Pembelian Bahan Makanan Penerimaan dan Penyimpanan Bahan Makanan

anggaran disusun sejak tahun 2011. Penyusun anggaran bahan makanan adalah bagian administrasi dapur dan kantin. Anggaran disusun berdasarkan RKAP Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan dengan mempertimbangkan realisasi yang diperoleh. Penyusunan anggaran juga memperhitungkan kenaikan harga bahan makanan dan jumlah pasien di tahun mendatang.

b. Perencanaan Menu dan Siklus Menu

Perencanaan menu disusun oleh ahli gizi dapur. Siklus menu untuk pasien di RS Swasta “X” adalah menu 10 Hari + 1. Menu +1 diterapkan setiap tanggal 31. Setiap porsi menu dijabarkan ke dalam standar porsi menu, lalu dikalikan dengan jumlah pasien yang menjalani rawat inap, dan hasilnya digunakan untuk perkiraan belanja bahan makanan. Berhasil tidaknya suatu penyelenggaraan makanan sangat dipengaruhi oleh menu yang disusun atau hidangan yang disajikan Mukrie dalam Furqon 2010, sehingga penyusunan menu perlu dilakukan evaluasi secara berkala. Rumah Sakit Swasta “X” telah menerapkan evaluasi berkala terhadap menu yang disajikan, yaitu setiap enam bulan. Siklus menu pasien diubah dengan mempertimbangkan plate waste yang dilakukan secara berkala dengan metode visual atau taksiran. Awal bulan Juni 2012 telah dilakukan pembaharuan menu untuk pasien.

c. Pemesanan Bahan Makanan

Pemesanan bahan makanan di RS Swasta “X” terbagi menjadi dua, yaitu bahan makanan kering dan bahan makanan basah. Pemesanan bahan makanan kering dilakukan 7 hari sekali, sedangkan pemesanan bahan makanan basah dilakukan setiap hari. Tujuan dari kegiatan ini, menurut Depkes 2006, yaitu tersedianya daftar pesanan bahan makanan sesuai standar atau spesifikasi yang ditetapkan. Ahli gizi dapur di Rumah Sakit Swasta “X” telah melakukan rekapitulasi kebutuhan bahan makanan dengan memperhatikan stok yang ada dan kebutuhan sesuai menu esok hari. Daftar pesanan bahan makanan kering disetorkan ke koperasi yang masih tergabung dalam perusahaan yang sama, sedangkan daftar pesanan bahan makanan basah kemudian dikirim kepada rekanan supplier yang terpilih dalam tenderpelelangan. Pelelangan tersebut dilakukan setiap satu bulan sekali.

d. Pembelian Bahan Makanan

RS Swasta “X” membeli bahan makanan yang dibutuhkan melalui koperasi untuk bahan makanan kering dan rekanan supplier untuk bahan makanan basah yang dipilih melalui tenderlelang. Saat pelelangan, RS Swasta “X” telah menetapkan spesifikasi barang yang diinginkan berikut estimasi jumlah dan harga, karena itu rekanan yang bekerja sama telah mengetahui spesifikasi bahan makanan yang diinginkan oleh Instalasi Gizi RS Swasta “X”. Bahan makanan yang dipesan kemudian diantar langsung ke RS. Pengantaran bahan makanan basah biasa dilakukan pada malam hari.

e. Penerimaan dan Penyimpanan Bahan Makanan

Penerimaan bahan makanan yang dilakukan di ruang penerimaan yang terletak di dekat dapur rumah sakit meliputi kegiatan pengecekan, pencatatan, dan pelaporan. Pengecekan kuantitas bahan makanan basah meliputi pengecekan jumlah bahan makanan tersebut. Belum pernah ada kelebihan, kekurangan, maupun ketidaksesuaian antara bahan makanan yang diterima dengan yang dipesan. Pengecekan juga dilakukan pada bahan makanan kering berupa pengecekan terhadap jumlah, berat, tanggal kadaluarsa, satuan, dan ukuran. Bahan makanan yang telah diterima kemudian disimpan. Prasyarat penyimpanan bahan makanan menurut Depkes 2006, yaitu adanya sistem penyimpanan barang, tersedianya fasilitas ruang penyimpanan sesuai persyaratan, dan tersedianya kartu stokbuku catatan keluar-masuknya bahan makanan. Penyimpanan bahan makanan kering harus dipisahkan dengan bahan makanan basah. Penyimpanan bahan makanan di Rumah Sakit Swasta “X” telah menerapkan pemisahan antara bahan makanan kering dengan bahan makanan basah. Bahan makanan kering diletakkan di gudang, sedangkan bahan makanan basah diletakkkan di dalam lemari pendingin. Moehyi 1992 menyatakan bahwa suhu penyimpanan yang tepat untuk daging, ikan, dan olahannya yaitu 0 ˚C. Suhu penyimpanan untuk susu dan telur 1,7 ˚C, sedangkan untuk sayur dan buah yaitu 5 – 10 ˚C. Namun demikian, pada penerapannya, RS Swasta “X” belum melakukan pengaturan suhu yang tepat untuk bahan makanan basah yang berbeda dalam sistem penyimpanan.

f. Persiapan Pengolahan Bahan Makanan