Hambatan Yang Dihadapi Masyarakat

jual beli tersebut, selama tanah tersebut masih bersengketa dengan pihak lain. 55

B. Hambatan Yang Dihadapi Masyarakat

Dalam pelaksanaan pendaftaran tanah, tidak terlepas dari adanya peran serta masyarakat sebagai pemengang hak atas tanah. Namun demikian, masyarakat juga mengalami hambatan-hambatan sehingga pelaksanaan pendaftaran peralihan hak milik tidak berjalan dengan maksud dan harapan yang di ingginkan. Beberapa faktor penghambat yang timbul terdiri dari dari faktor ekstern, dalam hal ini masyarakat Kabupaten Karo sendiri, yakni : a. Kurangnya Pemahaman Masyarakat Dari hasil quisioner yang disebarkan penulis, menunjukkan kurangnaya pemahaman masyarakat akan arti pentingnya pelaksanaan pendaftara peralihan hak milik atas tanah. Masih banyaknya masyarakat, khususnya pada desa yang terpencil yang dalam melakukan peralihan hak atas tanahnya melalui jual beli yang dilakukan di bawah tangan, tidak dilakukan di hadapan PPAT. Mereka beranggapan dengan dilakukannya peralihan hak atas tanah melalui jual beli tersebut yang dilakukan di bawah tangan, yang hanya bermodalkan materai, yang disaksikan oleh para pihak, jual beli tersebut dianggap sah, tanpa didaftarkannya pada Kantor Pertanahan setempat dan beranggapan bahwa pemilik tanah sudah pasti mendapatkan hak atas tanah dan jaminan kepastian hukum. 55 Maruli Surya Tambunan., Op cit. Universitas Sumatera Utara Hal ini disebabkan masih banyaknya masyarakat Kabupaten Karo yang belum mengetahui secara jelas tentang pelaksanaan pendaftaran peralihan hak atas tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Karo serta syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan pendaftaran peralihan hak atas tanah karena jual beli tersebut yang tidak diketahui oleh masyarakat Kabupaten Tanah Karo. 56 b. Biya Pendaftaran Yang Mahal Bagi masyarakat Kabupaten Tanah Karo, khususnya daerah yang terpencil, biaya yang dikeluarkan untuk melakukan peralihan hak atas tanahnya sampai dengan pendaftaran peralihannya cukup mahal, dan mengeluarkan biaya yang sangat besar. Menurut bapak Daniel Sambiring bisa mencapai Rp 1.500.000 sd Rp.2000.000, serta melalui proses yang berbelit-belit dan lama. Sehingga bagi masyarakat golongan ekonomi lemah, biaya tersebut dirasakan sangat mahal. Yang pada kenyataannya masyarakat ekonomi lemah merasa malas dan enggan untuk melakukan peralihannya pada PPAT dan melakukan pendaftaran peralihannya pada Kantor Pertanahan Kabupaten Karo, yang dirasa hanya memakan waktu yang sangat lama, yang hanya akan menyita waktu kerja mereka. Mereka tidak menyadari bahwa dengan tidak didaftarkannya peralihan tersebut, mereka akan kesulitan dalam memperoleh sertifikat atas namanya. Begitu pula terkadang masyarakat di Kabupaten Karo, terutama di daerah pedesaan yang dalam melakukan pendaftaran peralihan hak atas tanahnya melalui perantara Kepala Desa, karena kesibukan kepentingan pribadi Kepala Desa untuk mengurusi hal lain, mengakibatkan pendaftaran ke Kantor Pertanahan Kabupaten 56 Jeremias Silalahi., Op.cit. Universitas Sumatera Utara Karo menjadi tertunda untuk beberapa waktu lamanya. Keterlambatan dan penundaan oleh Kepala Desa inilah yang menyebabkan pendaftaran peralihan hak atas tanah berkesan lama. Sebagian besar masyarakat Kabupaten Karo belum mengetahui prosedur pelaksanaan pendaftaran peralihan hak milik tersebut dan pelayanan yang diberikan oleh Kantor Pertanahan. Hal ini disebabkan kurangnya penyuluhan kepada masyarakat, terutama pada masyarakat desa yang penduduknya berpendidikan sangat rendah, baik itu yang dilaksanakan oleh pemerintah, Kantor Pertanahan ataupun Kepala Desa itu sendiri. Semuanya ini menghambat dalam pelaksanaan pendaftaran peralihan hak atas tanah dengan status hak milik di Kantor Pertanahan Kabupaten Karo Menurut Pasal 6 Peraturan Menteri Agraria No.10 Tahun 1961, uang jasahonorarium dapat dipungut oleh pejabat sebesar 0,5 dari harga penjualan harga taksiaran hak. Apabila pembutan akta disaksikan oleh kepala Desa dan seorang anggota pemerintah desa, uang saksi dipungut 1 dari harga penjualanharga taksiran. Tetapi sangat sering terjadi para camat danatau PPAT membebankan biaya 10 dari harga penjualan taksiran penjualan tanah. Ini beban yang sangat berat bagi pemengang hak atas tanah sebidang tanah. Dapat dikatakan bahwa naluri manusia untuk mencari untung sekalipun tanpa kerja keras dan tidak halal tercermin juga dalam bidang pendaftaran peralihan hak milik. Universitas Sumatera Utara Khususnya mengenai mengenai besar dan cara pembayaran biaya Pendaftaran Tanah diatur dalam peraturan pemerintah sendiri. Apabila dikaitkan dengan Anggarn Pendapatan Belanja Negara dan daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota APBN dan APBD peraturan sendiri itu mengisyaratkan bahwa biaya pendaftaran tersebut akan selalu mengalami perubahan sesui kebutuhan sebagai salah satu sumber pendapatan negara dan daerah. Berdasarkan ketentuan UUPA, Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2002 dan peraturan pelaksana lainya, biaya pendaftran tanah di tetapkan variatif. Hal-hal yang menyebabkan demikian antara lain : 57 1. Luas Tanah 2. Peruntukan Penggunaan Tanah 3. Letak Tanah 4. Pemilik Tanah 5. Besar Pajak 6. Status Tanah Sebgaian bersar masyarakat selain dari berdagag di Kabupaten Karo khususnya di Kecamatan Kabanjahe Desa Samura adalah menggantungkan hidupnya pada sektor Perkebunan dan Pertanian. Akan tetapi masih banyak penduduk yang hanya memiliki tanah yang tidak terlalu luas atau tidak mencukupi 57 Tanpil Ansari Siregar., Op cit, hal. 213. Universitas Sumatera Utara untuk di usahai bagi peningkatan taraf hidup sehingga banyak penduduk hanya sebagai pekerja saja di dalam tanah milik orang lain. Tentu kondisi ini juga merupakan salah satu penghambat masyarakat di Kabupaten Karo khusunsya di Kecamatan Kabanjahe Desa Samura untuk mendaftarkan hak milik atas tanahnya. Karena orientasi mereka lebih kepada bagaimana meningkatkan taraf hidup dan keluarganaya. Sehingga pendaftaran hak milik bukan merupakan hal yang penting bagi mereka. Secara yuridis dikatakan bahwa orang yang tak mampu dibebaskan dari biaya pendaftaran tanah sebagi mana yang dimaksud Pasal 19 Ayat 4 UUPA. Tetapi dalam kenyataannya, ini belum terlaksana secara memadai, kembali masalahnya yaitu terbetur pada masalah biaya. Sehingga bagi petani atau orang yang tidak mampu enggan untuk mendaftarkan tanahnya. Biaya yang cukup mahal menjadikan masyarakat enggan untuk mendaftarkan tanahnya dan akhirnya merasa telah cukup aman dengan hanya memengang surat bukti jual beli, surat bukti milik adat tanpa berniat untuk melakukan pendaftaran hak miliknya pada kantor pertanahan setempat. c. Amanat undang undang perpajakan Sekarang yang ingin mendaftarkan tanah disamping harus memenuhi biaya pemohon yang ditetapkan aturan pendaftaran tanah juga ada biaya-biaya lain atas perintah undang-undang yang tidak dapat diabaikan seperti Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang BPHTB dan undang-unang Pajak Bumi dan Bangunan lain. Semua biaya yang dibebankan dari ketentuan aturan Universitas Sumatera Utara pendaftran tanah itu sendiri menjadi orang enggan untuk mendaftarkan tanahnya apalagi di daerah pedesaan. 58 Dismaping mahalnya biaya yang harus dikeuarkan dalam pelaksanaan peralihan hak milik, invesatasi undang-undang perpajakan juga mempengaruhi kurangnya minat masyarakat untuk mendaftarkan tanahnya. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan menyebutkan bahwa, yang menjadi subjek pajak adalah orang atau badan hukum yang secara nyata mempunyai sesuatu hak atas bumi dan atau memperoleh manfaat atas bumi dan atau memiliki, menguasai atau memperoleh manfaat tanah dan bangunan. Masyarakat sering beranggapan bahwa apabila mereka melakukan peralihan hak di hadapan pejabat PPAT atau di Kantor Pertanahan setempa maka mereka harus membayar pajak yang mahal atas tanah yang dialihkan tersebut sehingga mereka merasa enggan bahkan enderung mengabaikan masalah pendaftaran tanah tersebut. Mereka lebih memilih untuk tidak memiliki akta jual beli daripada harus membayar pajak yang menurut mereka cukup mahal. Seperti yang disampaikan bapak : masyarakat enggan mendaftarkan peralihan hak milik karena mahal dan juga sangat lama perosesnya. 58 M.Yamin., Op.cit, hal. 26. Universitas Sumatera Utara BAB IV UPAYA KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN KARO MENGATASI HAMBATAN Mengenai Pelaksanaan Pendaftaran Peralihan Hak Milik masih banyak masyarakat melakukan pendaftarannya dengan perantaran Kepala Desa. Dimana penyelenggaraan Pendaftaran Tanah tidak lepas dari fungsi pengukuran dan pemetaan yang tujuannya adalah untuk menghasilakan surat ukur yang akan menjadi kelengkapan sertifikat bukti hak atas tanah. Dengan berbagai permasalahan-permasalahan yang timbul dalam melaksanakan pendaftaran peralihan hak milik yang terjadi akibat berbagai faktor, ada beberapa upaya yang dilakukan Kantor Pertanahan Kabupaten Karo untuk memperkecil hambatan-hambatan tersebut yang rutin dilakukan oleh pihak Kantor Pertanahan Kabupaten Karo. Upaya untuk memperkecil hambatan-hambatan itu antara lain : 1. Dari segi interen b. Membuat pengumuman-pengumuman kepada setiap kecamatan yang berada diwilayah Kabupaten Karo, tentang informasi-informasi baik mengenai pendaftaran peralihak hak milik atas tanah melalui jual beli maupun pendaftran tanah untuk pertama kalinya. c. Selalu memanggil setiap Kepala DesaKepala Kelurahan untuk mendapat bimbingan dari pihak Badan Pertanahan Kabupaten Karo tentang Universitas Sumatera Utara pendaftaran tanah. Agar setiap kepala desa selalu melakukan peralihan hak miliknya melalui pejabat yang berwewenang demi menjamin kepastian hukumnya. d. Memberikan pemahanan-pemahaman kepada msyarakat lewat kepala desa tentang informasi pendaftaran tanah dan besar biaya pendaftaran tanah tdak akan lari dari peraturan pemerintah yang berlaku 2. Dari segi eksteren a. Penyuluhan lagsung oleh pihak Pegawai Kantor Pertanahan Kabupaten Karo. Seperti yang disebutkan diatas, dimana kantor pertanahan dalam melakukan peralihan hak milik terlebih dahulu melakukan sosialisasi kepada kepala desa setempat, dan apabila perlu ada beberapa pegawai kantor pertanahan yang ikut mndampingi kepala desa untuk mensosialisasiakan mengenai pentingnya pendaftaran peralihan hak milik. Dimana selain sudah menjadi tanggung jawab dari setiap Kepala Desa untuk kemabali mensosialisasikan hal tersebut kepada warganya, namun berdasarkan data yang ada dilapangan perbandingan pendaftarn peralihan hak milik yang dilakukan masyarakat antara PPAT Camat 80 dngan PPAT sekitar 20 saja. 59 b. PRONA APBN Proyek Operasi Nasional Agraria PRONA mulai beralaku tanggal 15 Agustus 1981 sejak dikeluarkannya keputusan Menteri dalam Negeri 59 Maruli Surya Tambunan., Op.cit. Universitas Sumatera Utara Nomor 189 Tahun 1981. Dengan adanya PRONA ini diharapkan permasalahan tanah yang marak terjadi dapat diatasi dengan penuh pengertian dan kesadaran dari masyarakat. Penetapan pelaksanaan PRONA dilatar belakangi sejumlah faktor yang sifatnya teknis dan non teknis. Yakni : a. Faktor teknis Menyangkut kenyataan, selama ini agraria bersifat pasif menunggu masyarakat mendaftarkan tanahnya atau adanya rakyat yang membodohi masyarakat b. Faktor non teknis Menyangkut kepekaan masalah tanah yang turut meniungkat, karena dengan meningkatnya jumlah penduduk dan volume pembangunan, permintaan tanah yang luas dan berkualitas baik semakin besar. Sementara tanah semakin sulit didapat terutama dikota-kota besar. Keresahan masyarakat karena persoalan tanah antara lain bersumber dari meningkatnya harga tanah, calo tanah dan campur tagan oknum agraria di luar wewenangnya. Ditengah itu golongan ekonomi lemah sendiri cenderung menjual tanahnya kepada golongan ekonomi kuat. 60 60 Djoko Prakoso dan Budiman Ali Purwanto., Op.cit, hal. 67. Tujuan pendaftaran tanah melalui PRONA harus dapat dimanfaatkan sebagai landasan bagi akselarasi pelaksanaan pendaftaran peralihan tanah selanjutnya, yaitu : Universitas Sumatera Utara a Untuk menumbuhkan kesadaran hukum masyarakat dalam bidang pertanahan sebagai usaha untuk berpartisipasi dalam menciptakan stabilitas sosial politik serta pembangunan nasional. b Untuk menyelesaikan sengketa tanah yang bersifat strategis agar dapat mengurangi kerawanan kepekaan sebagai gangguaan terhadap stabilitas sosial politik dikalangan masyarakat. c Ditujuakan kepada golongan ekonomi lemah agar para pemilik dapat memperoleh jaminan kepastian hukum atas tanah yang mereka kuasai sehingga dapat merasa lebih aman dan tentram dalam menggunakan menguasai serta memanfaatkan tanahnya. 61 Pada awalanya PRONA ditujuakan bagi golongan ekonomi lemah, namun kemudian berkembang secara melembaga dan meluas. Di Kabupaten Karo program PRONA dilaksanakan sebagai upaya untuk mempercepat proses pendaftaran tanah di daerah ini. Program ini dilaksanakan sekali dalam satu tahun dimana pelaksanaanya sesuai dengan peraturan yang berlaku yang dalam hal ini PMDN Nomor 189 Tahun 1981. 61 Tampil Ansari Siregar., Op.cit, hal. 111. Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan