Analisis Biomekanika Buruh Panen Berondolan Guna Peningkatan Produktivitas Kerja (Kasus: PTPN III Kebun Rambutan)

(1)

ANALISIS BIOMEKANIKA BURUH PANEN BERONDOLAN

GUNA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KERJA

(KASUS : PTPN III KEBUN RAMBUTAN)

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

oleh

Fredrik Wesly Nainggolan

090403010

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(2)

(3)

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan Karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini dengan baik.

Penulisan Tugas Sarjana ini adalah bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat akademis dalam menyelesaikan studi di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Tugas Sarjana ini merupakan road map penelitian ergonomi kelapa sawit yang diketuai pembimbing II. Tugas sarjana ini juga merupakan kerja sama tim dan Bidang Rekayasa Teknologi dan Pengelolaan Lingkungan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS). Penulis merupakan salah satu tim yang melakukan penelitian pada PTPN III Kebun Rambutan terkait dengan permasalahan nyata yang ada di perkebunan kelapa sawit. Tugas Sarjana ini berjudul “Analisis Biomekanika Buruh Panen Berondolan Guna Peningkatan Produktivitas Kerja (Kasus: PTPN III Kebun

Rambutan)”.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan Tugas Sarjana ini. Akhir kata, penulis berharap agar Tugas Sarjana ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Penulis, Agustus 2014


(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penulisan Tugas Sarjana ini, penulis telah mendapatkan moril dan materi dari Ayahanda Alm. Budiman Nainggolan yang selalu mendoakan penulis dari surga dan Ibunda Lince br. Banjar Nahor, yang selalu memberikan nasehat, doa, dukungan material dan spiritual serta abang dan kaka penulis Sahat Hasiholan Nainggolan, Sony Jernih Nainggolan, Romasi Ninggolan SPd, Lorensi Nainggolan, Tiar Nainggolan SPd, Jojor Nainggolan SE, dan Eslinar Nainggolan SPd. Selain itu penulis juga mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE selaku Dosen Pembimbing I atas bimbingan yang diberikan dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini

2. Ibu Dr. Eng. Listiani Nurul Huda, MT, selaku Dosen Pembimbing II sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, motivasi, dan nasehat selama penyusunan Tugas Sarjana ini.

3. Bapak Suhartono selaku asisten afdeling VII Kebun Rambutan yang telah memberikan bimbingan selama penelitian di PTPN III dan Seluruh staf pegawai afdeling VII Kebun Rambutan yang telah memberikan bantuan selama penulis melakukan penelitian.

4. Bapak Bagus Giri Yudanto, S. Pd.,ST.,M.T. selaku staf peneliti di Bidang Rekayasa Teknologi dan Pengelolaan Lingkungan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS).


(6)

5. Seluruh dosen Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan pengajaran selama perkuliahan sebagai bekal untuk penulisan Tugas Sarjana ini.

6. Kepala Laboratorium Tata Letak Pabrik, Ir. Danci Sukatendel dan saudara rekan kerja di Laboratorium TLP (Teguh, Tonggo, Andi, Regina, Ari, Christiany, Nilda, Rahma, Wildan, Dony M., Dony K., Gema, Agnes, Tanesia, Theresia, Sandrina, Syally) yang mendukung penulis dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini.

7. Sahabat terbaik penulis selama mengikuti perkuliahan di Departemen Teknik Industri USU, Recky, Ade, Bermart, Ezri, Donni, Vachiona, Yon, Perlin, Prima, Rode, Leopas (ZINK)

8. Semua teman angkatan 2009 (IE-KLAN) serta abang kakak senior dan junior di Departemen Teknik Industri USU yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis.

9. Bang Nurmansyah, Bang Mijo, Kak Dina, Kak Ani, dan Bang Ridho atas bantuan dan tenaga yang telah diberikan dalam memperlancar penyelesaian Tugas Sarjana ini.

Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaian laporan ini dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua

Medan, September 2014


(7)

ABSTRAK

Penelitian ini berfokus pada pengamatan biomekanika pada buruh panen berondolan kelapa sawit pada area perkebunan milik PTPN III Kebun Rambutan. sikap kerja dalam pengutipan berondolan tersebut umumnya dalam keadaan jongkok dan membungkuk yang cenderung membutuhkan energi yang meningkat dan kelelahan otot. Fasilitas kerja yang tidak mendukung juga akan menimbulkan kelelahan kerja, karena banyaknya energi yang dibutuhkan sehingga produktivitas pengutipan berondolan kelapa sawit menurun.

Untuk mengetahui keluhan sakit pada otot yang dirasakan buruh panen berondolan maka digunakan Standard Nordic Qustionare (SNQ) keluhan sakit dirasakan pada segmen tubuh bagian bahu dan lengan kanan 61,5%, lutut dan kaki bagian depan 46,15%, panggul dan kaki 0,7%, dan bagian punggung 0,7% dan dilakukan perhitungan produktivitas awal dengan tujuan membandingkannya dengan setelah perbaikan.Berdasarkan tingkat keluhan yang dirasakan buruh panen maka dilakukan perhitungan pembebanan dan energi pada otot dengan menggunakan meetode biomekanika.

Hasil dari analisis biomekanika menunjukkan adanya kelelahan otot pada setiap segmen tubuh yang mengalami keluhan sakit yang berpotensi menimbulkan cedera pada struktur otot buruh panen. Usulan alat bantu diberikan untuk mengurangi level risiko kelelahan pada otot sehingga diperoleh penurunan kelelahan otot pada bahu dan lengan kanan 33,8%, Lutut dan kaki bagian depan 10%, panggul dan kaki 35,15% dan punggung 15,5%. Produktivitas pengutipan berondolan juga mengalami peningkatan sebesar 25%.

Kata Kunci : Biomekanika, Produktivitas, Standard Nordic Qustionare, Kelelahan otot.


(8)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA ... iii

KEPUTUSAN SIDANG KOLOKIUM... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN... xxi

I PENDAHULUAN ... I-1 1.1. Latar Belakang Masalah ... I-1 1.2. Perumusan Masalah ... I-3 1.3. Tujuan Penelitian ... I-3 1.4. Batasan Masalah dan Asumsi ... I-4 1.5. Manfaat Penelitian ... I-4 1.6. Sistematika Penulisan Laporan Tugas Sarjana... I-5

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1 2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2 2.3.Organisasi dan Manajemen ... II-3 2.3.1. Struktur Organisasi ... II-3 2.3.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab... II-3 2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja Perusahaan ... II-6 2.4. Proses Pemanenan ... II-7 3.1. Musculoskeletal Disorders (MSDs) ... III-1 3.2. Biomekanika ... III-3 3.2.1. Pengertian Biomekanika... III-3 3.2.2. Klasifikasi Biomekanika ... III-4 3.3. Menigkatkan Produktivitas ... III-18 3.3.1. Efektivitas dan Efisiensi ... III-19 3.4. Beban Kerja ... III-22


(9)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

III LANDASAN TEORI ... III-1

3.4.1. Faktor-faktor Yang Menpengaruhi Beban Kerja ... III-24 3.4.2. Penilaian Beban Kerja Fisik ... III-24 3.4.2.1. Penilaian Beban Kerja Secara langsung ... III-24 3.4.2.2. Penilaian Beban Kerja Tidak Langsung ... III-26 3.4.3. Kerja Fisik dan Konsumsi Energi ... III-28 3.4.3.1. Proses Metabolisme ... III-29 3.4.3.2. Standar untuk Energi Kerja ... III-32 3.5. Energi Kerja... III-9 IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. Subjek Penelitian ... IV-1 4.3. Jenis Penelitian ... IV-2 4.4. Teknik Pengambilan sampel... IV-2 4.5. Sumber Data ... IV-2 4.6. Instrumen Penelitian ... IV-3 4.7. Kerangka Konseptual ... IV-4 4.8. Metode Penelitian... IV-4 4.8.1. Metode Pengumpulan Data ... IV-4 4.8.2. Metode Pengolahan Data ... IV-5 4.8.3. Analisis Pememcahan Masalah ... IV-4 4.9. Kesimpulan dan Saran ... IV-8 V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1 5.1. Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1. Data Standard Nordic Quistionare (SNQ) ... V-1 5.2.1.1. Sikap Kerja Operator I ... V-1 5.2.1.2. Sikap Kerja Operator II ... V-2 5.2.1.3. Sikap Kerja Operator III ... V-3 5.2.1.4. Sikap Kerja Operator IV ... V-3 5.2.1.5. Sikap Kerja Operator V ... V-4 5.2.1.6. Sikap Kerja Operator VI ... V-5 5.2.1.7. Sikap Kerja Operator VII ... V-7 5.2.1.8. Sikap Kerja Operator VIII ... V-7 5.2.1.9. Sikap Kerja Operator IX ... V-7 5.2.1.10. Sikap Kerja Operator X ... V-8 5.2.1.11. Sikap Kerja Operator XI ... V-9 5.2.1.12. Sikap Kerja Operator XII... V-9 5.2.1.13. Sikap Kerja Operator XIII ... V-10


(10)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

5.1.2. Sikap Kerja Pengutip Berondolan Dengan Alat Bantu ... V-15 5.1.3. Fasilitas Kerja Aktual ... V-15 5.1.3. Pengumpulan Data Beban Kerja ... V-16 5.2. Pengolahan Data... V-19 5.2.1. Penilaian Biomekanika Operator Secara Manual ... V-19 5.2.1.1. Penilaian Biomekanika Operator I ... V-20 5.2.1.2. Penilaian Biomekanika Operator II ... V-24 5.2.1.3. Penilaian Biomekanika Operator III ... V-28 5.2.1.4. Penilaian Biomekanika Operator IV ... V-30 5.2.1.5. Penilaian Biomekanika Operator V ... V-39 5.2.1.6. Penilaian Biomekanika Operator VI ... V-47 5.2.1.7. Penilaian Biomekanika Operator VII ... V-51 5.2.1.8. Penilaian Biomekanika Operator VIII ... V-54 5.2.1.9. Penilaian Biomekanika Operator IX ... V-56 5.2.1.10. Penilaian Biomekanika Operator X ... V-61 5.2.1.11. Penilaian Biomekanika Operator XI ... V-63 5.2.1.12. Penilaian Biomekanika Operator XII ... V-65 5.2.1.13. Penilaian Biomekanika Operator IX ... V-67 5.2.2. Pengukuran Produktivitas Secara Manual... V-74 5.2.3. Penilaian Beban Kerja ... V-19

5.3. Penilaian Biomekanika Dengan Alat Bantu ... V-80 5.3.1. Pengukuran Produktivitas Dengan Alat Bantu ... V-88

VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL ... VI-1 6.1. Analisis Kondisi Kerja Aktual ... VI-1

6.1.1. Analisis Tingkat Keluhan Muskuloskeletal berdasarkan

SNQ ... VI-1 6.1.2. Analisis Biomekanika... VI-2 6.1.3. Analisis Produktivitas... VI-2 6.2. Pemecahan Masalah ... VI-4 6.2.1. Analisis Kondisi Kerja Perbaikan ... VI-6 6.2.2. Analisis Produktivitas Setelah Perbaikan ... VI-7 VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1 7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-3 DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Daftar Tenaga Kerja ... II-11 3.1. Model Data Antropometri Manusia ... III-4 3.2. Kategori Beban Kerja Berdasarkan Metabolisme, Respirasi, Suhu

Tubuh dan Denyut Jantung ... III-25 3.3. Konsumsi Oksigen Maksimum (VO2 max) mL/(Kg-min) ... III-25 3.4. Klasifikasi Berat Ringan Beban Kerja Berdasar % CVL ... III-27 3.5. Pengeluaran Energi Dengan Sikap Kerja yang Berbeda ... III-33 4.1. Instrumen Penelitian ... IV-3 5.1. Rekapitulasi Data SNQ Operator Pengutipan Berondolan Kelapa

Sawit ... V-11 5.2. Persentasi Kategori Sakit dari Data SNQ ... V-13 5.3. Persentasi Kategori Sangat Sakit dari Data SNQ ... V-14 5.4. Data Denyut Nadi Kegiatan Pengutipan Berondolan Kelapa Sawit ... V-18 5.5. Rekapitulasi SNQ sangat sakit dan Segmen Tubuh ... V-19 5.6. Perbandingan Total Gaya Otot (Fm) Setiap Operator Dengan

Kategori Tingkat Pekerjaan untuk Aktivitas Pengutipan

Berondolan Kelapa Sawit... V-74 5.7. Energi yang dibutuhkan Setiap Operator Saat Melakukan

Aktivitas Pengutipan Berondolan ... V-76 5.8. Waktu Istirahat yang Dibutuhkan Setiap Operator ... V-79


(12)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

6.1. Perbandingan Total Gaya Otot (Fm) Setiap Operator Dengan Kategori Tingkat Pekerjaan untuk Aktivitas Pengutipan

Berondolan Kelapa Sawit... VI-3 6.2. Perbandingan Total Gaya Otot (Fm) Setiap Segmen Tubuh

Operator Pertama Pada Aktivitas Pengutipan Berondolan Kelapa


(13)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi PTPN III Kebun Rambutan ... II-3 2.2. Blok Diagram Tahapan Proses Pengutipan Berondolan Kelapa

Sawit ... II-13 3.1. Model dan Free-body Diagram Perkiraan Bahu dan Lengan ... III-7 3.2. Model dan Free-body Diagram Perkiraan Panggul dan Kaki ... III-10 3.3. Model dan Free-body Diagram Perkiraan Lutut dan Kaki Bagian

Depan ... III-12 3.4. Model dan Free-body Diagram Perkiraan Punggung ... III-15 3.5. Sistematika Peningkatan Produktivitas ... III-18 4.1. Contoh Area Pengutipan Berondolan Kelapa Sawit ... IV-1 4.2. Kerangka Konseptual ... IV-4 4.3. Blok Diagram Metodologi Penelitian ... IV-7 5.1. Pengutipan Berondolan Kelapa Sawit Operator I Dengan Cara

Jongkok dan Posisi Kaki Stabil ... V-2 5.2. Pengutipan Berondolan Kelapa Sawit Operator II Dengan Cara

Jongkok dan Posisi Kaki Tidak Stabil ... V-2 5.3. Pengutipan Berondolan Kelapa Sawit Operator III Dengan Cara

Jongkok dan Posisi Kaki Stabil ... V-3 5.4. Pengutipan Berondolan Kelapa Sawit Operator IV Dengan Cara

Jongkok dan Posisi Kaki Tidak Stabil ... V-4 5.5. Pengutipan Berondolan Kelapa Sawit Operator IV Dengan Cara

Jongkok dan Posisi Kaki Stabil ... V-4 5.6. Pengutipan Berondolan Kelapa Sawit Operator V Dengan Cara

Jongkok dan Posisi Kaki Tidak Stabil ... V-5 5.7. Pengutipan Berondolan Kelapa Sawit Operator V Dengan Cara

Jongkok dan Posisi Kaki Stabil ... V-5 5.8. Pengutipan Berondolan Kelapa Sawit Operator VI Dengan Cara


(14)

DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)

GAMBAR HALAMAN

5.9. Pengutipan Berondolan Kelapa Sawit Operator VI Dengan Cara

Jongkok dan Posisi Kaki Stabil ... V-6 5.10. Pengutipan Berondolan Kelapa Sawit Operator VII Dengan Cara

Jongkok dan Posisi Kaki Stabil ... V-7 5.11. Pengutipan Berondolan Kelapa Sawit Operator VIII Dengan Cara

Jongkok dan Posisi Kaki Stabil ... V-7 5.12. Pengutipan Berondolan Kelapa Sawit Operator IX Dengan Cara

Jongkok dan Posisi Kaki Tidak Stabil ... V-8 5.13. Pengutipan Berondolan Kelapa Sawit Operator IX Dengan Cara

Jongkok dan Posisi Kaki Stabil ... V-8 5.14. Pengutipan Berondolan Kelapa Sawit Operator X Dengan Cara

Jongkok dan Posisi Kaki Tidak Stabil ... V-9 5.15. Pengutipan Berondolan Kelapa Sawit Operator XI Dengan Cara

Jongkok dan Posisi Kaki Tidak Stabil ... V-9 5.16. Pengutipan Berondolan Kelapa Sawit Operator XII Dengan Cara

Jongkok dan Posisi Kaki Stabil ... V-10 5.17. Pengutipan Berondolan Kelapa Sawit Operator X Dengan Cara

Jongkok dan Posisi Kaki Tidak Stabil ... V-10 5.18. Grafik Rekapitulasi Persentasi Sakit dan Sangat Sakit Dari Data

SNQ ... V-14 5.19. Pengutipan Berondolan Kelapa Sawit Operator I DenganMenggunakan Alat Bantu ... V-15 5.20. Fasilitas Kerja Aktual ... V-16 5.21. Skema Prosedur Pengumpulan Data Denyut Nadi Operator ... V-17 5.22. Free Body Diagram Bagian Bahu Kanan Sampai Lengan Kanan


(15)

DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)

GAMBAR HALAMAN

5.23. Free Body Diagram Bagian Lutut dan Kaki Bagian Depan

Operator I untuk Cara Pengutipan Jongkok dan Posisi Kaki Stabil ... V-22 5.24. Free Body Diagram Bagian Bahu Kanan Sampai Lengan Kanan

Operator II untuk Cara Pengutipan Jongkok dan Posisi Kaki

Tidak Stabil ... V-24 5.25. Free Body Diagram Bagian Lutut dan Kaki Bagian Depan

Operator II untuk Cara Pengutipan Jongkok dan Posisi Kaki

Tidak Stabil ... V-26 5.26. Free Body Diagram Bagian Bahu Kanan Sampai Lengan Kanan

Operator III untuk Cara Pengutipan Jongkok dan Posisi Kaki

Stabil... V-29 5.27. Free Body Diagram Bagian Bahu Kanan Sampai Lengan Kanan

Operator IV untuk Cara Pengutipan Jongkok dan Posisi Kaki

Tidak Stabil ... V-31 5.28. Free Body Diagram Bagian Lutut dan Kaki Bagian Depan

Operator IV untuk Cara Pengutipan Jongkok dan Posisi Kaki

Tidak Stabil ... V-33 5.29. Free Body Diagram Bagian Bahu Kanan Sampai Lengan Kanan

Operator IV untuk Cara Pengutipan Jongkok dan Posisi Kaki

Stabil... V-35 5.30. Free Body Diagram Bagian Lutut dan Kaki Bagian Depan

Operator IV untuk Cara Pengutipan Jongkok dan Posisi Kaki


(16)

DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)

GAMBAR HALAMAN

5.31. Free Body Diagram Bagian Bahu Kanan Sampai Lengan Kanan Operator V untuk Cara Pengutipan Jongkok dan Posisi Kaki

Tidak Stabil ... V-39 5.32. Free Body Diagram Bagian Lutut dan Kaki Bagian Depan

Operator V untuk Cara Pengutipan Jongkok dan Posisi Kaki

Tidak Stabil ... V-41 5.33. Free Body Diagram Bagian Bahu Kanan Sampai Lengan Kanan

Operator V untuk Cara Pengutipan Jongkok dan Posisi Kaki

Stabil... V-43 5.34. Free Body Diagram Bagian Lutut dan Kaki Bagian Depan

Operator V untuk Cara Pengutipan Jongkok dan Posisi Kaki

Stabil... V-45 5.35. Free Body Diagram Bagian Lutut dan Kaki Bagian Depan

Operator VI untuk Cara Pengutipan Jongkok dan Posisi Kaki

Tidak Stabil ... V-47 5.36. Free Body Diagram Bagian Lutut dan Kaki Bagian Depan

Operator VI untuk Cara Pengutipan Jongkok dan Posisi Kaki

Stabil... V-50 5.37. Free Body Diagram Bagian Panggul dan Kaki Operator VII untuk

Cara Pengutipan Jongkok dan Posisi Kaki Stabil... V-52 5.38. Free Body Diagram Bagian Bahu Kanan Sampai Lengan Kanan

Operator VIII untuk Cara Pengutipan Jongkok dan Posisi Kaki

Stabil... V-54 5.39. Free Body Diagram Bagian Lutut dan Kaki Bagian Depan

Operator IX untuk Cara Pengutipan Jongkok dan Posisi Kaki


(17)

DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)

GAMBAR HALAMAN

5.40. Free Body Diagram Bagian Lutut dan Kaki Bagian Depan Operator IX untuk Cara Pengutipan Jongkok dan Posisi Kaki

Stabil... V-59 5.41. Free Body Diagram Bagian Bahu Kanan Sampai Lengan Kanan

Operator X untuk Cara Pengutipan Jongkok dan Posisi Kaki

Tidak Stabil ... V-61 5.42. Free Body Diagram Bagian Bahu Kanan Sampai Lengan Kanan

Operator XI untuk Cara Pengutipan Jongkok dan Posisi Kaki

Tidak Stabil ... V-63 5.43. Free Body Diagram Bagian Lutut dan Kaki Bagian Depan

Operator XII untuk Cara Pengutipan Jongkok dan Posisi Kaki

Stabil... V-65 5.44. Free Body Diagram Bagian Bahu Kanan Sampai Lengan Kanan

Operator XIII untuk Cara Pengutipan Jongkok dan Posisi Kaki

Stabil... V-68 5.45. Free Body Diagram Bagian Lutut dan Kaki Bagian Depan

Operator XIII untuk Cara Pengutipan Jongkok dan Posisi Kaki

Stabil... V-69 5.46. Free Body Diagram Bagian Lutut dan Kaki Bagian Punggung

Operator XIII untuk Cara Pengutipan Jongkok dan Posisi Kaki

Stabil... V-72 5.47. Grafik Energi yang Dibutuhkan Operator Saat Melakukan

Aktivitas Pengutipan Berondolan Kelapa Sawit ... V-74 5.48. Grafik Energi yang Dikeluarkan Operator ... V-77 5.49. Desain Alat Dengan Menggunakan Software 3D Studio Max 2012 ... V-80


(18)

DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)

GAMBAR HALAMAN

5.50. Free Body Diagram Bagian Bahu Kanan dan Lengan Kanan

Operator I ... V-81 5.51. Free Body Diagram Bagian Panggul dan Kaki Operator I ... V-83 5.52. Free Body Diagram Bagian Lutut dan Kaki Bagian Depan

Operator I ... V-85 5.53. Free Body Diagram Punggung Operator I... V-86 6.1. Aktivitas Kerja Pengutipan Berondolan Kelapa Sawit dengan

Cara jongkok Posisi Kaki Stabil (a) dan Cara Jongkok Dengan

Kaki Tidak Stabil (b) ... V-2 6.2. Grafik Energi Yang Dibutuhkan Setiap Operator Saat Melakukan

Aktivitas Pengutipan Berondolan Kelapa Sawit ... V-4 6.3. Rancangan Alat Bantu Pengutip Berondolan Kelapa Sawit ... V-5 6.4. Aktivitas Kerja Dengan Menggunakan Alat Bantu ... VI-6


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Standard Nordic Qustionare (SNQ) ... L-1 2. Tabel Perhitungan Biomekanika Setiap Segmen Tubuh Buruh

Panen ... L-2 3. Tabel Perubahan Sudut Terhadap Energi Buruh Panen ... L-3 4. Tabel Nilai Sudut ... L-4 5. Form Tugas Akhir ... L-5 6. Surat Penjajakan ... L-6 7. Surat Balasan Perusahaan ... L-7


(20)

ABSTRAK

Penelitian ini berfokus pada pengamatan biomekanika pada buruh panen berondolan kelapa sawit pada area perkebunan milik PTPN III Kebun Rambutan. sikap kerja dalam pengutipan berondolan tersebut umumnya dalam keadaan jongkok dan membungkuk yang cenderung membutuhkan energi yang meningkat dan kelelahan otot. Fasilitas kerja yang tidak mendukung juga akan menimbulkan kelelahan kerja, karena banyaknya energi yang dibutuhkan sehingga produktivitas pengutipan berondolan kelapa sawit menurun.

Untuk mengetahui keluhan sakit pada otot yang dirasakan buruh panen berondolan maka digunakan Standard Nordic Qustionare (SNQ) keluhan sakit dirasakan pada segmen tubuh bagian bahu dan lengan kanan 61,5%, lutut dan kaki bagian depan 46,15%, panggul dan kaki 0,7%, dan bagian punggung 0,7% dan dilakukan perhitungan produktivitas awal dengan tujuan membandingkannya dengan setelah perbaikan.Berdasarkan tingkat keluhan yang dirasakan buruh panen maka dilakukan perhitungan pembebanan dan energi pada otot dengan menggunakan meetode biomekanika.

Hasil dari analisis biomekanika menunjukkan adanya kelelahan otot pada setiap segmen tubuh yang mengalami keluhan sakit yang berpotensi menimbulkan cedera pada struktur otot buruh panen. Usulan alat bantu diberikan untuk mengurangi level risiko kelelahan pada otot sehingga diperoleh penurunan kelelahan otot pada bahu dan lengan kanan 33,8%, Lutut dan kaki bagian depan 10%, panggul dan kaki 35,15% dan punggung 15,5%. Produktivitas pengutipan berondolan juga mengalami peningkatan sebesar 25%.

Kata Kunci : Biomekanika, Produktivitas, Standard Nordic Qustionare, Kelelahan otot.


(21)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.1. Latar Belakang Masalah

Pekerjaan manual (manual task) dapat diartikan sebagai pekerjaan yang meliputi kegiatan mengangkat (lifting), mendorong (pushing), menarik (pulling), membawa (carrying), memindahkan (moving), atau memegang (holding) suatu benda/item. Beberapa pekerjaan manual dilakukan dengan cara yang berbahaya yang dapat menyebabkan keluhan pada otot. Dalam upaya mengetahui dan meminimumkan kelelahan serta risiko cedera tulang dan otot saat bekerja, maka diperlukan perancangan atau penambahan fasilitas dan stasiun kerja seergonomis mungkin. Salah satu penerapannya dapat dilakukan dengan cara analisis biomekanika.

Pengaruh kelelahan otot akibat sikap kerja yang tidak ergomis

ditunjukkan pada riset “The Prevalence of Musculoskeletal Disorder and

Association With Productivity Loss: A Preliminary Study Among Labour Intensive Manual Harvesting Activities in Oil Palm Plantation” (Yee Guan, 2013) Keluhan MSDs terjadi pada operator akibat beban kerja yang berlebihan dimana yang menjadi objek penelitian adalah pemanen di perkebunan kelapa sawit Malaysia. Penelitian dilakukan terhadap pemanen kelapa sawit yang sifat pekerjaannya secara berulang-ulang (repetitif). Instrumen yang digunakan adalah Sta ndard Nordic Qustionare (SNQ) untuk mengidentifikasi risiko kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya signifikansi kelelahan otot terhadap produktivitas


(22)

pemanen di perkebunan kelapa sawit Malaysia. Penelitian menunjukkan adanya produktivitas kerja yang menurun akibat keluhan pada otot yang diselesaikan dengan menggunakan metode biomekanika, dimana produktivitas juga mengalami penurunan sebesar 2,09 %.

Pengaruh kelelahan otot terhadap produktivitas ditunjukkan pada riset

“Evaluasi Ergonomi Biomekanika Terhadap Kenyamanan Kerja Pada Perajin

Gerabah Kasongan Yogyakarta” (Dyah Santi, 2013). Hasil riset menunjukkan

adanya keluhan akibat pembebanan tubuh operator perajin gerabah. Keluhan umumnya dirasakan selama melakukan aktivitas. Hal ini mengidentifikasikan bahwa fasilitas kerja aktual tidak ergonomis dan harus segera dibenahi dan dilakukan perancangan alat bantu dengan tujuan memperkecil resiko cedera yang diketahui dengan melakukan perhitungan biomekanika pada segmen tubuh operator.

Pada penelitian ini analisis biomekanika dilakukan pada buruh panen berondolan kelapa sawit yang diamati di Afdeling VII PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rambutan yang memiliki luas sekitar 541,22 Ha. Afdeling VII Kebun Rambutan memiliki 13 buruh panen untuk lahan kelapa sawit. Proses pengutipan brondolan kelapa sawit dilakukan secara manual dengan sebuah karung dan kemudian membawanya ke tempat pengumpulan hasil (TPH). Proses pengutipan brondolan kelapa sawit dilakukan dengan postur jongkok, membungkuk dan kemudian berdiri secara berulang–ulang hampir selama 6 jam tiap harinya. Kondisi jongkok yang berulang-ulang menyebabkan buruh panen cenderung mengalami kelelahan pada otot. Hal ini terlihat dari seringnya buruh panen


(23)

brondolan mengurut pinggang dan lamanya buruh panen brondolan untuk berdiri tegak dari posisi jongkok atau membungkuk.

Dalam upaya mengurangi kelelahan buruh panen berondolan, salah satu perusahaan manufaktur di Malaysia telah memproduksi alat bantu pengutip berondolan yang dipasarkan di kota Medan. PTPN III telah memiliki alat bantu tersebut sebanyak satu unit tetapi belum dilakukan uji coba di lapangan. Di lain sisi, pihak Bidang Rekayasa Teknologi dan Pengelolaan Lingkungan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) juga ingin melakukan uji coba terhadap alat bantu tersebut untuk mendapatkan analisis secara akademis dan mengetahui keuntungan maupun kelemahan penggunaan alat bantu pengutip berondolan tersebut. Oleh karena itu, Pihak PPKS bekerja sama dengan tim peneliti melakukan uji coba alat bantu tersebut. Diharapkan dalam penelitian ini resiko kelelahan otot buruh panen berondolan kelapa sawit dapat diturunkan. Berdasarkan pengamatan pendahuluan terhadap lima orang buruh panen dengan menggunakan Standard Nordic Quistionaire (SNQ) diperoleh bahwa terjadi kelelahan pada otot lengan, otot kaki, otot pinggang serta lutut. Pembebanan yang berlebihan dan waktu lama dalam melakukan aktivitas pengutipan berondolan mengakibatkan kelelahan pada otot dan energi otot yang berlebihan, sehingga dalam penelitian akan dilakukan analisis terhadap energi yang dibutuhkan otot buruh panen berondolan dengan menggunakan metode biomekanika.

Para buruh panen biasanya dapat mengutip berondolan sekitar 70 sampai 80 Kg per hari secara manual. Penggunaan alat bantu dalam mengutip berondolan diharapkan dapat membantu buruh panen dalam meningkatkan produktivitas


(24)

kerja. Produktivitas dapat ditingkatkan apabila fasilitas kerja yang tersedia sesuai dengan sikap tubuh yang ergonomis sehingga buruh panen dapat bekerja dengan efektif, aman, sehat, nyaman, dan efisien (EASNE).

1.2. Rumusan Masalah

Permasalahan yang terjadi pada PTPN III Kebun Rambutan adalah sikap kerja yang tidak ergonomis dan pembebanan tubuh yang berlebihan saat melakukan aktivitas pengutipan berondolan kelapa sawit sehingga membutuhkan energi otot yang besar dan diperlukan adanya perbaikan fasilitas kerja.

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini merupakan road map penelitian dengan topik ergonomi kelapa sawit. Road map penelitian ini menganalisis sikap kerja buruh panen dan lingkungan kerja pada proses pengutipan brondolan di PT. Perkebunan Nusantara Sumatera Utara yang diketuai oleh pembimbing II. Adapun ruang lingkup penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 1.1.


(25)

Ergonomi Kelapa Sawit

Layout Pabrik Alat-Alat Bantu

Pengutip Berondolan Analisis Biomekanika

Pengutip Berondolan Postur Kerja

Pengutip Berondolan

Peta Kerja Waktu Standart Ergonomi Kebun Kelapa

Sawit

Ergonomi Pabrik Kelapa Sawit

Ruang Lingkup yang diteliti di Tugas Akhir ini

Gambar 1.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian pada tugas akhir ini merupakan analisis biomekanika terhadap buruh panen pengutip berondolan. Analisis biomekanika dilakukan untuk membandingkan penilaian energi otot yang dibutuhkan buruh panen secara manual dan dengan menggunakan alat bantu. Penilaian energi otot pada buruh panen dilakukan untuk mengendalikan resiko kerja yang diakibatkan oleh sikap tubuh yang tidak ergonomis. Usulan alat bantu dilakukan untuk mengurangi besarnya energi otot yang dibutuhkan buruh panen dan diharapkan mampu meningkatkan produktivitas.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menurunkan energi otot yang dibutuhkan oleh buruh panen saat melakukan aktivitas dengan memberikan usulan alat bantu.


(26)

1.5. Asumsi dan Batasan Masalah

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian adalah:

1. Buruh panen yang diteliti berada dalam kondisi yang sehat, tidak berada dalam tekanan dan bekerja secara normal.

2. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berada pada kondisi baik dan sesuai standar.

3. Prosedur kerja tidak mengalami perubahan selama penelitian berlangsung.

4. Buruh panen yang diamati sudah berpengalaman dan telah terbiasa dalam pekerjaanya.

5. Tempat kerja dan susunan fasilitas kerja tidak menjadi penghambat, artinya operator leluasa bekerja.

Batasan-batasan pada penelitian ini antara lain:

1. Penelitian dilakukan pada lahan kelapa sawit Afdeling VII PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rambutan.

2. Identifikasi keluhan sakit untuk setiap segmen tubuh hanya dilakukan pada saat buruh panen mengutip berondolan kelapa sawit.

3. Faktor lingkungan kerja tidak mempengaruhi hasil dari penelitian yang dilakukan.

4. Uji coba alat bantu hanya dilakukan kepada satu orang operator karena keterbatasan waktu dan kebijakan PTPN III.

5. Alat bantu usulan hanya dapat digunakan pada permukaan tanah yang datar.


(27)

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Memberi batuan kepada perusahaan dalam pengusulan alat bantu untuk menurunkan keluhan pada otot serta meningkatkan produktivitas.

2. Sebagai sarana bagi mahasiswa dalam menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang didapat semasa perkuliahan dan membandingkan antara teori yang diperoleh dengan kondisi aktual pada perusahaan. 3. Sebagai sarana yang dapat mempererat kerjasama antara perusahaan

dengan Departeman Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.

1.7. Sistematika Penulisan Laporan Tugas Sarjana

Sistematika penulisan laporan Tugas Akhir adalah sebagai berikut : Pada bab I Pendahuluan diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, ruang lingkup penelitian, tujuan penelitian, asumsi dan batasan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan tugas akhir.

Pada bab II Gambaran Umum Perusahaan, berisikan sejarah perusahaan, ruang lingkup bidang usaha, organisasi dan manajemen, struktur organisasi perusahaan, tenaga dan jam kerja perusahaan, dan proses pemanenan, serta beberapa hal yang mendukung mengenai PTPN III Kebun Rambutan.

Pada bab III Landasan Teori, Musculoskeletal Disorders (MSDs), teori-teori tentang biomekanika, produktivitas ergonomi dan pembebanan kerja.

Pada bab IV berisikan mengenai tempat dan waktu penelitian, subjek penelitian, jenis penelitian, teknik pengambilan sampel, sumber data, instrumen


(28)

penelitian, variabel penelitian, metode penelitian, kerangka konseptual, serta metode analisis dan pemecahan masalah.

Pada bab V Pengumpulan dan Pengolahan Data, berisi tentang pengumpulan data meliputi data keluhan operator, elemen kegiatan kerja aktual, fasilitas kerja aktual dan data denyut nadi setiap operator. Pengolahan data meliputi analisis perhitungan Fm (energi total otot) pada aspek biomekanika, perhitungan produktivitas kerja serta perhitungan aspek fisiologi setiap operator.

Pada bab VI Analisis dan Pemecahan Masalah, meliputi analisis mengenai kondisi kerja aktual (tingkat MSDs, perhitungan nilai Fm pada biomekanika, produktivitas ergonomi), rancangan fasilitas usulan, dan kondisi kerja setelah perbaikan (perbandingan kondisi kerja aktual dan usulan, perbandingan level risiko dan tindakan postur kerja aktual dan usulan, serta perbandingan nilai Fm, aktual dan usulan).

Pada bab VII Kesimpulan dan Saran, berisi rangkuman dari hasil penelitian serta saran yang bermanfaat untuk perusahaan dan penelitian selanjutnya.


(29)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan

Kebun Rambutan merupakan salah satu unit PTPN III Medan – Sumatera Utara, yang bergerak dalam usaha Perkebunan Karet dan Kelapa Sawit, serta mempunyai pabrik pengolahan Lateks Pekat dan dari sisa Lateks Pekat didapat produk yang masih mempunyai nilai jual yaitu Block Skim Rubber (BSR) dimana produk Lateks diolah di kebun sendiri. Kebun Rambutan berasal dari perkebunan milik Maatscappay Hindia Belanda di bawah naungan NV RCMA (Rubber Culltur Maatscappay Amsterdam) yang pada tahun 1958 dinasionalisasikan menjadi PPN baru cabang Sumatera Utara.

Dalam perkembanganya perkebunan ini telah beberapa kali mengalami perubahan nama, yaitu pada tahun 1961 menjadi PPN SUMUT IV, selanjutnya pada tahun pada tahun 1967 diubah menjadi unit kebun PT. Perkebunann V (Persero). Kemudian pada bulan April 1994 terjadi penggabungan antara PTP II, IV dan V, menjadi suatu perusahaan yang diberi nama PTP. Nusantara III (Persero) yang berkantor pusat di jalan Sei Batang Hari Medan, PT.PN III (PT. Perkebunan Nusantara III) Kebun Rambutan terdapat 8 wilayah kerja yang di bagi berdasarkan afdeling, luas dari ke delapan afdeling tersebuat berjumlan 4.329,75 Ha lahan kelapa sawit dan 1.372,5 Ha lahan dengan tanaman karet. Kebun Rambutan terletak di sekitar Kota Madya Tebing Tinggi. Jarak dari Kota Medan ± 70 Km dari medan dan berlokasi dalam dua kabupaten,yaitu Serdang Bedagai dan


(30)

Batu Bara. Sedangkan dari daerah Lubuk Pakam ± 31 Km, dan dari pusat Kota Tebing Tinggi ± 2 Km. Secara umum Kebun Rambutan berada pada ketinggian 18 m dari permukaan laut, dan bertofografi datar yang didominasi oleh jenis tanah podsolik merah kuning, Aluvial dan hidromorfik kelabu. curah hujan per tahun 1.300 - 2.100 mm, dan bulan basah ± 8 bulan serta bulan kering ± 4 bulan.

PTPN III Kebun Rambutan juga memiliki kesesuaian dokumen kepada konsumen dengan konsisten mengimplementasikan ISO.9002 (Manajemen Mutu) dan ISO 14000 (Manajemen Lingkungan), sehingga menghasikan produk -produk bermutu tinggi serta ramah linggkungan, disamping itu manajemen juga mempunyai komitmen yang tinggi terhadap keselamatan kerja karyawan dengan mengimplementasikan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) secara konsisten. Tanggung jawab PTPN III Kebun Rambutan mempunyai manajemen yang telah menyalurkan sebagian labanya untuk dana kemitraan dan bina lingkungan Comunity Development (CD) kepada masyarakat sekitar. Kemudian dalam rangka mewujudkan manusia yang sejahtera.

2.2 Ruang Lingkup Bidang Usaha

Pada PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rambutan terdiri Kebun kelapa sawit dan karet dari mulai tanam, perawatan sampai pemanenan dengan hasil: 1. Tandan Buah Segar (TBS)


(31)

2.3 Organisasi dan Manajemen

2.3.1 Struktur Organisasi Perusahaan

Untuk menjalankan kegiatannya, PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rambutan menggunakan struktur organisasi yang disusun sedemikian rupa sehingga jelas terlihat batasan- batasan tugas, wewenang dan tanggung jawab dari setiap personil dalam organisasi tersebut. Dengan demikian diharapkan adanya suatu kejelasan arah dan koordinasi untuk mencapai tujuan perusahaan dan masing-masing pegawai mengetahui dengan jelas darimana mendapatkan perintah dan kepada siapa harus bertanggung jawab atas hasil kerjanya.

Struktur organisasi yang dianut perusahaan ini adalah struktur organisasi lini atau garis. PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rambutan membuat pembagian tugas berdasarkan jenis pekerjaan atau fungsi, dimana kegiatan-kegiatan yang sejenis atau fungsi-fungsi manajemen yang sama dikelompokkan ke dalam satu kelompok kerja. Tugas, wewenang dan tanggung jawab berjalan vertikal menurut garis lurus mulai dari pimpinan tertinggi sampai pada bawahan masing-masing.

Struktur organisasi PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rambutan dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Manajer

Asisten Peng/Lab

PAPAM ATK KTU Asisten

Teknik

Asisten Tanaman Askep A Askep A


(32)

Struktur organisasi yang dianut perusahaan ini adalah struktur organisasi lini atau garis, hal ini dapat dilihat dari beberapa posisi seperti Askep, Papam, APK, KTU, Ast. Pengolahan dan Asisten Teknik bertanggung jawab penuh terhadap tugasnya yang dipertanggungjawabkan kepada Manager.

2.3.2 Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab

Tugas dan tanggung jawab dari berbagai jabatan yang terdapat dalam struktur organisasi dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Manajer

Tugas dan tanggung jawab Manajer yaitu:

a. Mengkoordinasikan penyusunan rencana anggaran belanja perusahaan. b. Menandatangani dan mengecek dokumen, formulir dan laporan sesuai

dengan sistem prosedur yang berlaku.

c. Mengarahkan kegiatan-kegiatan kepada Asisten. d. Melaporkan data serta kegiatan yang ada ke Direksi.

e. Menyusun dan melaksanakan kebijakan umum perkebunan sesuai dengan norma pedoman dan instruksi dari pimpinan umum.

f. Menelaah dan mendisposisi surat-surat masuk untuk penyelesaian selanjutnya.

g. Membina dan meningkatkan kesejahteraan sosial karyawan.

h. Membina suasana kekeluargaan dan kerja sama yang baik antara asisten, karyawan dan warga serta memelihara keamanan.


(33)

i. Membina dan mengawasi serta mempertanggung jawabkan jalannya koperasi.

2. Asisten Kepala (Askep)

Untuk wewenang Askep A dan Askep B berdasarkan luas wilayah yang dibagi menjadi wilayah A dan Wilayah B.

Adapun Tugas dan tanggung jawab Asisten Kepala yaitu: a. Menerima perintah dan tanggung jawab Manajer.

b. Mengkoordinasi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan Asisten. c. Melaporkan data serta kegiatan produksi pada Manajer.

d. Mengawasi kegiatan-kegiatan Asisten.

e. Mengajukan saran dan usulan untuk meningkatkan efesiensi pabrik 3. Asisten Pengolahan

Tugas dan tanggung jawab Asisten Pengolahan yaitu:

a. Menjamin bahwa kebijakan mutu dimengerti, diterapkan dan dipelihara seluruh mandor-mandor dan pekerja diproses pengolahan.

b. Membuat rencana pemakaian tenaga kerja, peralatan dan bahan-bahan kimia yang digunakan pada proses pengolahan sesuai dengan RKAP (Rencana Kerja Anggaran Pendapatan) dan penjabarannya ke RKO (Rencana Kerja Operasional).

c. Berusaha agar proses pengolahan dilakukan dipengolahan lateks pekat dan BSR efektif dan efisiensi supaya produktifitas dapat tercapai.


(34)

d. Mempersiapkan agenda meeting yang berhubungan dengan proses pengolahan seperti produksi, tenaga kerja, peralatan, bahan-bahan kimia yang digunakan.

e. Mengendalikan proses pengolahan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.

f. Pengawasan barang-barang yang dipasok pelanggan jangan sampai hilang atau rusak.

g. Melakukan pengawasan terhadap identifikasi dan mampu telusur yang berhubungan dengan proses pengolahan sampai pada final produk di gudang.

h. Melakukan adjustment sesuai dengan data-data yang telah diberikan oleh Asisten Laboratorium.

i. Melakukan pengawasan terhadap jumlah bahan baku yang diterima serta produksi yang dikirim.

j. Mengawasi penanganan dalam proses pengolahan dan final produksi sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan serta penanganan packing dan penyimpanannya.

k. Mengawasi dan mengevaluasi stock produksi yang ada di gudang atau storage tank.

l. Mengendalikan catatan mutu termasuk identifikasi, pengarsipan, pemeliharaan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.

m. Mengorganisasi audite diproses pengolahan sehingga Instruksi Kerja (IK) dapat dilaksanakan secara efektif.


(35)

n. Bertanggung jawab kebersihan terhadapa seluruh lingkungan pabrik. o. Bertanggung jawab terhadap pencapaian target produksi sesuai bahan

baku yang diterima.

p. Melakukan tindakan perbaikan pencegahan yang tidak sesuai yang ditentukan dalam IK.

q. Menandatangani dan mengevaluasi check sheet dalam proses pengolahan. r. Membuat laporan manajemen pengolahan.

s. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan untuk semua Mandor di proses pengolahan.

4. Asisten Tata Usaha dan Personalia

Tugas dan tanggung jawab Asisten Tata Usaha dan Personalia yaitu:

a. Mengkoordinir pekerjaan bidang personalia, umum, jamsostek/dapenbun dan bidang Laporan Peristiwa Masalah Umum (LPMU)/kependudukan. b. Menjamin bahwa semua personil dibagian personalia dan tata usaha

mengerti, menerapkan dan memelihara kebijakan mutu yang telah ditetapkan oleh Top Management.

c. Menjamin bahwa semua akt ifitas-aktifitas pelatihan dengan prosedur mutu dan catatan mutu yang telah didokumentasikan dan diterapkan sampai dengan efektif.

d. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan untuk semua personil yang ada di bagian personalia.


(36)

f. Mengkoordinir pelatihan termasuk fasilitas yang dilatih, pelatih dan mampu mempersiapkan materi pelatihan yang diterima pada bagian terkait.

g. Menyusun schedule tanggal pelatihan untuk disampaikan ke bagian terkait. h. Menjamin bahwa daftar hadir pelatihan, identifikasi kebutuhan pelatihan, sertifikat dan catatan-catatan mutu lainnya yang berhubungan dengan akifitas-aktifitas pelatihan dipelihara dan disimpan dengan baik di bagian personalia.

i. Membuat laporan bulanan pelatihan.

j. Melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan bila ada masalah yang berhubungan dengan personalia dan umum dengan persetujuan manajer. k. Mengkoordinir pekerjaan bidang administrasi dan keuangan.

l. Mengkoordinir proses pembukuan untuk laporan bulanan.

m. Mengkoordinir proses pembuatan RKAP/RKO bekerjasama dengan bagian terkait.

n. Melaksanakan evaluasi bulanan, semester dan tahunan.

o. Melaksanakan dan mengawasi proses permintaan barang, penyimpanan barang dan pengeluaran barang dari gudang.

p. Melaksanakan administrasi kas dan bank q. Melaksanakan dan mengawasi proses financial. r. Bertanggung jawab kepada Manajer.

5. Asisten Teknik


(37)

a. Menerapkan kepada personil yang ada di bawah naungan teknik, bahwa kebijakan mutu dimengerti/dipahami oleh seluruh karyawan bagian Teknik.

b. Menjamin bahwa semua aktivitas yang dilakukan di bagian teknik sesuai dengan prosedur mutu dan catatan mutu.

c. Mempersiapkan agenda meeting untuk tinjauan manajemen yang berhubungan dengan problem-problem Teknik.

d. Mengajukan permintaan bahan-bahan alat/mesin untuk kepentingan Teknik sesuai perencanaan yang telah dibuat.

e. Memelihara semua dokumen prosedur mutu dan catatan-catatan mutu di bagian Teknik.

f. Merencanakan semua peralatan/mesin-mesin untuk dipelihara baik secara rutin maupun break down maintenance.

g. Bertanggung jawab terhadap pemakaian spare part dan mencatatnya pada kartu onderdil.

h. Menandatangani laporan pemeliharaan rutin dan break down maintenance. i. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan terhadap semua personil yang ada

pada pengawasannya.

j. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kalibrasi alat-alat pemeriksaan pengukuran dan alat-alat uji yang digunakan di kebun.

k. Menindaklanjuti tindakan-tindakan perbaikan yang ditemukan pada temuan internal quality audit.


(38)

6. Asisten Tanaman

Tugas dan tanggung jawab Asisten Tanaman yaitu :

a. Bertanggung jawab atas keberhasilan dan peningkatan hasil kebun.

b. Membuat laporan hasil kebun yang dipertanggung jawabkan kepada manager.

c. Membuat agenda untuk perawatan dan pemupukan pada kebun. d. Memberikan instruksi dan program kerja pada mandor kebun 7. Papam

Tugas dan tanggung jawab Papam yaitu:

a. Bertanggung jawab terhadap keamanan pabrik, kebun dan kompleks karyawan.

b. Melakukan pengawasan terhadap keamanan aset perusahaan baik dari pabrik dan kantor

c. Melakukan dan membuat jadwal pengawasan kebun.

2.3.3 Tenaga Kerja dan Jam Kerja Perusahaan

Tenaga kerja pada PTPN III Kebun Rambutan pada bulan September 2009 berjumlah 1.210 orang, yang terdiri atas tenaga kerja pria dan wanita dengan tingkat pendidikan yang bervariasi dari SD, SLTP, SMU, dan Sarjana. Tenaga kerja pada perusahaan ini terdiri dari:

1. Tenaga kerja produktif langsung

Tenaga kerja produktif langsung adalah pekerja yang terlibat langsung dalam proses perawatan dan pemanenan Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit.


(39)

2. Tenaga kerja produktif tidak langsung

Tenaga kerja produktif tidak langsung maksudnya adalah tenaga kerja yang tidak terlibat langsung dalam proses produksi. Contohnya pegawai kantor, satpam, dll. Jumlah tenaga kerja PTPN III Kebun Rambutan dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Daftar Tenaga Kerja

No Uraian Jumlah Tenaga kerja

1 Manager 1 orang

2 Asistan Tanaman 8 orang

3 Asisten Pengolahan 1 orang

4 Asisten Teknik 1 orang

5 Asisten Tata Usaha 1 orang

6 Asisten Personalia 1 orang

7 Manajemen Kebun dan karyawan lain 1.197 orang

Jumlah 1.210 orang

Sumber : PTPN III Kebun Rambutan

Berdasarkan peraturan Departemen Tenaga Kerja yang menyatakan bahwa jam kerja seorang karyawan adalah 7 jam per hari dan 40 jam kerja per minggu sehingga selebihnya diperkirakan merupakan jam kerja lembur atau premi. Waktu kerja di PTPN III Kebun Rambutan terdiri atas tiga bagian yaitu waktu kerja pada karyawan bagian produksi dan waktu kerja karyawan pada bagian kantor dan kebun. Adapun pembagian waktu kerja tersebut adalah sebagai berikut:

a. Waktu kerja karyawan kantor Senin- Jumat : 07.00 – 16.00 Sabtu : 07.00 – 12.00 b. Waktu kerja karyawan produksi

Untuk karyawan produksi terbagi atas 2 shift, diamana waktu kerja efektif adalah 6 hari dengan jam kerja adalah 40 jam, yaitu:


(40)

Shift I : 07.00 – 16.00 WIB Shift II : 19.00 – 07.00 WIB c. Waktu kerja karyawan kebun

Untuk karyawan kebun waktu kerja efektif adalah dari pukul 07.00-12.00 pada Pemanen Kelapa Sawit (senin-sabtu) sedangkan untuk karyawan Penyadap Karet adalah pukul 07.00-12.00 (senin-minggu).

2.4 Proses Pemanenan

Adapun proses dari pemanenan Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit adalah sebagai berikut:

1. Pemanen menerima pengarahan dari mandor panen

2. Memeriksa buah / TBS matang panen memberondol secara alami

3. Memotong pelepah yang ad di bawah TBS matang dengan bekas potong membentuk tapak kuda miring ke luar dan rapat kebatang.

4. Mengegrek TBS yang matang panen.

5. Memotong tangkai TBS sependek mungkin dengan bentuk cangkep kodok / mulut ikan.

6. TBS yang beratnya > 30 kg harus di belah dua sehingga memudahkan peresapan uap pada rebusan masuk ke dalam tandan buah.

7. Memotong pelepah menjadi dua bagian dan menyusun potongan pelepah ke gawang mati sejajar dengan barisan tanaman.

8. Mengankat TBS dengan gancu dan memasukkan ke dalam angkong untuk diangkut ke TPH.


(41)

9. Mengutip semua brondolan dari piringan pokok, diluar piringan, di pasar pikul, diketiak pelepah dan memasukkan ke dalam goni untuk diangkut ke TPH.

Proses pemanenan Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa sawit sampai dengan pengutipan brondolan dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Memeriksa Buah / TBS

Memotong Pelepah

Mengegrek TBS yang matang panen

Memotong tangkai TBS

TBS yang berat > 30 kg dibelah menjadi dua bagian

Memotong pelepah menjdai dua bagian dan menyusun pelepah di gawang mati

Mengangkat TBS dengan gancu dan memasukkan ke dalam angkong untuk

diangkut ke TPH

Mengutip semua Brondolan dan memasukkan ke dalam goni untuk

diangkut ke TPH

Gambar 2.2. Block Diagram Tahapan Proses Pengutipan Brondolan Kelapa


(42)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Musculoskeletal Disorders (MSDs)1

Keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan sendi, ligamen, dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasa diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem musculoskeletal (Grandjean, 1993; Lemaster 1996).

Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : 1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat

otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan hilang apabila pembebanan dihentikan.

2. Keluhan menetap (permanent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebanan telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot terus berlanjut.

MSDs menjadi suatu masalah disebabkan karena:

a. Waktu kerja yang hilang karena sakit umumnya disebabkan penyakit otot rangka.

1


(43)

b. MSDs terutama yang berhubungan dengan punggung merupakan masalah penyakit akibat kerja yang penanganannya membutuhkan biaya yang tinggi.

c. MSDs menimbulkan rasa sakit yang amat sangat sehingga membuat pekerja menderita dan menurunkan produktivitas kerja.

d. Penyakit MSDs bersifat multi kausal sehingga sulit untuk menentukan proporsi yang semata-mata akibat hubungan kerja

e. MSDs dapat bermanifestasi dalam berbagai bentuk pada bagian tubuh dengan gejala yang berbeda-beda.

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa musculoskeletal disorder (MSDs) merupakan gangguan fungsi normal pada jaringan tubuh yang mencakup saraf, tendon, otot, dan struktur penunjang seperti discus invertebral. MSDs dapat bermanifestasi dalam berbagai bentuk pada bagian tubuh dengan gejala dan penyebab yang berbeda-beda.

3.2. Biomekanika2

Selama awal tahun 1970-an, komunitas internasional mengadopsi istilah biomekanika untuk menjelaskan tentang ilmu yang mempelajari tentang sistem biologis dari perspektif mekanika. Biomekanika menggunakan ilmu mekanika

2


(44)

yang merupakan cabang dari disiplin ilmu fisika yang mempelajari tentang gaya, untuk mempelajari fungsi anatomi dari makhluk hidup.

3.2.1. Pengertian Biomekanika

Biomekanika merupakan ilmu yang digunakan dalam pendekatan ergonomi dalam merancang dan menentukan sikap tubuh manusia dalam menjalani aktivitas dengan nyaman. Biomekanika membahas aspek-aspek dari gerakan tubuh manusia dan kombinasi antara keilmuan mekanika, antropometri, dan dasar ilmu kedokteran (biologi dan fisiologi). Biomekanika didefinisikan sebagai bidang ilmu aplikasi mekanika pada sistem biologi. Biomekanika menyangkut tubuh manusia dan hampir semua tubuh mahluk hidup. Biomekanika menggunakan prinsip-prinsip mekanika dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan struktur dan fungsi tubuh makhluk hidup.

Dalam upaya meminimumkan kelelahan dan risiko tulang dan otot dalam kondisi saat bekerja yang bersifat berulang (repetitive) diperlukan penempatan dan pengoperasian posisi yang harus diciptakan seergonomis mungkin, salah satu diantaranya dengan cara analisis dengan menggunakan biomekanika. Dengan menggunakan dan mengaplikasikan biomekanika, maka bisa ditentukan inklinasi (kemiringan) sudut posisi kaki atau tangan yang relatif terhadap horizontal agar gaya maksimum dapat diterapkan. Berdasarkan hal tersebut mampu ditentukan sikap tubuh saat bekerja yang nyaman dan pada level aman.


(45)

3.2.2. Klasifikasi Biomekanika3

Biomekanika adalah jabaran ilmu yang berhubungan dengan gaya dan pembebanan tubuh. Bimekanika dibagi atas beberapa bagian diantaranya adalah: 1. General Biomechanic

General Biomechanic adalah bagian dari biomekanika yang berbicara mengenai hukum dan konsep dasar yang mempengaruhi tubuh organic manusia baik dalam posisi diam maupun bergerak. Dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:

a). Biostatics mechanics adalah merupakan ilmu pengetahuan mengenai struktur organ-organ dalam hubungannya dengan gaya yang dihasilkan oleh interaksinya. Biostatics mechanics menunjukkan kebutuhan dasar untuk mengetahui gaya-gaya pada setiap segmen tubuh manusia. Elemen dasar dalam melakukan perhitungan gaya yang diperlukan adalah tinggi badan (H) dan berat badan (W) dan free body dikembangkan menjadi analisis dalam perhitungan. Berikut tabel 3.1 panjang dan berat setiap segmen tubuh manusia.

Tabel 3.1 Model Data Antropometri Manusia Segmen Tubuh Panjang Segmen

Tubuh (M)

Berat Segme Tubuh (Kg)

Kepala dan leher 0,17 0,08

Lengan dan tangan 0,2 0,02

Tabel 3.1 Model Data Antropometri Manusia (Lanjutan) Segmen Tubuh Panjang Segmen

Tubuh (M)

Berat Segme Tubuh (Kg)

Lengan atas 0,3 0,03

Lengan 0.4 0,05

Kepala, leher, dan kedua lengan - 0,18

Dada dan perut 0,3 0,36

3

Phillips A. Chandler. 1998. Human Factors Engineering. Gordon and breach. New York. Hal. 35-70


(46)

Panggul - 0,16

Kaki dan kaki bagian depan 0,29 0,05

Kaki bagian atas 0,24 0,1

Kaki 0,53 0,15

Kepala, leher, kedua lengan, perut, dan tiga perdelapan panggul

- 0,6

Satu kaki dan lima perdelapan panggul - 25

Biostatisc mechanics mempertimbangkan tubuh yang kaku dalam gerakan dua dimensi. Analisis akan mempertimbangkan ukuran tubuh sebagaimana gaya yang akan bertindak atas partikel-partikel berbeda supaya gaya eksternal akan diaplikasikan dalm poin yang berbeda. Tubuh dalam hal ini diasumsikan kaku, tubuh yang kaku merupakan salah satu yang tidak mengalami perubahan bentuk. Meskipun sejumlah deformasi selalu ada dalam sistem fisik yang nyata, pendekatan tubuh yang kaku tidak mempengaruhi sistem pusat keseimbangan tubuh. Prosedur umum untuk menganalisis gaya dan momen yang dihasilkan dalam tubuh yang kaku dalam dua dimensi untuk kondisi keseimbangan statis dapat dilakukan dengan :

1. Gambarkan diagram free-body setiap elemen tubuh yang terkait. 2. Tentukan titik koordinat x dan y dan tunjukkan arah positif untuk seiap

perpindahan translasi maupun rotasi.

3. Untuk free-body, aplikasikan kondisi yang dibutuhkan untuk keseimbangan perpindahan translasi maupun rotasi.

4. Selesaikan persamaan diatas secara simultan untuk parameter yang tidak diketahui.

Biostatisc mechanics dalam perhitungannya juga membutuhkan struktur pendukung sederhana, hubungan yang spesifik dan alalt-alat pendukung


(47)

digunakan dalam sistem mekanik teristimewa ketika menunjukkan hubungan analisis keseimbangan statis dari analisis sistem muskuloskeletal. Hubungan anatara yang dimaksud menggambarkan sebuah balok yang merupakan bagian setiap tubuh yang dihubungkan dengan balok lain atau segmen tubuh yang lain. Hal ini digunakan untuk mempermundah dalam setiap perhitungan dalam Biostatisc mechanics.

Biostatisc mechanics mengkaji tentang otot sebagai pusat dalam menghasilkan gaya, tujuan dari aplikasi faktor keteknikan manusia, sistem anatomi secara khusus akan fokus pada otot. Segmen dapat digolongkan menjadi lima, akan tetapi yang akan di bahas dalam perhitungan adalah segmen proximal dan segmen distal. Otot yang cedera adalah otot yang melewati persambungan. Salah satu ujungnya biasanya dihubungkan segmen proximal dan salah satu ujnungnya akan dihubungkan segmen distal. Keadaan seperti biasanya disebut dengan otot antagonis dimana persambungannya melewati titik asal proximal dan perpotongannya pada distal. Otot antagonis membangun sebuah gaya yang berlawanan. Dibeberapa model biostatis mekanik dari sisitem ototnya hanya satu yang dipresentasikan, ini akan menjadi sebuah fungsi yang otot agonist dimana gaya dalam yang dihasilkan akan berbeda antar struktur otot agonist dan strutur antagonis. Pada sistem biologi kontraksi secara simultan dari kedua otot agonist dan antagonis harus stabil pada persambunganya.

Sesudah menentukan anatomi dan merancang model analitis pada setiap segmen tubuh manusia, ahli human factor harus mmengidentifikasi aplikasi yang cocok agar mendapatkan informasi yang berguna untuk merancang dan


(48)

pembagunan proses. Untuk penilaian gaya yang diperlukan pada setiap segmen tubuh dapat dilihat sebagai berikut.

1. Bahu dan lengan

Sistem anatomi untuk bahu dan lengan adalah sebagai berikut: Segmen proksimal : scapula (tulang bahu)

Segmen distal : humerus (tulang depan) Persambungan : sambungan bahu Otot (aksi) : deltoid

Otot deltoid adalah yaitu otot yang terdapat pada penarikan lengan ketika seseorang mengangkat lengan dan saat akan menutup lengan tubuh. Model untuk bahu dan lengan dapat dilihat pada gambar 3.1. sebagai berikut.

Gambar 3.1 Model dan Free-body Diagram Perkiraan Bahu dan Lengan

Maka analisis perhitungan biomekanika pada operator saat melakukan aktivitas dapat dirumuskan sebagai berikut.

∑Fy = 0

Fm. sin ( α) + Ry – C – Wd = 0 ... (1)

∑Fx = 0


(49)

∑Ma = 0

[Fm. sin (α)] x AB – (C)(AC) – (Wd) (AD) = 0 ... (3) Dimana:

Fm = Gaya pada otot deltoid (Newton)

Ry = Gaya reaksi vertikal dari tubuh (Newton) Rx = Gaya reaksi horizontal dari tubuh (Newton) Wd = Berat Beban (Newton)

W = Berat Tubuh Operator (Newton)

A = Persendian antara bahu dengan lengan tangan B = Otot deltoid

C = Siku pada tangan D = Pergelangan tangan AB = 0,08 x (H)

AC = 0,20 x (H) AD = 0,40 x (H) 2. Panggul dan kaki

Sistem anatomi untuk panggul dan kaki adalah sebagai berikut: Segmen proksimal : Pelvis (tulang pelvis)

Segmen distal : Femur (tulang paha) Persambungan : Sendi panggul Otot (aksi) : Gluteus

Otot gluteus adalah yaitu otot yang terjadi pada saat perluasan lurusan kaki bagian luar dari sisi tubuh, seperti yang terlihat pada seseorang yang menendang bola kesampinng dengan menggunakan sisi kaki. Model untuk panggul dan kaki dapat dilihat pada gambar 3.2. sebagai berikut.


(50)

Gambar 3.2 Model dan Free-body Diagram Perkiraan untuk Panggul dan Kaki

Maka analisis perhitungan biomekanika pada operator saat melakukan aktivitas dapat dirumuskan sebagai berikut.

∑Fy = 0

Fm. sin (θ) - Ry – C + (W-θ) = 0 ... (4)

∑Fx = 0

-Rx + Fm. cos (θ) = 0 ... (5)

∑Ma = 0

-[Fm. sin (θ)] x [AB] + (C)(AB-AC) + (W) (AB) = 0 ... (6) Gaya reaksi yang bekerja pada panggul (Rh).

Rh= √Ry + Rx ... (7) Dimana:

Fm = Gaya pada otot gluteus (Newton)

Ry = Gaya reaksi vertikal dari tubuh (Newton) Rx = Gaya reaksi horizontal dari tubuh (Newton) Rh = Gaya reaksi pada panggul (Newton) H = Tinggi Badan


(51)

C = Bagian lutut (0,15 x W) D = Pergelangan kaki AB = 0,04 x H

AC = 0,05 x H AD = 0,10 x H

3. Lutut dan kaki bagian depan

Sistem anatomi untuk lutut dan kaki bagian depan adalah sebagai berikut: Segmen proksimal : Femur (tulang paha)

Segmen distal : Tibia dan fibula (tulang kering) Persambungan : Sendi lutut

Otot (aksi) : Kuadrisep

Otot kuadrisep adalah yaitu otot yang terjadi pada saat lutut kaki bertekuk (tumit belakang ke paha bagian belakang), memperpanjang kaki bagian depan (tulang garas). Model untuk lutut dan kaki bagian depan dapat dilihat pada gambar 3.3. sebagai berikut.

Gambar 3.3 Model dan Free-body Diagram Perkiraan untuk Lutut dan Kaki Bagian Depan

Maka analisis perhitungan biomekanika pada segmen tubuh bagian lutut dan kaki bagian depan adalah sebagai berikut.

θ = sin (��

� )


(52)

α = θ - ɸ

∑Fy = 0

-Fm. Sin α– A – B + Ry = 0 ... (8)

∑Fx = 0

Fm. cos α - Rx = 0 ... (9)

Sehingga:

∑Mc = 0

-Fm. Sin α[AC] x cos θ + (A). [AC] x cos θ –Fm cos α [AC] x sin θ +

(B). [AB] ). cos θ = 0 ... (10) Dimana:

Fm = Gaya pada otot kuadrisep (Newton)

Ry = Gaya reaksi vertikal pada persendian lutut (Newton) Rx = Gaya reaksi horizontal pada persendian lutut (Newton) R = Jarak langkah

A = Pangkal paha (N)

B = Titik tengah antara pangkal paha dan lutut ( N) C = Bagian lutut

D = Kaki bagian depan h = Jarak kaki dengan tanah AB = 0,12 x H

AC = 0,24 x H CD = 0,29 x H CE = R + CD AE = h + AC + CD AF = AE - CE ∆y = 0,03 x H 4. Bagian Punggung

Sistem anatomi untuk punggung adalah sebagai berikut: Segmen proksimal : Sacrum


(53)

Persambungan : Lumbo-sacral Otot (aksi) : Ektersor

Otot ektersor adalah yaitu otot yang terjadi pada perpanjangan tulang belakang seperti ketika berdiri lurus ke atas pada perhatian selama pemeriksaan militer. Model untuk punggung dapat dilihat pada gambar 3.4. sebagai berikut.

Gambar 3.4 Model dan Free-body Diagram Perkiraan untuk Bagian Punggung

Maka analisis perhitungan biomekanika pada segmen tubuh bagian lutut dan kaki bagian depan adalah:

β = θ - α

Fex = Fe. Cos β ... (11) Fey = Fe. Sin β ... (12)

∑Fy = 0

Ry – 0,36Wb – 0,882 Fe – 0,18Wb = 0

∑Fx = 0

Rx – 0,469 Fe = 0

∑Ma = 0

Fex (AC.Hb). Sin θ - Fey(AC.Hb). Cos θ – (B Wb).(AB.Hb) cos θ°-

(D.Wb).(AD.Hb). Cos θ = 0


(54)

(Fe. Cos β) (AC.Hb) sin θ – (Fe. Sin β) (AC.Hb). cos θ = (B Wb).(AB.Hb) cos θ°- (D.Wb).(AD.Hb). Cos θ

Maka dilakukan perhitungan untuk Ra dan Rs

Ra = Ry . sin θ + Rx . cos θ

Rs = -Rx . cos θ + Rx . sin θ

Dimana:

Fe = Gaya yang dibutuhkan operator (Newton) Ra = Reaksi gaya aksial (Newton)

Rs = Reaksi gaya geser (Newton) W = Berat tubuh

H = Tinggi badan

A = Thoracolumbar spine

B = Titik pemberatan tubuh (0,38 x W) C = Otot erector spinae

D = Lower ribs (0,18 x W) AC = 0,2 x H

AB = 0,15 x H AD = 0,30 x H

α = 13°

θ = Sudut yang dibentuk pada posisi thoracolumbar spine

b). Biodinamic adalah bagian dari biomekanik umum yang berkaitan dengan gambaran gerakan – gerakan tubuh tanpa mempertimbangkan gaya yang terjadi (kinematik) dan gerakan yang disebabkan gaya yang bekerja dalam tubuh (kinetik).

2. Occupational Biomechanic

Didefinisikan sebagai bagian dari biomekanik terapan yang mempelajari interaksi fisik antara pekerja dengan mesin, material dan peralatan dengan tujuan


(55)

untuk meminimumkan keluhan pada sistem kerangka otot agar produktivitas kerja dapat meningkat.

Dalam biomekanika ini banyak melibatkan bagian bagian tubuh yang berkolaborasi untuk menghasilkan gerak yang akan dilakukan oleh organ tubuh yakni kolaborasi antara Tulang, Jaringan penghubung (Connective Tissue) dan otot.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan fungsi dari biomekanika adalah sebagai berikut :

1. Dengan mengaplikasikan ilmu biomekanika, dapat dinyatakan besarnya gaya otot yang diperlukan oleh seorang operator dalam menyelesaikan pekerjaan dengan menggunakan prinsip-prinsip fisika dan mekanika.

2. Dengan mengaplikasikan ilmu biomekanika, dapat diketahui dan memahami serta dapat menentukan sikap kerja yang berbeda yang menghasilkan kekuatan atau tingkat produktivitas yang terbaik.

3. Dengan mengaplikasikan ilmu biomekanika, dapat dievaluasi pekerjaan operator sehingga dapat menghasilkan cara kerja yang lebih baik yang meminimumkan gaya dan momen yang dibebankan pada operator supaya tidak terjadi kecelakaan kerja.

4. Dengan mengaplikasikan ilmu biomekanika, dapat ditentukan perancangan sistem kerja dengan pertimbangan dari gerakan-gerakan tubuh manusia/pekerja.


(56)

3.3. Meningkatkan Produktivitas4

Kita semua yakin dan sadar bahwa untuk menghasilkan suatu produk berbentuk barang atau jasa harus terlenih dahulu menyediakan sarana dan sumber daya. Dengan sarana dan sumberdaya tersebut kita akan melakukan proses sedemikian rupa, sehingga mencapai seperti yang kita harapkan.

Gambar 3.5. Sistematika Peningkatan Produktivitas

Keluaran apa yang di inginkan, proses mana yang dipilih dan masukan apa yang diperlukan harus dipertimbangkan dengan seksama agar serasi dengan situasi dan kondisi yang memegang peranan dalam sistem tersebut.

3.3.1. Efektivitas dan Efisiensi

Banyak alternatif metode, teknik, prosedur atau teknologi yang dapat diterapkan untuk mengejar tercapainya sasaran. Dan dari banyak alternatif dan metode itu, harus dipilih alternatif mana yang mampu tepat mengenai sasaran. Oleh karena itu harus memilih dan menemukan metode dan alternatif yang paling efektif. Bagaimana sekarang mengenai masalah masukan bagi metode kerja tersebut yang bisa berupa barang, orang, uang, waktu, energi dan lain sebagainya. Tentunya adalah jumlah yang sedikit namun memadai yang ekonomis dan efisien. Metode yang bisa menghasilkan keluaran bisa disebut dengan produktif, yang

4

Satrowinoto, suyatno. Meningkatkan Produktivitas Dengan Ergonomi (Jakarta : PT Pertja,


(57)

dapat mencapai sasaran keluaran dengan tepat kita sebut efektif dan yang memerlukan masukan yang sedikit disebut dengan efisien.

3.3.2. Wahana Peningkatan Produktivitas

Berikut ini beberapa wahana peningkatan produktivitas yang telah dilakukan sampai saat ini:

1. Studi kerja atau penelitian kerja atau telaah kerja (Work Study) yang terbagi atas:

a. Telaah Metode, berupaya untuk meneliti metode yang sedang terjadi, kemudian menemukan meteode yang terpilih untuk mencapai dan memperbesar keluaran.

b. Pengukuran kerja (work measurent) berupaya untuk mengetahui kecepatan kerja, kemudian menemukan prosedural untuk menerampilkan tenaga kerja agar dapat bekerja lebih cepat.

c. Sampel kegiatan atau percontohan kegiatan (work sampling dan activity sampling) berupaya untuk mengetahui persentasi waktu yang produktif dari tenaga kerja, mesin dan perkakas kemudian dilakukan pembaharuan dalam tenaga kerja, mesin, perkakas untuk waktu kerja yang lebih efektif.

2. Keselamatan Kerja (Occupational Safety)

Berupaya meneliti situasi kerja, kemudian menemukan cara untuk menghindarkan, menghilangkan hal-hal yang dapat mengakibatkan kecelakaan dan akan meningkatkan produktivitas kerja. Setiap kecelakaan


(58)

yang rusak akan berhenti beroperasi, operator yang cedera atau kecelakaan harus disembuhkan kembali atau harus menggantikannya dengan operator baru yang mungkin belum cukup terampil.

3. Kesehatan Kerja (Occupational Health)

Berupaya untuk meneliti kondisi kerja kemudian menghilangkan hal-hal yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan pada karyawan.

4. Keamanan Lingkungan Kerja (Security)

Berupaya meneliti dan memperbaiki segenap saran untuk menjaga jangan sampai terjadi musibah yang berupa kebakaran, banjir, samabr petir kebocoran listrik dan sebagainya. Samapah limbah dan buangan harus dikendalikan agar tidak membahayakan karyawan maupun mencemari masyrakat disekitar perusahaan.

5. Ergonomi

Melakukan studi ilmiah mengnai kaitan anatara orang dengan lingkungan kerja (the scientific study of the relationship between man and his working environment) yang dimaksud lingkungan kerja adalah alata perkakas dan bahan pada lingkungan dimana operator bekerja, metode kerja, pengaturan kerja yang baik sebagai perorangan maupun kelompok. Keseluruhan alat-alat tersebut sering juga disebut sistem kerja. Karena itu hakikat dari ergonomi adalah:

a. Meneliti kemampuan dan keterbatasan manusia secara fisik maupun psikologik.


(59)

b. Bagaimana manusia biasanya berkomunikasi dengan baik pada mesin dan perkakas yang digunakan.

c. Bagaimana biasanya dia berkomunikasi dengan perabot dan perlengkapan yang digunakan.

d. Bagaimana agar operator hidup aman, tenteram, selamat, sehat, dan nyaman dalam lingkungan kerja.

Untuk itu penelitian ergonomik akan meliputi:

a. Anatomi (struktur), fisiologi (bekerjanya), dan antropometri (ukuran) tubuh manusia.

b. Psikolologi yang fisiologik mengenai berfungsinya otak dan sisitem saraf yang berperan dalam tingkah laku manusia.

c. Kondisi yang dapat mencedarai tubuh manusia.

d. Kondisi teknis dan fisika yang dapat menyenangkan pekerja.

Adapun sasaran akhir dari ergonomi adalah terciptanya efisiensi yang mampu meningkat dari kegiatan manusia.

3.4. Beban Kerja

Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan sehari-hari. Adanya massa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh beban tubuh, memungkinkan kita untuk dapat menggerakkan dan melakukan pekerjaan. Pekerjaan disatu pihak mempunyai arti penting bagi kemajuan dan peningkatan prestasi, sehingga mencapai kehidupan yang produktif sebagai satu tujuan hidup.


(60)

Dengan kata lain bahwa setiap pekerjaan merupakan beban bagi yang bersangkutan. Beban tersebut dapat berupa beban fisik maupun mental.

Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima oleh seseorang harus sesuai atau seimbang baik dalam kemampuan fisik, maupun kognitif, maupun keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut. Kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda dari satu kepada yang lainnya dan sangat tergantung dari tingkat ketrampilan, kesegaran jasmani, usia dan ukuran tubuh dari pekerja yang bersangkutan.

3.4.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja

Secara umum hubungan antara beban kerja dan kapsitas kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat kompleks, baik faktor internal maupun faktor eksternal.

1. Beban Kerja Oleh Karena Faktor Eksternal

Faktor eksternal beban kerja adalah beban kerja yang berasal dari luar tubuh pekerja, meliputi:

a. Tugas-tugas (task)

Meliputi tugas bersifat fisik seperti, stasiun kerja, tata ruang tempat kerja, kondisi lingkungan kerja, sikap kerja, cara angkut, beban yang diangkat. Sedangkan tugas yang bersifat mental meliputi, tanggung jawab, kompleksitas pekerjaan, emosi pekerja dan sebagainya.

b. Organisasi Kerja


(61)

c. Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja ini dapat memberikan beban tambahan yang meliputi, lingkungan kerja fisik, lingkungan kerja kimiawi, lingkungan kerja biologis dan lingkungan kerja psikologis.

2. Beban Kerja oleh karena Faktor Internal

Faktor internal beban kerja adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal yang berpotensi sebagai stressor, meliputi:

a. Faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi, kondisi kesehatan, dan sebagainya)

b. Faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan, kepuasan, dan sebagainya)

3.4.2. Penilaian Beban Kerja Fisik

Menurut Astrand and Rodhal dalam Tarwaka, dkk bahwa penilaian beban kerja dapat dilakukan dengan dua metode secara objektif, yaitu metode penilaian langsung dan metode penilaian tidak langsung.

3.4.2.1.Penilaian Beban Kerja Secara Langsung

Metode pengukuran langsung yaitu dengan mengukur energi dikeluarkan (energy expenditure) melalui asupan oksigen selama bekerja. Semakin berat beban kerja akan semakin banyak energi yang diperlukan untuk dikonsumsi.


(62)

Meskipun metode pengukuran asupan oksigen lebih akurat, namun hanya dapat mengukur untuk waktu kerja yang singkat dan diperlukan peralatan yang mahal. Berikut adalah kategori beban kerja yang didasarkan pada metabolisme, respirasi suhu tubuh dan denyut jantung menurut Christensen pada Tabel 3.2. berikut:

Tabel 3.2. Kategori Beban Kerja Berdasarkan Metabolisme, Respirasi, Suhu Tubuh dan Denyut Jantung

Kategori Beban Kerja Konsumsi Oksigen (l/min) Ventilasi Paru (l/min) Suhu Rektal (0C)

Denyut Jantung (denyut/min) Ringan 0,5 – 0,1 11 – 20 37,5 75 – 100 Sedang 1,0 – 1,5 20 – 30 37,5 – 38,0 100 – 125

Berat 1,5 – 2,0 31 – 43 38,0 – 38,5 125 – 150 Sangat Berat 2,0 – 2,5 43 – 56 38,5 – 39,0 150 – 175 Sangat Berat

Sekali

2,5 – 4,0 60 – 100 >39 >175

Tabel 3.3. Konsumsi Oksigen Maksimum (VO2 max) mL/(Kg-min)

Kategori

Umur (tahun)

< 30 30 - 39 40 – 49 >50 Sangat Buruk <25,0 <25,0 <25,0 -

Buruk 25,0 – 33,7 25,0 – 30,1 25,0 – 26,4 25,0 Biasa 33,8 – 42,5 26,5 – 35,4 26,5 – 35,4 25,0 – 33,7

Baik 42,6 – 51,5 35,5 – 45,5 35,5 – 45,5 33,8 – 43,0 Sangat Baik >51,6 >45,1 >45,1 >43,1

Dalam penentuan konsumsi energi biasanya digunakan suatu bentuk hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung yaitu sebuah persamaan regresi kuadratis sebagai berikut:


(63)

E = 1,80411 – 0,0229038 X + 4,71733 x − X2... (1) dimana:

E = Energi (Kkal/menit)

X = Kecepatan denyut jantung/nadi (denyut/menit) 3.4.2.2. Penilaian Beban Kerja secara Tidak Langsung

Metode penilaian tidak langsung adalah dengan menghitung denyut nadi selama bekerja. Pengukuran denyut jantung selama bekerja merupakan suatu metode untuk menilai cardiovasculair strain dengan metode 10 denyut (Kilbon, 1992) dimana dengan metode ini dapat dihitung denyut nadi kerja sebagai berikut:

6 0 ...(2 ) n

Perh itu n g a Wak tu

Den y u t 1 0

it d en y u t/men Jan tu n g

Den y u t  

Penggunaan nadi kerja untuk menilai berat ringannya beban kerja mempunyai beberapa keuntungan, selain mudah, cepat, sangkil dan murah juga tidak diperlukan peralatan yang mahal serta hasilnya pun cukup reliabel dan tidak menganggu ataupun menyakiti orang yang diperiksa. Denyut nadi untuk mengestimasi indeks beban kerja fisik terdiri dari beberapa jenis yaitu:

1. Denyut Nadi Istirahat (DNI) adalah rerata denyut nadi sebelum pekerjaan dimulai

2. Denyut Nadi Kerja (DNK) adalah rerata denyut nadi selama bekerja

3. Nadi Kerja (NK) adalah selisih antara denyut nadi istirahat dengan denyut nadi kerja.

Peningkatan denyut nadi mempunyai peranan yang sangat penting didalam peningkatan cardia output dari istirahat sampai kerja maksimum. Peningkatan


(64)

yang potensial dalam denyut nadi dari istirahat sampai kerja maksimum oleh Rodahl (1989) dalam Tarwaka, dkk (2004:101) didefinisikan sebagai Hear t Rate Reverse (HR Reverse) yang diekspresikan dalam presentase yang dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

(3 ) ... 1 0 0 Istirah at

Nad i Den y u t mak simu m

Nad i Den y u t

Istirah at Nad i

Den y u t Kerja

Nad i Den y u t

% HR 

  

Reserve

Denyut Nadi maksimum (DNmax) adalah (220 – umur) untuk laki-laki dan (200 – umur) untuk perempuan Lebih lanjut untuk menentukan klasifikasi beban kerja berdasarkan peningkatan denyut nadi kerja ,denyut nadi maksimum karena beban kardiovaskuler (cardiovasculair load = % CVL) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

%CVL = ��− ��

����− �� …... (4)

Dari hasil perhitungan % CVL tersebut kemudian dibandingkan dengan klasifikasi yang telah ditetapkan sebagai berikut:

Tabel 3.4. Klasifikasi Berat Ringan Beban Kerja Berdasar % CVL

% CVL Klasifikasi % CVL

< 30 % Tidak terjadi kelellahan 30 % - 60 % Diperlukan perbaikan

60 % - 80 % Kerja dalam waktu singkat 80 %- 100 % Diperlukan tindakan segera

>100 % Tidak diperbolehkan beraktivitas

Selain cara tersebut diatas cardivasculair strain dapat diestimasi menggunakan denyut nadi pemulihan (heart rate recovery) atau dikenal dengan Metode Brouha . Keuntungan metode ini adalah sama sekali tidak menganggu atau


(65)

menghentikan pekerjaan, karena pengukuran dilakukan setelah subjek berhenti bekerja. Denyut nadi pemulihan (P) dihitung pada akhir 30 detik menit pertama, kedua dan ketiga (P1, P2, P3). Rerata dari ketiga nilai tersebut dihubungkan dengan total cardiac cost dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Jika P1 – P3 ≥ 10 aau P1, P2, P3 seluruhnya < 90, nadi pemulihan normal 2. Jika rerata P1 yang tercatat ≤ 110, dan P1 – P3 ≥ 10, maka beban kerja tidak

berlebihan (not excessive)

3. Jika P1 – P3 < 10 dan Jika P3 > 90, perlu redesaian pekerjaan.

Laju pemulihan denyut nadi dipengaruhi oleh nilai absolut denyut nadi pada ketergantungan pekerjaan (the interruption of work), tingkat kebugaran (individual fitness) dan pemaparan lingkungan panas. Jika pemulihan nadi tidak segera tercapai maka diperlukan redesain pekerjaan untuk mengurangi tekanan fisik. Redesain tersebut dapat berupa variabel tunggal maupun variabel; keseluruhan dari variabel bebas task (tugas), organisasi kerja dan lingkungan kerja yang menyebabkan beban kerja tambahan.

3.4.3. Kerja Fisik dan Konsumsi Energi5

Secara umum yang dimaksud dengan kerja fisik (physical work) adalah kerja yang memerlukan energi fisik otot manusia sebagai sumber tenaganya (power). Kerja fisik seringkali juga disebut sebagai “manual operation” dimana performs kerja sepenuhnya akan tergantung manusia baik yang berfungsi sebagai

5

Sritomo wignjosoebroto, Ergonomi Studi Gerak dan Waktu (Edisi Pertama, Cetakan Kedua, Bandung: Guna Widya, 2006), h.272-275.


(1)

panen yang lebih ergonomis saat menggunakan alat bantu, produktivitas akan terus meningkat jika penggunaan alat dilakukan secara rutin.


(2)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Hasil pengolahan data dan analisis pembahasan memberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Energi rata-rata yang diperlukan buruh panen pada bahu kanan dan lengan kanan untuk aktivitas pengutipan berondolan kelapa sawit cukup besar, yaitu energi pembebanan terhadap tangan (Rx) 566 Newton atau 0,14 Kkal, sedangkan energi pembebanan total tubuh (Ry) 58 Newton atau 0,01 Kkal dan energi pada otot deltoid (Fm) 574 Newton atau 0,14 Kkal.

2. Perubahan sudut yang dibentuk oleh bahu dan lengan mempunyai perubahan energi yang berbeda-beda dan semakin besar sudut yang dibentuk semakin besar energi yang dibutuhkan. Sudut optimum saat bekerja untuk segmen tubuh bahu sampai lengan adalah 20° sampai 30°.

3. Energi rata-rata yang diperlukan oleh buruh panen pada segmen panggul dan kaki adalah energi pembebanan tubuh terhadap panggul dan kaki (Rx) 435 Newton atau 0,10 Kkal, sedangkan energi pembebanan total tubuh (Ry) 1574 Newton atau 0,38 Kkal, dan energi pada otot gluteus (Fm) 1074 Newton atau 0,26 Kkal.

4. Energi yang diperlukan buruh panen pada panggul dan kaki untuk aktivitas pengutipan berondolan kelapa sawit cukup besar, setiap perubahan sudut yang dibentuk oleh panggul dan kaki mempunyai perubahan energi yang


(3)

berbeda-beda dan semakin besar sudut yang dibentuk semakin besar energi yang dibutuhkan. Sudut optimum saat bekerja untuk segmen panggul dan kaki adalah 40° sampai 60°.

5. Energi rata-rata yang diperlukan oleh buruh panen pada lutut dan kaki bagian depan adalah energi pembebanan tubuh terhadap lutut dan kaki bagian depan (Rx) 4454 Newton atau 1,06 Kkal, sedangkan energi pembebanan total tubuh (Ry) 1747 Newton atau 0,42 Kkal, dan energi pada otot kuadrisep (Fm) 4608 Newton atau 1,10 Kkal.

6. Energi yang diperlukan buruh panen pada lutut dan kaki untuk aktivitas pengutipan berondolan kelapa sawit cukup besar, setiap perubahan sudut yang dibentuk oleh lutut dan kaki mempunyai perubahan energi yang berbeda-beda dan semakin besar sudut yang dibentuk semakin besar energi yang dibutuhkan. Sudut optimum saat bekerja untuk segmen lutut dan kaki adalah 40° sampai 60°.

7. Energi rata-rata yang diperlukan oleh buruh panen bagian punggung untuk aktivitas pengutipan kelapa sawit adalah energi reaksi aksial otot (Ra) 994 Newton atau 0,24 Kkal, energi reaksi geser otot (Rs) 753 Newton atau 0,18 Kkal dan energi pada otot ekstersor (Fe) 681 Newton atau 0,16 Kkal.

8. Energi yang diperlukan buruh panen pada punggung untuk aktivitas pengutipan berondolan cukup besar, setiap perubahan sudut yang dibentuk punggung mempunyai perubahan energi yang berbeda-beda dan semakin besar sudut yang dibentuk otot ekstersor semakin sedikit energi yang dibutuhkan. Sudut optimum saat bekerja untuk segmen tubuh punggung adalah 40° sampai 60°.


(4)

9. Faktor yang mempengaruhi besarnya gaya yang dibutuhkan oleh buruh panen pengutip berondolan kelapa sawit adalah sudut yang dibentuk oleh segmen tubuh yang secara langsung akan mempengaruhi sudut otot tertentu, mulai dari bahu kanan dan lengan kanan, panggul dan kaki, lutut dan kaki bagian depan dan bagian punggung. Sudut tubuh yang dibentuk berlawanan dengan sikap kerja yang alamiah, sehingga pembebanan fisik sangat besar saat melakukan aktivitas. Selain itu produktivitas volume pengumpulan berondolan kelapa sawit yang dihasilkan tidak maksimal dikarenakan sikap tubuh yang tidak alamiah.

10. Hasil perancangan perbaikan untuk mengurangi gaya pembebanan pada setiap segmen tubuh saat melakukan aktivitas pengutipan berondolan kelapa sawit dirancang sebuah alat bantu, dimana alat bantu tersebut akan membantu buruh panen untuk melakukan pekerjaannya, selaian itu sudut yang dibentuk segmen tubuh mulai dari bahu kanan dan lengan kanan, panggul dan kaki, lutut dan kaki bagian depan dan bagian punggung saat melakukan pekerjaan tidak berlawanan dengan sikap kerja yang alamiah.

11. Perubahan produktivitas volume berondolan dari 80 kg secara manual menjadi 120 kg dalam satu hari saat melakukan pengutipan dengan menggunakan alat bantu. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan produktivitas dengan menggunakan alat bantu.


(5)

7.2. Saran

Adapun saran yang diberikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pihak PTPN III Kebun Rambutan Deli Serdang Sumatera Utara perlu memperhatikan fasilitas kerja pengutip berondolan untuk mengurangi tingkat pembebanan tubuh saat melakukan pekerajaan, sehingga akan mengurangi keluhan otot.

2. Pihak PTPN III Kebun Rambutan Deli Serdang Sumatera Utara perlu memberikan pelatihan pada buruh panen dan pengawasan untuk menggunakan alat bantu saat melakukan pengutip[an berondolan kelapa sawit dengan sebaiknya supaya dapat meningkatkan produktivitas secara maksimal.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Dyah, Santi. Evaluasi Ergonomi Biomekanika Terhadap Kenyamanan Kerja Pada Perajin Gerabah Kasongan Institut Teknologi Sepuluh Nopember: Surabaya. 2013. Prosiding 1-11.

Guan, Yee. Association With Produktivitity Loss : A Preliminary Study Among Labour Insentive Manual Harvesting Activities In Oil P lantation. Malaysia. 2013. Industrial Health 52, 78-85.

Hall, J Susan. 2004. Basic Biomechanics Fourth Edition. NewYork: The McGraw – Hill Companies.

Sastrowinoto, Suyatno Ir. Meningkatkan Produktivitas dengan Ergonomi. PT. Pertja: Jakarta. 1985

Stanton ,Nevile. 2004. Hand Book Of Human Factor and Ergonomics Methods. New York: CRC Press

Suma’mur. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Sagung Seto: Jakarta. 2009

Sukaria, Sinulingga. Metode Penelitian. USU Press: Medan. 2011.

Tarwaka. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Uniba Press: Surakarta. 2004

Chandler, Philips. Human Factor Engginering. Gordon and Breach : New York. 1998

Wignjosoebroto, Sritomo. Perancangan Lingkungan Kerja dan Alat Bantu yang Ergonomis untuk Mengurangi Masalah Back Injury dan Tingkat

Kecelakaan Kerja pada Departemen Mesin Bubut. Jurnal Teknik Industri ITS. Institut Teknologi Sepuluh Nopember: Surabaya. 2010.