Manajemen Kualitas Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Angsana Estate, Minamas Plantation, Kalimantan Selatan

MANAJEMEN KUALITAS PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis
guineensis Jacq.) DI KEBUN ANGSANA ESTATE, MINAMAS
PLANTATION, KALIMANTAN SELATAN

KHAIRIL AZHAR

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Manajemen Kualitas
Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Angsana Estate, Minamas
Plantation, Kalimantan Selatan” adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2013
Khairil Azhar
NIM A24090149

ABSTRAK
KHAIRIL AZHAR. Manajemen Kualitas Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) di Kebun Angsana Estate, Minamas Plantation, Kalimantan Selatan.
Dibimbing oleh EDI SANTOSA.
Manajemen kualitas panen sangat menentukan kualitas minyak sawit yang
ditandai dengan kandungan ALB yang rendah. Kegiatan magang dilaksanakan di
Kebun Angsana Estate, Kalimantan Selatan dengan tujuan umum mempelajari
upaya perusahaan dalam mempertahankan kualitas panen, serta dengan tujuan
khusus mengetahui faktor yang mempengaruhi kualitas minyak sawit. Kegiatan
dilaksanakan selama 4 bulan mulai Februari - Juni 2013. Analisis regresi linier
dilakukan untuk menduga pengaruh mutu buah dan curah hujan terhadap kenaikan
kandungan ALB. Kajian menunjukkan bahwa jumlah janjang kosong/busuk dan
buah restan nyata mempengaruhi kandungan ALB. Kenaikan persentase janjang
kosong berpengaruh nyata (P value = 0.000) meningkatkan kadar ALB, yaitu

kenaikan 1% janjang kosong terolah akan menaikkan ALB sebesar 0.54%.
Kenaikan persentase old crop (buah restan lebih dari 2 hari) nyata (P value=
0.030) meningkatkan kandungan ALB. Setiap kenaikan 1% old crop akan
meningkatkan ALB sebesar 0.05%. Proporsi buah mentah dan buah under tidak
mempengaruhi kandungan ALB, demikian juga pengaruh curah hujan tidak
mempengaruhi kandungan ALB.
Kata kunci: ALB, buah restan, CPO, janjang kosong, Kalimantan Selatan

ABSTRACT
KHAIRIL AZHAR. Harvest Quality Management of Oil Palm (Elaeis guineensis
Jacq.) in Angsana Estate, Minamas Plantation, South Kalimantan. Supervised by
EDI SANTOSA.
Harvest management determines the FFA content of palm oil. Internship
program was conducted in Angsana Estate, South Kalimantan in order to study
best practice of harvest quality of palm oil. Activity was carried out for 4 months
from February to June 2013. Linear regression analysis was used to estimate the
effect of fruit quality and rainfall to FFA content. Results showed that the number
of empty bunch and restan-bunch significantly affected the FFA content.
Increasing 1% of empty bunch significantly (P value = 0.000) increased FFA
levels by 0.54%. An increasing in the percentage of restant-fruit 1% (old

crop/leftover more than 2 days) (P value = 0.030) increased FFA content by
0.05%. The proportion of unripe fruit and young fruit had not effect to the FFA
content, as well as the rainfall did not affect the FFA content.
Keywords: FFA, restan-fruit, CPO, empthy bunch, South Kalimantan

MANAJEMEN KUALITAS PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis
guineensis Jacq.) DI KEBUN ANGSANA ESTATE, MINAMAS
PLANTATION, KALIMANTAN SELATAN

KHAIRIL AZHAR

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2013

Judul Skripsi : Manajemen Kualitas Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
di Kebun Angsana Estate, Minamas Plantation, Kalimantan Selatan
Nama
: Khairil Azhar
NIM
: A24090149

Disetujui oleh

Dr Ir Edi Santosa, SP MSi
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas limpahan
nikmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
Tulisan ini mengangkat tema manajemen kualitas panen kelapa sawit. Aspek
khusus yang diamati adalah pengaruh mutu buah dan curah hujan terhadap
kandungan asam lemak bebas (ALB).
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Edi Santosa, SP,
MSi atas segala bimbingan dan arahannya kepada penulis dalam meyelesaikan
tugas akhir ini. Rasa penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Puji Sasmito
selaku Manajer Kebun Angsana Estate (ASE) dan Bapak Jaka Istiarta selaku
Asisten Kepala sekaligus pembimbing lapang beserta seluruh jajaran
staf/karyawan atas bantuannya dalam proses kelancaran Magang di Kebun ASE,
PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada Ayah, Mamak yang sangat penulis cintai beserta seluruh
keluarga dan sahabat atas do’a dan dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan turut memperkaya khazanah
ilmu pengetahuan.
Bogor, Desember 2013

Khairil Azhar

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Tujuan magang

1

TINJAUAN PUSTAKA

2

METODE MAGANG

2

Tempat dan Waktu

2

Pelaksanaan Magang


3

Analisis Data dan Informasi

3

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

5

Keadaan Iklim dan Tanah

5

Keadaan Tanaman dan Produksi

5

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan


7

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

7

Aspek Teknis

7

Aspek Manajerial Magang

19

HASIL DAN PEMBAHASAN

21

Mengelola Standar Kualitas Panen


21

Teknologi Budidaya

25

SIMPULAN DAN SARAN

27

Simpulan

27

Saran

28

DAFTAR PUSTAKA


29

LAMPIRAN

30

RIWAYAT HIDUP

40

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Kelas Mutu Buah di Kebun ASE
Sumber bibit Kebun ASE
Luas areal tanam produksi TBS periode 2008-2012
Herbisida yang digunakan di Kebun ASE
Ambang batas pengendalian ulat kantong dan ulat api di Kebun ASE
Kualitas kematangan TBS kebun ASE
Pengamatan TBS tertinggal di tanaman Divisi II Kebun ASE
Pengamatan brondolan tertinggal di Divisi II Kebun ASE
Ketersediaan unit pengangkutan buah di Kebun ASE
Hasil pendugaan faktor buah bermutu buruk terhadap nilai ALB

4
5
6
11
13
21
22
23
24
26

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7

Pola grafik sisaan terhadap Y duga jika terdapat heteroskedastisitas
Proses pemanenan buah
Tim Micron Herby Spraying Kebun Angsana Estate
Tanaman inang musuh ulat api
Pola penghancakan transportasi buah per mandoran
Pola sebaran grafik sisaan terhadap Y duga
Grafik keterkaitan curah hujan dengan ALB selama periode Januari
2012 -Maret 2013

5
9
11
13
16
26
27

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8

Areal statement Kebun ASE
Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan
Jurnal harian kegiatan magang sebagai mandor
Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten divisi II
Struktur organisasi Kebun ASE
Data curah hujan Kebun ASE periode 2007-2012
Sistem denda
Input data FFA dan kualitas buah pada persamaan regresi linier
berganda

30
31
32
33
35
36
37
38

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Data yang dirilis oleh Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2013
meunjukkan bahwa luas areal kelapa sawit Indonesia hingga tahun 2012 lebih
dari 9 juta Ha dan memiliki tren meningkat di setiap tahunnya. Kebutuhan buah
kelapa sawit meningkat tajam seiring dengan meningkatnya kebutuhan CPO dunia,
seperti yang terjadi beberapa tahun terakhir ini terutama sejalan dengan
peningkatan kebutuhan untuk industri turunan dan pengembangan bio-energy
sebagai alternatif bahan bakar.
Seiring dengan meningkatnya permintaan pasar terhadap produksi CPO di
Indonesia, tuntutan masyarakat global semakin meningkat terutama terkait dengan
kualitas dan kuantitas produk. Secara umum telah diketahui bahwa kualitas CPO
ditentukan oleh kandungan asam lemah bebas (ALB). Tingginya ALB dapat
menurunkan kualitas minyak sawit yang dihasilkan terutama munculnya bau
tengik, sehingga kandungan ALB dipertahankan pada kisaran 2-3%. Semakin
rendah kandungan ALB, maka kualitas CPO semakin baik.
Kandungan ALB yang dihasilkan perusahaan sangat dipengaruhi oleh
kualitas pada saat proses pemanenan, pengangkutan dan pengolahan tandan buah
segar (TBS). Pemanenan TBS pada kondisi buah over ripe (lewat matang) akan
menghasilkan ALB yang tinggi. Panen saat TBS belum matang menghasilkan
ALB rendah, tetapi akan dihasilkan rendemen minyak sawit yang rendah sehingga
dapat menurunkan produksi (BBPP, 2008). Adanya kerusakan fisik pada TBS
akibat proses pemanenan dan pengangkutan akan meningkatkan kandungan ALB,
karena dapat merangsang bekerjanya enzim lipase yang dapat menguraikan
minyak sawit menjadi ALB (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003). Aktivitas
enzim lipase terhenti ketika dilakukan perebusan. Asam lemak bebas di dalam
minyak kelapa sawit termasuk natural free acids. Jika free fatty acid tinggi, maka
minyak mudah tengik dan cepat rusak. Oleh karena itu, FFA dijaga agar tetap
rendah.
Dalam rangka memperoleh CPO yang berkualitas, kajian pengendalian
kualitas pada panen TBS sangat penting dilakukan mengingat terdapat keragaman
faktor lingkungan, SDM dan manajemen antar kebun dan antar lokasi perkebunan
kelapa sawit.

Tujuan Magang
Tujuan umum dari magang ini adalah untuk memperluas wawasan dan
pengalaman mahasiswa dalam bekerja secara nyata di perusahaan di berbagai
jenjang karir. Tujuan khususnya adalah untuk mempelajari faktor-faktor yang
mempengaruhi mutu CPO khususnya kandungan asam lemak bebas dikaitkan
dengan manajemen panen buah dan curah hujan.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Pardamean (2008) ada beberapa kriteria yang menyebabkan
kualitas panen sawit menjadi baik diantaranya kandungan minyak dan tandan
maksimal, kandungan asam lemak bebas rendah, biaya panen ekonomis.
Berdasarkan uraian di atas, biaya panen menjadi rendah jika yang dipanen buah
mentah, karena pengumpulan brondolan mudah dilakukan. Namun, memanen
buah mentah tidak dapat “dilaksanakan” karena rendemen minyak lebih rendah.
Karena itu, kriteria matang panen ditetapkan 1 brondolan/kg, tergantung areal dan
umur tanaman.
Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh
(brondolan) dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10
buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. Disamping itu ada
kriteria lain tandan buah yang dapat dipanen apabila tanaman berumur kurang dari
10 tahun, jumlah brondolan yang jatuh kurang lebih 10 butir, jika tanaman
berumur lebih dari 10 tahun, jumlah brondolan yang jatuh sekitar 15-20 butir
(BBPP, 2008).
Waktu panen buah kelapa sawit sangat mempengaruhi jumlah dan mutu
minyak yang dihasilkan. Waktu panen yang tepat akan diperoleh kandungan
minyak maksimal, tetapi pemanenan buah lewat matang akan meningkatkan asam
lemak bebas (ALB), sehingga dapat merugikan karena sebagian kandungan
minyaknya akan berubah menjadi ALB dan menurunkan mutu minyak.
Sebaliknya pemanenan buah yang masih mentah akan menurunkan kandungan
minyak, walaupun ALBnya rendah (BBPP, 2008).
Untuk menentukan apakah mutu minyak itu termasuk baik atau tidak
diperlukan standard mutu. Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu
yaitu: kandungan air dan kotoran dalam minyak kandungan asam lemak bebas
(ALB), warna dan bilangan peroksida (Pasaribu 2004).

METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang di laksanakan bulan Februari - Juni 2013 di Kebun
Angsana Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Kabupaten
Tanahbumbu, Kalimantan Selatan. Kebun Angsana Estate (ASE) secara
administratif terletak di desa Bayansari, Kec. Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu
Kalimantan Selatan. Lokasi kebun dekat dengan akses jalan provinsi dan
perjalanan 4 jam ke kota Banjarmasin. ASE merupakan salah satu unit usaha dari
PT Ladangrumpun Suburabadi bersama dengan Gunung Sari Estate (GSE). PT
Ladangrumpun Suburabadi dirintis pada tahun 1988 pada areal hutan seluas 5 909
ha. Luas lahan yang dikelola ASE seluas ±3 250 ha dan selebihnya dikelola oleh
GSE. Batas areal ASE disajikan pada Lampiran 1, yaitu sebelah utara berbatasan
dengan Hutan Tanaman Industri (HTI), sebelah selatan berbatasan dengan
Gunung Sari Estate (GSE), sebelah barat berbatasan dengan PT. Buana Karya
Bakti (BKB) dan sebelah timur berbatasan dengan Sungai Sebamban. Kebun ASE

3
terletak pada kordinat 3o 38’ 45” – 3o 35’ 39” LS dan 115o 34’ 04” – 115o 38’ 11”
BT . Kebun ini secara geografis berada pada ketinggian 15 m di atas permukaan
laut dengan temperatur 28-32º C.

Pelaksanaan Magang
Kegiatan magang dilakukan pada tiga jenjang karir. Selama satu bulan
pertama penulis berperan sebagai Karyawan Harian Lepas (Lampiran 2).
Pekerjaan yang dilakukan Karyawan Harian Lepas (KHL) meliputi pengendalian
gulma dan HPT (Hama Penyakit Tanaman), pemupukan, dan pemanenan. Selama
satu bulan kedua penulis ditempatkan sebagai pendamping mandor (Lampiran 3).
Tugas sebagai pendamping mandor adalah mengawasi pekerjaan beberapa KHL
agar berjalan sesuai instruksi perusahaan. Selama dua bulan yaitu pada bulan
ketiga dan keempat, penulis berperan sebagai pendamping asisten (Lampiran 4).
Kegiatan pendaping asisten yakni memimpin seluruh mandor di divisi, membuat
perencanaan operasional tahunan, dan sebagai pengambil keputusan di tingkat
kebun.
Selain bekerja langsug layaknya karyawan perusahaan, mahasiswa juga
melakukan pengambilan data sebagai bahan penelitian terhadap aspek khusus
yang diamati. Data yang diperoleh berupa data primer maupun data sekunder.
Data primer diperoleh melalui pengamatan atau wawancara secara langsung di
lapangan, sedangkan data sekunder diperoleh dari arsip perusahaan.
Data primer yang diambil adalah berondolan dan TBS tertinggal. Sampel
diambil dari hancak 6 orang pemanen di 3 blok yang sama yang mewakili 3
kemandoran. Total sampel pengamatan berjumlah 1 171 tanaman dari total
populasi 11 520 tanaman.
Berondolan yang tertinggal di piringan, pelepah, dan gawangan pada pokok
sampel diamati secara langsung. Kemudian berondolan dicatat jumlahnya, dan
dihitung rasio berondolan terhadap sampel pokok yang diamati. TBS matang yang
tidak terpanen maupun TBS yang terpanen namun tidak diangkut terhitung
sebagai buah tertinggal (losses) dan dihitung rasionya terhadap jumlah pokok
sampel yang diamati.
Data sekunder ALB diambil dari data Oil Quality di Pabrik ASF. Data yang
dianalisis adalah data ALB harian selama 4 bulan sejak Januari-April 2013. Data
ALB kemudian dianalisis menggunakan uji regresi linier berganda dengan data
mutu buah dan curah hujan.

Analisis Data dan Informasi
Pengaruh mutu buah dan curah hujan terhadap ALB CPO dianalisis dengan
uji regresi linier berganda menggunakan Software Minitab 14. Uji regresi
berganda ini dilakukan untuk menduga nilai ALB yang dihasilkan berdasarkan
hasil pengukuran pada beberapa kualitas buah yang diolah. Data mutu buah dan
ALB yang dianalisis adalah data harian selama 4 bulan sejak bulan Januari hingga
April 2013. Sedangkan data curah hujan yang dianalisis adalah data bulanan
Januari 2012 hingga Maret 2013.

4
Nilai ALB merupakan peubah tak bebas (Y) yang nilainya dipengaruhi oleh
beberapa variabel bebas, yakni kelas mutu buah unripe (X1), under-ripe (X2),
empty bunch (X3), dan old crop (X4). Buah restan dikatagorikan sebagai old crop.
Model persamaan yang digunakan dalam analisis ALB CPO kelapa sawit sebagai
berikut:
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4
Keterangan:
Y
= persentase ALB (%)
β0
= konstanta titik potong Y, merupakan nilai perkiraan bagi Y
ketika X=0 (garis Y memotong sumbu X)
β1, …, β4 = koefisien regresi atau perubahan rata-rata Y untuk setiap satu
unit perubahan (naik atau turun) pada variabel X, dengan
menganggap variabel bebas lainnya konstan.
X1
= buah mentah (%)
X2
= buah under-ripe (%)
X3
= janjang kosong (%)
X4
= old crop (%)
Kelas mutu buah di Kebun Angsana Estate diklasifikasikan menjadi 6
kelompok mutu berdasarkan jumlah berondolan yang jatuh secara alami ke tanah
seperti yang tertera pada Tabel 1.
Tabel 1 Kelas mutu buah di Kebun ASE
No. Mutu buah
Standar mutu
(%)
1.
Unripe (Mentah)
0
2.

Under-ripe (kurang matang)

5

3.

Ripe (matang)

95

4.

Empty bunch (janjang kosong)

0

6.

Old Crop

0

Keterangan
0-4 brondolan yang lepas
janjang
5-9 brondolan yang lepas
janjang
≥10 brondolan yang lepas
janjang
>95% brondolan
lepas
janjang
Buah restan > 48 jam

Sumber: Vandemecum Minamas

Data yang dianalisis dalam persamaan regresi linier berganda kemudian
diuji validasinya. Adapun permasalahan yang sering muncul adalah adanya
autokorelasi, multikolinieritas, dan heteroskedastisitas yang menyebabkan tidak
terpenuhinya asumsi dalam regresi linier berganda. Autokorelasi dapat dideteksi
dari nilai Durbin Watson (DW) pada output minitab. Nilai DW kurang dari -2
menunjukkan adanya autokorelasi positif dan jika lebih dari 2 menunjukkan
autokorelasi negatif, sedangkan apabila nilai terletak antara -2 ≤ x ≤ 2 maka tidak
terdapat autokorelasi (Santoso 2000).
Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai variance inflation factor (VIF).
Batas toleransi yang dapat diterima adalah nilai VIF < 10 pada output minitab.
Heteroskedastisitas dapat dilihat dari pola sebaran grafik sisaan terhadap Y duga.
Gambar 1 merupakan bentuk grafik apabila terdapat heterokedastisitas.

per
per
per
per

5

Gambar 1 Pola grafik sisaan terhadap Y duga jika terdapat heteroskedastisitas

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN
Keadaan Iklim dan Tanah
Kebun ASE memiliki curah hujan rata-rata tahunan 2 842 mm/tahun
dengan hari hujan rata-rata 156 hari/tahun, rata-rata bulan kering 2 bulan dan ratarata bulan basah 10 bulan. Data diambil dari data curah hujan kebun tahun 20072012 (Lampiran 5).
Jenis tanah di kebun ASE adalah Oxisol dengan seri tanah MM-18
Pteroferric Hapludox seluas 2 244 ha (71%) dan MM-19 Plinthic Hapludox seluas
903 (29%). Lahan di ASE merupakan lahan yang telah mengalami proses
pelapukan lanjut, yang mana proses erosi tanah dan perombakan mineral tanah
berlangsung secara intensif dalam kurun waktu yang lama. Kebun ASE memiliki
kelas kesesuaian lahan S2 (sesuai/suitable) sampai kelas S3 (kurang sesuai/
moderatly suitable) dengan kemiringan 0-20%.

Keadaan Tanaman dan Produksi
Varietas yang digunakan kebun Angsana Estate adalah tenera. Data
sumber bibit kelapa sawit kebun ASE disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Sumber bibit kelapa sawit Kebun ASE
No.
Sumber bibit
Luas lahan (ha)
Persentase (%)
1
Marihat (DP)
1 622.53
53.29%
2
Socfindo (DP)
878.27
28.84%
3
Guthrie (DP)
544.06
17.87%
Total
3 044.86
100%
Sumber: Arsip Perusahaan

6
Total populasi tanaman kelapa sawit di kebun ASE berjumlah 376 141.
Tahun tanam yang terdiri atas 7 waktu penanaman yang berbeda, yakni tahun
tanam 1996 (630 ha), tahun tanam 1998 (1 623 ha), tahun tanam 1999 (167 ha),
tahun tanam 2000 (84 ha), tahun tanam 2006 (326 ha), tahun tanam 2007 (182 ha)
dan tahun tanam 2008 (37 ha).
Jarak tanam kelapa sawit membentuk segitiga sama sisi dengan jarak per
tanaman 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m. Standar populasi per hektar tanaman kelapa sawit
adalah 136 tanaman per hektar. Namun rata-rata populasi aktual di kebun ASE
berjumlah 124 tanaman/hektar. Hal ini disebabkan oleh ketidakseragaman areal di
kebun ASE (jurang, sungai, dan danau) dan adanya tanaman mati. Perkembangan
luas areal ditanami dan produksi tandan buah segar (TBS) Kebun ASE tahun
2008-2012 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Luas areal tanam produksi TBS periode 2008-2012
Tahun
Tanam

2008

2009

2010

2011

2012

Luas

Produksi

Luas

Produksi

Luas

Produksi

Luas

Produksi

Luas

Produksi

(ha)

(ton)

(ha)

(ton)

(ha)

(ton)

(ha)

(ton)

(ha)

(ton)

1996

630

12 887.6

630

10 546.9

630

14 054.3

630

14 848.8

630

10 699.4

1998

1 599

30 175.4

1 599

24 593.9

1 605

30 810.4

1 623

33 248

1 623

25 994.9

1999

178

2 872.2

178

2 271.4

187

2 727.3

167

2 441.1

167

2008.3

2000

77

1 234.7

77

1 039.8

84

1 176.3

84

1 225.8

84

992.2

2006

-

-

-

-

308

175.1

326

1 665.5

326

3 045.3

2007

-

-

-

-

-

-

182

107.946

182

1 325.8

2008

-

-

-

-

-

-

37

4.730

37

428.1

Total

2 484

47 169.9

2 484

3 048

44 494.7

Produktivitas
(Ton/Ha)

18.9

38 452

15.5

2 814

48 943.8

17.4

3 048

53 541.9

17.6

14.6

Sumber: Data Produksi Kebun ASE Periode 2008-2012

Tabel 3 menunjukkan bahwa pada tahun 2009 terjadi penurunan produksi
sebesar 8 717.9 ton dari tahun 2008. Hal ini terjadi karena pada periode 20062007 terjadi defisit air selama 4 bulan, sama halnya pada tahun 2012 terjadi angka
penurunan produksi sebesar 9 047.2 ton terhadap tahun 2011. Jika dilihat data
historis curah hujan kebun ASE, terjadi defisit air selama 2 bulan sepanjang tahun
2009-2010. Curah hujan sangat mempengaruhi produksi sawit. Hal ini
dikarenakan karena sawit sangat membutuhkan air untuk pembentukan bunga
betinanya. Sex diferensiasi terjadi 17-25 bulan sebelum antesis dan setelah
anthesis membutuhkan waktu 5-6 bulan baru matang panen. Jadi, defisit air pada
diferensiasi dan antesis akan mempengaruhi produksi. Oleh sebab itu kebun ASE
mengupayakan konservasi air agar “run off” air hujan dapat diminimalkan.
Beberapa upaya teknis yang dilakukan kebun ASE dalam mengkonservasi air
adalah dengan membuat parit-parit konservasi (conservation pit) pada tanah
rendahan dan bergelombang yang mengikuti kemiringan lereng. Jenis-jenis parit
yang dibuat adalah silt pit, road side pit, dan long bed. Selain itu dilakukan pula
penanaman Nephrolepis biserata, serta aplikasi janjang kosong (JJK).

7
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Sebelum Struktur organisasi yang disertai tugas tanaman dan fungsi
(Tupoksi) yang jelas menjadi modal yang sangat penting dalam keberjalanan
perusahaan. Kebun ASE dipimpin oleh seorang Estate Manager (EM) yang
bertanggung jawab terhadap General Manager (GM). EM bertugas dalam
mengelola seluruh kebun baik administrasi maupun manajerial di lapangan. EM
ASE dibantu oleh Asisten/Senior Asisten untuk melaksanakan pengelolaan di
lapangan dan seorang Kepala Tata Usaha (KTU) untuk mengelola administrasi
kebun (Lampiran 6).
Kebun ASE terbagi atas tiga divisi. Masing-masing divisi dipimpin oleh
seorang asisten divisi dan senior asisten. Asisten divisi dan senior Asisten
bertanggung jawab kepada manajer. Asisten berwenang dan bertanggung jawab
terhadap pengelolaan divisi yang dipimpinnya. Sementara senior asisten
bertanggung jawab terhadap divisi, traksi, dan security. Asisten kebun dibantu
oleh seorang mandor I dalam melaksanakan pengelolaan teknis di lapangan
bersama mandor-mandor lainnya.
Kepala Tata Usaha bertanggung jawab terhadap EM dalam mengelola
seluruh administrasi dan keuangan di tingkat kebun. KTU dibantu oleh seluruh
karyawan administrasi di kantor besar dan krani divisi untuk menjalankan
tugasnya. Pengelolaan gudang, mess, kantor, dan sekolah pun berada di bawah
koordinasi KTU.
Status tenaga kerja di Kebun ASE terbagi atas 2 golongan, yakni staf dan
non staf. Karyawan staf langsung diangkat oleh general manager sedangkan
karyawan nonstaf diangkat langsung oleh estate manager. Tenaga kerja yang
tergolong staf adalah Estate Manager, KTU, Asisten, PSQM, dan Dokter. Tenaga
kerja yang termasuk ke dalam golongan non staf adalah karyawan SKU harian
dan SKU bulanan. Perbedaan antara SKU harian dengan SKU bulanan adalah
sistem pembayarannya. SKU bulanan digaji setiap bulan sementara SKU harian
dibayar upah perharinya. Jumlah tenaga kerja staf di kebun ASE adalah 7 orang
dan karyawan nonstaf sejumlah 485 orang.

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Pemanenan
Sistem Panen di Kebun Angsana Estate dikenal dengan sistem BHS-DOL2
(Block harvesting System- Division of Labour 2), artinya sistem organisasi panen
dengan konsentrasi penuh di seksi tertentu dikerjakan serentak blok demi blok.
Kegiatan memotong buah dan mengeluarkan buah ke TPH dikerjakan oleh
pemanen (cutter), dan pekerjaan mengutip brondolan dikerjakan oleh
pemberondol (picker) seperti yang tersaji dalam Gambar 2.
Kegiatan potong buah bertujuan untuk mendapatkan buah dengan mutu
panen sesuai standar agar menghasilkan minyak berkualitas tinggi. Buah yang

8
dipanen harus ditentukan yang telah memenuhi standar kematangan minimal
(Minimum Ripeness Standard). Minimum Ripeness standard (MRS) adalah
kriteria matang panen berdasarkan jumlah brondolan yang lepas secara alami dari
tandan buah yang matang yaitu sekurang-kurangnya terdapat 5 brondolan per
janjang di piringan sebelum panen. Jadi, untuk mencari buah matang pemanen
tidak perlu melihat ke atas, tetapi cukup memastikan brondolan yang jatuh di
piringan.
Buah yang dikirim ke pabrik kelapa sawit adalah buah yang berkualitas.
Buah unripe dan under-ripe yang terpanen akan menurunkan kandungan minyak,
menyebabkan masalah saat proses perebusan dan pemipilan, serta akan
meningkatkan rotasi panen. Sementara buah over ripe yang terpanen akan
menyebabkan peningkatan rotasi, meningkatkan biaya panen, meningkatkan ALB
sehingga menurunkan kualitas minyak.
Salah satu poin penting dalam pencapaian output maksimal panen adalah
meminimalkan kehilangan (losses). Losses di lapangan dapat berupa brondolan
tinggal, buah matang tidak dipanen, buah mentah dipanen, buah atau brondolan
dicuri, dan buah restan.
Standar yang telah ditetapkan oleh manajemen wajib dipatuhi oleh seluruh
karyawan. Manajemen menerapkan sistem reward and punishment. Setiap prestasi
kerja yang melebihi basis borong akan diberikan premi dan setiap pelanggaran
dikenakan denda. Hal ini dilakukan untuk memicu prestasi kerja karyawan dan
memberikan efek jera bagi karyawan yang melanggar peraturan. Sistem premi dan
denda di PT Ladangrumpun Suburabadi dapat dilihat dalam Lampiran 7.
Kegiatan harian kebun di mulai pukul 06.30, yaitu karyawan mengikuti
apel di halaman kantor divisi yang dipimpin oleh seorang mandor. Mandor
mengarahkan kerja teknis harian dan menentukan hancak pemanen. Disampaikan
pula denda dan premi karyawan hasil perolehan panen hari sebelumnya.
Mobilisasi pemanen ada yang menggunakan sepeda motor dan ada yang
menggunakan truk angkutan karyawan. Saat mengendarai motor, egrek dipanggul
dalam kondisi terbungkus. Tidak dibenarkan membawa egrek dalam keadaan
terbuka saat berkendara. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi resiko
kecelakaan. Kapak diselipkan di angkong dan ganco berada di atas angkong. Ratarata pemanen tiba di lahan sekitar pk 07.30. Jumlah basis untuk tanaman 1996
adalah 140 TBS sedangkan tanaman 1998 157 TBS. Hancak setiap pemanen
adalah 2 pasar rintis per blok (1 Ha) dengan hectare cover 5 Ha. Kriteria matang
panen adalah terdapat minimal 5 buah yang membrondol di piringan per tandan.
Manajemen pelepah di Kebun ASE tipe songgo 2-3.
Secara teknis di lapangan kegiatan pemanenan sebagai berikut:
a. Pemanen dan pemberondol mempersiapkan alat-alat
b. Pemanen mencari buah matang untuk dipotong, tidak dibenarkan adanya
buah matang yang tertinggal di tanaman.
c. Setelah buah jatuh, pelepah yang turut terpotong dirapikan membentuk letter
U (U shape front stacking) mengelilingi piringan. Pangkal pelepah yang
berduri disusun menjauhi pasar rintis.
d. Gagang panjang dipotong menggunakan kapak. Tidak dibenarkan memotong
gagang buah di TPH untuk menghindari terangkut ke pabrik.
e. Pemberondol masuk ke blok untuk mengutip brondolan setelah pemanen
selesai memotong buah. Brondolan dikutip hingga bersih.

9
f. Seluruh buah yang dipanen dikeluarkan seluruhnya ke TPH dan disusun
kelipatan 5 atau 10 buah perbaris. Kemudian buah diberi kode berdasarkan
nomor pemanen menggunakan berondolan pada gagang buah.
g. Berondolan ditumpuk di TPH. Setiap tumpuk bobotnya 21 kg setara dengan
bobot 3 ember brondolan. Brondolan juga diberi nomor sesuai nomor urut
karyawan pemberondol.
Denda dikenakan kepada karyawan yang bekerja tidak menaati SOP.
Denda kualitas buah meliputi buah mentah, gagang panjang, potongan gagang di
TPH, potongan gagang letter V, janjang kosong, under ripe, buah tinggal,
brondolan tinggal, pemakaian kait brondolan, pemakaian alas/jaring brondolan,
kontaminasi brondolan, susunan standard dan pelepah sengkleh.
Setiap kemandoran memiliki tanggung jawab untuk menjaga rotasi tetap
normal, yakni 7-9 hari. Oleh sebab itu, setiap mandor harus memastikan tidak ada
buah matang yang tertinggal di tanaman. Saat kerapatan buah tinggi dan ada
kemandoran yang seksi panennya tertinggal dengan kemandoran yang lain, maka
hancak dari kemandoran yang bersangkutan mendapatkan tenaga panen tambahan
dari kemandoran lain untuk mempercepat rotasi panennya.
a

d

Gambar 2

b

e

c

f

g

Proses pemanenan buah: Potong buah (a) susun pelepah (b) potong
gagang (c) angkut TBS ke TPH (d) kutip berondolan (e) susun TBS
di TPH (f) kumpulkan berondolan di TPH (g)

Pengendalian Gulma
Gulma adalah tumbuhan yang keberadaannya tidak diinginkan karena
menjadi kompetitor tanaman kelapa sawit dalam memanfaatkan unsur hara dan air.
Gulma juga memiliki senyawa alelopati yang dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman. Oleh sebab itu, kegiatan pengendalian gulma sangat penting.
Pengendalian gulma di Kebun ASE dilakukan dengan cara kimiawi dan
manual dengan sasaran piringan (circle) dan gawangan (interrow). Tujuan
pemberantasan gulma di piringan adalah untuk mengurangi kompetisi unsur hara
dan air, mempermudah kontrol panen dan aplikasi pemupukan, serta memudahkan

10
pengutipan berondolan. Sedangkan tujuan pengendalian gulma di gawangan
adalah untuk mengurangi kompetisi unsur hara, air dan sinar matahari,
mempermudah kontrol pekerjaan, serta menekan populasi hama.
Gulma di Kebun ASE sangat beragam yang berasal dari keluarga rumput,
daun lebar, dan teki-tekian. Adapun gulma yang banyak ditemukan adalah
Ageratum conyzoides L., Chromolaena odorata L, Clidemia hirta L., Cyperus iria
L. , Dicranopteris linearis (Burm.f), Imperata cylindrica L., Lantana camara L.,
Melastoma malabatricum L., Mikania micrantha (Kunth.), Stenochlaena palustris
(Burm) dan Tetracera indica (Merr).
Pengendalian secara kimiawi menggunakan aplikasi block spraying system
(BSS). BSS adalah aplikasi herbisida di lapangan yang terkonsentarasi pada areal
tertentu dilakukan secara serentak blok demi blok. Aplikasi BSS sangat efisien
karena memudahkan pengawasan dan menghemat biaya transportasi. Tim BSS
terdiri dari dua tim khusus yakni, Tim Semprot Kebun (TSK) dan Tim Micron
Herby Spraying (MHS) seperti yang tersaji dalam Gambar 3.
TSK adalah tim pengendali gulma di gawangan dengan menggunakan alat
semprot Knapsack sprayer “RB 15”. RB 15 merupakan alat semprot herbisida
bervolume 15 L menggunakan nozel VLV (Very Low Volume) berwarna
kuning(100 l/ha) merah (200 l/ha). Kebun ASE memiliki 15 unit alat semprot RB
15.
Tenaga kerja TSK berjumlah 18 orang yang seluruhnya perempuan.
Sementara tim MHS adalah tim pengendali gulma di piringan, pasar rintis dan
TPH dengan alat semprot micron herby sprayer (MHS). Alat semprot MHS ini
bervolume 10 L menggunakan atomizer yang berbetuk seperti cakram yang
digerakkan oleh motor penggerak (12 volt). Nozel yang digunakan berwarna
merah, kuning, dan biru. Tenaga kerja MHS berjumlah 9 orang berstatus tenaga
kerja harian yang semuanya perempuan. Volume air yang dibutuhkan tim TSK
per hari adalah 1350 L. Sementara air yang dibutuhkan tim MHS adalah 350 L.
Pengisian tangki dilakukan oleh sopir pada sore hari di traksi. Bon
permintaan herbisida dibuat oleh asisten kordinator BSS setelah mengecek
kerapatan gulma areal aplikasi. Pencampuran herbisida dilakukan di gudang
sentral sebelum berangkat ke lokasi disaksikan oleh asisten. Karyawan berkumpul
di divisi 1 dan 2 untuk dijemput oleh mobil BSS menuju lokasi aplikasi. Setiap
karyawan diwajibkan membawa alat pendongkel anak kayu sebagai persiapan jika
hari hujan.
Setiap hari tenaga kerja ditargetkan menyelesaikan hectare cover yang
ditentukan perusahaan. Hectare cover pada hari normal (7 jam kerja) untuk setiap
orang karyawan TSK adalah 3 hektar dan setiap orang karyawan MHS 5 hektar.
Khusus pada hari jum’at (5 jam kerja), hectare cover TSK adalah 2 hektar/orang
dan MHS 3.5 hektar/orang. Namun, prestasi kerja per hari tidak selalu memenuhi
target. Hal tersebut tergantung oleh kerapatan gulma, cuaca, dan kondisi alat.
Sesampainya di lokasi para karyawan mendapatkan pengarahan singkat
dari mandor untuk menentukan hancak. Sistem hancak yang digunakan adalah
sistem hancak giring. Setiap karyawan bertanggung jawab menyemprot setengah
pasar rintis yang diawali dari rintis tengah terlebih dahulu. Rintis terakhir ditandai
dengan bendera berwarna merah. Pengisian herbisida dilakukan oleh seorang
karyawan menggunakan selang. Herbisida yang digunakan di kebun ASE dapat
dilihat pada Tabel 4.

11
Tabel 4 Herbisida yang digunakan di Kebun ASE
Merk
Dagang

Bahan Aktif

Daerah
Aplikasi

Konsentrasi
(%)

Dosis

Gulma
Sasaran

Prima Up
(L)

Isopropilamina
glifosat

Piringan dan
gawangan

0.5(gawangan);
2 (piringan)

250 cc/Ha

Rumput
dan teki

Starane
(L)

fluroksipyr

Piringan

0.06

60 cc/Ha

Kenlon
(L)

Triklopir
Butoksi Etil

Gawangan

0.13

60 cc/Ha

Gulma
berdaun
lebar
Gulma
anak kayu

Metaprima
(G)

Metil
Metsulfuron

Gawangan

0.17

75 g/Ha

Gulma
anak kayu

Metafuron
(WP)

Metil
Metsulfuron

Gawangan

0.17

75g/ha

Gulma
anak kayu

Sumber: Dikonversi dari budget Kebun ASE periode 2012

Tenaga kerja diwajibkan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) saat
bekerja. APD tim BSS adalah seragam khusus semprot (baju dan celana), masker,
kaca mata, topi, jaket pelindung, sarung tangan dan sepatu boot seperti yang
tersaji dalam Gambar 3.

Gambar 3 Tim Micron Herby Spraying Kebun Angsana Estate
Pengendalian gulma secara manual pada umumnya dilakukan dengan
menggunakan alat cados, cangkul kecil dengan lebar ±14 cm, dengan cara
membongkar gulma hingga ke akarnya. Namun jika kondisi kerapatan gulma
sangat tinggi dan semak, maka dilakukan babad (slashing) terlebih dahulu
kemudian dilanjutkan dengan pengendalian secara kimiawi. Pengendalian gulma
secara manual terdiri dari pengendalian gulma di piringan dan gulma di gawangan.
Pengendalian gulma di gawangan terdiri dari dongkel anak kayu dan dongkel anak
sawit.

12
Jumlah tenaga kerja manual termasuk ke dalam tim perawatan berjumlah 7
orang yang kesemuanya perempuan. Status tenaga kerja pengendalian gulma
manual adalah SKU harian. Output kerja setiap orang adalah 0.5 HK/Ha.
Pengendalian Hama Tanaman
Tidak semua hama harus dikendalikan. Hanya hama yang melewati
ambang batas ekonomi saja yang dikendalikan. Jumlah populasi hama dikatakan
berada di atas ambang ekonomi artinya >5% populasi tanaman terserang. Hama
utama yang terdapat di kebun ASE adalah Tikus (Rattus tiomanicus Mill.),
kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros L.), ulat api dan ulat kantong. Kebun ASE
melakukan pengendalian hama dengan dua cara, yakni secara kimiawi dan secara
biologis.
Pengendalian tikus secara kimiawi dilakukan dengan aplikasi klerat
(Bahan aktif: brodifacoum) dan Sime Ebor Baits (Warfarin) di setiap piringan.
Aplikasi klerat dilakukan secara rutin 6 bulan sekali tanpa memperhatikan ada
kerusakan atau tidak oleh tikus. Umpan diletakkan di setiap tanaman pada areal
piringan dalam 1 baris tiap 2 baris tanaman. Dosis yang diaplikasikan adalah 100
gr/tanaman. Umpan yang hilang diganti pada hari ke-4 selama umpan yang hilang
akibat dimakan atau dipindahkan tikus berkurang hingga 20 mm, maka
LSU ditunda hingga 24 jam berikutnya.
Arah penghitungan tanaman pertama adalah Barat-Selatan, yakni tanaman
pertama pada baris pertama. Tanaman sampel pertama adalah tanaman ketiga

14
baris ketiga. Tanaman sampel kedua berjarak 10 pohon dari tanaman sampel
pertama pada baris yang sama. Tanaman sampel yang berada pada baris berbeda
harus berjarak 10 baris dari baris tanaman sampel sebelumnya. Syarat tanaman
sampel adalah tanaman yang normal, tidak dekat parit, dan tidak dengan bangunan.
Jika menemukan tanaman mati, maka tanaman sampel di geser ke tanaman
berikutnya pada baris yang sama. Pada lahan bergelombang seperti jurang dan
lembah maka tanaman sampel digeser dua tanaman pada baris yang sama.
Daun yang diambil dari tanaman sampel adalah daun ke 17. Daun ke-17
letaknya tepat di bawah daun pertama dan daun ke-9. Daun pertama adalah daun
termuda yang anak daunnya telah mekar 90%. Daun ke 9 tepat di bawah daun ke1 agak ke kiri pada tanaman berspiral kanan dan agak kekanan pada tanaman
berspiral kiri. Daun ke 17 tepat di bawah daun ke 9 agak ke kiri pada tanaman
berspiral kanan dan agak ke kanan pada tanaman berspiral kiri.
Pelepah daun ke-17 kemudian diturunkan menggunakan egrek. Kemudian
diambil 8 helai anak daun yang berada di tengah pelepah (empat anak daun
sebelah kanan dan empat anak daun sebelah kiri). Anak daun kemudian di potong
menggunakan gunting kurang lebih 40 cm dan dipisahkan dari lidinya. Daun yang
telah terpisah dari lidi kemudian dimasukkan ke dalam kantung plastik dipisahkan
antar anak daun kanan dengan anak daun sebelah kiri. Daun tersebut yang akan
menjadi bahan analisis hara di laboratorium. Hasil analisis akan melahirkan
rekomendasi pemupukan berikutnya.
Biaya pemupukan mencapai 60% dari total biaya pemeliharaan sehingga
ketelitian dan ketepatan harus diperhatikan. Aplikasi pupuk di lapangan
memperhatikan 6 kaidah ketepatan, yakni ketepatan jenis, cara, penyimpanan,
waktu aplikasi, tempat, dan dosis. ASE menerapkan sistem pemupukan yang
terkonsentrasi dalam 1-2 hancak perkebun yang dikerjakan serentak blok per blok
dengan sasaran pemupukan yang lebih baik, supervisi lebih fokus dan
produktifitas lebih tinggi. Sistem ini disebut juga Block Manuring System (BMS).
Pupuk yang diaplikasikan di kebun ASE adalah NK blend, Rock
Phosphate (RP), Kiesserite dan HGFB. NK blend memiliki kandungan N = 13%
dan K= 36%. Pupuk RP mengandung P2O5 sebanyak 28%. HGFB mengandung
unsur boron yang merupakan unsur mmikroesensial bagi tanaman.. Kiserite
mengandung MgO sejumlah 21% dan sulfur 26%. Dosis NK blend yang
diaplikasikan adalah 2.75 kg per tanaman. Pupuk RP 1.5 kg per tanaman, serta
pupuk kisserite 1.25 kg per tanaman.
Pupuk NK blend diaplikasikan di atas rumpukan pelepah atau di atas
tumpukan janjang kosong dengan merata (tidak berumpuk atau menggumpal).
Pupuk diaplikasikan membentuk stengah lingkaran pada areal miring dan dekat
parit. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan serapan hara dan mengurangi
terjadinya kehilangan pupuk melalui aliran permukaan (run off) atau pencucian
(leaching).
Tenaga kerja pemupukan berjumlah 15 orang berstatus SKU harian.
Organisasi pemupukan meliputi mandor pupuk, karyawan angkut pupuk,
karyawan pengecer dan karyawan penabur. Setiap hari kerja karyawan berkumpul
di kantor divisi untuk diantar ke lokasi pemupukan menggunakan truck.
Pemupukan dimulai pukul 07.30 setelah pengecer selesai mengecerkan seluruh
pupuk. Pengeceran dilakukan oleh 5 orang dengan menggunakan truck.

15
Sebelum memulai pekerjaan, mandor memberikan pengarahan teknis
terkait pembagian hancak dan pengelompokan. Pembagian hancak dan
pengelompokan didasarkan dengan jumlah tenaga tersedia dengan jumlah blok
yang ditargetkan.
Pengeceran pupuk dilakukan di collection road pada tempat penumpukan
pupuk sesuai KKP. Karyawan membawa pupuk ke dalam hancak menggunakan
ember dan menabur pupuk sesuai dosis per tanaman. Karyawan memulai aplikasi
pada pohon ke-8 hingga ke pasar tengah pada 1 pasar rintis. Berdasarkan
pengamatan, 1 ember pupuk cukup untuk 16 tanaman. Jadi untuk menghemat
waktu mobilisasi tenaga kerja dan memastikan seluruh tanaman mendapatkan
pupuk yang cukup, dimulailah pemupukan pada tanaman ke-8.
Pengangkutan Buah
Pengangkutan sangat terintegrasi dengan kegiatan panen. Semakin lama
TBS dievakuasi ke PKS maka kandungan ALB nya akan semakin meningkat.
TBS yang dipanen harus segera dievakuasi dari lapang ke pabrik sebelum 24 jam
untuk meminimalkan penurunan kualitas Minyak Kelapa Sawit (MKS). Oleh
sebab itu prinsip utama dari pengangkutan adalah mengangkut seluruh buah dan
berondolan yang terpanen ke pabrik untuk diolah tanpa menyisakan buah restan.
Pengangkutan di kebun ASE menggunakan dump truck berjenis PS (kapasitas 5.5
ton) dan Hino (kapasitas 10 ton). Dump truck berjenis Hino berjumlah 3 unit dan
PS berjumlah 6 unit Jumlah tersebut adalah kondisi aktual di lapangan.
Buah dan brondolan di TPH dihitung oleh krani transpor kemudian
diangkut oleh truk. Buah di naikkan ke truk menggunakan tojok. Brondolan
dikumpulkan menggunakan penggaruk brondolan dan dimasukkan ke truk
menggunakan karung. Batas toleransi berondolan di TPH adalah nol jika ada
brondolan yang tertinggal maka pemuat akan di denda. Besar denda yang
dikenakan sebesar Rp100/brondolan. Untuk menjaga kualitas hasil dan
mengurangi kontaminasi pada CPO, kotoran seperti pasir, gagang TBS, janjang
kosong dilarang untuk dimuat.
Setelah truk penuh, maka buah langsung di antar ke pabrik. Sebelumnya
supir telah diberikan Surat Pengantar Buah (SPB) oleh mandor. Surat ini menjadi
syarat agar truk muatan boleh masuk ke pabrik. Sampai di pabrik, truk di timbang
bobot keseluruhannya. Penimbangan dilakukan dalam kondisi mesin mati, supir
dan penumpang telah turun. Kemudian buah didrop ke loading pabrik setelah itu
dilakukan penimbangan truk dalam kondisi kosong untuk memperoleh bobot TBS.
Hasil penimbangan bobot buah akan tertera di SPB. Salinan SPB diserahkan ke
krani transport untuk direkapitulasi seluruh buah yang terangkut dan buah restan
(jika ada) pada hari tersebut. Bobot buah juga menjadi dasar penghitungan premi
karyawan. basis pemuat adalah 3 ton/orang pada hari normal dan 2.1 ton/orang
pada hari Jumat. Premi karyawan sebesar Rp1 500/ ton untuk premi basis dan Rp6
500/ton untuk premi lebih borong. Pendapatan setiap harinya akan direkap dan
dilaporkan di BKM (Buku Kerja Mandor).
Pelaksanaan evakuasi buah di kebun ASE berdasarkan kaidah First In
First Out (FIFO). Buah yang pertama kali diangkut ke pabrik adalah buah yang
pertama kali di panen. Buah yang terlalu lama tidak terangkut akan menurun
kualitasnya, buah akan semakin banyak rontok dari tandan, berondolan menjadi
kusam bahkan menjadi busuk, serta asam lemak bebas menjadi meningkat. Oleh

16
sebab itu, hancak kendaraan oleh mandor transpor dimulai dari TPH yang terlebih
dahulu dipanen. Skema penghancakan unit transpor dalam mengevakuasi buah di
TPH dapat dilihat pada Gambar 5.
Awal
Pengancakan

(Areal Panen - PKS (PP) > 20 Km)

TR. 01

TR. 01

TR. 01

TR. 01

TR. 01

TR. 02

TR. 02

TR. 02

TR. 02

TR. 02

TR. 03

TR. 03

TR. 03

TR. 03

TR. 03

TR. 04

TR. 04

TR. 04

TR. 04

TR. 04

Arah Start
Panen

= Unit Transport 01,02, Dst
= Arah Putaran Unit Transpor
= Tempat Tunggu Kerani Transpor

Gambar 5 Penghancakan transportasi buah per mandoran
Aplikasi Palm Oil Mill Efluent (POME)
Limbah hasil olahan kelapa sawit terdiri dari limbah padat, cair, dan gas.
Limbah cair dan limbah padat pada kelapa sawit tidak dibuang melainkan
dikembalikan lagi ke lahan untuk dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Limbah
padat berupa janjang kosong (JJK). Limbah cairnya berupa Palm oil Mill Effluent
(POME).
POME yang dihasilkan pabrik ditampung dalam kolam-kolam
penampungan dan dialirkan ke blok-blok aplikasi sebagai tambahan unsur hara
bagi tanaman. Aplikasi POME memenuhi 2 kriteria yakni jauh dari pemukiman
dan jauh dari sungai. Kolam aplikasi limbah di kebun ASE terdapat di blok C008,
C009, D008, D009, dan E010.
POME dialirkan menggunakan pipa yang terhubung dengan kolam limbah
di pabrik. POME yang dialirkan ke lahan mengandung 300-400 BOD/COD.
Terdapat 150 kolam dalam setiap hektar land application. Kolam aplikasi limbah
di kebun berukuran 6m x 2.4m x 0.4m.
Kolam secara rutin dicek keamanannya melalui sumur pantau yang
berjarak 2m dari kolam aplikasi limbah. Pemerintah melalui Dinas Lingkungan
Hidup setempat selalu mengambil sampel POME untuk mengidentifikasi cemaran
setiap 6 bulan sekali. Hal ini dilakukan agar aplikasi POME tidak mencemari
lingkungan dan ekosistem sekitarnya.
Aplikasi Janjang Kosong (JJK)
Seluruh divisi di kebun ASE melaksanakan aplikasi janjang kosong.
Aplikasi JJK di kebun ASE terdapat di blok A007, A012, C007, C008, C012,
C013, D007, D008, D009, D010, D012, dan D013. JJK diangkut menggunakan
truck pengangkut dari pabrik menuju ke lokasi dan ditumpahkan di pinggir
Collection Road (CR) blok yang akan diaplikasikan. Tumpukan JJK tersebut
kemudian disebarkan kepada titik-titik aplikasi di antara baris tanaman sekitar
gawangan mati. Penyebaran JJK berbetuk segi empat setinggi satu lapis dari tanah.
Hal ini dilakukan untuk menghindari perkembangbiakan kumbang tanduk

17
(Oryctes rhinoceroes L.) di lapisan JJK. Setiap titik aplikasi digunakan 550 kg
JJK atau setara dengan 70 ton/ha. JJK disebar dengan menggunakan angkong.
Setiap ton JJK setara dengan 5kg Urea, 1 kg TSP, 16 kg MOP, dan 5 kg
Kiserite. Selain sebagai pupuk organik, JJK juga berperan dalam konservasi tanah
dan air. JJK dapat menyerap dan menahan air agar tidak mudah menguap di
musim panas. Air yang tertahan di JJK akan menjaga kelembaban di sekitarnya
serta memperbaiki struktur dan biologi tanah. Aplikasi JJK juga dapat mencegah
terjadinya erosi dan pencucian hara. Sistem upah aplikasi JJK adalah sistem
borongan. Setiap aplikasi tenaga kerja diberikan upah Rp7000/ton.
Pengolahan Kelapa Sawit di Pabrik Angsana (ASF)
1.

Stasiun Penerimaan Buah
Tandan Buah segar yang diangkut dari kebun kemudian ditimbang di
jembatan timbang. Jembatan timbang di Pabrik Angsana berkapasitas 40 ton per
unit sebanyak 2 unit. Penimbangan dilakukan dua kali, yakni pada saat truk masuk
mengantar buah ke loading ramp dan pada saat truk ke luar dalam keadaan
kosong. Bobot TBS dihitung berdasarkan selisih antara berat truk berisi TBS
dengan berat truck kosong. Truk ditimbang dalam keadaan mesin mati. Hal ini
dilakukan karena perangkat elektronik pada jembatan timbang sangat sensitif,
termasuk getaran pada saat mesin mobil dihidupkan.
TBS yang telah ditimbang kemudian dituang secara langsung dari truk ke
loading ramp. Angsana Factory memiliki 3 Loading ramp. Loading ramp adalah
penampung buah berkapasitas berupa lantai miring dilengkapi dengan pintu-pintu
yang digerakkan secara hidrolik. Kapasitas loading ramp di Pabrik Angsana
adalah 210 ton. Masing masing pintu dapat menampung bobot 15 ton TBS. Dalam
1 loading ramp terdapat 14 pintu. Saat pintu terangkat ke atas, buah akan jatuh ke
dalam conveyor menuju ke stasiun rebusan (sterilization) untuk diisikan ke dalam
lori.
2.

Stasiun Rebusan (Sterilizer)
Angsana Estate memiliki 55 lori yang masing-masing berkapasitas 5 ton.
Lori yang berisi TBS kemudian dikirim ke perebu

Dokumen yang terkait

Studi Keanekaragaman Jenis Serangga Di Areal Pertanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pada Berbagai Umur Tanaman Di PTPN III Kebun Huta Padang

0 37 81

Indeks Keragaman Jenis Serangga pada Pertanaman Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) di Kebun Rambutan

1 58 50

Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Tanaman Menghasilkan di Angsana Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan

1 29 212

Manajemen Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)di Gunung Kemasan Estate, PT.Bersama Sejahtera Sakti, Minamas Plantation, Pulau Laut, Kalimantan Selatan

1 7 5

Pengelolaan panen tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq.) Di perkebunan pantai bonati estate, PT. Sajang heulang minamas plantation, tanah bumbu, Kalimantan Selatan

1 26 175

Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Gunung Sari Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan

1 21 167

Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Angsana Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation Group, Kalimantan Selatan.

0 5 216

Pengelolaan Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Pinang Sebatang Estate, PT Aneka Intipersada, Minamas Plantation Group, Siak, Riau

0 11 73

Pengelolaan Gulma Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Angsana Estate PT Ladangrumpun Suburabadi Minamas Plantation Kalimantan Selatan

0 13 62

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Mandah Estate, Pt Bhumireksa Nusasejati, Minamas Plantation, Indragiri Hilir, Riau

0 5 55