Pengurangan Dosis Pupuk NPK pada Padi Sawah (Oryza sativa L.) Musim Tanam Keempat di Karawang, Jawa Barat.

PENGURANGAN DOSIS PUPUK NPK PADA PADI SAWAH
(Oryza sativa L.) MUSIM TANAM KEEMPAT
DI KARAWANG, JAWA BARAT

TRI HERDIYANTI
A24080046

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

PENGURANGAN DOSIS PUPUK NPK PADA PADI SAWAH
(Oryza sativa L.) MUSIM TANAM KEEMPAT
DI KARAWANG, JAWA BARAT

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

TRI HERDIYANTI

A24080046

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

Judul

: PENGURANGAN DOSIS PUPUK NPK PADA
PADI SAWAH (Oryza sativa L.) MUSIM TANAM
KEEMPAT DI KARAWANG, JAWA BARAT

Nama

: TRI HERDIYANTI

NIM

: A24080046


Menyetujui,
Pembimbing

Dr. Ir. Sugiyanta, MSi.
NIP. 19630115 198811 1 002

Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Agronomi dan Hortikultura

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr
NIP. 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus :

RINGKASAN

TRI HERDIYANTI.


Pengurangan Dosis Pupuk NPK pada Padi Sawah

(Oryza sativa L.) Musim Tanam Keempat di Karawang, Jawa Barat.
(Dibimbing oleh SUGIYANTA)
Laju peningkatan produksi padi di Indonesia dalam lima tahun terakhir
mengalami pelandaian. Pemakaian pupuk anorganik secara intensif serta tidak
diaplikasikannya bahan organik untuk mengejar hasil yang tinggi menyebabkan
bahan organik tanah menurun. Pelandaian produktivitas padi salah satunya diduga
karena menurunnya kesuburan lahan akibat tidak tepatnya penerapan pemupukan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembenaman jerami,
penggunaan pupuk organik dan pupuk hayati terhadap penurunan dosis pupuk
NPK pada padi sawah musim tanam keempat. Penelitian ini dilaksanakan di Desa
Karawang Wetan, Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang. Penelitian
berlangsung pada bulan November 2011 – Maret 2012. Penelitian ini
menggunakan metode Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) yang
terdiri atas 13 perlakuan dan tiga ulangan.
Pengamatan pertumbuhan tanaman dan komponen hasil dilakukan
terhadap 10 tanaman contoh setiap satuan percobaan. Peubah-peubah yang
diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan, Bagan Warna Daun (BWD),
bobot biomassa tanaman pada 8 minggu setelah tanam (MST), jumlah anakan

produktif, panjang malai, jumlah gabah per malai, bobot 1000 butir, hasil basah
dan kering per tanaman, hasil basah dan kering ubinan, hasil gabah kering per ha
dan analisis tanah. Data hasil pengamatan pertumbuhan dan produksi dianalisis
ragam uji F dan apabila menunjukkan hasil yang nyata maka dilanjutkan dengan
uji lanjut Dunnet yang dibandingkan dengan perlakuan tanpa jerami dan satu dosis
pupuk NPK pada taraf 5 %.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pH dan N total di dalam tanah
mengalami penurunan setelah penelitian, sedangkan C-organik meningkat sebesar
0.13 % - 1.34 % setelah penelitian. Secara umun P tersedia dan K2O total di dalam
tanah mengalami peningkatan setelah penelitian. Pengamatan terhadap peubah
tinggi tanaman, jumlah anakan, bagan warna daun (BWD) serta bobot biomassa

tanaman menunjukkan bahwa pengurangan 50 % dosis NPK dengan penambahan
jerami, pupuk hayati, pupuk organik padat (POP) dan pupuk organik cair (POC)
menghasilkan pertumbuhan tanaman yang sama baiknya dengan penggunaan
100 % dosis NPK tanpa pembenaman jerami. Pengurangan 50 % dosis NPK
dengan penambahan jerami, pupuk hayati, POP dan POC menghasilkan
komponen hasil dan hasil yang tidak berbeda secara statistik dengan perlakuan
100 % dosis NPK tanpa pembenaman jerami.


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi, Propinsi Lampung pada tanggal
19 Desember 1989. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara putri dari
pasangan Bapak Usman Effendi dan Ibu Dafina.
Tahun 2002 penulis lulus dari SD Negeri 1 Bandarsakti, kemudian pada
tahun 2005 penulis menyelesaikan studi di SMP Negeri 2 Tumijajar. Penulis
melanjutkan ke SMA Negeri 1 Tumijajar dan lulus pada tahun 2008. Penulis
diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (undangan seleksi masuk
IPB) dan memilih Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian
pada tahun 2008.
Selama kegiatan perkuliahan, penulis aktif dalam beberapa kepanitiaan
dan organisasi. Organisasi yang pernah diikuti penulis diantaranya Organisasi
Mahasiswa Daerah (OMDA) KEMALA. Selain itu, penulis juga aktif di
kepanitiaan kegiatan Fakultas maupun Departemen. Penulis juga telah mengikuti
berbagai pelatihan-pelatihan selama menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

memberi kekuatan dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian yang berjudul “Pengurangan Dosis Pupuk NPK Pada Padi Sawah
Musim Tanam Keempat di Karawang, Jawa Barat” dengan baik.
Penulisan tersebut dalam rangka melaksanakan tugas akhir pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor. Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penulisan skripsi ini, terutama kepada :
1.

Ibu, Ayah, Kakak, Daniel dan seluruh keluarga atas doa, kasih sayang dan
dukungan yang tiada henti kepada penulis.

2.

Dr. Ir. Sugiyanta, MSi. sebagai dosen pembimbing skripsi, yang telah
memberikan bimbingan dan arahan selama melaksanakan penelitian ini.

3.

Dr. Ir. Heni Purnamawati, MSc. Agr. dan Dr. Ir. Hajrial Aswidinoor, MSc

sebagai dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran dalam
penulisan skripsi ini.

4.

Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS. Sebagai dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis selama menempuh kegiatan
perkuliahan.

5.

Agus Rachman Nurrizky sebagai rekan penelitian serta Mia Budiman sebagai
sahabat satu perjuangan penelitian padi atas bantuan dan dukungannya.

6.

Bapak dan Ibu Entis serta keluarga (Karawang) yang telah membantu
kelancaran penelitian ini.

7.


Ika Andriani, Ulya Zulfa, Hesti Yulianingrum, AA. Keswari K, Ni Wayan
Sindra J dan semua sahabat yang telah memberikan motivasi dan
persahabatan yang tulus.

8.

Teman-teman Indigenous AGH 45 atas kebersamaannya selama di AGH.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu

pengetahuan khususnya di bidang pertanian.
Bogor, April 2012
Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ...................................................................................

ix


DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................

x

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................

xi

PENDAHULUAN ..................................................................................
Latar Belakang ............................................................................
Tujuan .........................................................................................
Hipotesis .....................................................................................

1
1
2
2

TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................

Varietas Padi Ciherang ................................................................
Reduksi Pupuk Anorganik ...........................................................
Pupuk Organik ............................................................................
Jerami Padi ..................................................................................
Pupuk Hayati ...............................................................................

3
3
3
4
5
7

BAHAN DAN METODE .......................................................................
Tempat dan Waktu ......................................................................
Bahan dan Alat ............................................................................
Metode Penelitian ........................................................................
Pelaksanaan Penelitian .................................................................
Pengamatan ................................................................................
Analisis Data ................................................................................


9
9
9
9
10
11
13

HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................
Hasil ............................................................................................
Pembahasan .................................................................................

14
14
31

KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................

36

Kesimpulan .................................................................................
Saran ...........................................................................................

36
36

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

37

LAMPIRAN ...........................................................................................

40

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1. Kandungan Mikroba dan Fungsi Beberapa Pupuk Hayati
Komersial di Indonesia .............................................................

8

2. Rekapitulasi Sidik Ragam .........................................................

17

3. Hasil Analisis Tanah (pH dan C-Organik) Sebelum dan Setelah
Penelitian ..................................................................................

18

4. Hasil Analisis Kandungan N-Total pada Tanah Sebelum dan
Setelah Penelitian .....................................................................

19

5. Hasil Analisis Tanah (P tersedia dan K2O) Sebelum dan Setelah
Perlakuan .................................................................................

20

6. Tinggi Tanaman Padi Sawah pada 3 MST – 8 MST ..................

21

7. Jumlah Anakan Tanaman Padi Sawah pada 3 MST – 8 MST ...

22

8. Warna Daun Tanaman Padi Sawah pada 3 MST – 8 MST .........

23

9. Hasil Pengamatan Panjang Akar dan Volume Akar pada
8 MST .......................................................................................

24

10. Hasil Pengamatan Bobot Basah dan Kering Tanaman (Akar dan
Tajuk) pada 8 MST ...................................................................

24

11. Hasil Pengamatan Jumlah Anakan Produktif, Jumlah Gabah/
Malai dan Panjang Malai ..........................................................

25

12. Hasil Pengamatan terhadap Bobot 1000 Butir dan Persentase
Gabah Isi ..................................................................................

26

13. Hasil Pengamatan terhadap Hasil/Tanaman ..............................

27

14. Hasil Pengamatan terhadap Hasil Ubinan Basah dan Kering ......

27

15. Peningkatan Produktivitas Tanaman Padi .................................

30

16. Hasil Analisis Usaha Tani Tiap Perlakuan ................................

31

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1. Denah Petak Percobaan .............................................................

41

2. Foto-Foto Tanaman Padi ...........................................................

42

3. Analisis Usaha Tani ...................................................................

44

4. Kandungan dan Komposisi Pupuk Hayati 1 ...............................

47

5. Kandungan dan Komposisi Pupuk Hayati 2 ...............................

47

6. Kandungan dan Komposisi Pupuk Hayati 3 ...............................

47

7. Hasil Analisis Pupuk Organik Padat (POP) ................................

48

8. Deskripsi Padi Varietas Ciherang ..............................................

49

9. Tanaman Padi pada 11 MST ......................................................

41

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1. Hama Keong yang Menyerang Tanaman Padi............................

14

2. Serangan Penyakit pada 11 MST ..............................................

15

3. Rebah Tanaman Padi pada 10 MST ...........................................

15

4. Dugaan Hasil Gabah Kering per Ha pada Seluruh Perlakuan .....

29

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Beras merupakan bahan pangan penghasil karbohidrat yang dikonsumsi
hampir seluruh penduduk Indonesia (96.87 % penduduk) dan merupakan
penyumbang lebih dari 90 % kebutuhan kalori (Pranolo, 2001). Kecukupan
pangan khususnya beras, berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan, baik
sosial, ekonomi maupun politik. Beberapa tahun terakhir untuk mencukupi
kebutuhan beras di dalam negeri, pemerintah Indonesia melakukan impor beras.
Hal ini dilakukan karena laju produksi padi tidak dapat mengimbangi laju
kebutuhan pangan akibat jumlah penduduk dan konsumsi per kapita masyarakat
yang terus meningkat.
Tanaman padi memerlukan hara dalam jumlah yang cukup untuk dapat
tumbuh dan berproduksi tinggi. Peningkatan produksi padi diupayakan melalui
program intensifikasi dan ekstensifikasi. Penggunaan pupuk anorganik merupakan
salah satu program intensifikasi yang dilakukan untuk meningkatkan produksi
padi di Indonesia. Peran pupuk anorganik dalam meningkatkan produktivitas padi
sawah telah ditunjukkan oleh keberhasilan mencapai swasembada beras pada
tahun 1984 (Rochayati dan Adiningsih, 2002).
Pemakaian pupuk anorganik secara intensif serta tidak diaplikasikannya
bahan organik untuk mengejar hasil yang tinggi menyebabkan bahan organik
tanah menurun. Pelandaian produktivitas padi sejak akhir Pelita IV (1983-1988)
diduga salah satunya karena menurunnya kesuburan lahan akibat tidak tepatnya
penerapan pupuk (Radjagukguk, 2002).
Penggunaan pupuk yang kurang tepat, baik jenis, takaran, waktu dan cara
aplikasi memberikan dampak yang kurang menguntungkan bagi sifat fisik, kimia,
biologi dan lingkungan tanah secara keseluruhan. Aplikasi pupuk kimia yang
berlebih tanpa pengembalian bahan organik ke lahan telah menyebabkan ketidak
seimbangan hara tanah dan penurunan efisiensi serta pencemaran lingkungan. Hal
ini dapat menyebabkan terjadinya pelandaian produktivitas (levelling off) padi dan
gangguan kesehatan tanah.

2
Jerami merupakan bahan organik utama bagi padi sawah yang dapat
mengikat N pupuk selama dekomposisi dan melepas kembali secara perlahanlahan (Cho dan Kobata, 2002). Menurut Sugiyanta et al. (2008) fungsi bahan
organik tanah sangat penting karena sebagai kunci mekanistik untuk suplai hara.
Pupuk organik merupakan bahan organik yang dapat meningkatkan kapasitas
tukar kation (KTK) tanah dan dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion
logam yang meracuni tanaman seperti Al, Fe, dan Mn (Balai Penelitian Tanah,
2009). Pupuk hayati berperan dalam mempermudah penyediaan hara bagi
tanaman karena mengandung beberapa mikroorganisme yang bermanfaat,
diantaranya Azotobacter, Azospirillum, Rhizobium yang dapat mengikat Nitrogen
dan Pseudomonas yang dapat melarutkan fosfat dan kalium dalam tanah
(Puspitasari, 2006). Penggunaan jerami, pupuk organik padat, pupuk organik cair
dan pupuk hayati diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pemupukan sehingga
dosis pupuk NPK buatan dapat dikurangi dan gangguan kesehatan tanah dapat
diatasi.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembenaman jerami,
penggunaan pupuk organik dan pupuk hayati terhadap pengurangan dosis pupuk
NPK pada padi sawah musim tanam keempat.

Hipotesis
Pembenaman jerami, penggunaan pupuk organik dan pupuk hayati dapat
mengurangi penggunaan dosis pupuk NPK hingga 50 % dan meningkatkan hasil
padi sawah.

3

TINJAUAN PUSTAKA

Varietas Padi Ciherang
Ciherang merupakan salah satu varietas padi sawah yang berasal dari
persilangan IR18349-53-1-3-1-3/2*IR19661-131-3-1-3//4*IR 64 Cere. Varietas
Ciherang memiliki umur sekitar 116-125 hari. Bentuk tanaman varietas Ciherang
adalah tegak dengan tinggi tanaman 107-115 cm. Varietas ini memiliki jumlah
anakan produktif 14-17 batang. Varietas Ciherang dilepas pada tahun 2000. Padi
ini akan berproduksi dengan baik jika ditanam pada sawah irigasi di dataran
rendah sampai 500 m diatas permukaan laut (dpl). Ciherang memiliki ketahanan
terhadap hama wereng cokelat biotipe 2 dan agak tahan pada biotipe 3. Selain itu,
varietas ini juga tahan terhadap serangan penyakit hawar daun bakteri strain III
dan IV (Suprihatno et al., 2007)
Morfologi varietas ini adalah batang berwarna hijau, serta telinga daun dan
lidah daun tidak berwarna. Posisi daun varietas Ciherang adalah tegak dengan
permukaan bagian bawah daun kasar jika diraba. Gabah varietas Ciherang
berbentuk panjang ramping dengan warna kuning bersih. Kadar amilosa pada
bulir padi varietas ini adalah 23 % yang membuat tekstur nasinya menjadi pulen.
Bobot 1000 butir varietas Ciherang adalah 28 g dengan rata-rata hasil 6.0 ton/ha
gabah kering giling (GKG), sedangkan potensi hasilnya adalah 8.5 ton/ha GKG
(Suprihatno et al., 2007).

Reduksi Pupuk Anorganik
Pupuk menurut Direktorat Pupuk dan Pestisida (2011) merupakan bahan
kimia atau organisme yang berperan dalam penyediaan unsur hara bagi keperluan
tanaman secara langsung atau tidak langsung. Pupuk anorganik merupakan pupuk
hasil proses rekayasa secara kimia, fisik dan atau biologis yang merupakan hasil
industri atau pabrik pembuat pupuk (Lukitaningsih, 2008). Menurut Rochayati
dan Adiningsih (2002) penggunaan pupuk pada tanaman pangan terutama padi,
dimulai pada tahun 1960-an bersamaan dengan dicanangkannya program
intensifikasi. Pengembangan varietas unggul berumur pendek, produktivitas

4
tinggi, dan tanggap terhadap pemupukan telah menempatkan pupuk anorganik
sebagai faktor penting dalam upaya peningkatan produksi padi di Indonesia.
Hampir dua dekade terakhir, kenaikan produksi sudah tidak sebanding lagi
dengan penggunaan pupuk. Laju kenaikan produktivitas menurun dan gejala ini
disebut kejenuhan produksi atau levelling off yang merupakan petunjuk
menurunnya efisiensi pupuk. Penurunan efisiensi pupuk berkaitan erat dengan
faktor tanah dimana telah terjadi kemunduran kesehatan tanah baik secara kimia,
fisik maupun biologi sebagai akibat pengelolaan tanah yang kurang tepat
(Adiningsih, 2005).
Pengurangan pupuk anorganik merupakan salah satu upaya untuk
mengurangi penggunaan pupuk anorganik dengan disertai pengembalian bahan
organik ke dalam tanah. Hasil penelitian Arafah dan Sirappa (2003) menunjukkan
bahwa penggunaan bahan organik, seperti sisa-sisa tanaman yang melapuk,
kompos, pupuk kandang atau pupuk organik cair menunjukkan bahwa pupuk
organik dapat meningkatkan produktivitas tanah dan efisiensi pemupukan serta
mengurangi kebutuhan pupuk, terutama pupuk K. Sugiyanta et al. (2008)
menambahkan bahwa fungsi bahan organik tanah sangat penting karena sebagai
kunci mekanistik untuk suplai hara tanaman.

Pupuk Organik
Zaini et al. (1996) menyatakan bahwa arah penelitian ke depan adalah
pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) dengan masukan bahan kimia
rendah (low chemical input) yang dikenal dengan LEISA, yaitu suatu bentuk
pertanian yang menggunakan sumberdaya lokal yang tersedia secara optimal dan
meminimumkan penggunaan masukan dari luar. Menurut Razak (2005)
penggunaan pupuk organik muncul terutama karena masalah pencemaran
lingkungan yang berpengaruh buruk terhadap produk pertanian, dan aspek penting
dari hal tersebut adalah penggunaan bahan organik sebagai pengganti sebagian
atau seluruh pupuk kimia tanpa mengurangi tingkat produksi tanaman.
Pupuk organik menurut Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia
(Permentan) Nomor 70/PERMENTAN/SR.140/10/2011 adalah pupuk yang
berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan dan/atau bagian hewan dan/atau

5
limbah organik lainnya yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau
cair, dapat diperkaya dengan bahan mineral dan/atau mikroba, yang bermanfaat
untuk meningkatkan kandungan hara dan bahan organik tanah serta memperbaiki
sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Selain itu, menurut Suriadikarta dan
Simanungkulit (2006) pupuk organik juga sangat bermanfaat bagi peningkatan
produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran
lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan
pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan
dapat mencegah degradasi lahan.
Pupuk organik dapat dibuat dari berbagai jenis bahan, antara lain sisa
tanaman (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, sabut kelapa), serbuk
gergaji, kotoran hewan, limbah media jamur, limbah (pasar, rumah tangga dan
pabrik), serta pupuk hijau. Oleh karena bahan dasar pembuatan pupuk sangat
bervariasi, maka kualitas pupuk yang dihasilkan sangat beragam sesuai dengan
kualitas bahan dasar. Pengelolaan bahan organik pada tanah sawah dapat
dilakukan antara lain dengan: pengembalian jerami sisa panen, pemberian pupuk
kandang, pemberian pupuk hijau, dan pemberian daun atau serasah tanaman
(Mario et al., 2008).

Jerami Padi
Jerami padi adalah semua hijauan padi selain biji dan akar yang dihasilkan
tanaman padi (Purwanto, 1988). Dobermann dan Fairhurst (2000) menyatakan
bahwa kandungan hara tertinggi dalam jerami selain Si (4-7 %) adalah kalium
(1.2-1.7 %). Kandungan hara lainnya adalah N (0.5-0.8 %), P (0.07-0.12 %), dan
S (0.05-0.10 %). Pengembalian jerami ke tanah dapat memperlambat pemiskinan
K dan Si tanah. Hasil penelitian Adiningsih (1984), dengan membenamkan
jerami 5 ton/ha/ musim selama 4 musim pada tanah sawah kahat K dapat
mensubstitusi keperluan pupuk K dan memperbaiki kesuburan tanah sehingga
hasil panen dapat meningkat. Setelah 4 musim tanam, jerami dapat meningkatkan
kadar C-organik 1.5 %, K-dapat ditukar 0.22 me, Mg-dapat ditukar 0.25 me,
Kapasitas tukar kation tanah 2 me/100 g tanah, serta Si tersedia dan stabilitas
agregat tanah.

6
Sutanto (2002) menyatakan bahwa lima ton jerami padi mengandung 7 kg
P dan S, 20 kg Ca, 5 kg Mg dan 350 kg Si. Meskipun kontribusi lima ton jerami
terhadap kebutuhan N hanya 3 kg/ha/musim, dalam jangka panjang pengaruhnya
akan tampak nyata. Penggunaan jerami secara berkesinambungan akan
meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan pasokan N dapat terjamin.
Menurut Adiningsih (2006) apabila dihitung dalam hektar, sumbangan hara dari
jerami setara dengan 170 kg K, 160 kg Mg, 200 kg Si, dan 1.7 ton C-organik/ha
yang sangat diperlukan bagi kegiatan jasad mikro tanah. Jerami mengandung hara
K yang cukup tinggi karena 80% K yang diserap tanaman padi berada dalam
jerami (Balai Penelitian Tanah, 2009). Konsentrasi unsur hara mikro dari jerami
padi sawah berkisar antara 5 mg/kg untuk Cu dan 200 mg/kg Fe. Membenamkan
jerami kedalam tanah dapat meningkatkan ketersediaan Fe dan menurunkan Zn
(Sutanto, 2002).
Pembakaran jerami sebelum dibenamkan ke tanah sering dilakukan di
beberapa daerah. Pembakaran jerami merupakan kegiatan yang merugikan karena
banyak hara yang hilang. Kehilangan hara akibat pembakaran jerami dalah 94 %
C, 91 % N, 55 % P, 79 % K, 70 % S, 30 % Ca, dan 20 % Mg. Jika dikembalikan
ke tanah secara konsisten selama beberapa musim, maka jerami dapat
memperbaiki kesuburan tanah dan meningkatkan efisiensi pemupukan (Juliardi
dan Gani, 2002).
Jerami padi dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Jerami
memperbaiki sifat fisik tanah antara lain dengan cara (1) memperbaiki struktur
tanah karena dapat mengikat partikel tanah menjadi agregat yang mantap, (2)
memperbaiki distribusi ukuran pori tanah sehingga daya pegang air (water
holding capacity) tanah meningkat dan pergerakan udara (aerasi) di dalam tanah
menjadi lebih baik, dan (3) mengurangi fluktuasi suhu tanah. Jerami juga dapat
memperbaiki sifat kimia tanah antara lain: (1) jerami dapat menyediakan hara
makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan mikro seperti Zn, Cu, Mo, Co, B, Mn, dan Fe,
(2) meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah, dan (3) dapat membentuk
senyawa kompleks dengan ion logam seperti Al, Fe, dan Mn, sehingga logamlogam tersebut tidak meracuni tanaman. Selain memperbaiki sifat fisik dan kimia
tanah, jerami juga dapat memperbaiki sifat biologi tanah. Jerami merupakan

7
sumber energi dan makanan bagi mikroba dan mesofauna tanah. Jika

bahan

organik yang cukup tersedia, aktivitas organisme tanah dapat memperbaiki
ketersediaan hara, siklus hara, dan pembentukan pori mikro dan makro tanah
(Balai Penelitian Tanah, 2009).

Pupuk Hayati
Menurut Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia (Permentan)
Nomor 70/PERMENTAN/SR.140/10/2011 pupuk hayati merupakan produk
biologi aktif terdiri atas mikroba yang dapat meningkatkan efisiensi pemupukan,
kesuburan, dan kesehatan tanah. Formula pupuk hayati adalah komposisi mikroba
atau mikrofauna dan bahan pembawa penyusun pupuk hayati. Menurut Vessey
(2003) pupuk hayati mengandung mikroorganisme hidup,

yang ketika

diaplikasikan kepada benih, pemukaan tanaman, atau tanah dapat memacu
pertumbuhan tanaman. Mikroba tanah sangat penting untuk membantu proses
mineralisasi bahan organik tanah dan membantu tanaman dalam penyerapan unsur
hara. Mikroba tanah tersebut diantaranya adalah Azotobacter, Azospirillum,
Rhizobium, Bacillus yang dapat mengikat Nitrogen serta Pseudomonas

yang

dapat melarutkan fosfat dan kalium (Fadiluddin, 2009).
Menurut Tombe (2008) penambahan pupuk hayati bertujuan untuk
meningkatkan jumlah mikroorganisme dan mempercepat proses mikrobiologis
untuk meningkatkan ketersediaan hara, sehingga dapat dimanfaatkan oleh
tanaman. Selain itu, pupuk hayati bermanfaat untuk mengaktifkan serapan hara
oleh tanaman, menekan soil born disease, mempercepat proses pengomposan,
memperbaiki struktur tanah, dan menghasilkan substansi aktif yang dapat
meningkatkan pertumbuhan tanaman. Menurut Suriadikarta dan Simanungkulit
(2006) kandungan mikroba dan fungsi beberapa pupuk hayati komersial di
Indonesia adalah sebagai berikut :

8
Tabel 1. Kandungan Mikroba dan Fungsi Beberapa Pupuk Hayati
Komersial di Indonesia
No.
PH*)
-

1.
2.
3.

4.

5.
6.
7.

Kandungan mikroba (cfu/g atau
Cfu/mL)
Azospirillum lipoverum (1.2x108)
Aspergillus niger (5.0x107 )
Aeromonas punctata (5.0x108)
Azotobacter beijerinckii (1.9x108)

- Rhizobium (1.75x108)
- Bakteri pelarut P (2.7x108)
- Bakteri pelarut P (5.7x107)
- Lactobacillus (3.7x107)
- Rhizobium (1.33x108)
- Azotobacter (1.7x107)
- Actinomycetes (5.8x107)
- Bacillus (2.37x108)
- Ragi (3.62x106)
- Azotobacter (1.08x107)
- Acetobacter (2.13x107)
- Lactobacillus (4.15x107)
Bakteri, aktinomiset, ragi, jamur
Trichoderma
sp.,
Aspergillus
niger,
Azotobacter sp., Azospirillum sp.
Trichoderma pseudokoningii, Cytophaga sp.

Keterangan

: *) PH = Pupuk Hayati

Fungsi
Penambat N, pelarut P,
pemantap agregat tanah

Penambat N, pelarut P
Pelarut P, penambat N,
perombak bahan organik

Penyubur tanah, pembaik
struktur tanah,
pengendali penyakit

Perombak bahan organik
Perombak bahan organik
Perombak bahan organik

9

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di lahan petani di Desa Karawang Wetan,
Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Analisis tanah
dilaksanakan di Balai Penelitian Tanah, Bogor. Penelitian ini dilaksanakan dari
bulan November 2011 – Maret 2012.
Bahan dan Alat
Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi
varietas Ciherang, jerami padi, pupuk hayati (PH1, PH2, PH3), pupuk organik
padat (POP), pupuk organik cair (POC) dan pupuk NPK (30-6-8). Alat yang
digunakan adalah alat budidaya tanaman, oven, timbangan, meteran, alat tulis dan
bagan warna daun (BWD).

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Kelompok Lengkap
Teracak (RKLT) dengan 13 perlakuan dan tiga ulangan sehingga terdapat 39
satuan percobaan. Satuan percobaan adalah petakan berukuran 20 m x 10 m.
Model linear yang digunakan adalah sebagai berikut :
Yij =  + τ i + j +  ij

Yij

= Pengaruh pemupukan ke- i ulangan ke-j



= Rataan umum

τi

= Pengaruh perlakuan ke-i (1, 2, 3, ..., 13)

j

= Pengaruh ulangan ke- j (1, 2, 3)

 ij

= Pengaruh galat percobaan perlakuan ke-i, ulangan ke-j.

Perlakuan yang digunakan adalah aplikasi jerami padi, pupuk hayati,
pupuk organik, dan pupuk NPK buatan. Perlakuan yang dilakukan dalam
percobaan ini adalah sebagai berikut:

10
P1

: Jerami + 50 % Dosis NPK

P2

: Jerami + 50 % Dosis NPK + POP + POC

P3

: Jerami + 50 % Dosis NPK + POP

P4

: Jerami + 50 % Dosis NPK + POP + PH 1

P5

: Jerami + 50 % Dosis NPK + PH 2

P6

: Jerami + 50 % Dosis NPK + PH 3

P7

: Jerami + 50 % Dosis NPK + PH 1

P8

: Jerami + 50 % Dosis NPK + POP + PH 2

P9

: Jerami + 100 % Dosis NPK

P10

: Tanpa Jerami + 100 % Dosis NPK

P11

: Jerami + 50 % Dosis NPK + POP + PH 3

P12

: Tanpa Jerami + 50 % Dosis NPK

P13

: Tanpa pupuk

Keterangan

:

POP

: Pupuk Organik Padat

POC

: Pupuk Organik Cair

PH 1 : Pupuk Hayati 1
PH 2 : Pupuk Hayati 2
PH 3 : Pupuk Hayati 3

Dosis jerami yang digunakan adalah 7.5 ton/ha, pupuk organik padat
300 kg/ha, pupuk organik cair 2 liter/ha/aplikasi, dan pupuk hayati 2
liter/ha/aplikasi untuk masing-masing jenis. Dosis pupuk anorganik yang
digunakan adalah NPK 30-6-8 dengan dosis rekomendasi 400 kg/ha.

Pelaksanaan Penelitian
Penelitian diawali dengan menganalisis ketersediaan hara tanah yang
dilakukan untuk mengukur pH, N total, C-organik, P tersedia dan K tersedia.
Analisis tanah dilakukan sebelum dan setelah penelitian dilaksanakan. Pengolahan
tanah dilakukan dengan sistem olah tanah sempurna, yaitu 2 kali pembajakan
dengan traktor ditambah dengan rotary dan penggaruan. Jerami padi hasil panen

11
pada musim tanam sebelumnya dengan dosis 7.5 ton/ha ditaburkan diatas
permukaan tanah (disesuaikan perlakuan) sebelum pengolahan tanah sehingga
dapat terbenam pada saat pengolahan tanah pertama. Karena musim tanam pada
musim hujan, jerami hasil panen sebelumnya telah melarut dan mudah untuk
dibajak serta terbenam dalam tanah sawah.
Benih padi varietas Ciherang (20 kg/ha) disemai pada lahan persemaian
yang telah disiapkan. Perlakuan benih sebelum disemai adalah perendaman
dengan air garam 3 % (30 g/L) untuk memisahkan benih yang bernas dengan
benih yang hampa. Setelah itu, benih direndam satu malam di dalam air agar
benih mengalami imbibisi dan diperam dalam karung basah satu malam. Benih
disebar pada bedeng semai setelah akar radikal muncul.
Bibit padi dipindah tanam pada umur 10-13 hari dengan 1 bibit per lubang
tanam. Jarak tanam yang digunakan adalah 25 cm x 15 cm x 40 cm (legowo 2:1).
Penyulaman dilakukan 1-3 minggu setelah tanam (MST) dari bibit padi Ciherang
dengan umur yang sama. Penyulaman dilakukan hingga tanaman berumur 3 MST
dikarenakan banyak bibit tanaman yang dimakan oleh keong.
Pemupukan dilakukan sesuai dengan dosis dan waktu aplikasi yang telah
ditentukan. Pupuk anorganik (NPK 30-6-8) diaplikasikan pada saat

tanaman

berumur 1 minggu setelah tanam (MST) sesuai dengan perlakuan. Pupuk organik
padat (POP) diaplikasikan saat pengolahan tanah dengan dosis 300 kg/ha. Pupuk
organik cair (POC) diaplikasikan tiga kali yaitu 1 MST, 3 MST dan 6 MST
dengan dosis 2 l/ha/aplikasi. Pupuk hayati diaplikasikan tiga kali yaitu 3 hari
sebelum tanam, 2 MST dan 4 MST dengan dosis 2 l/ha/aplikasi. Pengendalian
gulma dilakukan secara manual dengan cara menyiangi lahan pada 3 MST dan 5
MST. Pengendalian hama (keong) dilakukan secara manual dengan cara
memunguti keong dan telurnya sedangkan pengendalian hama tikus dilakukan
dengan membersihkan pematang sawah dari gulma. Pemanenan dilakukan pada
13 MST ditandai dengan 90-95 % bulir padi yang telah menguning.

Pengamatan
Terdapat tiga jenis pengamatan yang dilakukan pada tanaman padi, yaitu
pengamatan pertumbuhan vegetatif yang dilakukan mulai 3 MST hingga 8 MST,

12
pengamatan biomassa tanaman yang dilakukan pada 8 MST, dan pengamatan
panen. Peubah pertumbuhan vegetatif yang diamati pada 10 rumpun contoh
meliputi:


Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah hingga ujung daun tertinggi
yang telah membuka, diamati setiap minggu mulai tanaman berumur 3
MST hingga 8 MST dengan menggunakan meteran (cm).



Jumlah anakan diamati tiap minggu mulai tanaman berumur 3 MST hingga
8 MST dari 10 tanaman contoh.



Warna daun diamati dengan bagan warna daun, diukur dengan
menggunakan bagan warna daun (BWD) pada daun bagian tengah rumpun
yang telah membuka penuh.



Peubah yang diamati pada saat pengamatan biomassa tanaman yaitu :



Bobot biomassa yang terdiri atas bobot basah dan kering tajuk dan akar
(g). Bobot kering akar dan tajuk diperoleh dengan memasukkan bagian
akar dan tajuk tanaman ke dalam oven dengan suhu 105°C selama 48 jam.



Volume akar, dengan mencelupkan dalam gelas ukur yang diisi air (ml)



Panjang akar, diukur dari batang yang muncul akar hingga ujung akar
(cm).
Peubah komponen hasil dan hasil yang diamati meliputi :

1. Bobot ubinan (2.5 m x 2.5 m) per petak dengan dugaan Gabah Kering per
Hektar.
2. Komponen hasil, yaitu jumlah anakan produktif, panjang malai (cm),
jumlah gabah per malai, dan bobot 1000 butir (g).
3. Presentase gabah isi dan hampa dari 100 g contoh gabah.
4. Peningkatan hasil, dihitung berdasarkan dugaan hasil gabah kering per ha
dengan menggunakan rumus :
Peningkatan Hasil =

(BP −BK )
BK

x 100%

BP

: dugaan hasil gabah kering per ha perlakuan

BK

: dugaan hasil gabah kering per ha perlakuan satu dosis NPK tanpa
pembenaman jerami

13
Analisis Data
Data hasil pengamatan pertumbuhan, komponen hasil dan hasil padi
dianalisis menggunakan uji F (analisis ragam). Apabila hasil uji F nyata, maka
dilanjutkan dengan uji t-dunnett yang dibandingkan dengan perlakuan kontrol
(100 % dosis NPK tanpa pembenaman jerami) pada taraf 5 %.

14

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Kondisi Umum
Penelitian ini dilaksanakan di lahan sawah petani beririgasi teknis di Desa
Karawang

Wetan,

Kecamatan

Karawang

Timur,

Kabupaten Karawang.

Pembenaman jerami telah dilakukan secara berkelanjutan selama 3 musim tanam
dan penelitian ini adalah musim tanam ke 4. Bibit tanaman padi varietas Ciherang
ditanam pada 13 hari setelah semai. Bibit ditanam dengan 1 bibit per lubang
tanam. Penyulaman dilakukan pada 1 minggu setelah tanam (MST) hingga 3 MST
dengan bibit padi yang berumur sama.
Hama yang menyerang di pembibitan dan bibit muda yang telah dipindah
tanam ke lapang adalah hama keong mas (Pomacea canaliculata). Keong mas
memakan bagian batang dan daun tanaman yang masih muda sehingga
pertumbuhan tanaman menjadi terhambat. Pengendalian keong dilakukan secara
manual dengan pengambilan keong dan telurnya dan mengatur pengairan. Lahan
sawah dikeringkan sekitar 7 hari sehingga serangan hama keong berhenti.

Gambar 1. Hama Keong yang Menyerang Tanaman Padi

Pertanaman padi pada lahan penelitian juga terserang penyakit hawar
daun bakteri yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae pada
11 MST (Gambar 2). Petakan yang terserang penyakit ini adalah sekitar 6 petak
atau 15 % dari total keseluruhan petak. Petakan yang paling parah terserang oleh
penyakit ini adalah petakan A8 (perlakuan jerami + 50 % dosis NPK + Pupuk

15
organik padat (POP) + Pupuk hayati 2. Gejala yang ditimbulkan tanaman
diantaranya daun tanaman padi mengering seperti terbakar. Karena penyakit ini
menyerang pertanaman setelah fase pengisian bulir, sehingga dampaknya tidak
terlalu besar terhadap penurunan hasil panen. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pada tingkat keparahan 20 % sebulan sebelum panen, penyakit sudah mulai
menurunkan hasil (BB Padi, 2011).

Gambar 2. Serangan Penyakit pada 11 MST

Kendala lain yang terjadi pada lahan penelitian adalah tanaman padi
mengalami rebah (Gambar 3) batang pada 10 MST. Hal ini disebabkan oleh hujan
deras dan angin kencang yang terjadi pada lahan penelitian. Menurut deskripsi
varietas yang dikeluarkan Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) varietas
Ciherang memiliki tingkat kerebahan sedang. Meskipun terdapat 4 petakan (A8,
A6, A5 dan A2) pada ulangan 1 yang terkena rebah, namun petakan-petakan ini
masih memberikan hasil yang baik dengan rata-rata ubinan 8.1 - 8.8 kg/petak.

Gambar 3. Rebah Tanaman Padi pada 10 MST

16
Rekapitulasi Sidik Ragam
Hasil dari rekapitulasi sidik ragam menunjukkan bahwa pengurangan
50 % dosis NPK dengan penambahan jerami, pupuk hayati (PH), pupuk organik
padat (POP) dan pupuk organik cair (POC) umumnya memberikan pengaruh
nyata dan sangat nyata pada pertumbuhan tanaman mulai dari 4 MST hingga 8
MST kecuali pada peubah warna daun yang memberikan pengaruh nyata mulai
dari 3 MST hingga 8 MST. Pengurangan 50 % dosis NPK dengan penambahan
jerami, pupuk hayati, POP, dan POC menghasilkan biomassa tanaman yang tidak
berpengaruh pada peubah panjang akar, volume akar, bobot basah dan bobot
kering akar dan tajuk.
Hasil pengamatan terhadap komponen hasil dan hasil menunjukkan bahwa
perlakuan memberikan pengaruh sangat nyata pada peubah jumlah anakan
produktif, hasil gabah basah per tanaman, hasil gabah kering ubinan, dan hasil
gabah kering per ha. Perlakuan pengurangan 50 % dosis NPK dengan
penambahan jerami, pupuk hayati, POP, dan POC berpengaruh nyata pada hasil
gabah kering per tanaman, tetapi tidak berpengaruh nyata pada peubah jumlah
gabah per malai, panjang malai, bobot 1000 butir, dan persentase gabah isi.
Nilai koefisien keragaman menunjukkan ketepatan dalam suatu percobaan
dan menunjukkan pengaruh lingkungan dan faktor lain yang tidak dapat
dikendalikan dalam suatu percobaan. Nilai koefisien keragaman masih tergolong
normal bila berada dibawah 20 % (Gomez dan Gomez, 1995). Nilai koefisien
keragaman pada penelitian ini berkisar antara 2.37 % - 17.70 % dan dapat
dikatakan normal pada kondisi lapang.

17
Tabel 2. Rekapitulasi Sidik Ragam
Peubah Pengamatan
Pertumbuhan Tanaman
Tinggi Tanaman
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
Jumlah Anakan
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
Warna Daun
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
Pengamatan Biomassa
Panjang Akar
Volume Akar
Bobot Basah Tajuk
Bobot Basah Akar
Bobot Kering Tajuk
Bobot Kering Akar
Hasil dan Komponen Hasil
Jumlah Anakan Produktif
Jumlah Gabah Per Malai
Panjang Malai
Bobot 1000 Butir
Persentase Gabah Isi
Hasil Gabah Basah per Tanaman
Hasil Gabah Kering per Tanaman
Hasill Gabah Basah Ubinan
Hasil Gabah Kering Ubinan
Hasil Gabah Kering per Ha

Perlakuan

Koefisien Keragaman (%)

tn
**
*
*
**
*

5.81
3.98
4.64
4.80
3.90
3.46

tn
**
*
*
tn
*

16.70
10.35
9.38
9.74
10.84
9.84

**
**
**
*
**
**

3.38
1.20
4.13
6.73
4.80
6.31

tn
tn
tn
tn
tn
tn

12.48
17.37
17.47
17.70
17.17
17.11

**
tn
tn
tn
tn
**
*
**
**
**

8.56
6.16
8.56
3.38
2.37
7.89
10.21
8.49
7.49
7.68

Keterangan: tanda * = nyata pada taraf 5 %; tanda ** = nyata pada taraf 10 %; tn= tidak nyata

18
Pengaruh Pembenaman Jerami, Pupuk Hayati, POP dan POC terhadap
Kandungan Hara Tanah
Sebelum perlakuan, lahan sawah penelitian memiliki pH 6.9 – 7.4 yang
berdasarkan kriteria penilaian sifat kimia tanah masuk dalam kategori netral.
Setelah penelitian, pH tanah menjadi 6.1 – 7.0 atau terjadi penurunan 1.4 % 16.2 %. Kandungan C-organik tanah pada awal penelitian menunjukkan bahwa
tanah yang digunakan pada penelitian ini memiliki kandungan C-organik yang
sangat rendah ( < 1 %). Pembenaman jerami terlihat dapat meningkatkan
C-organik tanah sebesar 0.29 % – 1.34 %. Secara rinci hasil analisis tanah
terhadap pH dan C-organik disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Analisis Tanah (pH dan C-Organik) Sebelum dan Setelah
Penelitian
Perlakuan
Jerami + 50 % dosis NPK
Jerami + 50 % dosis NPK + POP + POC
Jerami + 50 % dosis NPK + POP
Jerami + 50 % dosis NPK + POP + PH 1
Jerami + 50 % dosis NPK + PH 2
Jerami + 50 % dosis NPK + PH 3
Jerami + 50 % dosis NPK + PH 1
Jerami + 50 % dosis NPK + POP + PH 2
Jerami + 100 % dosis NPK
Tanpa Jerami + 100 % dosis NPK k)
Jerami + 50 % dosis NPK + POP + PH 3
Tanpa Jerami + 50 % dosis NPK
Tanpa pupuk

pH
S0
7.00
7.20
7.10
7.11
7.20
7.10
7.40
7.20
6.90
7.00
7.40
7.20
7.00

S1
6.70
6.40
6.20
6.20
6.80
6.60
6.40
6.10
6.10
6.90
6.20
7.00
6.30

C-organik (%)
S0
S1
0.55
0.91
0.39
1.73
0.56
1.17
0.60
0.89
0.47
1.21
0.43
0.88
0.51
0.99
0.47
0.93
0.49
1.18
0.49
0.62
0.38
1.03
0.34
0.70
0.47
1.09

Keterangan = k) Kontrol ; S0 = sebelum ; S1= setelah penelitian

Kandungan N total pada awal penelitian termasuk ke dalam kategori
rendah. Hasil analisis tanah setelah penelitian menunjukkan bahwa terjadi
penurunan kandungan N total pada hampir seluruh perlakuan kecuali perlakuan
tanpa pemupukan yang kandungan N total sebelum dan setelah perlakuannya
tetap. Penurunan kandungan N total pada penelitian ini berkisar antara 0.02 % 0.14 % (Tabel 4).

19
Tabel 4. Hasil Analisis Kandungan N-Total pada Tanah Sebelum dan
Setelah Penelitian
Perlakuan
Jerami + 50 % dosis NPK
Jerami + 50 % dosis NPK + POP + POC
Jerami + 50 % dosis NPK + POP
Jerami + 50 % dosis NPK + POP + PH 1
Jerami + 50 % dosis NPK + PH 2
Jerami + 50 % dosis NPK + PH 3
Jerami + 50 % dosis NPK + PH 1
Jerami + 50 % dosis NPK + POP + PH 2
Jerami + 100 % dosis NPK
Tanpa Jerami + 100 % dosis NPK k)
Jerami + 50 % dosis NPK + POP + PH 3
Tanpa Jerami + 50 % dosis NPK
Tanpa pupuk
Keterangan

N-Total (%)
sebelum
setelah
0.18
0.09
0.16
0.14
0.17
0.11
0.18
0.09
0.17
0.11
0.16
0.08
0.14
0.09
0.20
0.09
0.20
0.11
0.19
0.05
0.15
0.09
0.14
0.07
0.09
0.09

= k) Kontrol

Kandungan P pada awal penelitian menunjukkan bahwa kandungan P
tersedia di dalam tanah masuk dalam kriteria sangat rendah (2.30 ppm) hingga
tinggi (10.86 ppm). Analisis unsur P setelah penelitian menunjukkan bahwa
umumnya pembenaman jerami dan aplikasi pupuk hayati dapat meningkatkan
unsur P tersedia di dalam tanah. Peningkatan P tersedia di dalam tanah yaitu
sebesar 0.05 ppm - 4.59 ppm (Tabel 5).
Kandungan K pada awal penelitian menunjukkan bahwa tanah yang
digunakan pada penelitian ini memiliki kandungan K yang rendah. Menurut
Hardjowigeno (2007) tanah masuk dalam kriteria kandungan K sedang jika berada
pada nilai 10 mg/100g - 20 mg/100g. Hasil analisis kandungan K tanah setelah
penelitian menunjukkan bahwa secara umum terdapat peningkatan unsur K.
Peningkatan K tertinggi didapat pada perlakuan pengurangan 50 % dosis NPK
dengan pembenaman jerami, aplikasi pupuk hayati 2, dan POP yaitu sebesar
20.55 ppm. Hasil analisis tanah (P tersedia dan K2O) sebelum dan setelah
penelitian disajikan pada Tabel 5.

20
Tabel 5. Hasil Analisis Tanah (P tersedia dan K2O) Sebelum dan Setelah
Penelitian

Perlakuan
Jerami + 50 % dosis NPK
Jerami + 50 % dosis NPK + POP + POC
Jerami + 50 % dosis NPK + POP
Jerami + 50 % dosis NPK + POP + PH 1
Jerami + 50 % dosis NPK + PH 2
Jerami + 50 % dosis NPK + PH 3
Jerami + 50 % dosis NPK + PH 1
Jerami + 50 % dosis NPK + POP + PH 2
Jerami + 100 % dosis NPK
Tanpa Jerami + 100 % dosis NPK k)
Jerami + 50 % dosis NPK + POP + PH 3
Tanpa Jerami + 50 % dosis NPK
Tanpa pupuk

P tersedia
(ppm)
S0
S1
7.28
8.40
5.76
8.60
8.32
8.20
10.86
9.40
8.12
9.30
6.21
10.80
4.67
7.70
9.25
9.30
5.40
6.20
5.70
5.10
10.16 10.60
7.58
10.40
2.30
4.90

K2O Total
(mg/100 g)
S0
S1
7.57
10.49
10.32
11.80
12.39
10.44
10.15
9.09
8.81
8.79
10.26
14.05
7.77
8.85
8.35
28.90
12.21
27.13
10.93
7.54
11.29
8.83
6.92
12.78
0.68
2.31

Keterangan = k) Kontrol ; S0 = sebelum ; S1= setelah penelitian

Pengaruh Pembenaman Jerami, Pupuk Hayati, POP dan POC terhadap
Pertumbuhan Tanaman
Tinggi Tanaman
Pengurangan 50 % dosis NPK dengan

pembenaman jerami, aplikasi

pupuk hayati, POP, POC tidak berpengaruh nyata bila dibandingkan dengan
perlakuan 100 % dosis NPK pada peubah tinggi tanaman sejak 3 MST - 8 MST
(Tabel 6). Perlakuan aplikasi jerami dengan penambahan 100 % dosis NPK
menunjukkan tinggi tanaman tertinggi pada 4 MST - 8 MST walaupun tidak
berbeda secara statistik. Perlakuan tanpa pemupukan menunjukkan nilai yang
berbeda nyata dengan seluruh perlakuan pada 4 MST - 8 MST. Hal ini
menunjukkan bahwa pemberian pupuk (baik organik maupun anorganik)
dibutuhkan tanaman selama pertumbuhannya. Secara rinci pengaruh pengurangan
50 % dosis NPK dengan penambahan jerami, pupuk hayati, POP, POC terhadap
tinggi tanaman padi sawah sejak berumur 3 MST hingga 8 MST disajikan pada
Tabel 6.

21
Tabel 6. Tinggi Tanaman Padi Sawah pada 3 MST-8 MST
Perlakuan
Jerami + 50 % dosis NPK
Jerami + 50 % dosis NPK + POP +
POC
Jerami + 50 % dosis NPK + POP
Jerami + 50 % dosis NPK + POP +
PH 1
Jerami + 50 % dosis NPK + PH 2
Jerami + 50 % dosis NPK + PH 3
Jerami + 50 % dosis NPK + PH 1
Jerami + 50 % dosis NPK + POP +
PH 2
Jerami + 100 % dosis NPK
Tanpa Jerami + 100 % dosis NPK k)
Jerami + 50 % dosis NPK + POP +
PH 3
Tanpa Jerami + 50 % dosis NPK
Tanpa pupuk
Keterangan

Tinggi Tanaman (cm)
5 MST 6 MST 7 MST 8 MST
74.10
81.37
94.62 100.86

3 MST
50.67

4 MST
64.51

50.27

61.07

72.65

79.94

95.51

99.93

51.50

63.94

73.97

79.71

94.37

100.06

53.83

67.76

77.19

84.40

99.06

103.57

48.87
49.60
51.00

62.78
62.95
64.76

76.33
74.03
76.32

83.99
84.40
82.33

97.84
98.12
96.70

100.52
101.96
100.41

50.17

65.40

78.33

85.63

98.03

102.88

52.17
51.43

68.34
67.95

79.19
77.91

86.13
85.37

99.81
98.91

105.57
103.63

46.90

64.03

74.76

82.36

96.43

100.81

49.10
45.00

62.41 70.53
57.99* 68.06*

77.93
72.56*

91.58 96.95
85.66* 93.31*

: k) Kontrol. Nilai yang diikuti oleh tanda (*) adalah berbeda dengan perlakuan
100 % dosis NPK pada uji t-dunnet pada taraf 5 %.

Jumlah Anakan
Jumlah anakan padi dihitung sejak tanaman berumur 3 MST hingga
8 MST. Jumlah anakan padi sawah meningkat setiap minggunya mulai tanaman
berumur 3 MST hingga 6 MST, tetapi pada 7 MST hingga 8 MST mengalami
penurunan karena terdapat anakan padi yang mati. Selain itu, pada beberapa petak
terjadi serangan tikus yang memakan batang padi sehingga menurunkan jumlah
anakan.
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
nyata pada peubah jumlah anakan antara perlakuan 100 % dosis pupuk NPK
dengan 50 % dosis NPK dengan penambahan jerami, pupuk hayati, POP dan
POC. Pembenaman jerami, aplikasi pupuk hayati, POP dan POC pada 8 MST
menghasilkan jumlah anakan sekitar 16.67 – 21.90 sedangkan 100 % dosis NPK
menghasilkan anakan sebanyak 19.90 (Tabel 7). Perlakuan tanpa pemupukan
menghasilkan jumlah anakan terendah mulai dari 3 MST hingga 8 MST. Hal ini
diduga karena pada perlakuan tanpa pemupukan terjadi defisiensi unsur hara
sehingga tidak dapat menghasilkan anakan secara optimal.

22
Tabel 7. Jumlah Anakan Tanaman Padi Sawah pada 3 MST-8 MST
Perlakuan
Jerami + 50 % dosis NPK
Jerami + 50 % dosis NPK + POP +
POC
Jerami + 50 % dosis NPK + POP
Jerami + 50 % dosis NPK + POP +
PH 1
Jerami + 50 % dosis NPK + PH 2
Jerami + 50 % dosis NPK + PH 3
Jerami + 50 % dosis NPK + PH 1
Jerami + 50 % dosis NPK + POP +
PH 2
Jerami + 100 % dosis NPK
Tanpa Jerami + 100 % dosis NPK k)
Jerami + 50 % dosis NPK + POP +
PH 3
Tanpa Jerami + 50 % dosis NPK
Tanpa pupuk
Keterangan

3 MST
15.93

4 MST
21.97

Jumlah Anakan
5 MST 6 MST
23.47
24.07

7 MST
20.50

8 MST
16.67

15.43

23.70

24.17

25.27

20.27

18.07

17.53

22.07

23.23

23.70

20.30

17.57

18.43

26.40

28.00

29.83

23.30

20.63

18.23
17.50
14.80

25.17
24.47
24.47

25.73
25.00
25.20

26.97
26.50
24.80

22.23
23.50
22.27

19.23
19.67
18.90

18.30

28.83

29.67

28.93

25.47

21.90

17.87
17.13

24.93
25.60

26.03
27.03

26.50
26.97

22.40
22.50

19.60
19.90

15.63

23.53

24.40

24.30

20.90

18.20

15.97
12.00

23.40
18.17*

24.40
21.03*

24.60
20.63*

21.77
18.10

18.20
15.67

: k) Kontrol. Nilai yang diikuti oleh tanda (*) adalah berbeda dengan perlakuan
100 % dosis NPK pada uji t-dunnet pada taraf 5 %.

Bagan Warna Daun
Bagan Warna Daun (BWD) merupakan alat indikator yang dapat
menunjukkan kecukupan unsur Nitrogen pada tanaman padi sawah. Nilai bagan
warna daun 4 menunjukkan titik kritis yang berarti dibawah nilai tersebut tanaman
mengalami kekurangan unsur N. Pembenaman jerami, aplikasi pupuk hayati,
POP, POC dengan pengurangan 50 % dosis NPK terlihat menghasilkan bagan
warna daun yang tidak berbeda bila dibandingkan dengan perlakuan 100 % dosis
NPK. Secara umum pembenaman jerami dengan penambahan pupuk hayati, POP
dan POC dapat meningkatkan warna hijau daun pada 8 MST (Tabel 8). Perlakuan
tanpa pemupukan menunjukkan skala bagan warna daun dibawah titik kritis yaitu
dengan nilai skala 3.33. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman padi mengalami
kekurangan unsur N jika tidak dilakukan pemupukan (baik organik maupun
anorganik) sehingga pembentukan klorofil menjadi terganggu yang menyebabkan
daun tanaman menjadi hijau kekuningan. Nitrogen termasuk dalam unsur hara
yang bersifat mobil dan bila tanaman mengalami defisiensi terhadap unsur N
maka akan terlihat gejala klorosis dan kerdil.

23
Tabel 8. Bagan Warna Daun Tanaman Padi Sawah pada 3 MST-8 MST
Perlakuan
Jerami + 50 % dosis NPK
Jerami + 50 % dosis NPK + POP +
POC
Jerami + 50 % dosis NPK + POP
Jerami + 50 % dosis NPK + POP +
PH 1
Jerami + 50 % dosis NPK + PH 2
Jerami + 50 % dosis NPK + PH 3
Jerami + 50 % dosis NPK + PH 1
Jerami + 50 % dosis NPK + POP +
PH 2
Jerami + 100 % dosis NPK
Tanpa Jerami + 100 % dosis NPK k)
Jerami + 50 % dosis NPK + POP +
PH 3
Tanpa Jerami + 50 % dosis NPK
Tanpa pupuk
Keterangan

Bagan Warna Daun
5 MST 6 MST 7 MST
3.87
3.60
3.95

3 MST
3.95

4 MST
3.95

8 MST
4.00

3.98

3.98

3.90

3.93

4.02

4.25

4.00

4.00

3.93

3.70

3.88

4.17

4.00

4.00

4.00

4.10

4.00

4.33

4.00
3.95
4.00

4.00
3.98
4.00

4.00
3.98
4.00

4.13
3.97
4.00

4.12
4.05
4.00

4.33
4.33
4.17

4.00

4.00

4.00

4.17

4.22

4.17

4.00
3.98

4.00
3.97

4.00
3.97

3.97
4.00

3.98
4.00

4.33
3.98

3.97

3.98

3.98

4.00

4.00

4.00

3.95
2.98*

3.95
3.00*

3.95
3.00*

3.67
3.27*

3.80
3.23*

4.00
3.33*

: k) Kontrol. Nilai yang diikuti oleh tanda (*) adalah berbeda dengan perlakuan
100 % dosis NPK pada uji t-dunnet pada taraf 5 %.

Pengamatan Biomassa Tanaman
Pengamatan biomassa tanaman dilakukan pada 8 MST dengan mengambil
dua tanaman setiap petak selain tanaman contoh. Pengamatan biomassa tanaman
dilakukan

untuk

mengetahui

kemampuan

fotosintesis

tanaman

selama

pertumbuhan. Peubah yang diamati diantaranya volume akar, panjang akar, bobot
basah dan bobot kering akar serta bobot basah dan kering tajuk. Hasil analisis
statistik menunjukkan bahwa pengurangan 50 % dosis NPK dengan penambahan
jerami, pupuk hayati, POP, dan POC tidak berpengaruh nyata terhadap panjang
akar dan volume akar bila dibandingkan dengan perlakuan 100 % dosis NPK.
Hasil pengamatan panjang akar dan volume akar pada 8 MST secara rinci
disajikan pada Tabel 9.

24
Tabel 9. Hasil Pengamatan Panjang Akar da