Tujuan Hipotesis Sumber dan Klasifikasi Sampah Permasalahan Sampah di Kabupaten Majalengka

belum adanya pemanfaatan sampah organik dalam penggunaan LRB. Masyarakat hanya mengenal LRB sebagai teknologi untuk meresapkan air. Pemanfaatan sampah organik merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam penerapan LRB. Sebab dengan adanya sampah organik yang selalu tersedia di dalam LRB maka organisme tanah akan berkembangbiak dan nantinya berperan dalam pembentukan biopori sehingga akan mempercepat laju peresapan air ke dalam tanah. Sampah organik dalam LRB akan mengalami proses dekomposisi secara alami dengan bantuan biodiversitas tanah menjadi kompos yang dapat dipanen. Pemanenan kompos memberikan kesempatan pemanfaatan lubang sebagai tempat pengomposan sampah organik secara berkesinambungan sepanjang tahun. Hasil penelitian Khoerudin 2012 menunjukkan bahwa LRB yang diisi sampah organik secara kontinyu dapat menjaga keberlanjutan fungsi LRB dan secara nyata sampai sangat nyata meningkatkan laju infiltrasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mempelajari pengaruh penambahan sampah organik setelah pemanenan kompos terhadap laju peresapan air dan beberapa sifat tanah sekitar lubang.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh pemberian kembali sampah organik setelah pemanenan kompos terhadap laju infiltrasi, dan beberapa sifat tanah C-organik, N-total, dan pH di sekitar LRB di areal pemukiman.

1.3 Hipotesis

Penambahan sampah organik yang terus-menerus dalam LRB dapat mempertahankan laju infiltrasi dan meningkatkan kandungan C-organik, nitrogen, dan pH tanah di sekitar lubang. II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sumber dan Klasifikasi Sampah

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Pusat Penelitian Pengembangan Pemukiman Puskim 2001 mengartikan sampah sebagai suatu bahan buangan yang bersifat padat, cair, maupun gas yang sudah tidak memenuhi persyaratan, tidak dikehendaki, dan merupakan hasil sampingan dari kehidupan sehari-hari. Sedangkan menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat. Secara umum sumber sampah dapat digolongkan atas tiga kelompok, yaitu sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga domestic refuse, kegiatan perdagangan commercial refuse dan kegiatan perindustrian industrial refuse Bahar 1986. Berdasarkan sifatnya, sampah dikelompokkan ke dalam sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk seperti sisa-sisa makanan, daun-daunan, dan buah- buahan Brata dan Nelistya 2008. Sampah organik ini biasanya merupakan bahan-bahan yang tidak dapat didaur ulang dan dipakai lagi, akan tetapi merupakan bahan yang terdekomposisi relatif cepat dan dapat dimanfaatkan dalam bentuk lain seperti kompos. Sedangkan sampah anorganik adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk, misalnya besi, pecahan kaca, dan plastik.

2.2 Permasalahan Sampah di Kabupaten Majalengka

Berdasarkan data dari Badan Pengelola Lingkungan Hidup BPLH Kabupaten Majalengka tahun 2010, di Kabupaten Majalengka terdapat dua tempat pengelolaan akhir TPA yaitu TPA Heuleut dan TPA Talaga. Jumlah produksi sampah di Kabupaten Majalengka yaitu sebesar 2715.08 m 3 per hari dan dari total produksi sampah tersebut baru 45.1 yang terangkut ke TPA. Wilayah yang baru terlayani hanya 10 kecamatan dari total 26 kecamatan yang ada di Kabupaten Majalengka. Sedangkan laju timbulan sampah per tahun di Kabupaten Majalengka yaitu sebesar 1 .

2.3 Dampak yang Ditimbulkan Akibat Penumpukan Sampah