemen Agama RI , Kurikulum 2004 Standar Kompetensi, (Jakarta: Direktorat Jendral

Kelembagaan Agama Islam, 2004),h.17

36

Prof.Dr.H.Wina Sanjaya,M.P.d, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana,


(36)

rasul-Nya, hari akhir, sampai iman kepada Qadha dan Qadar yang dibuktikan dengan dalil-dalil naqli dan aqli, serta pemahaman dan penghayatan terhadap al-asma’ al-husna dengan menunjukkan ciri-ciri perilaku seseorang dalam realitas kehidupan individu dan sosial serta pengamalan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari.

E. Pembelajaran Aqidah Akhlak

1. Pengertian Pembelajaran Aqidah Akhlak

Pembelajaran Aqidah Akhlak adalah proses perubahan baik perubahan tingkah laku maupun pengetahuan dengan melalui interaksi antara guru dan peserta didik di dalam kelas yang di dalamnya terdapat materi Akidah Akhlak. Secara substansial mata pelajaran Aqidah Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempelajari dan mempraktikkan akidahnya dalam bentuk pembiasaan untuk melakukan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Al-akhlak al-karimah ini sangat penting untuk dipraktikkan dan dibiasakan oleh peserta didik dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan berbangsa, terutama dalam rangka mengantisipasi dampak negatif dari era globalisasi yang melanda bangsa dan negara Indonesia.

2. Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak


(37)

a. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang aqidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.

b. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai aqidah Islam.

3. Ruang Lingkup Pembelajaran Aqidah Akhlak

Ruang lingkup pembelajaran dari mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah meliputi:

a. Aspek aqidah terdiri atas dasar dan tujuan aqidah Islam, sifat-sifat Allah, al-asma' al-husna, iman kepada Allah, Kitab-Kitab Allah, Rasul-Rasul Allah, Hari Akhir serta Qadha Qadar.

b. Aspek akhlak terpuji yang terdiri atas ber-tauhiid, ikhlaas, ta’at, khauf,

taubat, tawakkal, ikhtiyaar, shabar, syukur, qanaa’ah, tawaadu',

husnuzh-zhan, tasaamuh dan ta’aawun, berilmu, kreatif, produktif, dan pergaulan remaja.


(38)

c. Aspek akhlak tercela meliputi kufur, syirik, riya, nifaaq, anaaniah, putus asa, ghadlab, tamak, takabbur, hasad, dendam, giibah, fitnah, dan namiimah.37

4. Dasar Mata Pelajaran Aqidah Akhlak

Al-Qur’an sebagai pedoman dan petunjuk bagi manusia merupakan sumber ajaran Islam. Dengan demikian sumber ajaran Islam merupakan dasar segi religius dalam pelaksanaan pendidikan akhlak. Adapun Nabi Muhammad SAW merupakan suri tauladan yang baik dalam pendidikan akhlak. Berikut adalah ayat-ayat al-Qur’an yang dapat dijadikan dasar pelaksanaan pendidikan akhlak:





Artinya: “dan Sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi pekerti yang luhur.”[QS. Al Qalam : 4]38















Artinya: “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah

37

Permenag Nomor 2 Tahun 2008

38


(39)

dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah”[QS. Al Azhab : 21]39











Artinya: Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata: "Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)?” [QS. Fussilat : 33]40

5. Nilai-Nilai Pembelajaran Aqidah Akhlak.

Adapun untuk nilai-nilai akhlak yang dikembangkan di sekolah/madrasah pada jenjang SMP/MTS adalah:

a. Berhati lembut, bekerja keras, tekun dan ulet, dinamis total dan produktif, sabar dan tawakkal serta loyal, terbiasa beretika dalam perilaku sehari-hari.

b. Terbiasa berpikir kritis, sederhana, sportif dan bertanggug jawab. c. Terbiasa berperilaku qona’ah, toleran, peduli terhadap lingkungan dan

budaya serta tidak sombong, tidak merusak, tidak nifak dan beretika baik dalam pergaulan.41

Akhlak merupakan hal yang sangat penting dalam Islam. Seorang akan dapat dinilai dari caranya bertingkah laku dari akhlaknya. Islam

39

Departemen Agama RI, Al-Qur’a da Terje ah,Ibid.,h.595

40 Departemen Agama RI, Al-Qur’a da Terje ah,Ibid.,h.688

41

Abdul Majid, S.Ag.,M.Pd, Dian Andayani, S.Pd.,M.Pd, Pendidikan Karakter Perspektif Islam,


(40)

memberikan tuntunan kepada manusia agar senantiasa memiliki akhlak yang baik dan menjauhi perilaku tercela. Sebagaimana yang telah diajarkan Luqmanul Hakim kepada anaknya untuk menjaga, memelihara dan menampilkan akhlak yang mulia, saling mengasihi dan tidak berperilaku sombong. Sebagaimana yang dijelaskan dalam al-Qur’an surat Luqman sebagai berikut:















Artinya: “dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.”[QS Luqman : 18]42

Adapun yang menjadi perhatian utama Luqman adalah hati, seperti nasihatnya yang diriwayatkan oleh khalid ar-Ruba’i, beliau berkata bahwasanya Luqman adalah seorang hamba sahaya yang berasal dari negeri Habsyi. Suatu ketika tuannya menyerahkan seekor kambing kepadanya dan berkata: “sembelihlah kambing ini dan berikan dua potong daging yang paling baik untukku!” Lalu Luqman memberikan kepada tuannya itu lidah dan hati. Kemudian tuannya menyerahkan lagi seekor kambing lain dan berkata: “sembelihlah kambing ini dan berikan untukku

42


(41)

dua potong daging yang paling buruk. Lalu Luqman memberikan kepada tuannya itu lidah dan hati. Lalu tuannya menanyakan tentang sebabnya mengapa Luqman memberikan lidah dan hati tersebut. Lalu Luqman menjawab, “tidak ada sesuatu yang lebih baik dari pada keduanya apabila keduanya itu baik dan tidak ada yang lebih buruk dari keduanya apabila keduanya itu buruk.43

Demikian penjelasan sebagian dari nasihat Luqmanul Hakim. Dari beberapa penjelasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwasanya sangat penting bagi seseorang untuk menjaga perbuatannya terutama dalam menjaga lisan dan hati. Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwasanya nilai pembelajaran akhlak yang terkandung dalam ajaran Islam adalah memelihara dan menampilkan akhlak yang mulia, saling mengasihi dan tidak berperilaku sombong serta mampu menjaga hati dan lisan.

6. Prinsip-prinsip Pembelajaran Aqidah Akhlak.

Sesuai dengan penjelasankan sebelumnya bahwa Aqidah Akhlak merupakan salah satu bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Adapun pembelajaran PAI tidak sesederhana dalam proses penyampaiannya. Akan tetapi jauh dari itu, fungsi dan peran PAI sampai pada pembentukan akhlak karimah dan kepribadian seutuhnya. Oleh karena itu pengembangan pembelajaran PAI memerlukan model-model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan isi dan hasil yang diharapkan.

43


(42)

Begitu pula prinsip–prinsip yang menyokong pembelajaran PAI juga perlu diperhatikan.44

Bahasa adalah alat komunikai antar manusia. Banyak ditemukan perbedaan dalam cara-cara orang berbicara. Ada yang berbicara panjang lebar akan tetapi informasi yang didapatkan sedikit. Ada pula yang memperpanjang pembicaraan, sementara dia mengetahui bahwa hal itu bisa diringkas tanpa menghilangkan sedikit pun inti pembicaraannya. Demikian hal tersebut merupakan salah satu dari permasalahan pendidikan. Oleh karena itu perlu adanya mencari cara terbaik sekaligus benar untuk berkomunikasi dengan siswa. Adapun yang dapat dijadikan rujukan untuk cara terbaik sekaligus benar dalam komunikasi adalah Rasulullah SAW. Sebagaimana diriwayatkan oleh Sayyidah Aisyah:

“Rasulullah tidak berbicara sambung menyambung seperti yang kalian lakukan ini. Akan tetapi Rasulullah berbicara dengan terpisah-pisah dan dengan jeda. Jika seseorang menghitung kata-katanya, tentu ia dapat menghitungnya. Sedangkan jika Rasulullah mengucapkan satu kalimat, dia mengulanginya sebanyak tiga kali agar dapat diingat.”

Adapun mengenai cara mendidik Rasulullah SAW memberikan pengajaran melalui sabda beliau: “Allah akan memberikan rahmat kepada orang tua yang membantu anaknya berbuat baik kepadanya. Yakni

44

Abdul Majid , S.Ag.,M.Pd, Perencanaan Pembelaran, Mengembangkan Standard Kompetensi Guru,


(43)

orangtua yang tidak menyuruh anaknya berbuat sesuatu yang sekiranya anak itu tidak mampu mengerjakannya.”

Dari beberapa uraian diatas, maka terdapat prinsip yang dijadikan pelajaran dari tindakan Rasulullah SAW dalam menanamkan akhlak terhadap anak, yaitu:

a. Motivasi, segala ucapan Rasulullah SAW mempunyai kekuatan yang menjadi pendorong kegiatan individu untuk melakukan suatu kegiatan mencapai tujuan.

b. Fokus, ucapannya ringkas dan langsung pada inti pembicaraan sehingga mudah dipahami.

c. Pembicaraannya tidak terlalu cepat sehingga dapat memberikan waktu yang cukup kepada anak untuk menguasainya.

d. Repetisi, senantiasa melakukan tiga kali pengulangan pada kalimat-kalimatnya supaya dapat diingat atau dihafal.

e. Teladan, serasi antara ucapan dan perbuatan yang dilandasi dengan niat yang tulus karena Allah.45

7. Prosedur Pembelajaran Aqidah Akhlak

Pengembangan kegiatan belajar mengajar PAI harus diorientasikan pada fitrah manusia yang terdiri dari tiga dimensi, yaitu jasad, akal dan ruh. Ketiga dimensi tersebut haruslah dipelihara agar terwujud keseimbangan. Untuk mewujudkan keseimbangan tersebut diperlukan ketepatan dalam

45


(44)

menentukan pendekatan, metode dan teknik.46 Berikut adalah

penjelasannya:

a. Pendekatan

Konsep pendekatan terpadu dalam pembelajaran agama Islam yang disajikan Depag (2004) meliputi:

1) Keimanan, mengembangkan peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan pemahaman adanya Tuhan.

2) Pengalaman, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempraktekkan pengamalan ibadah dan akhlak dalam menghadapi tugas dan masalah kehidupan.

3) Pembiasaan, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membiasakan perilaku dan sikap yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam dan budaya bangsa.

4) Rasional, usaha memberikan peranan rasio (akal) peserta didik dalam memahami dan membedakan berbagai bahan ajar dalam standard materi dan kaitannya dengan perilaku yang baik dan buruk.

5) Emosional, upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati perilaku yang sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa.

46


(45)

6) Fungsional, menyajikan bentuk standard semua materi dari segi manfaatnya bagi peserta didik dalam arti luas sesuai dengan tingkat perkembangannya dalam kehidupan sehari-hari.

7) Keteladanan, yaitu menjadikan figur guru agama dan non agama serta petugas lainnya maupun orangtua peserta didik sebagai cermin manusia berkepribadian agama,47

b. Metode

Berikut adalah beberapa metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Aqidah Akhlak:

1) Metode Ceramah

Metode ceramah merupakan cara menyampaikan ilmu pengetahuan secara lisan. Hendaknya ceramah mudah diterima, mudah dipahami dan mampu menstimulasi pendengar (anak didik) untuk melaksanakan hal yang baik dari isi ceramah yang telah didengar.48 Adapun menurut Suryono, metode ceramah adalah

penuturan atau penjelasan guru secara lisan, di mana dalam pelaksanaanya guru dapat menggunakan alat bantu mengajar untuk memperjelas uraian yang disampaikan kepada murid-muridnya.49 Adapun menurut Roestiyah N.K, metode ceramah

47

Ibid.,h.135

48

Ibid.,h.137

49


(46)

adalah suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan.50

Dalam pelaksanaan metode ceramah, guru bisa menggunakan alat-alat pembantu seperti gambar-gambar dan lain sebagainya untuk menjelaskan urainnya. Dalam pelaksanaan metode ceramah, peranan murid adalah mendengarkan dengan teliti dan mencatat pokok-pokok penting tentang apa yang disampaikan oleh guru.51

2) Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab merupakan proses pengajuan pertanyaan guru terhadap murid. Dalam metode tanya jawab, guru pada umumnya berusaha menanyakan apakah siswa telah mengetahui dan memahami materi yang disampaikan oleh guru atau apakah proses pemikiran yang dipakai oleh siswa.52

3) Metode Diskusi

Metode diskusi merupakan salah satu cara mendidik sebagai upaya memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih dimana masing-masing mengajukan argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya. Menurut Nana Sudjana, diskusi pada

50

Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), h.137

51

Winarno Surachmat, Metodologi Pengajaran Nasional, (Bandung: C.V. Jemmars, 1965),h.76

52


(47)

dasarnya ialah tukar menukar informasi, pendapat dan pengalaman untuk mendapat pengertian bersama tentang sesuatu yang lebih jelas dan lebih teliti. Adapun tujuan metode diskusi menurut Mulyani Sumantri adalah:

a) Melatih dan mengembangkan keterampilan peserta didik dalam bertanya, berkomunikasi, menafsirkan dan menyimpulkan bahasa.

b) Melatih dan membentuk kestabilan sosio-emosional.

c) Mengembangkan kemampuan berpikir sendiri dalam memecahkan masalah.

d) Mengembangkan keberhasilan peserta didik dalam menentukan pendapat.

e) Mengembangkan sikap terhadap isu-isu kontroversial.

f) Melatih peserta didik agar berani dalam berpendapat tentang suatu masalah.53

Demikian tujuan dari metode diskusi yang mana hal tersebut dapat digunakan dalam pembelajaran Aqidah Akhlak.

4) Metode Pemecahan Masalah (problem solving)

Metode pemecahan masalah atau problem solving merupakan cara memberikan pengertian dengan menstimulasi anak didik untuk berpikir dan memperhatikan tentang suatu

53


(48)

masalah dan menganalisis masalah tersebut sebagai upaya untuk memecahkan masalah tersebut.

Berikut adalah langkah-langkah yang ditempuh dalam metode pemecahan masalah atau problem solving:

a) Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah tersebut harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.

b) Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya dengan membaca buku-buku, bertanya, berdiskusi dan lain sebagainya

c) Menetapkan jawaban sementara dari jawaban tersebut dengan didasarkan kepada data yang diperoleh.

d) Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin dengan jawaban tersebut.

e) Menarik kesimpulan, artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir mengenai masalah tersebut.54

5) Metode Kisah

Al-Qur’an dan al-Hadits banyak meredaksikan kisah untuk menyampaikan pesan-pesannya. Metode yang digunakan dalam pembelajaran agama seperti ini akan membuka kesan dalam jiwa

54


(49)

seseorang (anak didik). Menurut al-Nahwali dalam A. Tafsir (2004:140) metode kisah sangat penting karena:

a) Kisah selalu memikat karena mengundang pembaca atau pendengar utuk mengikuti peristiwanya disertai dengan renungan akan makna yang terkandung di dalamnya sehingga akan menimbulkan kesan dalam hati pembaca atau pendengarnya.

b) Kisah Qurani dan Nabawi dapat menyentuh hati manusia, karena dalam kisah tersebut menampilkan tokoh dalam konteksnya yang menyeluruh. Dengan demikian pembaca atau pendengarnya dapat merasakan kisah-kisah tersebut seolah-olah ia sendiri yang menjadi tokohnya.

c) Kisah Qurani dan Nabawi dapat mendidik rasa keimanan dengan cara membangkitkan perasaan seperti khauf, ridha dan cinta, mengarahkan seluruh perasaan dan melibatkan pembaca atau pendengar ke dalam kisah itu sehingga ia terlibat secara emosional.55

6) Metode Perintah Berbuat Baik dan Saling Menasehati

Metode ini dimaksudkan untuk memberikan motivasi terhadap anak didik untuk mengerjakan yang ma’ruf dan menjauhi

55


(50)

yang munkar. Adapun wujud dari proses pemberian nasihat terhadap anak didik bisa bersifat:

a) Memelihara, yakni membantu memelihara dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif agar anak didik dapat tumbuh berkembang secara optimal.

b) Mencegah, yakni membantu mencegah terjadinya tindakan anak didik yang kurang efektif dan efisien.

c) Menyembuhkan, yakni membantu memperbaiki kekeliruan yang telah terjadi.

d) Merehabilitasi, yakni menindak lanjuti sesudah anak didik memperoleh bimbingan untuk arah yang lebih baik.

7) Metode Suri Tauladan

Adapun konsep keteladanan ini sudah diberikan dengan cara Allah mengutus Nabi Muhammad SAW untuk menjadi panutan dan suri tauladan yang baik bagi umat manusia. Dengan adanya metode suri tauladan ini, akan menumbuhkan hasrat bagi orang lain untuk menirunya. Dengan adanya contoh baik berupa ucapan, perbuatan dan tingkah laku akan memberikan kesan yang baik bagi pendidikan anak serta memberikan kesan yang baik pula dalam kehidupan dan pergaulan manusia sehari-hari.

Demikian beberapa metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Aqidah Akhlak. Metode-metode tersebut dapat


(51)

memberikan kesan yang baik dalam proses pembelajaran sehingga dapat membantu siswa memahami materi yang disampaikan oleh guru.56

c. Teknik

Proses kegiatan mengajar tidaklah berdiri sendiri, melainkan terkait komponen dan waktu. Berbagai metode yang dikemukakan diatas selanjutnya perlu dikembangkan ke dalam teknik pembelajarannya, seperti:

1) Teknik pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan kecakapan kognitif, diantaranya dengan sorogan pada saat mengaji/menghafal ayat-ayat al-Qur’an (seperti yang diterapkan di pesantren-pesantren tradisional).

2) Teknik pembelajaran yang berorientasi pada psikomotor diantaranya drill dan practice seperti berlatih dan mempraktekan materi melafalkan huruf al-Qur’an.57

F. Problematika Pembelajaran Aqidah Akhlak

Problematika berasal dari kata dasar problem yang berarti masalah dan persoalan. Sedangkan problematika berarti hal yang menimbulkan masalah, hal

56

Ibid.,h.150

57


(52)

yang belum terpecahkan masalahnya.58 Demikian setelah dijabarkan hal-hal

mengenai pembelajaran Aqidah Akhlak dan yang berhubungan dengannya maka pembahasan selanjutnya adalah mengenai problematika yang terdapat dalam pembelajaran Aqidah Akhlak.

Berbicara mengenai pembelajaran, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa substansi dari pembelajaran adalah belajar. Hal tersebut menunjukkan bahwasanya pembelajaran merupakan proses aktivitas yang dilakukan oleh guru dalam mengkondisikan siswa untuk belajar. Artinya belajar untuk mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, menyintesis dan mengevaluasi bahan pembelajaran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses pengkondisian siswa untuk aktif belajar di dalam kelas. Artinya pembelajaran tidak hanya diartikan hanya sebatas pemberian materi kepada siswa.

Oleh karena itu agar dapat menciptakan kondisi belajar yang baik, guru harus mengetahui aspek-aspek penentu dalam pembelajaran aktif. Berikut adalah aspek-aspek pembelajaran aktif: 59

1. Guru

Seoarang guru harus mengetahui keunggulan dan kelemahannya dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu guru perlu melakukan evaluasi atas kegiatan pembelajaran pada setiap akhir kegiatan

58

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.,Kamus Besar,Ibid.,h.896

59

Heru Kurniawan, Pembelajaran Menulis Kreatif berbasis Komunikatif dan Apresiatif, (Bandung: PT


(53)

pembelajaran. Dari sini guru harus selalu terbuka menerima kritik dan penilaian demi peningkatan pembelajaran yang lebih baik.

2. Bahasa

Penyampaian materi dan informasi dalam bidang keilmuan tertentu merupakan substansi dari pembelajaran. Penyampaian informasi tersebut selalu menggunakan media bahasa. Untuk itu bahasa merupakan faktor penting dalam pembelajaran.

3. Siswa

Siswa adalah individu yang akan diberi materi dalam pembelajaran. Hal yang perlu diperhatian agar pembelajaran dapat berhasil adalah dengan memahami karakteristik siswa.

4. Tujuan

Setiap pembelajaran yang dilakukan harus mempunyai tujuan, baik itu tujuan intruksional yang sudah ditetapkan ataupun tujuan lain yang secara tersirat dikehendaki oleh guru. Tujuan ini tentunya didasarkan pada keadaan siswa, lingkungan, dan harapan guru.

5. Strategi Pembelajaran

Penjelasan aspek karakteristik guru, siswa, bahasa dan tujuan merupakan bagian yang akan menjadi penentu dalam penentuan strategi pembelajaran. Strategi inilah yang berposisi sebagai cara-cara yang akan dilakukan oleh guru dalam penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan-tujuan yang ingin dicapai.


(54)

Demikian aspek-aspek yang harus diperhatikan oleh guru agar dapat tercipta pembelajaran aktif. Selain itu guru juga harus menkondisikan pembelajaran yang kondusif. Adapun problematika pembelajaran dapat muncul apabila tidak terdapat pembelajaran aktif seperti uraian diatas.

Apabila terdapat pembelajaran tidak aktif dan tidak kondusif, maka hal tersebut dapat berakibat fatal bagi keberlangsungan pembelajaran. Sehubungan dengan hal tersebut Ronald Gross dalam bukunya yang berjudul Peak Learning (1991) sebagai akibat dari praktik belajar yang tidak kondusif, beliau telah mengidentifikasi enam mitos tentang belajar enam mitos tentang belajar, yaitu:

1. Belajar itu membosankan dan termasuk kegiatan yang tidak menyenangkan.

2. Belajar hanya terbatas pada materi dan keterampilan yang diberikan sekolah saja.

3. Pembelajar harus pasif, menerima apa saja yang diberikan oleh guru. 4. Si pembelajar dibawah aturan dan perintah guru.

5. Belajar harus sistematis, logis dan terencana.

6. Belajar harus mengikuti seluruh program yang telah ditentukan.

Demikian mitos yang diidentifikasi oleh Ronald Gross. Akan tetapi mitos semacam itu timbul dilandasi fakta. Banyak praktik pembelajaran di sekolah yang melakukan hal-hal tersebut. Oleh karena itu harus diciptakan


(55)

suasana agar belajar di sekolah berlangsung secara aktif, efektif dan menyenangkan.60

Dari beberapa penjelasan diatas maka kegiatan pembelajaran aktif tersebut bisa dikaitkan dengan pembelajaran Aqidah Akhlak. Pembelajaran Aqidah Akhlak tidak hanya sekedar pemberian materi saja. Materi dalam pembelajaran Aqidah Akhlak adalah mengenai keimanan seperti membahas rukun iman yang mana hal tersebut dipahami dengan hanya menggunakan akal saja. Oleh karena itu, perlu adanya keserasian antara guru dan siswa dalam memahami materi.

Apabila tidak terdapat pembelajaran aktif dan justru sebaliknya maka akan terdapat problem di dalamnya seperti yang telah dijelaskan diatas. Selain itu juga problem pembelajaran juga timbul dikarenakan adanya hambatan dalam pengelolaan kelas. Adapun faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam pengelolaan kelas dan proses pembelajaran, yaitu:

1. Faktor Guru

Guru bisa juga dikatakan sebagai bagian dari faktor penghambat dalam melaksanakan proses pembelajaran. Faktor penghambat yang datang dari guru seperti kepribadian guru. Agar tercipta suasana emosional yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar, guru dituntut untuk bersikap hangat, adil, obyektif dan fleksibel dalam mengajar. Selanjutnya

60

Prof. Dr. Suyono, M.Pd, Drs. Hariyanto, M.S. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar


(56)

terbatasnya pengetahuan guru merupakan salah satu bagian dari hambatan dalam pengelolaan dan pembelajaran di dalam kelas. Selain itu beban mengajar guru yang terlalu banyak dan diluar batas kemampuan yang wajar seperti mengajar di banyak kelas atau di berbagai sekolah juga merupakan bagian dari hambatan dalam pengelolaan dan pembelajaran di dalam kelas.61

2. Faktor Peserta Didik

Selain faktor guru, faktor peserta didik juga merupakan faktor yang dapat menghambat pengelolaan dan pembelajaran di dalam kelas. Peserta didik harus menyadari bahwasanya apabila mereka mengganggu peserta didik lain, maka mereka tidak menghormati peserta didik lain untuk mendapatkan manfaat dari proses belajar mengajar. Oleh karena itu perlu adanya pembiasaan yang baik disekolah dalam bentuk tata tertib di sekolah yang disetujui dan diterima bersama oleh guru dan peserta didik dengan penuh kesadaran.62

3. Faktor Keluarga

Perilaku peserta didik di dalam kelas merupakan cerminan dari perlakuan keluarganya. Dengan demikian kebiasaan yang kurang baik lingkungan keluarga seperti tidak tertib dan disiplin serta kebebasan yang

61

Ahmad Rohani HM, Drs. H.Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995),h.

148

62


(57)

berlebihan atau terlalu terkekang merupakan latar belakang yang menyebabkan peserta didik melanggar aturan dan disiplin sekolah.63

4. Faktor Fasilitas

Adapun faktor fasilitas seperti jumlah peserta didik di dalam kelas. Kelas dengan jumlah peserta didik yang besar akan sulit untuk dikelola. Kemudian ruangan kelas yang kecil dibandingkan dengan jumlah peserta didik dan kebutuhan peserta didik untuk bergerak dalam kelas merupakan hambatan lain dalam pengelolaan kelas dan proses pembelajaran. Selain hal tersebut ketersediaan alat yang tidak sesuai dengan jumlah peserta didik yang membutuhkannya menimbulkan permasalahan dalam pengelolaan kelas dan proses pembelajaran.64

Demikian keempat faktor yang telah dijelaskan diatas yaitu faktor guru, peserta didik, lingkungan keluarga dan fasilitas. Adapun yang muncul dalam pengelolaan kelas dan proses pembelajaran, bisa satu atau dua faktor atau bisa lebih. Keempat faktor tersebut harus diperhatikan dalam menangani masalah pengelolaan kelas dan proses pembelajaran.

Dengan demikian problematika dalam pembelajaran dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Adapun faktor tersebut bisa berupa tidak terciptanya pembelajaran yang tidak aktif dan kondusif di dalam kelas. Selain itu juga

63

Ibid.,h.150

64


(58)

problem pembelajaran juga timbul dikarenakan adanya hambatan dalam pengelolaan kelas sebagaimana yang telah dijelaskan diatas.

Mengenai problem-problem pembelajaran secara umum yang telah diuraikan dapat dikaitkan dengan pembelajaran pada materi Aqidah Akhlak. Secara substansial mata pelajaran Aqidah Akhlak berkontribusi memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempelajari dan mempraktikkan akidahnya dalam bentuk pembiasaan untuk melakukan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Adapun mengenai mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah meliputi:

a. Aspek aqidah terdiri atas dasar dan tujuan aqidah Islam, sifat-sifat Allah, al-asma' al-husna, iman kepada Allah, Kitab-Kitab Allah, Rasul-Rasul Allah, Hari Akhir serta Qadha Qadar.

b. Aspek akhlak terpuji yang terdiri atas ber-tauhiid, ikhlaas, ta’at, khauf,

taubat, tawakkal, ikhtiyaar, shabar, syukur, qanaa’ah, tawaadu', husnuzh-zhan, tasaamuh dan ta’aawun, berilmu, kreatif, produktif, dan pergaulan remaja. c. Aspek akhlak tercela meliputi kufur, syirik, riya, nifaaq, anaaniah, putus asa, ghadlab, tamak, takabbur, hasad, dendam, giibah, fitnah, dan namiimah.65

Adapun probelmatika pembelajaran Aqidah Akhlak terdapat pada materi mengenai iman kepada Allah, malaikat dan hari akhir yang mana hal tersebut tidak bisa dijangkau oleh akal manusia saja. Hal tersebut akan berdampak pada pemahaman siswa yang masih menempuh jenjang pendidikan

65


(59)

di Madrasah Tsanawiyah. Hal tersebut sesuai dengan problem yang terdapat dalam pembelajaran yang mana problem pembelajaran terdapat pada materi. Selain itu problematika pembelajaran Aqidah Akhlak juga terdapat pada materi Akhlak terpuji dan Akhlak tercela. Materi yang dipelajari oleh siswa yang hanya diajarkan dengan waktu yang terbatas tidak sebanding dengan pembiasaan akhlak terpuji dan akhlak tercela yang tidak terbatas dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh karena itu problem-problem dalam pembelajaran Aqidah Akhlak harus diatasi agar tercipta pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan serta siswa mampu memahami materi Aqidah Akhlak dengan baik dan mampu mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Demikian pembahasan singkat mengenai pembelajaran Aqidah Akhlak dan problematikanya.


(60)

51

Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Melalui penelitian, manusia dapat menggunakan hasilnya. Secara umum data yang diperoleh dari hasil penelitian dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah. Memahami berarti memperjelas suatu masalah atau informasi untuk diketahui. Memecahkan berarti meminimalkan atau menghilangkan masalah dan mengantisipasi berarti mengupayakan agar masalah tidak terjadi.65 Dalam metode

penelitian dijelaskan mengenai urutan penelitian yang dilakukan. Hal tersebut akan diuaraikan sebagai berikut:

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Beberapa deskripsi digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan yang

65


(61)

mengarah pada penyimpulan.66 Menurut Lofland penelitian kualitatif ditandai

dengan jenis-jenis pertanyaan yang diajukan, seperti: Apakah yang berlangsung disini? Bagaimana bentuk fenomena-fenomena ini? Variasi apa yang kita temukan dalam fenomena ini? Lalu menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut secara terperinci.67

Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memperoleh informasi status gejala dan sifat suatu situasi pada saat dilaksanakannya penelitian tersebut. Dalam penelitian ini tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan dalam perolehan data di lapangan. Tujuan penelitian ini untuk melukiskan variable atau kondisi “apa yang ada” dalam situasi. Melalui penelitian kualitatif akan menghasilkan data deskriptif berupa kata–kata tertulis atau lisan dari perilaku yang diamati mengenai problematika pembelajaran Aqidah Akhlak dan upaya mengatasinya di MTs Taswirul Afkar Surabaya.

B. Lokasi Penelitan

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti akan melakukan penelitian. Dalam hal ini peneliti mengambil lokasi di Madrasah Tsanawiyah Taswirul Afkar di Jalan Pegirian no 238 Kelurahan Sidotopo Kecamatan

66

Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Rosda Karya,

2013),h.60

67

Dr. Deddy Mulyana, M.A, Metodologi Penelitian Kualitatif , Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan


(1)

guru membatasi pengetahuan tentang iman kepada Allah dengan membahas ciptaan Allah. Adapun mengenai minat belajar, upaya memberikan motivasi belajar terus dilakukan. Mengenai metode pembelajaran, guru masih menyesuaikan dengan kondisi siswa. Guru juga memantau perkembangan ibadah siswa yang merupakan penerapan dari materi Aqidah Akhlak dan senatiasa memberikan nasihat dan arahan untuk menghindari perilaku buruk dalam lingkungan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas mengenai problematika pembelajaran Aqidah Akhlak dan upaya mengatasinya, maka saran-saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut:

1. Kepada guru Aqidah Akhlak dan pihak sekolah untuk lebih mendalami karakteristik siswa terkait materi yang disampaikan agar sesuai dengan pemahaman dan kemampuan siswa dan terus memberikan motivasi belajar terhadap siswa dan tetap memantau perkembangan perilaku siswa.

2. Kepada siswa untuk lebih antusias dalam proses pembelajaran, aktif dalam diskusi kelompok dan lebih memperhatikan secara seksama terkait materi yang diberikan. Karena motivasi yang berasal dari siswa itu sendiri memiliki pengaruh yang besar terhadap proses pembelajaran.

3. Kepada orangtua siswa untuk tidak menyerahkan sepenuhnya tugas mendidik kepada guru dan pihak sekolah saja, tetapi terus memantau dan


(2)

94

memberikan arahan dan bimbingan dalam lingkungan keluarga karena lingkungan keluarga dan sekitar memiliki pengaruh yang besar terhadap pendidikan siswa.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. Penelitian Kependidikan : Prosedur dan Strategi. Bandung : Angkasa, 1987.

Anwar, Rosihon. Akidah Akhlak. Bandung : Pustaka Setia, 2008.

Arifin. Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner. Jakarta: PT Bumi Aksara, Mei 2014.

Bungin, Burhan. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2006.

Departemen Agama RI. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi. Jakarta : Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2004.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka, 2003.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta, 2010.

Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara, 2012. Kurniawan, Heru. Pembelajaran Menulis Kreatif Berbasis Komunikatif dan

Apresiatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2014.

Majid, Abdul. Perencanaan Pembelaran, Mengembangkan Standard Kompetensi Guru. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2013.

dan Andayani, Dian. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2012.


(4)

Narbuko, Cholid dan Achmadi, Abu. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Bumi Aksara, 2009.

Nasution.S. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta : Bumi Aksara, 2012. M, Ali Hasan. Tuntutan Akhlak. Jakarta: Bulan Bintang, 1978.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2014.

Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif , Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2008.

Muhaimin, dkk. Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004.

Munawwir, Ahmad Warson. Al Munawwir Kamus Arab-Indonesia. Surabaya :

Pustaka Progresif, 1997.

Partantopius A dan Al Bary, Dahlan. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya : Arkola, 1994.

Pasaribu, I.L. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Tarsito, 1983.

Permenag Nomor 2 Tahun 2008.

Roestiyah N.K. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta, 2001.

Rohani, Ahmad HM, Ahmadi, Abu. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta, 1995.


(5)

Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta : Kencana, 2010.

Singarimbun, Nasri dan Efendi, Sofyan. Metode Penelitian Survey. Jakarta : LP3 ES, 1995.

Stephen P, Robbins. Perilaku Organisasi Buku I. Jakarta : Salemba Empat, 2007.

Sudjana, Nana. CBSA Dalam Proses Belajar-Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo, 1996.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfbeta, 2014.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Rosda Karya, 2013.

Surachmat, Winarno. Metodologi Pengajaran Nasional. Bandung : C.V. Jemmars, 1965.

Surya, Mohamad. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung : Pustaka Bani Quraisy, 2004.

Suryono, dkk. Teknik Belajar Mengajar Dalam CBS. Cet. I. Jakarta : Rineka Cipta, 1992.

Suyono dan Hariyanto. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2012.

Syaifurahman dan Ujiati, Tri. Manajemen Dalam Pembelajaran. Jakarta : PT Indeks, 2013.


(6)

Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya. Akhlak Tasawuf. Surabaya : IAIN Sunan Ampel Press, 2011.

Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya. Ilmu Kalam. Surabaya : IAIN Sunan Ampel Press, 2011.

Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya. Pengantar Study Islam. Surabaya : IAIN Sunan Ampel Press, 2011.

Zainuddin, A dan Jamhari, M. Akidah dan Ibadah. Bandung : Pustaka Setia, 1999. Al-Islam 2: Muamalah dan Akhlak. Bandung :

CV. Pustaka Setia, 1999.