Faktor Penentu Produktivitas Tenaga Kerja Panen Kelapa Sawit PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation, Kalimantan Timur

FAKTOR PENENTU PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA
PANEN KELAPA SAWIT PT TANJUNG BUYU PERKASA
PLANTATION, KALIMANTAN TIMUR

SEPTI NUR AFIFAH

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor Penentu
Produktivitas Tenaga Kerja Panen Kelapa Sawit PT Tanjung Buyu Perkasa
Plantation, Kalimantan Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Septi Nur Afifah
NIM A24090106

ABSTRAK
SEPTI NUR AFIFAH. Faktor Penentu Produktivitas Tenaga Kerja Panen Kelapa
Sawit PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation, Kalimantan Timur. Dibimbing oleh
ISKANDAR LUBIS.

Efektifitas tenaga kerja sangat dipengaruhi oleh pembinaan, pengaturan,
pendayagunaan dan pengembangan yang dilakukan perusahaan. Kegiatan magang
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan
mahasiswa serta mempersiapkan diri untuk menghadapi kerja nyata serta
mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja panen
kelapa sawit. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan menggunakan
model regresi linear berganda untuk analisis. Berdasarkan analisis regresi linear
berganda secara parsial didapatkan tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, dan
umur tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja panen,

sedangkan lama kerja berpengaruh secara signifikan. Pengujian regresi secara
simultan menunjukan tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, umur dan lama
kerja berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja panen.
Kata kunci: efektivitas, lama kerja, produktivitas tanaga kerja.

ABSTRACT
SEPTI NUR AFIFAH. Determinants of Labor Productivity in Palm Oil
Harvesting PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation, East Kalimantan. Supervised by
ISKANDAR LUBIS.

The effectiveness of labor was heavily influenced by development,
arrangement, and utilization of labor by the company. The objective of internship
to improve the knowledge, skills, experience of student and prepared to confront
real job. The additional objective to study the factors that influence the labor
productivity of palm oil harvesting. Descriptive and multiple linear regression
method were used in data analysis. The multiple linear regression analysis
partially showed level on education, the number of dependents and age had no
significant effect on labor productivity, while length of work affect significantly.
Simultaneous regression testing shows the education level, number of dependents,
age and length of work have significant effect to labor productivity on harvesting.

Keyword : effectiveness, labor productivity, length of work.

FAKTOR PENENTU PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA
PANEN KELAPA SAWIT PT TANJUNG BUYU PERKASA
PLANTATION, KALIMANTAN TIMUR

SEPTI NUR AFIFAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013


Judul Skripsi : Faktor Penentu Produktivitas Tenaga Kerja Panen Kelapa Sawit
PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation, Kalimantan Timur
Nama
: Septi Nur Afifah
NIM
: A24090106

Disetujui oleh

Dr Ir Iskandar Lubis, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, Msc. Agr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Judul magang yang dilaksanakan
sejak Februari 2013 sampai Juni 2013 adalah Faktor Penentu Produktivitas
Tenaga Kerja Panen Kelapa Sawit PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation,
Kalimantan Timur.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Iskandar Lubis, Ms selaku
dosen pembimbing skripsi dan Dr Ir Ani Kurniawati selaku dosen akademik, serta
Raga Insani Gumilang, SST yang membimbing dan memberi saran selama
magang. Penghargaan juga disampaikan kepada pihak PT Tanjung Buyu Perkasa
Plantation yang telah bersedia menerima penulis untuk melaksanakan kegiatan
magang. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak, Ibu, seluruh
keluarga, dan teman-teman atas doa dan kasih sayangnya.
Semoga skripsi ini bermanfaat, amin.

Bogor, September 2013
Septi Nur Afifah

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi


DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan

1


METODE

2

Waktu dan Tempat

2

Metode Pelaksanaan

2

Pengamatan dan Pengumpulan Data

2

Analisis Data dan Informasi

3


KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

3

Letak Geografis dan Administratif

3

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

4

Kondisi Pokok dan Produksi

4

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

5


Pelaksanaan Pengelolaan Kebun dan Tenaga kerja

5

ASPEK TEKNIS

6

Pemupukan

6

Pengendalian Gulma

7

Pengendalian Hama dan Penyakit

8


Pemeliharaan Jalan

9

Panen
HASIL DAN PEMBAHASAN

10
15

Tenaga Kerja Panen

15

Analisis Faktor Penentu Produktivitas Tenaga Kerja Panen

16

Manajemen Tenaga Kerja Panen


21

SIMPULAN DAN SARAN

22

Simpulan

22

Saran

22

DAFTAR PUSTAKA

23

LAMPIRAN

25

RIWAYAT HIDUP

35

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Populasi kelapa sawit berdasarkan tahun tanam di Kebun Talisayan 1
Produksi dan produktivitas kelapa sawit di Kebun Talisayan 1
Seksi panen afdeling 1 Kebun Talisayan 1
Alat panen dan fungsinya di Kebun Talisayan 1
Komposisi pemanen Kebun Talisayan 1 berdasarkan tingkat pendidikan
Komposisi pekerja panen Kebun Talisayan 1 berdasarkan jumlah
tanggungan
Komposisi pekerja panen Kebun Talisayan 1 berdasarkan tingkat usia
Komposisi pekerja panen Kebun Talisayan 1 berdasarkan lama kerja
Koefisien regresi serta uji-t dari variabel yang mempengaruhi
produktivitas tenaga kerja panen kelapa sawit
Komposisi pekerja panen Kebun Talisayan 1 berdasarkan suku daerah
Komposisi pekerjaan panen Kebun Talisayan 1 berdasarkan jenis
pekerjaan sebelumnya
Koefisien regresi serta uji F dari variabel yang mempengaruhi
produktivitas tenaga kerja panen kelapa sawit

4
4
11
12
16
17
17
18
19
19
20
21

DAFTAR GAMBAR
1 Struktur organisasi Kebun Talisayan 1
5
2 Kegiatan pemupukan anorganik di Kebun Talisayan 1
7
3 Kegiatan dan kesalahan yang terjadi pada proses pemuatan buah di Kebun
Talisayan 1
14

DAFTAR LAMPIRAN
1 Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas di Kebun
Talisayan 1
2 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di Kebun
Talisayan 1
3 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten di Kebun
Talisayan 1
4 Peta areal Talisayan Estate

25
28
30
34

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang memiliki
peranan penting bagi perekonomian nasional, terutama bagi penyedia lapangan
pekerjaaan dan sebagai sumber pendapatan negara (Herman et al. 2009). Produksi
kelapa sawit nasional sebanyak 21.96 juta ton pada tahun 2010 dan tahun 2011
produksinya meningkat menjadi 23.096 juta ton dan pada tahun 2012 mencapai
23.521 juta ton (Ditjenbun 2012).
Masalah potensial yang dihadapi Indonesia adalah semakin ketatnya
persaingan pasar ekspor minyak nabati dunia (Siahaan 2005). Masalah lainnya
adalah regulasi yang berkaitan dengan kelestarian lingkungan. Kegiatan produksi
kelapa sawit diduga telah merusak lingkungan seperti pengalihfungsian hutan,
meningkatnya emisi gas rumah kaca dan menurunnya konservasi dan
biodeversitas (Simanjorang 2013). Peningkatan pengelolaan perkebunan memiliki
peranan penting dalam pemanfaatan areal kelapa sawit di Indonesia. Tanto et al.
(2012) mengemukakan bahwa sumber daya manusia yang memiliki keterampilan
khusus diperlukan perusahaan dengan harapan memperoleh hasil yang terbaik.
Tenaga kerja memiliki peran dalam penentuan mutu dan kualitas buah.
Kesalahan akibat kelalaian tenaga kerja panen, misalnya kesalahan pemetikan
kelapa sawit saat panen seperti memotong buah mentah, meninggalkan buah lepas
di sekitar pokok dan tempat pengumpulan hasil (TPH), kesalahan saat
pengangkutan tandan buah segar (TBS) menuju TPH dan kesalahan ketika
melempar tandan ke alat transportasi yang menyebabkan mutu kelapa sawit
berkurang. Pengukuran produktivitas tenaga kerja di lapang perlu dilakukan guna
mengetahui tolak ukur produktivitas yang telah dicapai. Faktor penentu
produktivitas kerja perlu diketahui sebab menentukan bentuk kebijakan yang
dapat dilakukan perusahaan. Pengelolaan tenaga kerja yang baik dapat
mengurangi tingkat kesalahan tenaga kerja panen kelapa sawit dan meningkatkan
produktivitas kerja sehingga kualitas kelapa sawit yang dihasilkan menjadi baik
dan memudahkan pencapaian tujuan perusahaan (Lubis 1992).

Tujuan
Kegiatan magang bertujuan meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan
keterampilan mahasiswa serta mempersiapkan diri untuk menghadapi kerja nyata.
Selain itu, tujuan magang adalah mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi
produktivitas tenaga kerja panen kelapa sawit.

2

METODE

Waktu dan Tempat
Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan sejak tanggal 11
Februari sampai 10 Juni 2013. Tempat pelaksanaan magang di Kebun Talisayan
1 (TS1) PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation (TBPP), Desa Cepuak, Kecamatan
Talisayan, Berau, Kalimantan Timur.

Metode Pelaksanaan
Aspek yang dipelajari adalah manajemen tenaga kerja panen di
perkebunan PT TBPP. Pelaksanaan magang mengikuti seluruh kegiatan teknis di
lapang dan aspek manajerial pada berbagai tingkatan status seperti karyawan
harian lepas selama 4 minggu, pendamping mandor selama 4 minggu, dan
pendamping asisten afdeling selama 8 minggu.
Kegiatan teknis yang dilaksanakan meliputi pemupukan, pengendalian
gulma baik pengendalian secara manual maupun dengan cara kimiawi, sensus ulat
api, sensus bunga jantan, pemanenan buah dan pengangkutan buah ke pabrik
(Lampiran 1). Kegiatan saat menjadi pendamping mandor diantaranya dengan
mengikuti apel pagi, pengawasan karyawan harian lepas (KHL), dan membantu
membuat laporan kerja mandor (Lampiran 2). Saat menjadi mendamping asisten,
kegiatan yang dilakukan diantaranya melakukan perencanaan kerja harian dan
bulanan, memimpin lingkaran pagi, mempelajari manajerial tingkat divisi,
membuat laporan harian asisten dan administrasi kebun (Lampiran 3).

Pengamatan dan Pengumpulan Data
Magang dilaksanakan dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di lapang yaitu
melakukan pengamatan terhadap produktivitas tenaga kerja panen kelapa sawit.
Data sekunder diperoleh dari rekapitulasi harian, bulanan, tahunan dan arsip
kebun seperti peta kebun, luas areal pemanenan, data produksi tandan buah segar
(TBS) 4 tahun terakhir dan struktur organisasi tenaga kerja.
Pengamatan lapangan difokuskan untuk mengetahui produktivitas kerja
pada kegiatan panen, terutama tenaga kerja panen kelapa sawit. Pengamatan
panen meliputi angka kerapatan panen, kriteria matang buah, produksi per
pemanenan, proses kegiatan panen, dan kebutuhan tenaga kerja panen serta
pengamatan terhadap produktivitas tenaga kerja panen kelapa sawit dilakukan
secara purpose sampling sebanyak 76 orang yang diambil dari 9 mandoran pada 3
afdeling yang dihubungkan dengan upah dan premi yang didapat tiap bulan.
Pengambilan data upah dan premi dilakukan tiga kali yaitu bulan Februari, Maret
dan April. Produktivitas kerja pemanen kelapa sawit dilihat dari perolehan upah
dan premi yang diperoleh tiap bulan (Rahman 2012). Pengamatan terhadap
keefektifan pengaturan tenaga pemanen berdasarkan variabel bebas seperti usia

3

yang dikategorikan menjadi 19-29 tahun, 30-41 tahun, 42-55 tahun, dan lebih dari
55 tahun, tingkat pendidikan yaitu tidak sekolah, sekolah dasar (SD), sekolah
menengah pertama (SMP) atau sederajat, dan sekolah menengah atas (SMA) atau
sederajat. Variabel berikutnya adalah jumlah tanggungan keluarga, lama masa
kerja yang dikategorikan menjadi 1-24 bulan, 25-48 bulan, 49-72 bulan dan 73-96
bulan, dan variabel penunjang yaitu asal daerah (suku asli) dan jenis pekerjaan
sebelumnya serta variabel terikat berupa upah dan premi yang didapat atas
tercapainya basis panen.

Analisis Data dan Informasi
Data yang didapat diuraikan secara kuantitatif dan kualitatif dengan
mencari nilai rata-rata dan persentase yang kemudian diuraikan secara deskriptif
dengan membandingkan standar perusahaan dan studi pustaka. Analisis dilakukan
untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja
panen menggunakan analisis regresi linear berganda dengan persamaan:
Y=b0+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4. Penjelasan persamaan regresi linear berganda yaitu
Y= produktivitas tenaga kerja yang diukur berdasarkan upah dan premi yang
didapat per bulan (Rp); b0= nilai konstanta; b1,b2,..b4= koefisien regresi atau
perubahan nilai Y untuk setiap perubahan nilai X, X1= tingkat pendidikan; X2=
jumlah tanggungan (orang); X3= usia (tahun); X4= masa kerja (bulan); suku
daerah (suku asli) dan jenis pekerjaan sebelumnya. Analisis produktivitas kerja
yang dilakukan menggunakan analisis regresi linear berganda terdiri atas dua uji
yaitu uji koefisien regresi secara parsial untuk mengetahui pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat secara terpisah-pisah dan uji koefisien regresi
secara simultan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersama-sama
terhadap variabel terikat yaitu produktivitas kerja tenaga kerja panen kelapa sawit.

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG
Letak Geografis dan Administratif
Kebun TS 1 terletak di desa Cepuak, kecamatan Talisayan, Berau,
Kalimantan Timur. Lokasi perkebunan dapat ditempuh melalui jalan darat
maupun jalur laut. Jarak Tanjung Redep ke Talisayan melalui jalur propinsi
berjarak lebih kurang 153 km dengan waktu tempuh 4 jam dan jarak dari
Talisayan ke kebun 21 km. Aksesbilitas melalui jalur laut dapat ditempuh dari
Tanjung Redep menggunakan speed boat dengan waktu 3 jam. Batas geografis
lokasi kebun inti Kebun TS 1 sebelah barat berbatasan dengan kebun plasma 01,
sebelah timur berbatasan dengan kebun Talisayan 2, sebelah utara berbatasan
dengan kebun Plasma 02 dan batas sebelah selatan yaitu kebun Plasma 05.

4

Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Kebun TS 1 merupakan kebun pertama PT Tanjung Buyu Perkasa
Plantation dengan pola PIR-Trans dan bermitra dengan kebun Plasma. Luas areal
kebun inti 3 257 ha dan kebun plasma seluas 762 ha. Terdapat pabrik pengolahan
crude palm oil (CPO) di Kebun TS 1 dengan kapasitas 60 ton jam-1.
Kebun inti di Kebun TS 1 dibagi menjadi 3 afdeling, afdeling 1 memiliki
luas 945 ha, afdeling 2 seluas 833 ha dan afdeling 3 seluas 920 ha. Pengoperasian
kebun berawal tahun 2004 dan penanaman dilakukan tahun 2005, 2006, dan 2007.
Kebun plasma terdiri atas 3 lokasi yaitu plasma 1 dengan luas 338 ha, plasma 2
seluas 76 ha dan plasma 3 seluas 348 ha, masing masing kebun plasma memiliki
koperasi. Di kebun ini terdapat lima satuan pemukiman (SP) yang ditinggali oleh
penduduk lokal maupun transmigran. Gambar areal Kebun TS 1 dapat dilihat pada
Lampiran 4.

Kondisi Pokok dan Produksi
Jenis kelapa sawit yang ada di Kebun TS 1 adalah varietas Marihat, Socfin
dan Topaz dengan jarak tanam 9 m x 9 m x 9 m. Populasi pokok rata-rata 143
pokok ha-1, tetapi fakta di lapangan berbeda. Perbedaan disebabkan adanya batas
tepi dengan hutan (pringgan) atau rumpukan sisa kayu besar, parit dan serangan
hama serta penyakit. Populasi kelapa sawit berdasarkan tahun tanam dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1 Populasi kelapa sawit berdasarkan tahun tanam di Kebun Talisayan 1a
Tahun tanam
Luas (ha)
Jumlah pokok
2005
2 377
377 695
2006
257
36 890
2007
64
10 918
Sub total
2 698
385 503
a

Sumber: Kantor Besar Kebun TS 1 (April 2013)

Pembukaan dan penanaman kecambah kelapa sawit Kebun TS 1 pertama
kali dilakukan pada tahun 2004. Penanaman kelapa sawit dilakukan secara tidak
serempak yaitu tahun 2005, 2006 dan 2007. Kelapa sawit pertama berproduksi
pada tahun 2008 untuk tahun tanam 2005. Data produksi dan produktivitas tahun
2008-2011 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Produksi dan produktivitas kelapa sawit di Kebun Talisayan 1a
Tahun
Produksi (kg)
Produktivitas (ton ha-1)
2008
8 172 825
3.029
2009
24 946 130
9.246
2010
56 841 700
21.068
2011
70 792 450
26.238
a

Sumber: Kantor Besar Kebun TS 1 (April 2013)

5

Produksi di Kebun TS 1 pada tahun pertama masih rendah yaitu 8 172 825
kg dengan produktivitas 3.029 ton ha-1. Hal ini disebabkan karena buah yang
dihasilkan berukuran kecil dan bobot tandan sawit yang ringan. Pada tahun-tahun
berikutnya produksi dan produktivitas kelapa sawit semakin meningkat.
Peningkatan produksi dan produktivitas cukup signifikan meskipun umur tanaman
masih tergolong muda.

Struktur Organisasi Perusahaan dan Ketenagakerjaan
Teladan Prima Group merupakan unit usaha gabungan kelapa sawit, salah
satunya PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation (TBPP). Struktur organisasi
berdasarkan pada pangkat dan jenis pekerjaan. Struktur organisasi Kebun TS 1
dapat dilihat pada Gambar 1.

a

Sumber: Kantor Besar Kebun TS 1 (April 2013)

Gambar 1 Struktur organisasi Kebun Talisayan 1

Pelaksanaan Pengelolaan Kebun dan Tenaga Kerja
Pengelolaan kebun dilakukan oleh asisten yang membawahi sejumlah
mandor yakni mandor panen, transportsi, pupuk, penunasan, perawatan,
pengendalian gulma, mandor sensus dan taksasi, kerani panen dan kerani divisi.
Tugas seorang mandor adalah membuat rencana harian kerja, melakukan
pengawasan dan pemeriksaan kinerja karyawan di lapang, berkoordinasi dengan
mandor lain dan kerani agar pencatatan administrasi segera dilaporkan selain itu,
melakukan pengaturan dan membagi tugas kepada karyawan. Pengaturan ini
bertujuan agar pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan rencana kegiatan harian.
Setiap pukul 05.30 WITA dilakukan lingkaran pagi antara asisten kebun,
para mandor dan kerani panen. Pada lingkaran pagi, asisten melakukan evaluasi

6

terhadap pekerjaan yang dilakukan pada hari sebelumnya, melakukan koreksi,
memberikan arahan dan memotivasi agar semua karyawan bekerja dengan baik.

ASPEK TEKNIS

Pemupukan
Pemupukan di Kebun TS 1 terdiri atas dua macam yaitu pemupukan bahan
anorganik dan bahan organik. Pupuk anorganik meliputi pupuk Urea, NPK,
Kieserit, MOP, dan HGFB sementara pupuk organik yang umum diaplikasikan ke
lahan adalah janjang kosong dan limbah cair pengolahan minyak sawit dari pabrik.
Pemupukan di Kebun TS 1 umumnya sudah dilakukan dengan baik, akan tetapi
masih terdapat kelalaian yang dilakukan oleh pekerja. Kelalaian tersebut
diantaranya penanburan pupuk yang tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan,
pupuk anorganik dibuang ke parit atau rumpukan pelepah apabila terjadi
kelebihan pupuk yang diecer.
Penguntilan pupuk
Penguntilan pupuk merupakan kegiatan membagikan pupuk dari karung
besar ke karung kecil sesuai dengan dosis rekomendasi. Penguntilan pupuk
bertujuan memudahkan pemupukan dan memudahkan dalam pengangkutan serta
dosis aplikasi lebih tepat. Standar kerja pekerja until pupuk adalah 1 750 kg pada
hari senin sampai sabtu kecuali hari jumat 1 500 kg. Penguntilan pupuk yang
dilakukan belum sesuai dengan prosedur, pupuk yang di until masih berbentuk
gumpalan sehingga bobot pupuk tidak sesuai dengan dosis rekomendasi.
Pengeceran pupuk
Pengeceran pupuk merupakan kegiatan menempatkan untilan-untilan pupuk
pada baris-baris dalam blok. Pupuk diecer pada tiap 4 jalur atau baris, banyaknya
untilan yang diecer didasarkan pada dosis pupuk yang digunakan. Kendala yang
umum terjadi adalah angkutan yang digunakan untuk mengecer pupuk datang
tidak tepat waktu sehingga menyebabkan kegiatan pemupukan pun terhambat.
Perlu dilakukan koordinasi yang baik antara mandor transportasi dengan mandor
pemupukan sehingga masalah tersebut bisa diantisipasi.
Aplikasi pupuk anorganik
Dosis aplikasi pupuk bergantung pada jenis pupuk rekomendasi. Rotasi
aplikasi pupuk berdasarkan stok di gudang. Pemupukan NPK dilakukan 3 kali
dalam setahun dengan dosis aplikasi 1.75 kg pokok-1, aplikasi urea sekali setahun
begitu juga dengan MOP, Kieserit dan HGFB. Dosis aplikasi urea adalah 0.75 kg
pokok-1, MOP sebanyak 0.5 kg pokok-1, Kieserit 0.75 kg pokok-1, dan HGFB 0.05
kg pokok-1. Pemupukan dilakukan dengan cara ditabur atau disebar diantara dua
pokok sawit dan rumpukan pelepah sawit. Kegiatan pemupukan anorganik sering
mengalami masalah diantaranya adalah pekerja mengaplikasikan pupuk tidak
sesuai dosis yang telah diinstruksikan, apabila ada kelebihan pupuk akibat

7

kelalaian pekerja ecer pupuk maka tindakan yang dilakukan pemupuk adalah
membuang dan menyebarnya di sekitar pokok sawit terdekat atau bahkan dibuang
di parit. Pengawasan kegiatan pemupukan oleh mandor dan asisten harus
dilakukan secara benar sebab dana yang paling besar dikeluarkan perusahaan
adalah biaya untuk mengadakan pupuk anorganik. Kegiatan pemupukan dapat
dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Kegiatan pemupukan anorganik di Kebun Talisayan 1
Aplikasi janjang kosong
Janjang kosong (JJK) merupakan salah satu produk dari pengolahan minyak
di pabrik. Aplikasi dilakukan secara manual yaitu di tumpuk di gawangan mati
atau di sekitar pokok sawit. Seorang karyawan harus menyelesaikan 3 ton JJK
dalam 7 jam kerja. Dosis aplikasi JJK adalah 200 kg pokok-1. Pengaplikasian
janjang kosong membutuhkan lahan yang luas dan memerlukan waktu yang lama
untuk bisa terurai maka perlu dilakukan inovasi pengolahan JJK menjadi pupuk
organik siap pakai. Inovasi yang dapat dilakukan adalah pembuatan pupuk
organik yang berasal dari janjang kosong.
Aplikasi limbah cair
Limbah cair adalah air limbah yang terbuang dari stasiun pengutipan
minyak. Limbah cair dari pabrik mengandung minyak sekitar 0.5%, juga zat-zat
organik lain sisa-sisa sel minyak, protein, senyawa anorganik, pasir dan lain-lain
(Mangoensoekarjo dan Semangun 2000). Instalasi pengolahan limbah berupa
kolam (aerobik dan anaerobik atau fakultatif). Limbah cair yang diaplikasikan ke
lahan berguna mengembalikan unsur hara ke tanah, juga sebagai sumber humus
dan mengurangi biaya pembelian pupuk anorganik. Aplikasi limbah cair (POME)
tidak dilakukan pada seluruh blok pada kebun, karena mempertimbangkan
pencemaran lingkungan yang dikhawatirkan terjadi. Blok yang mendapat aplikasi
seluas 120 ha yang merupakan blok yang berada di sekitar pabrik yakni blok H19,
H20, I19 dan I20.

Pengendalian Gulma
Gulma merupakan tumbuhan pengganggu dan merugikan bagi pertumbuhan
tanaman utama khususnya bagi tanaman kelapa sawit, selain itu mengganggu
pekerja dalam melakukan pekerjaan serta menurunkan nilai estetika kebun
sehingga perlu dikendalikan. Pengendalian gulma di Kebun TS 1 dilakukan
dengan cara kimiawi dan manual.

8

Penyemprotan (chemist)
Penyemprotan adalah tindakan mengendalikan gulma secara kimiawi.
Penyemprotan dilakukan oleh tim chemist yang beranggotakan 6-8 orang.
Penyemprotan gulma dilakukan di piringan, pasar rintis, dan pasar tengah. Gulma
yang banyak dijumpai adalah jenis gulma berdaun lebar dan rumput seperti Sida
rombifolia, Micania micrantha, Ageratum conizoides, Setaria plicata, Cyperus
rotundus dan lainnya. Herbisida yang digunakan adalah Ally dengan dosis 0.25
liter ha-1 dan Rambo dosis 0.25 liter ha-1. Standar yang digunakan untuk chemist
per pekerja adalah 5.5 ha atau 22 baris tanaman, umumnya chemist dilakukan 2
kali dalam setahun. Aplikasi herbisida sinergis antara Rambo dan Ally akan
terlihat pengaruhnya jangka waktu 3 hari. Herbisida ini merupakan herbisida pra
tumbuh dan purna tumbuh. Rotasi chemist yang lama menyebabkan gulma
tumbuh subur sehingga sulit dikendalikan, rumpukan pelepah yang tidak teratur
menyulitkan kegiatan penyemprotan. Jenis herbisida dan dosis yang di aplikasikan
umumnya berdasarkan keputusan pihak atasan. Penggunaan herbisida sejenis pada
putaran rotasi chemist berikutnya dapat menyebabkan gulma akan bersifat resisten
dan lebih sulit untuk dikendalikan sehingga perlu dilakukan pengkombinasian
jenis herbisida yang berbeda berdasarkan analisis lembaga riset kebun.
Pengendalikan gulma lalang (Imperata cilindrica) di Kebun Talisayan 1
disebut dengan hand spraying. Teknik ini diterapkan pada kebun yang kondisi
lalangnya sudah normal. Penyemprotan herbisida menggunakan hand sprayer
( volume laruran 1-2 liter) pada seluruh bagian lalang. Bahan yang digunakan
adalah Glyphosat IPA dengan konsentrasi 0.01 (1 %). Prinsip penerapan teknik ini
yakni lalang harus bebas dari legume cover crop (LCC) atau gulma lainnya agar
penyemprotan larutan lebih merata membasahi helaian daun lalang. Pemakaian
arit atau sabit mutlak diperlukan untuk memisahkan gulma lain dari lalang.
Pengendalian manual
Pengendalian manual menggunakan alat cados (cangkul kecil dengan lebar
lebih kurang 14 cm) dengan cara membongkar gulma sampai perakarannya.
Pengendalian manual bertujuan menjaga kebersihan pokok sawit dan areal
disekitarnya dari gulma berkayu, tukulan (buah lepas yang tumbuh) ataupun
benda lain yang mengganggu pertumbuhan sawit. Penggunaan parang babat tidak
dibenarkan, akan tetapi karena jumlah cados yang terbatas maka pekerja
menggunakan parang untuk membongkar gulma. Pengendalian ini dinilai kurang
efektif, karena umumnya pekerja tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan
prosedur yang berlaku seperti membongkar gulma berkayu tidak sampai
perakarannya. Pengawasan yang ketat perlu dilakukan asisten dan mandor
sehingga pekerja dapat bekerja dengan baik.

Pengendalian Hama dan Penyakit
Deteksi hama dan penyakit segera mungkin perlu dilakukan guna mencegah
terjadinya serangan yang dapat menyebabkan kematian tanaman. Tindakan
pencegahan akan mendukung palaksanaan pengendalian hama dan penyakit
secara terpadu. Pemanfaatan musuh alami sangat diutamakan sehingga dapat
meminimalkan penggunaan pestisida yang dapat merusak lingkungan.

9

Pengendalian ulat api dan ulat kantong di Kebun TS 1 dilakukan dengan cara
fogging dan pengendalian alami oleh burung hantu (Tyto alba) untuk
mengendalikan tikus.
Fogging
Serangan ulat api dan ulat kantong dapat menimbulkan masalah yang
berkepanjangan. Akibat serangan tersebut menyebabkan kehilangan daun
(defoliasi) yang berdampak pada penurunan produksi kelapa sawit. Ulat api yang
umum dijumpai adalah Setothosea asigna, cara pengendaliannya dengan fogging
atau pengasapan. Fogging dilakukan apabila dalam blok telah terserang hama
golongan berat yaitu lebih dari 10 ekor. Fogging dilakukan saat malam hari
karena ulat api merupakan hewan nocturnal. Insektisida sistemik yang digunakan
adalah Decis dengan konsentrasi 6 % dan Siperi konsentrasi 8 %, banyaknya
larutan yang diaplikasikan adalah 0.2 liter ha-1. Pengendalian ini bertujuan untuk
mengurangi populasi sampai pada tingkat yang tidak merugikan. Ledakan hama
ulat api dan ulat kantong tidak terjadi secara tiba-tiba sehingga pengamatan yang
baik perlu dilakukan. Semakin cepat diketahui gejala serangan hama, maka akan
memudahkan dalam pengendalian dan luas areal yang terserang lebih terbatas.
Burung hantu
Tikus merupakan salah satu jenis hama yang sangat merugikan karena
memakan buah yang masih berada pada pokok sawit. Pengendalian tikus secara
alami dilakukan menggunakan burung hantu karena merupakan predator alami
tikus. Jenis tikus yang banyak dijumpai pada perkebunan kelapa sawit adalah
Rattus rattus tiomanicus, R. Argentiventer dan R. diardii. Seekor burung hantu
mampu memangsa 5 ekor tikus tiap harinya. Burung ini ditempatkan pada
kandang yang disebut gupon. Gupon ditempatkan pada tiga afdeling. Afdeling 1,
gupon ditempatkan pada blok G14, H11, H15, I14, dan F13, afdeling 2 di blok
H22, H23, I20 dan G19 sementara untuk afdeling 3 diletakan di blok G24, G26,
H24, H25, H27, H29, H31, I24 dan I27. Monitoring keberadaan burung dilakukan
setiap bulan dengan cara mengidentifikasi adanya kotoran di sekitar kandang.
Sensus bunga jantan dan bunga betina
Sensus bunga jantan dan bunga betina dilaksanakan sebulan sekali oleh
pekerja sensus dilakukan pada blok yang produksinya paling rendah. Sensus
bertujuan mendata jumlah bunga jantan dan bunga betina. Cara melakukan sensus
adalah menandai bunga jantan, bunga betina dan buah yang baru muncul pada
pokok sawit yang mendapat perlakuan stressing. Stressing adalah kegiatan
menghilangkan sejumlah pelepah hingga menyisakan satu putaran pelepah atau
sangga satu. Tujuan streesing adalah merangsang pembentukan bunga jantan pada
pokok sawit. Pokok sawit yang tercekam akan membentuk bunga baru sebagai
bentuk adaptasi.

Pemeliharaan Jalan
Jalan merupakan aspek penting dalam perkebunan sebab sangat
mempengaruhi kelancaran pengangkutan buah dari kebun menuju pabrik. Jalan

10

rusak menyebabkan terhambatnya buah masuk ke pabrik. Buah restan
berpengaruh terhadap menurunnya nilai berat janjang rata-rata (BJR) dan
meningkatkan nilai asam lemak bebas (ALB). Pemeliharaan jalan sangat
diperlukan guna memperlancar, mempermudah dan mempercepat pengangkutan
tandan buah segar (TBS). Kondisi jalan yang bagus adalah jalan yang tidak
mengenal cuaca yang kondisinya baik saat kering maupun basah. Setiap selesai
panen pada satu pasar rintis, maka TBS yang dipanen harus langsung dikeluarkan
ke tempat pengumpulan hasil (TPH). Hal ini perlu dilakukan agar kegiatan
transportasi TBS dapat segera dimulai . Kerani panen harus secepatnya memeriksa
dan menerima buah di TPH.

Panen
Panen merupakan kegiatan yang paling penting pada perkebunan kelapa
sawit. Pekerjaan panen buah dapat menjadi sumber pemasukan bagi perusahaan
dan karyawan melalui penjualan minyak sawit (MKS) dan inti kelapa sawit (IKS).
Kegiatan utama panen adalah memotong buah sebanyak-banyaknya dan
mengantarnya ke pabrik dengan cara dan waktu yang tepat karena dapat
mempengaruhi jumlah minyak yang dihasilkan dan kandungan asam lemak bebas
(ALB). Produksi sawit akan maksimal jika tingkat kehilangan di lapang maupun
di pabrik dapat diminimalkan. Sumber kehilangan di lapangan diantaranya:
1. Buah mentah
2. Buah masak yang ditinggal di pokok (tidak di panen)
3. Buah lepas tidak dipungut
4. Buah masak dicuri
5. Buah restan
Produksi yang maksimal dan nilai ALB yang rendah erat kaitannya dengan
rotasi panen sebab mempengaruhi transport buah dan pengolahan di pabrik. Usaha
yang perlu dilakukan adalah menormalkan pusingan atau rotasi panen agar buah
terpanen secara maksimal.
Persiapan panen
Kegiatan potong buah perlu direncanakan dengan baik agar tercapai
keberhasilan produksi yang efektif dan efisien. Persiapan panen yang perlu
dilakukan ialah taksiran produksi harian (taksasi), peralatan panen yang
digunakan, alat perlindungan diri (APD), pembagian seksi panen, hancak panen
dan kebutuhan pemanen. Tugas asisten adalah mengarahkan dan menghimbau
agar karyawan dapat bekerja sesuai prosedur dan aturan yang telah ditetapkan,
membahas dan mengevaluasi hasil kerja karyawan.
Pemanenan sawit disusun menjadi 6 kelompok atau seksi tiap afdeling
(Tabel 3). Seksi panen ialah luasan areal yang harus di panen dan diselesaikan
dalam satu hari panen. Pembagian seksi panen bertujuan agar satu seksi dapat
diselesaikan sehari sehingga rotasi panen normal, memudahkan pindah hancak
dari satu blok ke blok yang lain, memudahkan kontrol mandor dan asisten,
transportasi buah lebih efisien, serta output pemanen lebih tinggi. Rotasi yang
digunakan adalah 6/7 yang berarti bahwa setiap satu minggu terdapat 6 hari kerja
dan setiap hari harus dapat menyelesaikan satu seksi panen.

11

Seksi

a

Tabel 3 Seksi panen afdeling 1 Kebun Talisayan 1a
Tahun tanam
Blok
Luas (ha)

A

2005, 2006

B

2005

C

2005, 2006

D

2005, 2006

E

2005

F

2005

I11, I12, I13, I14, I15,
J16
H6, H7, H8, H9, H10,
I7, I8, I9, I10
E12, E13,E14, F9,
F10, G9, G10
F11, F12, F13, F14,
F15
G11, G12, G13, G14,
G15
H11, H12, H13, H14,
H15

∑ pokok

162

23 378

187

31 151

152

21 934

144

21 477

148

21 142

152

21 711

Sumber: Kantor besar (April 2013)

Kriteria matang panen
Pemotongan buah berdasarkan kriteria matang panen yaitu indikator buah
sawit yang layak untuk dipanen secara tepat. Buah layak panen menurut
perusahaan ialah terdapat satu buah lepas per tandan buah segar (TBS).
Pemotongan buah mentah akan merugikan perusahaan sebab minyak yang
dihasilkan sedikit dan dapat menyerap minyak yang sudah diolah sehingga
meningkatkan losses minyak di pabrik, sementara itu juga menyebabkan pokok
sawit mengalami cekaman akibat buah dipanen sebelum waktunya. Penerapan
satu buah lepas per tandan sebagai kriteria matang panen ditujukan untuk menjaga
rotasi panen tetap normal.
Kerapatan matang panen
Kerapatan matang panen merupakan persentase jumlah buah matang siap
panen. Cara penentuan kerapatan matang panen adalah dengan menghitung
banyaknya buah yang dapat dipanen pada beberapa sampel blok. Sampel yang
digunakan sebanyak 10% dari luasan areal blok. Kerapatan matang panen pada
saat pengamatan adalah 60% yang menunjukan bahwa kerapatan panen sangat
tinggi. Rumus yang digunakan untuk menghitung kerapatan matang panen adalah
sebagai berikut:
Kerapatan matang panen =

x 100%

Taksiran produksi (Taksasi)
Taksasi adalah kegiatan meramalkan jumlah produksi TBS pada suatu
luasan tertentu yang umumnya dalam satu seksi panen. Kegiatan ini dilakukan
setiap hari untuk dapat menentukan budget atau target produksi harian, keperluan
jumlah pemanen dan jumlah unit pengangkut buah. Penentuan taksasi dilakukan
dengan cara mengambil 3 sampel blok dalam setiap seksi panen dan setiap blok
diambil 3 ha (10% dari luas blok). Taksiran produksi dapat ditentakan dengan
rumus:
Taksasi= L x K x P x B
Keterangan:
L= luas areal panen (ha)

12

K= kerapatan matang panen (%)
P= jumlah rata-rata pokok per blok
B= basis panen (kg)
Umumnya, realisasi hasil produksi dan jumlah tenaga kerja panen tidak
sesuai dengan taksasi yang dilakukan. Hal tersebut dikarenakan jumlah buah
masak di pokok sawit berbeda dengan jumlah yang ditaksirkan serta pembatasan
jumlah tenaga kerja panen yang dilakukan pihak kebun sehingga hasil produksi
dapat melebihi target atau kurang target.
Peralatan panen
Pemanen diwajibkan membawa peralatan panen dan menggunakan alat
perlindungan diri (APD) secara lengkap agar pelaksanaan panen berjalan lancar
dan keselamatan kerja pun terjaga sehingga mendapatkan output yang maksimal.
Daftar peralatan panen dan fungsinya dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Alat panen dan fungsinya di Kebun Talisayan 1a
No Nama alat
Fungsi
Keterangan
1. Dodos
potong buah pada pokok pisau lebar bergagang
rendah
panjang dengan ukuran
8-14 cm
2. egrek
potong buah pada pokok berbentuk seperti sabit
(harvesting
tinggi
dengan tiang panjang
pole)
sekitar 3-12 m
3. kereta sorong troli angkut buah ke TPH
troli atau kereta dorong
(angkong)
beroda satu
4. Gancu
mengangkat buah
besi berbentuk mata kali
5. tojok/tombak
memindahkan TBS ke alat besi
beton
yang
transport
panjangnya disesuaikan
kebiasaan setempat
6. karung
wadah untuk buah lepas
7. batu asah
pengasah dodos dan egrek
8. sarung dodos membungkus mata pisau terbuat dari kain tebal
dan egrek
dodos dan egrek
atau menggunakan karet
ban
9. Helm
pelindung kepala
10. sarung tangan pelindung tangan dari duri
sawit
11. Parang
memotong gagang buah
12. sepatu boot
pelindung kaki
a

Sumber: Data pengamatan (Februari 2013)

Alat-alat panen disediakan semua oleh pihak perusahaan, hanya kereta
sorong yang pengadaannya oleh perusahaan akan tetapi pekerja harus membayar
setengah harga. Di lapang terdapat pemanen yang melanggar peraturan yang
berlaku, Peralatan panen sering ditinggalkan di rumah dan APD tidak dikenakan
secara lengkap yang dapat menyebabkan pemanen terluka akibat kecelakaan dan
kegiatan panen buah terhambat.

13

Kebutuhan Tenaga Kerja Panen
Keselarasan antara luas area dan estimasi produksi dalam setiap seksi panen
harus direncanakan dengan baik karena dapat menentukan keefektifan jumlah
tenaga kerja panen yang dibutuhkan. Rasio untuk tenaga panen adalah 1:18, yang
berarti bahwa seorang pemanen diharuskan menyelesaikan 18 ha dalam satu kali
rotasi panen. Kualitas dari penanen perlu mendapat perhatian agar pemanen dapat
bekerja secara optimal. Kebutuhan tenaga panen dapat ditentukan dengan rumus
sebagai berikut:
T= (LxKxBxP)/Bp
Keterangan:
L= luas areal panen (ha)
K= kerapatan matang panen (%)
B= berat janjang rata-rata (kg)
P= jumlah rata-rata pokok per blok
Bp= basis panen (kg)
Rotasi panen di Kebun TS 1 yang lambat akibat buah banyak menyebabkan
terjadinya kekurangan jumlah tenaga panen. Kurangnya jumlah pemanen
mempengaruhi jumlah buah yang dipanen. Penambahan jumlah tenaga kerja
menjadi pertimbangan bagi perusahaan sebab berdampak pada penyediaan
fasilitas. Pada bulan–bulan tertentu kondisi buah menurun sehingga kebutuhan
pemanen lebih sedikit sehingga sebagian pemanen dialihkan ke pekerjaan lain.
Pelaksanaan panen
Pekerja panen diharuskan melakukan pekerjaan potong buah sesuai
prosedur yang berlaku. Pemanen bertugas menuliskan nomor hanca pada pokok
sawit sebelum panen, kemudian memotong buah matang, menurunkan semua
pelepah sengkleh dan menumpuk di gawangan mati, memungut buah lepas,
mengangkut buah dan buah lepas ke TPH. Pelanggaran masih sering terjadi di
lapang diantaranya pemanen masih sering memotong buah mentah, buah lepas
tidak dipungut, pelepah sengkleh tidak diturunkan dan pelepah tidak dirumpuk
rapi. Kurangnya pengawasan mengakibatkan pelaksanaan panen tidak berjalan
dengan baik, sehingga pengawasan dan pemeriksaan sangat diperlukan.
Pengangkutan TBS
Pengangkutan TBS terbagi menjadi dua bagian yaitu pemuatan ke TPH dan
pengangkutan dari TPH menuju pabrik. Tandan buah yang sudah dipanen harus
sesegera mungkin diangkut ke pabrik agar langsung diolah. Buah yang tertinggal
didalam blok menyebabkan nilai ALB meningkat sehingga menurunkan kualitas
minyak yang dihasilkan. Mangoensoekarjo dan Semangun (2000), menyatakan
bahwa peningkatan nilai ALB dipengaruhi oleh tiga peristiwa yakni pertama
degradasi biologis, buah menjadi lewat matang atau busuk. Kedua, jatuhnya buah
saat dipenen yang menyebabkan buah menjadi tergores dan memar. Peristiwa
ketiga, penanganan (handling) buah saat diangkut ke TPH dan pengangkutan
menuju pabrik. Pengangkutan TBS yang lancar didukung oleh kondisi jalan yang
bagus dapat menjaga kualitas minyak yang dihasilkan.
Keadaan topografi dan kondisi jalan sangat berkaitan apalagi pada musim
hujan dapat menjadi kendala yang penting. Kendala jalan akibat hujan
menyebabkan panen tertunda, buah tidak terangkut pada hari panen dan banyak

14

yang busuk di lapangan. Pengangkutan tandan dilakukan oleh tim transportasi
yang terdiri dari seorang driver dan 3 orang pemuat (peloading) pada tiap unit
kendaraan. Setiap hari dilakukan rotasi atau pergiliran unit angkutan dan
pemuatnya. Seorang supir harus memuat sebanyak 6 ton sedangkan peloading
yakni 3 ton. Selain pemanen, tenaga angkut buah juga mendapat premi apabila
mencapai basis angkut. Tenaga angkut mendapat Rp 8 000 untuk setiap satu ton
lebih borong. Penanganan TBS oleh peloading di Kebun TS 1 dapat dilihat pada
Gambar 3.

a

b

Gambar 3 (a) Kegiatan dan (b) kesalahan yang terjadi pada proses
pemuatan buah di Kebun Talisayan 1
Cara memuat tandan dilakukan secara manual, cara ini banyak
menimbulkan kerusakan sebab buah memar. Mangoensoekarjo dan Semangun
(2000) menyatakan cara yang banyak digunakan di Malaysia adalah menggunakan
jaring yang terdiri atas 2 lapis, yaitu lapisan kuat dengan lubang besar pada bagian
luar dan lapisan dalam yang berlubang kecil agar brondolan tidak keluar dari
jaring plastik. Pemanen disediakan jaring untuk memuat tandan dan brondolan
sehingga sampai lokasi pabrik masih dalam keadaan didalam jaring. Kelemahan
cara ini adalah butuh biaya banyak untuk pengadaan jaring termasuk juga
perawatannya sedangkan keuntungannya adalah gesekan antar buah yang terjadi
lebih sedikit, tenaga kerja yang digunakan untuk muat buah lebih sedikit dan
pemuatan ke kendaraan lebih cepat. Teknik seperti ini dapat dijadikan
rekomendasi bagi perusahaan-perusahaan sawit di Indonesia.
Sistem panen dan premi panen
Sistem panen yang diterapkan di Kebun TS 1 adalah sistem panen hanca
tetap tiap kemandoran, pekerja mendapat hanca yang sudah ditentukan.
Pengaturan jumlah tenaga kerja kurang dilakukan, yaitu tidak dilakukan
penambahan atau pengurangan meskipun nilai kerapatan panen berubah, hal ini
dilakukan mengingat biaya yang harus dikeluarkan untuk membayar pekerja dan
penyediaan fasilitas hidup selama jadi pekerja. Saat musim panen puncak,
kebijakan yang diterapkan berupa familly harvesting yaitu mengikutsertakan istri
pemanen menjadi pekerja panen dengan tujuan dapat meningkatkan output karena
dilakukan pembagian tugas. Basis panen untuk sistem family harvesting yaitu dua
kali basis panen biasa.
Basis panen ialah jumlah output standar yang harus dicapai pemanen dalam
satu hari kerja (HK). Pemanen akan mendapatkan premi atas prestasi kerjanya
karena melebihi basis borong harian. Basis panen yang ditetapkan di afdeling 1

15

adalah 110 janjang. Pemanen yang mencapai basis akan mendapat premi sebesar
Rp 8500, dan sebesar Rp 650 untuk tiap kelebihan janjang dari basis siap borong.
Premi panen tidak hanya diberikan kepada tenaga kerja panen kelapa sawit, tetapi
juga diberikan kepada kerani panen, mandor panen serta mandor 1. Perhitungan
premi panen adalah sebagai berikut:
1. Kerani panen
2. Mandor panen
3. Mandor 1
Penjelasan dari perhitungan premi yaitu bahwa total siap borong adalah
jumlah tenaga kerja panen yang mencapai basis panen di kali rupiah basis panen.
Premi adalah jumlah janjang lebih basis di kali dengan rupiah tiap janjang. Basis
panen yang tinggi dapat menyebabkan timbulnya pelanggaran seperti memanen
buah mentah, meninggalkan buah lepas di TPH, meninggalkan pelepah sengkleh
dan tidak menumpuk di gawangan mati demi mengejar basis panen.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tenaga Kerja Panen
Tenaga kerja panen bertugas memotong buah, memungut buah lepas dan
mengangkut ke TPH. Penentuan jumlah tenaga kerja adalah dengan
mempertimbangkan estimasi produksi kelapa sawit (ton ha-1), output pemanen,
keseragaman tanaman dan kondisis topografi lahan. Indeks tenaga panen yang
digunakan di Kebun TS 1 adalah 0.08 ha-1. Kebutuhan tenaga kerja panen kelapa
sawit di afdeling 1 dengan luas 945 ha adalah 75 orang, akan tetapi di lapang
jumlah tenaga panen sebanyak 52 orang sehingga masih terjadi kekurangan tenaga
kerja panen sebanyak 23 orang. Tenaga panen umumnya mendapat basis panen
sehingga produktvitas kerja sebesar 1210 kg HK-1 yang didapat dari 110 janjang
dikali bobot janjang rata-rata (BJR) 11 kg. Kondisi buah yang banyak dan basis
panen yang tinggi menyebabkan pamanen meninggalkan buah lepas di piringan
untuk memenuhi basis panen. Umumnya di perkebunan kelapa sawit menetapkan
kebutuhan tenaga pemungut buah lepas yang jumlahnya sama dengan pemanen
(1:1) yang bertujuan agar sinergi dalam menyelesaikan hanca kerja. Pekerjaan
panen dilakukan sendiri oleh pemanen tanpa ada tenaga pembantu sebab di Kebun
TS 1 tidak terdapat tenaga pemungut buah lepas. Saat terjadi panen puncak maka
dilakukan sistem family harvesting yang mengikutsertakan istri pemanen untuk
membantu pemanen dengan catatan basis panen menjadi dua kali lipat yaitu harus
mendapat 220 janjang. Sistem ini lebih efektif karena perusahaan tidak perlu
menyediakan atau melakukan penambahan fasilitas.

16

Analisis Faktor Penentu Produktivitas Tenaga Kerja Panen
Pengamatan produktivitas kerja yang dilakukan pada 76 orang tenaga kerja
panen kelapa sawit di Kebun TS 1 diharapkan menunjukan pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat. Faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja
pemanen diantaranya pendidikan (X1), jumlah tanggungan (X2), umur (X3) lama
kerja (X4), dan faktor penunjang yaitu suku daerah dan pekerjaan sebelumnya.
Pendidikan dapat mempengaruhi kinerja seorang karyawan. Berdasarkan
Undang-undang Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional,
pendidikan diartikan sebagai usaha yang secara sadar dalam menyiapkan peserta
didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran maupun dengan pelatihan bagi
peranannya di masa mendatang. Kegiatan ini diharapkan mampu membentuk
sumber daya manusia (SDM) yang memiliki pengetahuan luas, berpengalaman
dan berkualitas. Potensi karyawan untuk melaksanakan pekerjaan erat
hubungannya dengan pendidikan karena dapat mempengaruhi pola pikir, sikap
dan tingkah laku. Menurut Tanto et al. (2012) pengetahuan yang tinggi,
keterampilan dan kepercayaan diri dapat meningkatkan prestasi kerja karyawan
sehingga terwujud produktivitas kerja yang baik. Hubungan antara tingkat
pendidikan dengan prestasi pekerja panen kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Komposisi pekerja panen berdasarkan tingkat pendidikan di
Kebun Talisayan 1a
Tingkat Pendidikan
Tidak Sekolah
SD/Sederajat
SMP/Sederajat
SMA/Sederajat
Total
a

Jumlah
(orang)

Persentase (%)

Rataan
upah+premi (Rp)

3
35
31
7
76

3.94
46.06
40.78
9.22
100

2 226 365
2 612 222
2 587 410
2 239 187
9 665 184

Sumber: Data Pengamatan lapang (Maret 2013)

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa responden pekerja panen kelapa
sawit di Kebun TS 1 umumnya berpendidikan SD/sederajat. Pendapatan tertinggi
diraih pemanen yang berpendidikan SD/sederajat yaitu sebesar Rp 2 612 222 dan
terjadi penurunan pendapatan dengan meningkatnya tingkat pendidikan. Pekerja
yang berpendidikan SMP/sederajat mendapat upah dan premi sebesar Rp 2 587
410 sedangkan yang berpendidikan SMA/sederajat Rp 2 239 187. Pendapatan
terendah didapat oleh tenaga kerja yang tidak sekolah. Tingkat pendidikan
memiliki hubungan yang negatif terhadap prestasi tenaga kerja panen. Semakin
meningkat tingkat pendidikan, penghasilan yang didapat semakin menurun. Hal
ini berbeda dengan pernyataan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka
tinggi pula prestasi kerjanya. Keterampilan, kekuatan fisik, dan ketelitian sangat
diutamakan dalam kegiatan panen kelapa sawit. Pemanen harus melakukan panen
dengan cara yang tepat serta mengetahui tingkat kematangan buah agar mendapat
hasil yang maksimal. Panen dengan cara yang tepat dapat mempengaruhi
kuantitas output yang dihasilkan sedangkan panen dengan waktu yang tepat dapat
mempengaruhi kualitas output yang dihasilkan (Suyastiri et al. 2007).

17

Jumlah tanggungan diasumsikan dapat mempengaruhi produktivitas tenaga
kerja panen. Semakin banyak jumlah orang yang di tanggung dalam keluarga
maka semakin tinggi prestasi kerja pemanen sehingga pendapatannya semakin
tinggi. Penghasilan yang didapat oleh pemanen berdasarkan jumlah tanggungan
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Komposisi pekerja panen Kebun Talisayan 1 berdasarkan jumlah
tanggungana
Jumlah tanggungan
Rataan upah + premi
Jumlah (orang) Persentase (%)
(orang)
(Rp)
0
18
23.68
2 371 799
1
6
7.89
2 337 701
2
21
27.63
2 596 815
3
17
22.37
2 480 258
4
9
11.84
2 864 030
5
4
5.26
2 526 318
6
1
1.32
4 044 748
Total
76
100
19 221 669
a

Sumber: Data Pengamatan lapang (Maret 2013)

Jumlah tanggungan akan mempengaruhi perekonomian keluarga. Hal ini
berakibat pada meningkatnya kebutuhan ekonomi yang harus dikeluarkan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari (Kurniawati et al. 2008). Pekerja panen yang
mempunyai tanggungan lebih banyak akan lebih bertanggung jawab untuk
meningkatkan kualitas hidup dan menyejahterakan kehidupan keluarga sehingga
memacu kerja lebih keras agar mendapat premi yang lebih banyak. Pekerja panen
dengan jumlah tanggungan sebanyak 6 orang menunjukan prestasi yang paling
tinggi yaitu memperoleh upah dan premi yang paling besar. Pekerja dengan
jumlah tanggungan 4 orang mendapat upah dan premi yang lebih besar
dibandingkan pekerja yang memiliki jumlah tanggungan 5 orang. Fakta ini
menunjukkan kemungkinan adanya jumlah optimal tanggungan dari tenaga kerja
panen. Pekerja panen yang belum memiliki tanggungan mendapatkan upah dan
premi paling sedikit dibandingkan dengan yang lain.
Usia mempunyai peranan yang cukup penting dalam melakukan aktivitas
panen kelapa sawit. Kegiatan panen kelapa sawit merupakan jenis pekerjaan yang
berat dan memerlukan kondisi fisik yang prima. Kondisi fisik erat kaitannya
dengan tingkat usia (Tabel 7). Pada umumnya kinerja maupun produktivitas
tenaga kerja akan menurun seiring dengan meningkatnya usia.
Tabel 7 Komposisi pekerja panen Kebun Talisayan 1 berdasarkan tingkat usiaa
Usia (tahun)
Jumlah
Persentase (%)
Rataan upah+premi (Rp)
(orang)
19-29
36
47.37
2 374 340
30-41
30
39.47
2 804 192
42-55
8
10.53
2 374 339
>55
2
2.63
1 951 038
Total
76
100
9 503 909
a

Sumber: Data Pengamatan lapang (Maret 2013)

18

Tabel 7 menunjukkan persentase terbesar tenaga kerja panen berumur 19-29
tahun, akan tetapi dari segi pendapatan golongan usia 30-41 tahun yang
memperoleh penghasilan tertinggi yaitu Rp 2 804 192 dan semakin menurun
dengan bertambahnya usia. Pekerjaan panen memerlukan kondisi fisik yang kuat,
jadi semakin meningkatnya usia kekuatan tubuhnya akan menurun. Pemanen
berusia muda umumnya memiliki fisik kuat, akan tetapi sebagian belum menikah
dan tidak mempunyai tanggungan sehingga tidak terlalu berambisi untuk
meningkatkan kinerja. Premi yang didapat sudah mencukupi kehidupannya.
Produktivitas tenaga kerja panen kelapa sawit dipengaruhi oleh lama kerja.
Lama kerja akan mempengaruhi tingkat ketrampilan dan pengalaman pekerja.
Bertambahnya lama kerja akan diikuti dengan peningkatan kinerja sehingga
produktivitas kerja pun akan meningkat. Pekerja panen di Kebun TS 1 didominasi
oleh pekerja dengan lama kerja 1-24 bulan yaitu sebanyak 46 orang (59.74%)
sementara terdapat sedikit pekerja dengan masa kerja yang lama. Pengaruh lama
masa kerja terhadap produktivitas kerja ditunjukan pada Tabel 8.
Tabel 8 Komposisi pekerja panen Kebun Talisayan 1 berdasarkan lam kerjaa
Lama
kerja
Jumlah
Persentase (%)
Rataan upah + premi
(bulan)
(orang)
(Rp)
01-24
45
59.21
2 459 295
25-48
22
28.95
2 654 635
49-72
5
6.58
2 737 812
73-96
4
5.26
2 807 893
Total
76
100
10 659 635
a

Sumber: Data Pengamatan lapang (Maret 2013)

Masa kerja (lama kerja) berpengaruh terhadap produktivitas kerja pemanen,
semakin lama bekerja mak