Uji daya hasil dan kualitas jagung manis (Zea mays var saccharata Sturt.) genotipe SD-3 serta empat varietas pembanding di Kabupaten Majalengka

UJI DAYA HASIL DAN KUALITAS JAGUNG MANIS (Zea
mays var. saccharata Sturt.)GENOTIPE SD-3SERTA EMPAT
VARIETAS PEMBANDINGDI KABUPATEN MAJALENGKA

ACHMAD SYAIFUDDIN
A24080119

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

RINGKASAN

ACHMAD SYAIFUDDIN. Uji Daya Hasil dan Kualitas Jagung Manis (Zea
mays var saccharata Sturt.) Genotipe SD-3 serta Empat Varietas Pembanding
di Kabupaten Majalengka. (Dibimbing oleh Memen Surahman).
Percobaan ini dilakukan untuk mengevaluasi daya hasil dan kualitas serta
penampilan jagung manis (Zea mays var. saccharata Sturt.) genotipe SD-3 yang
diproduksi oleh IPB dengan empat varietas komersial lainnya sebagai
pembanding yang dilaksanakan di Desa Dukuh Asem Kabupaten Majalengka

sebagai salah satu sentra jagung manis di Indonesia pada bulan April-Juli 2012
dengan ketinggian 400 m dpl. Hipotesis penelitian ini adalah diduga bahwa
genotipe SD-3 mampu dikembangkan menjadi varietas yang bersaing dengan
varietas pembanding di pasar komersial berdasarkan uji daya hasil, kualitas, dan
penampilan jagung manis.
Penelitian ini menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT)
dengan faktor tunggal. Setiap varietas diulang sebanyak empat kali sehingga
terdapat 20 satuan percobaan. Bahan tanam yang digunakan yaitu, genotipe SD-3
sebagai kontrol, sedangkan varietas pembandingnya antara lain Supersweet,
Bonanza, Sweetboy, dan SG 75. Setiap satuan percobaan terdiri atas plot
berukuran 4 x 5 m2. Jarak antar plot 0.5 m dan jarak antar blok 1.5 m. Setiap satu
plot terdiri dari lima baris tanaman dengan jarak tanam antar baris 76 cm dan
dalam baris 25 cm. Setiap lubang tanam terdiri atas dua benih jagung manis.
Pengamatan dilakukan dengan mengambil 10 tanaman contoh dalam setiap satuan
percobaan. Penyerbukan sendiri dilakukan pada dua tanaman selain tanaman
contoh di setiap plot saat tanaman berumur 46–53 hari setelah tanam (HST). Hasil
pengamatan terhadap peubah kuantitatif diuji F untuk menganalisis pengaruh
perlakuan. Pada peubah yang berpengaruh nyata dilakukan uji nilai tengah
menggunakan uji Dunnettpada taraf 5%.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa peubah rebah batang, panjang daun,

lebar daun, jumlah biji per baris pada tongkol jumlah tongkol pertanaman, dan
kadar padatan total terlarut (PTT) genotipe SD-3 tidak berpengaruh nyata dengan

varietas pembandingpadauji F taraf 5% . Dari percobaan disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan daya hasil, kualitas, dan penampilan tanaman jagung manis
genotipe SD-3 yang dievaluasi dengan keempat varietas komersial yang
digunakan sebagai pembanding. Daya tumbuh SD-3 lebih tinggi daripada varietas
pembandingdengan persentase sekitar 88.25%. Genotipe SD-3 juga memiliki
waktu umur muncul malai (46 HST) dan umur reseptif tongkol (51 HST) yang
lebih cepat dibandingkan empat varietas pembanding.
Genotipe SD-3 memiliki tinggi tanamaan dan tinggi tongkol utama yang
lebih tinggi daripada varietas hibrida, kecuali dengan Supersweet. Bobot tongkol
berkelobot dan tanpa kelobot per tanaman genotipe SD-3 lebih tinggi daripada
Supersweet. Panjang tongkol dan diameter tongkol genotipe SD-3lebih rendah
dibandingkan keempat varietas pembanding lainnya. Dari segi daya hasil, indeks
panen tongkol tanpa kelobot dan produktivitas genotipeSD-3 sekitar 0.245 lebih
tinggi daripada varietas Supersweet dan Sweetboy, tetapi masih di bawah varietas
Bonanza dan SG 75.Produktivitas genotipe SD-3 sekitar 3.109 ton tongkol tanpa
kelobot/ha dengan potensi hasil dapat mencapi 19.007 ton tongkol berkelobot/ha.
Kadar PTT genotipe SD-3 sekitar 11.975 0Brix. Tingkat preferensi konsumen

menyatakan bahwa 73.33% kurang suka terhadap bentuk tongkol seperti kerucut
dan 53.33% terhadap warna biji kuning muda. Secara agregat, genotipe SD-3
lebih unggul dibandingkan Supersweet dan Sweetboy, tetapi lebih rendah
daripada Bonanza dan SG 75.

UJI DAYA HASIL DAN KUALITAS JAGUNG MANIS (Zea
mays var. saccharata Sturt.) GENOTIPE SD-3 SERTA EMPAT
VARIETAS PEMBANDINGDI KABUPATEN MAJALENGKA

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

ACHMAD SYAIFUDDIN
A24080119

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013


Judul

Nama
NRP

: UJI DAYA HASIL DAN KUALITAS JAGUNG
MANIS (Zea mays var. saccharata Sturt.)
GENOTIPE SD-3 SERTA EMPAT VARIETAS
PEMBANDING DI KABUPATEN MAJALENGKA
: ACHMAD SYAIFUDDIN
: A24080119

Menyetujui,
Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Memen Surahman, MSc.Agr
NIP. 19630628 199002 1 002

Mengetahui,

Ketua Departemen

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr
NIP. 19611101 198703 1 003

Tanggal lulus :

RIWAYAT HIDUP

Penulis, Achmad Syaifuddin, dilahirkan di Jakarta pada tanggal 06 Maret
1990. Penulis merupakan putra kedua dari dua bersaudara pasangan Bapak
Taryoso dan Ibu Nur’aini. Tahun 2002 penulis lulus dari SDN Mampang 1,
Depok, Jawa Barat. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan studi ke SMP
Negeri 13 Depok dan lulus pada tahun 2005. Setelah itu, penulis meneruskan studi
di SMA Negeri 6 Depok dan tamat pada pertengahan 2008. Penulis diterima di
Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur undangan seleksi masuk (USMI).
Penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Agronomi dan Hortikultura,
Fakultas Pertanian.
Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif dalam organisasi
kampus. Di Tingkat Persiapan Bersama (TPB) penulis tergabung dalam Ikatan

Mahasiswa Muslim TPB (IKMT). Di tingkat dua penulis penulis menjadi Kepala
Kajian Biro IPB Politik Center BEM KM IPB “Inspirasi” pada 2010. Di tahun
2011, penulis menjadi Menteri Kebijakan Daerah BEM KM IPB “Bersahabat”
dan Koordinator Aliansi Strategis BEM Se-Bogor. Pada tahun 2012, penulis
diamanahkan menjadi Menteri Kebijakan Pertanian BEM KM IPB “Berkarya”
dan Koordinator Isu Pangan BEM Seluruh Indonesia.
Penulis merupakan salah satu penerima Beastudi Etos (2008-2011) dan
Beasiswa Aktivis (2012) Dompet Dhuafa Republika. Selain itu penulis juga
mendapatkan Beasiswa Bank Mandiri (2012). Penulis juga aktif dalam kegiatan
sosial, seperti Pengajar dalam Program Kampung Cerdas di desa Cibanteng,
Program Kampung Produktif di Desa Galuga, Mahasiswa Tanggap Bencana, dan
lain-lain. Dalam rentang waktu yang dijalani ada sebuah keinginan untuk
menjadikan pertanian sebagai leading sector pembangunan nasional.

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’alaatas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan.

Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak 20 April 2012 ini
ialah “Uji Daya Hasil dan Kualitas Jagung Manis (Zea mays var. saccharata
Sturt.)Genotipe SD-3serta Empat Varietas Pembanding di Kabupaten Majalengka,
Jawa Barat”. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Memen Surahman, MSc.Agr selaku pembimbing skripsi atas
kesabarannya dalam memberikan bimbingan dan arahan selama penelitian
dan penulisan skripsi ini.
2. Dr. Tatiek Kartika S, Ms sebagai pembimbing akademik atas sarannya.
3. Dr. M. Syukur SP MSi dan Dr. Ir. Ketty Suketi MSi sebagai dosen penguji
sidang atas kebijaksanaan dan sarannya yang konstruktif.
4. Bapak Rahmat sebagai pegawai Kebun Percobaan Leuwikopo yang telah
mendampingi dalam pelaksanaan penelitiandi Majalengka.
5. Bapak Ade Ruhendi beserta kelompok Tani “Mekar Tani” yang membantu
dalam menyiapkan lahan danpemeliharaan tanaman di lapangan.
6. Bapak Ali sebagai alumni IPB yang telah bersedia menyediakan
penginapan selama penulis berada di Majalengka.
7. M. Hilal dan Arkanudin yang membantu saat pengumpulan dan
perhitungan data.
8. Bapak, Umi, dan seluruh sahabat atas segala doa dan kasih sayangnya
selama ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2013

Achmad Syaiuddin

ii

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. vii
PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
Latar Belakang ............................................................................... 1
Perumusan Masalah........................................................................ 2
Tujuan Penelitian .......................................................................... 2
Manfaat Penelitian.......................................................................... 3

Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 3
Hipotesis ........................................................................................ 3
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 4
Jagung Manis ................................................................................. 4
Budidaya Jagung Manis .................................................................. 7
Pemuliaan Jagung Manis ................................................................ 9
BAHAN DAN METODE ..........................................................................
Waktu dan Tempat .........................................................................
Bahan dan Alat ..............................................................................
Metode Percobaan .........................................................................
Pelaksanaan Penelitian ...................................................................

12
12
12
12
13

HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 18
Kondisi Umum Percobaan .............................................................. 18

Daya tumbuh, Warna Hipokotil, dan Rebah Batang ........................ 20
Tinggi Tanaman, Tinggi Tongkol Utama, dan Diameter Batang ..... 21
Lebar Daun, Panjang Daun, Panjang dan Diameter Tongkol ........... 23
Umur Berbunga dan Umur Panen ................................................... 24
Bobot Tongkol Berkelobot dan Tanpa Kelobot Per Tanaman.......... 25
Bobot Tongkol Berkelobot dan Tanpa Kelobot Per Plot .................. 26
Jumlah Bijidan Jumlah Tongkol ..................................................... 27
Jumlah tanaman dan berat 1000 benih ............................................ 28
Bobot Tajuk Atas, Indeks Panen, dan Kadar PTT............... ........................ 29
Produktivitas dan Potensi hasil .. ...................................................... 31
Peubah Kualitatif dan Penampilan Tanaman ................................... 32
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 40
Kesimpulan ................................................................................... 40
Saran .............................................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 41
LAMPIRAN .............................................................................................. 43

iii

DAFTAR TABEL


Teks
Nomor
1.
2.

3.
4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

Halaman
Sifat endosperma jagung manis ...............................................
.
Pengaruh tepung sari terhadap warna biji jagung manis
(metaxenia) ...............................................................................

6

Rancangan penelitian jagung manis di lapang .........................
.
Rekapitulasi hasil uji F pada taraf 5% genotipe SD-3 dengan
empat varietas komersial sebagai pembanding ........................

17

7

19

Nilai tengahdaya tumbuh, warna hipokotil, dan rebah batang
genotipeSD-3 dengan empat varietas komersial sebagai
pembanding ..............................................................................

21

Nilai tengah tinggi tanaman, tinggi tongkol utama, dan
diameter batang genotipeSD-3 dengan empat varietas
komersial sebagai pembanding ................................................

22

Nilai tengah lebar daun, panjang daun, panjang tongkol, dan
diameter tongkolgenotipeSD-3 dengan empat varietas
komersial sebagai pembanding ................................................

23

Nilai tengah umur muncul tassel, umur reseptif, dan umur
panen per plot tanaman genotipe SD-3 dengan empat varietas
komersial sebagai pembanding ................................................

24

Nilai tengah bobot pertongkol tanaman dengan kelobot dan
tanpa kelobotgenotipe SD-3 dengan empat varietas komersial
sebagai pembanding ................................................

26

Nilai tengah bobot tongkol berkelobot dan tanpa kelobot
yang dipanen per plot tanaman genotipe SD-3 dengan empat
varietas komersial sebagai pembanding ...................................

26

Nilai tengah jumlah biji dan jumlah tongkol genotipe SD-3
dengan empat varietas komersial sebagai pembanding ...........

27

Nilai tengah jumlah tanaman dan bobot 1000 biji genotipe
SD-3 dengan empat varietas komersial sebagai pembanding...

29

Nilai tengah bobot tajuk atas, indeks panen, dan kadar PTT
genotipe SD-3 dengan empat varietas pembanding .................

30

iv

Teks
Nomor
14.

15.

16.

17.

18.
19.

20.

Halaman
Nilai tengah produktivitas dan potensi hasil genotipe SD-3
dengan empat varietas komersial sebagai pembanding ...........

31

Bentuk ujung daun pertama, bentuk batang, dan warna batang
genotipe SD-3 dengan empat varietas komersial sebagai
pembanding ..............................................................................

32

Warna daun, warna malai, dan warna rambut genotipe SD-3
dengan empat varietas komersial sebagai pembanding ...........

33

Bentuk tongkol dan warna biji genotipe SD-3 dengan empat
varietas komersial sebagai pembanding ...................................

34

Hasil uji preferensi bentuk tongkol dan warna biji genotipe
SD-3 dengan empat varietas komersial sebagai pembanding ..

36

Keunggulan genotipe SD-3 terhadap varietas supersweet
berdasarkan aspek berdasarkan peubah yang berbeda nyata
pada uji Dunnett taraf 5% ........................................................

37

Keunggulan genotipe SD-3 terhadap varietas hibrida
berdasarkan berdasarkan peubah yang berbeda nyata pada uji
Dunnett taraf 5% ......................................................................

38

v

DAFTAR LAMPIRAN

Text
Nomor

Halaman

1.

Deskripsi jagung manis SD-3 ...................................................

44

2.

Karakteristik jagung manis genotipe SD-3 ..............................

44

3.

Deskripsi jagung manis varietas Supersweet ...........................

46

4.

Deskripsi jagung manis varietas Bonanza ................................

47

5.

Deskripsi jagung manis varietas Sweetboy .............................

48

6.

Deskripsi jagung manis varietas Sugar 75 ...............................

48

7.

Hasil sidik ragam peubah daya tumbuh genotipe SD-3
terhadap empat varietas komersial sebagai pembanding .........

49

Hasil sidik ragam peubah warna hipokotil genotipe SD-3
terhadap empat varietas komersial sebagai pembanding .........

49

Hasil sidik ragam peubah tinggi tanaman genotipe SD-3
terhadap empat varietas komersial sebagai pembanding .........

49

Hasil sidik ragam peubah tinggi tongkol utama genotipe SD3 terhadap empat varietas komersial sebagai pembanding ......

50

Hasil sidik ragam peubah diameter batang genotipe SD-3
terhadap empat varietas komersial sebagai pembanding .........

50

Hasil sidik ragam peubah rebah batang genotipe SD-3
terhadap empat varietas komersial sebagai pembanding .........

50

Hasil sidik ragam peubah panjang daun genotipe SD-3
terhadap empat varietas komersial sebagai pembanding .........

50

Hasil sidik ragam peubah lebar daun genotipe SD-3 terhadap
empat varietas komersial sebagai pembanding ........................

50

Hasil sidik ragam peubah umur muncul tassel genotipe SD-3
terhadap empat varietas komersial sebagai pembanding .........

51

Hasil sidik ragam peubah umur reseptif genotipe SD-3
terhadap empat varietas komersial sebagai pembanding .........

51

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

vi

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

Hasil sidik ragam peubah bobot pertongkol dengan kelobot
genotipe SD-3 terhadap empat varietas komersial sebagai
pembanding ..............................................................................

51

Hasil sidik ragam peubah bobot pertongkol tanpa kelobot
genotipe SD-3 terhadap empat varietas komersial sebagai
pembanding ..............................................................................

51

Hasil sidik ragam peubah panjang tongkol genotipe SD-3
terhadap empat varietas komersial sebagai pembanding .........

51

Hasil sidik ragam peubah diameter tongkol genotipe SD-3
terhadap empat varietas komersial sebagai pembanding .........

52

Hasil sidik ragam peubah jumlah baris biji pada tongkol
genotipe SD-3 terhadap empat varietas komersial sebagai
pembanding ..............................................................................

52

Hasil sidik ragam peubah jumlah biji per baris pada tongkol
genotipe SD-3 terhadap empat varietas komersial sebagai
pembanding ..............................................................................

52

Hasil sidik ragam peubah jumlah tongkol pertanaman
genotipe SD-3 terhadap empat varietas komersial sebagai
pembanding ..............................................................................

52

Hasil sidik ragam peubah berat biji 1000 butir genotipe SD-3
terhadap empat varietas komersial sebagai pembanding .........

52

Hasil sidik ragam peubah bobot seluruh tongkol berkelobot
yang dipanen per plot tanaman genotipe SD-3 terhadap empat
varietas komersial sebagai pembanding ...................................

53

Hasil sidik ragam peubah bobot seluruh tongkol tanpa
kelobot yang dipanen per plot tanaman genotipe SD-3
terhadap empat varietas komersial sebagai pembanding .........

53

Hasil sidik ragam peubah tanaman yang terserang penyakit
bulai genotipe SD-3 terhadap empat varietas komersial
sebagai pembanding .................................................................

53

Hasil sidik ragam peubah tanaman sehat yang tumbuh
genotipe SD-3 terhadap empat varietas komersial sebagai
pembanding ..............................................................................

53

Hasil sidik ragam peubah tanaman yang dipanen genotipe
SD-3 terhadap empat varietas komersial sebagai pembanding

53

vii

30.

31.

32.

33.

34

35.

Hasil sidik ragam peubah bobot tajuk atas SD-3 terhadap
empat varietas komersial sebagai pembanding ........................

54

Hasil sidik ragam peubah kadar padatan total terlarut (PTT)
SD-3 terhadap empat varietas komersial sebagai pembanding

54

Hasil sidik ragam peubah indeks panen tongkol tanpa kelobot
SD-3 terhadap empat varietas komersial sebagai pembanding

54

Hasil sidik ragam peubah produktivitasSD-3 terhadap empat
varietas komersial sebagai pembanding ...................................

54

Hasil sidik ragam peubah potensi hasilSD-3 terhadap empat
varietas komersial sebagai pembanding ...................................

54

Dokumentasi kegiatan penelitian jagung manis di Majalengka

55

viii

DAFTAR GAMBAR

Teks
Nomor
1.

Halaman
Bentuk ujung daun pertamadari genotipe SD-3 dan varietas
pembanding ...........................................................................

32

2.

Bentuk batang dan warna batang genotipe SD-3..................

33

3.

Warna daun dari genotipe SD-3............................................

34

4.

Warna malaidari genotipe SD-3 ...........................................

34

5.

Warna rambut dari genotipe SD-3 .........................................

34

6.

Bentuk tongkol dan warna biji genotipe SD-3 dan varietas
pembanding ...........................................................................

35

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Jagung manis atau sweet corn (Zea mays var. saccharata Sturt.)merupakan
komoditas pertanian yang sangat digemari terutama oleh penduduk perkotaan,
karena rasanya yang enak dan manis. Jagung manis termasuk ke dalam kelompok
tanaman sayuran. Jagung tipe ini mulai dikembangkan di Indonesia sekitar tahun
1980-an (Tim Penulis PS, 2002). Jagung manis semakin populer dan banyak
dikonsumsi karena memiliki rasa yang lebih manis dibandingkan jagung biasa.
Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1998) banyak kultivar jagung yang memiliki
kandungan provitamin A yang tinggi. Selain itu, jagung manis juga mempunyai
tekstur dan aroma yang khas sehingga dapat dibuat berbagai jenis makanan
olahan.
Penanaman jagung manis relatif lebih menguntungkan daripada jagung
biasa karena jagung manis mempunyai nilai ekonomis yang tinggi di pasaran dan
masa produksinya relatif lebih cepat. Tanaman jagung manis dipanen ketika
berumur 18-24 hari setelah penyerbukan. Umur yang relatif pendek ini
memungkinkan frekuensi penanaman yang lebih intensif dibandingkan dengan
menanam jagung biasa. Sisa brangkasan dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak
dan tongkol jagung sekunder dapat dijadikan sebagai jagung semi sehingga dapat
meningkatkan pendapatan petani. Menurut Junaedi et al.(2000) petani umumnya
menggunakan varietas jagung manis yang bersari bebas karena harga benihnya
relatif murah dibandingkan dengan varietas hibrida, namun kualitas tongkol yang
dihasilkan varietas bersari bebas relatif lebih rendah.Jagung hibrida juga
mempunyai produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan jagung inbrida.
Kebutuhan benih jagung manis di Indonesia pada 2011 sebanyak 500-600
ton. Saat ini, Indonesia masih mengimpor 250 ton benih jagung manis dari luar
negeri. Produktivitas jagung manis lokal saat ini rata-rata hanya mampu
menghasilkan sekitar 5 ton per hektar (ha). Padahal, potensi hasil jagung manis
lokal dapat mencapai 10-14 ton per ha. Di sisi lain, produksi jagung manis di
Amerika Serikat bisa mencapai 9.9-10 ton per ha. Data tersebut menunjukkan
bahwa

produktivitas

jagung

manis

di

Indonesia

potensial

untuk

2

ditingkatkan.Sentra penanaman jagung manis di Indonesia terutama di Sumatera
Utara, Jawa Barat, dan Jawa Timur.
Permintaan pasar terhadap jagung manis terus meningkat seiring dengan
munculnya pasar swalayan baru yang membutuhkan dalam jumlah cukup besar.
Kebutuhan untuk pasar ekspor juga terus bertambah ditandai dengan adanya
peningkatan volume ekspor jagung manis. Kebutuhan pasar yang meningkat,
produksi jagung manis lokal yang masih rendah, dan harga jagung manis yang
relatif tinggi merupakan faktor pendorong agar petani dapat memgembangkan
usaha jagung manis.Oleh karena itu, jagung manis perlu diusahakan secara
intensif dan komersial, sehingga kualitas, kuantitas, dan kontinuitas produksinya
pun dapat memenuhi standar permintaan konsumen (pasar).

Perumusan Masalah
Perumusan masalah dari penelitian ini adalah produktivitas tanaman
jagung manis masih sangat rendah, sedangkan permintaan pasar nasional dan
internasional cenderung meningkat. Salah satu faktor penyebab rendahnya
produktivitas adalah penggunaan benih unggul yang rendah oleh petani. Hal ini
terjadi karena harga benih jagung manis hibrida yang dapat berproduksi tinggi di
pasaran harganya sangat mahal. Sementara itu, benih jagung manis non hibrida
yang harganya murah masih belum dapat bersaing dalam hal produktivitas dengan
benih hibrida. Terkait hal tersebut, IPB mencoba merakit genotipeSD-3 (jagung
manis bersari bebas) yang harganya relatif lebih murah dibandingkan varietas
komersil lainnya di pasaran. Penelitian ini ingin menguji apakah genotipeSD-3
dapat bersaing dengan varietas lainnya dalam hal daya hasil, kualitas, dan
penampilan. Alasan penelitian ini dilakukan di Kabupaten Majalengka karena
iklim dan topografinya sesuai dengan syarat tumbuh jagung manis dan daerah ini
merupakan salah satu sentra jagung manis di Jawa Barat.

Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan evaluasi daya hasil dan
kualitas serta penampilan jagung manis genotipe SD-3 yang diproduksi oleh IPB

3

dengan empat varietas komersial lainnya sebagai pembanding di Kabupaten
Majalengka sebagai salah satu sentra jagung manis di Indonesia.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah mengetahui varietas
jagung manis yang baik secara daya hasil, kualitas, dan penampilan agar petani
memiliki preferensi dalam menanan benih jagung manis yang memiliki
produktivitas tinggi dengan harga yang relatif terjangkau sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan petani jagung manis melaui pengurangan

biaya

produksi.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah pengujian daya hasil dan kualitas serta
penampilan genotipe SD3 dengan empat varietas komersial sebagai pembanding
dengan melihat peubah kuantitatif dan kualitatif yang berpengaruh terhadap daya
hasil, kualitas, dan penampilantanaman jagung manis secara keseluruhan, baik
pada fase vegetatifmaupun generatifnya.

Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah diduga bahwa
genotipe SD-3 mampu dikembangkan menjadi varietas yang bersaing dengan
varietas pembanding di pasar komersial berdasarkan uji daya hasil, kualitas dan
penampilan jagung manis (Zea mays var. saccharata Sturt.).

4

TINJAUAN PUSTAKA

Jagung manis
Jagung manis merupakan tanaman semusim yang tergolong herba
monokotil (Rubatzky dan Yamaghuchi, 1998). Tanaman ini termasuk ke dalam
famili Gramineae sub famili Panicoidae serta tergolong suku Maydae. Tipe
pembungaan jagung manis tergolongmonociousdengan bunga jantan tumbuh
sebagai pembungaan ujung (tassel) pada batang utama dan bunga betina tumbuh
terpisah sebagai pembungaan samping (tongkol) yang berkembang pada ketiak
daun. Berdasarkan tipe penyerbukan, jagung manis termasuk tanaman menyerbuk
silang dengan persentase penyerbukan silang sebesar 95%. Jagung manis
memiliki tipe pertumbuhan determinate. Secara fisik maupun morfologi sulit
untuk membedakan tanaman jagung manis dengan jagung biasa. Perbedaan
biasanya terletak pada warna bunga jantan dan bunga betina. Malai jagung manis
berwarna putih sedangkan malai jagung biasa berwarna kuning kecokelatan.
Rambut jagung manis berwarna putih sampai kuning keemasan sedangkan pada
jagung biasa berwarna kemerahan. Selain itu, tongkol jagung manis mempunyai
dua atau tiga daun yang tumbuh di sisi kiri dan kanan.
Perkecambahan pada jagung manis diawali dengan pembentukan sistem
perakaran dan struktur daun. Sistem perakaran jagung manis relatif dangkal
sebagai akar adventif dan berserabut dengan percabangan yang amat lebat untuk
memberikan hara yang cukup bagi pertumbuhan tanaman. Akar layang jagung
manis tumbuh di atas permukaan tanah sebagai penunjang supaya batang tumbuh
tegak dan membantu dalam penyerapan hara. Batang jagung manis berkisar antara
1.5-2.5 m dan terbungkus pelepah daun yang berselang-seling(Rubatzky dan
Yamaghuchi, 1998). Pelepah daun terbentuk pada buku dan membungkus rapat
panjang batang utama. Percabangan (batang liar) umumnya terbentuk pada
pangkal batang. Batang liar merupakan batang sekunder yang berkembang pada
ketiak daun terbawah dekat permukaan tanah. Tongkol yang tebentuk pada batang
liar berkembang lebih lambat dan kurang produktif. Diameter batang jagung
manis bervariasi dengan ukuran maksimal mencapai 4 cm dan jumlah buku

5

berkisar antara 10-20 buku per tanaman. Panjang ruas juga bervariasi dan dapat
digunakan sebagai pembeda varietas.
Bunga jantan berbentuk malai longgar (tassel) yang terdiri bulir poros
tengah dan cabang lateral. Ketika bunga jantan matang, bunga bagian tengah
malai tassel menjadi mekar (anthesis) terlebih dahulu. Serbuk sari dari spikelet
bertangkai pada bulir poros tengah keluar lebih awal, kemudian diikuti oleh
spikelet yang tidak bertangkai sehingga waktu penyebaran tepung sari menjadi
lebih lama. Serbuk sari yang dihasilkan untuk menyerbuki setiap tangkai putik
sekitar 25000 tepung sari. Tersebarnya tepung sari dipengaruhi oleh suhu,
pergerakan udara (angin) dan kultivar. Waktu anthesis antara 3-10 hari setalah
kotak serbuk sari pecah. Tersebarnya tepung sari dimulai sebelum putik betina
muncul (silking) sehingga lebih memungkinkan terjadinya serbuk silang.
Bunga betina terbentuk sebagai spikelet yang berpasangan pada poros
tengah batang lateral yang dikenal sebagai tongkol. Rambut pertama berasal dari
putik pada dasar tongkol dan ada satu helai rambut untuk satu biji jagung manis
yang terbentuk. Rambut pada tongkol jagung manis biasanya muncul antara 1-3
hari setelah tepung sari tersebar dan siap diserbuki (reseptif) ketika rambut sudah
keluar dari kelobot. Waktu yang diperlukan agar rambut pada tongkol tumbuh
sempurna antara 2-7 hari, tergantung suhu dan kegenjahan tanaman. Jagung manis
umumnya membentuk biji antara 3-5 hari setelah rambut pertama muncul. Suhu
yang tinggi selama penyebaran tepung sari dan munculnya rambut dapat
mempengaruhi proses pengisisan biji.
Jagung manis memiliki buah matang berbiji tunggal yang disebut
karyopsis. Biji jagung manis terdiri dari endosperma yang mengelilingi embrio.
Endosperma biji merupakan tempat menyimpan gula dan pati. Perbandingan
antara gula dan pati pada jagung biasa adalah 1:3, sedang pada jagung manis
jumlah patinya lebih sedikit dengan komposisi yang berbeda. Jagung manis
diyakini berasal dari jagung biasa yang mengalami mutasi.Wolfe et al.(1997)
menyatakan bahwa mutasi endosperma jagung manis terjadi pada gen sugary1
(su1), shrunken2 (sh2), sugary enhancer (se), rapuh (bt2), extender amilosa (ae),
kusam (du) dan lilin (wx).

6

Pada jagung biasa, gen Su 1 untuk biji berpati adalah dominan homozigot
(Su 1 Su 1). Sementara pada jagung manis, gennya adalah resesif homozigot (su 1
su 1). Jagung manis dengan gen su 1 menimbun gula lebih banyak daripada pati.
Gen su 1 menyebabkan tanaman lebih cenderung menimbun gula sekitar 15%.
Gen su 1 juga berpangaruh dalam memperlambat perubahan gula menjadi pati.
Gen sugary enhacer 1 (se1) merupakan peningkat kadar gula pada biji dan
memungkinkan masa panen lebih lama dengan kehilangangula yang lebih sedikit.
Pada kulitivar se 1 kandungan gula meningkat tanapa mengurangi fitoglikogen
sehingga laju perubahan gula menjadi pati relatif sama denga tipe su 1 normal.
Gen se 1 memiliki kandungan gula yang lebih tinggi di awal sehingga rasa manis
dapat bertahan lebih lama. Gen shrunken 2 (sh 2) menghasilkan kandungan gula
tertinggi (50% bobot kering biji), namun berakibat pada penurunan fitoglikogen.
Laju perubahan gula menjadi pati lebih rendah daripada tipe su 1 normal.
Meskipun gen sh 2 mampu mempertahankan kemanisannya untuk jangka waktu
yang lama, perikarp cenderung liat dengan tekstur yang relatif kasar. Biji kultivar
sh 2 memiliki cadangan pati sedikit sehingga pada biji yang matang menunjukkan
endosperma yang sangat menyusut(Rubatzky dan Yamaghuchi, 1998).

Tabel 1. Sifat endosperma jagung manis
Tipe
endosperma
mutan
su 1
se 1

Kemanisan
(hari)a

Perkiraan
Tekstur
Tekstur
konsentrasi
endosperma
perikarp
b
gula (%)
manis (1-2)
8-18
halus
lembut
sangat
manis 15-40
halus
sangat
(4)
lembut
sh 2
manis luar biasa 20-50
kurang halus
agak lembut
(10)
keras
a
Keterangan : jumlah hari rasa manis dapat bertahan selama jagung manis
disimpan pada suhu rendah (0-50C) dan kelembapan tinggi (95%)
b
perkiraan konsentrasi gula pada 22 hari setelah penyerbukan
Sumber : Rubatzky dan Yamaghuchi, 1998
Gen lain yang mempengaruhi kualitas endosperma adalah remah-1 (bt 1brittle 1), keras tetapi mudah pecah, remah-2 (bt 2- brittle-2) kandungan amilosa
yang lebih banyak (ae 1- amylose extender-1), kusam (du 1- dull-1), dan berlilin
(wx 1- waxy-1). Kultivar dengan genotipe tipe endosperma bt 1 dan bt2 tumbuh
lebih cocok pada daerah tropika. Kultivar jagung manis dapat memiliki lebih dari

7

satu

gen endosperma mutan. Keuntungan yang diturunkan dari gen mutan

endosperma tidak semuanya positif, tetapi sering berkaitan dengan beberpa sifat
yang tidak diinginkan.
Tepung sari dari satu kultivar dapat berpengaruh terhadap beberapa sifat
biji kultivar lain, salah satunya warna biji.Xenia merupakan gejala genetik berupa
pengaruh langsung serbuk sari (pollen) pada fenotipebiji dan buah yang dihasilkan
tetua betina. Pada kajian pewarisan sifat, ekspresi dari gen yang dibawa tetua
jantan dan tetua betina diasumsikan baru diekspresikan pada generasi berikutnya.
Dengan adanya xenia, ekspresi gen yang dibawa tetua jantan secara dini sudah
diekspresikan pada organ tetua betina. Xenia yang memengaruhi fenotipe buah
disebut metaxenia (Denney, 1992).
Tabel 2. Pengaruh tepung sari terhadap warna biji jagung manis (metaxenia)
Sumber tepung
sari
Kuning

Warna biji
genotipe yang
diharapkan
Putih

Hasil

Di antara biji puti, beberapa biji
berwarna kuning
Campuran
Putih
Di antara biji putih, hanya sedikit yang
(putih/kuning)
berwarna kuning
Kuning
Putih/kuning
Putih dan kunin, dengan biji kuning lebih
banyak daripada biji putih
Putih
Kuning
Biji kuning, tidak ada pengaruhnya
Putih
Putih/kuning
Putih dan kuning, tidak da pengaruhnya
Sumber : Rubatzky dan Yamaghuchi, 1998

Budidaya Jagung Manis
Jagung manis mempunyai wilayah adaptasi yang relatif luas dan dapat
ditanam sampai ketinggian 3000 mdpl. Benih jagung manis ditanam langsung
dengan kedalaman 3-5 cm. Jarak tanam rata-rata jagung manis umumnya 20-25
cm dalam barisan dan 75-90 antarbarisan. Penanaman berkelompok (hill) dengan
benih lebih dari satu per lubang tanam dilakukan dengan jarak yang lebih lebar
sehingga meningkatkan kemampuan tanaman untuk menghasilkan tongkol ganda.
Adisarwanto dan Widyastuti (2002) menyatakan bahwa jumlah populasi tanaman
per hektar merupakan faktor penting mendapatkan hasil jagung manis yang
maksimal. Produksi yang maksimal dapat dicapai dengan menggunakan jarak

8

tanam yang tepat. Semakin tinggi tingkat kerapatan suatu pertanaman akan
mempengaruhi tingkat persaingan antara tanaman dalam mendapatkan unsur hara
dan cahaya. Penjarangan tanaman harus dilakukan sebelum tanaman setinggi 20
cm.
Jagung manis dapat tumbuh hampir pada semua tipe tanah, dengan syarat
berdrainase baik. Kisaran pH yang baik untuk pertumbuhan adalah 5.5 sampai
dengan 7.0. Suhu optimum untuk pertumbuhan jagung manis berkisar antara 210C
sampai 270C. Perkecambahan benih optimum terjadi pada suhu antara 21-270C.
Suhu rendah kurang berpengaruh pada fase bibit, tetapi pada fase selanjutnya suhu
harus lebih tinggi untuk pertumbuhan yang baik. Suhu panas merupakan suhu
ideal untuk pertumbuhan vegetatif dan tongkol, sedangkan suhu sedang optimum
untuk akumulasi pembentukan karbohidrat.
Perkembangan tanaman dan pembungaan jagung manis dipengaruhi oleh
panjang hari dan suhu. Pada hari pendek, tanaman jagung manis lebih cepat
berbunga, tetapi pertumbuhan vegetatif tanamannya tidak memadai untuk
mendukung perkembangan tongkol dan biji sehingga hasil tanaman rendah.
Jagung manis memerlukan air 200-300 mm per bulan. Kekurangan air akibat
kelembapan yang rendah dan cuaca panans akan mempengaruhi pembentukan
fotosintat sehingga hasil tongkol menjadi rendah.
Pemanenan jagung manis dilakukan antara 18-24 hari setelah penyerbukan
(Rubatzky dan Yamaghuci, 1998). Biasanya ditandai dengan penampakan luar
rambut tongkol yang mengering, kelobot yang ketat, dan tongkol yang keras
ketika digenggam oleh tangan. Tongkol dipanen dengan menarik tongkol ke
bawah menjauhi batang tanpa merusak batang utama sehingga memungkinkan
tongkol tersisa tidak terganggu pertumbuhannya. Keseragaman posisi tongkol
pada arah dan ketinggian dari atas permukaan tanah merupakan faktor penting
untuk memudahkan dalam pemanenan dengan tangan dan meningkatkan efisiensi
panen dengan mesin. Laju respirasi jagung manis cukup tinggi sehingga
perubahan komponen gula menjadi pati cenderung berlangsung dengan cepat.
Suhu yang rendah dan kelembapan yang tinggi diperlukan ketika panen untuk
menjaga kualitas tongkol jagung manis.

9

Pemuliaan Tanaman Jagung Manis
Pemuliaan tanaman banyak ditekankan pada usaha mempertinggi
produktivitas hasil pertanian dengan menyediakan varietas yang lebih produktif
sebagai hasil dari sistem fisiologi yang lebih efisien (Allard, 1989). Syukur et. al.
(2012) menyatakan bahwa pemuliaan tanaman jagung manis secara umum
bertujuan untuk mendapatkan varietas-varietas yang mempunyai kuantitas dan
kualitas hasil tinggi serta resisten terhadap hama dan penyakit penting (penyakit
bulai). Adisarwanto dan Widyastuti (2002) menyatakan bahwa arah varietas
jagung manis adalah varietas bersari bebas (open pollinated) dan varietas hibrida.
Pembentukan benih bersari bebas berbeda dengan varietas hibrida. Benih varietas
berseri bebas merupakan varietas yang benihnya berasl dari tongkol tanaman yang
sesuai dengan varietas bersangkutan sehingga dapat digunakan terus-menerus
pada setiap penanaman. Varietas bersari bebas dapat dibagi menjadi dua, yaitu
varietas sintetik dan varietas komposit. Benih varietas komposit merupakan hasil
dari campuran sejumlah plasma nutfah yang telah mengalami perkawinan acak.
Sementara benih varietas sintetik berasal dari campuran dua atau lebih galur
persilangan sendiri.
Kelebihan menggunakan benih bersari bebas antara lain harganya relatif
murah dan dapat ditanam beberapa kali tanpa mengalami degenarasi yang serius.
Hanya saja potensi hasil jagung manis bersari bebas lebih rendah dibandingkan
hibrida. Di masa mendatang pembentukan varietas bersari bebas akan tetap
dilakukan dengan asumsi penggunaan jagung hibrida yang belum berkembang
pesat, khususnya pada daerah terpencil, daerah dengan lahan marjinal, dan di
daerah yang petaninya masih belum sanggup membeli benih hibrida. Metode
seleksi untuk membentuk varietas bersari bebas antara lain seleksi massa, half sib,
full sib, self progeny, modifikasi, atau kombinasinya. Bahan yang digunakan
untuk pembentukan varietas bersari bebas berasal dari koleksi plasma nutfah,
introduksi, dan pool galur-galur hasil persilangan. Dari bahan seleksi tersebut
dipilih sifat-sifat yang diinginkan untuk dimasukkan ke dalam varitas baru yang
dibentuk, antara lain ketahanan terhadap penyajit, toleran cekaman lingkungan,
dan potensi hasil yang tinggi.

10

Varietas hibrida merupakan generasi FI hasil dari suatu persilangan
sepasang atau lebih tetua galur murni yang mempunyai karakter yang unggul
(Syukur et. al, 2012). Istilah benih hibrida menunjukkan populasi F1 yang dipakai
sebagai benih penanaman tanaman komersil yang diperoleh dengan mengawinkan
silang klon-klon, varietas penyerbukan bebas, galur inbred, atau populasi lain
yang secara genetik tidak sama (Allard, 1989). Artinya, benih varietas hibrida
harus selalu disediakan melalu persilangan tetua galur murni. Penanaman benih
hibrida pada generasi berikutnya akan menghasilkan tanaman yang tidak unggul
karena adanya segregasi tanaman pada generasi selanjutnya. Syarat pokok dalam
pembentukan varietas hibrida, yaitu persilangan dapat dilakukan secara mudah
dan masal, benih dapat diproduksi dengan biaya yang memebri keuntungan, dan
lebih unggul dari varietas tipe lain.
Sebagian besar tanaman hibrida adalah hasil dari “single-cross” yang
dibuat dengan menyilangkan dua individu atau dua inbreed (Brewbeker, 1964).
Untuk tanaman jagung manis, biji hibrida yang dikomersialkan berasal dari
“double cross”, yaitu hasil persilangan dua hibrid single cross. Pada umumnya
hibrida komersil akan menampilkan sifat terpilih yang lebih baik daripada
induknya. Namun, ada juga hibrida komersil yang menghasilkan produksi yang
tidak melebihi produksi inbreed induknya. Semakin tinggi tingkat homozigositas
induk inbreed, maka hibrida yang dihasilkan semakin seragam dan tidak
bervariasi. Tujuan utama bagi peggunaan hibrida adalah vigor yang bagus dan
kestabilan genetik. Serbuk sari jagung manis dapat terbawa angin dengan jarak
sampai 1 km. Isolasi jarak biasanya digunakan untuk memproduksi benih hibrida
(Raymond, 1999).
Keunggulan hibrida terjadi karena adanya heterosis, yaitu keunggulan
hasil persilangan (F1) yang melebihi nilai rataan kedua tetuanya. Kemungkinan
terjadinya heterosis disebabkan oleh adanya rangsangan fisiologis terhadap
pertumbuhan yang cenderung meningkat seiring peningkatan besarnya perbedaan
gamet yang menyatu. Sedangkan tangkar dalam (inbreeding) merupakan gejala
kebalikan dari heterosis. Inbreeding merupakan persilangan antara individu yang
mempunyai hubungan kekerabatan yang dekat. Istilah ini digunakan juga pada
penyerbukan sendiri (selfing) untuk tanaman menyerbuk silang. Inbreeding dapat

11

mengakibatkan penurunan karakter-karakter pada tanaman, terutama pada
tanaman menyerbuk silang. Efek heterosis yang terkendali pada jagung manis
memmpunyai perkembangan yang besar karena morfologi bunga mapu
menghasilkan sejumlah besar biji yang diperlukan untuk memproduksi benih
hibrida secara komersil dengan sangat ekonomis. Heterosis dan depresi inbreeding
berhubungan dengan sifat-sifat yang menentukan “ketahanan” (fitness) individu
dan dalam kaitannya dengan proporsi kontribusinya pada generasi berikutnya
(Brewbeker, 1964)
Keseragaman pada suatu tanaman merupakan suatu yang disengaja karena
efisiensi menghendaki keseragaman. Cara paling ideal untuk mengendalikan
penyakit pada jagung manis adalah dengan mengembangkan varietas tahan
penyakit. Tujuan utama dari pemuliaan ketahanan tanaman terhadap penyakit
yaitu mengidentifikasi dan menggunakan secara efektif gen-gen ketahanan dalam
menghasilkan varietas yang tahan dan hasilnya tinggi. Ketahanan peyakit dapat
tergantung pada satu gen, beberapa gen, banyak gen (poligen atau multigen), dan
gen-gen sitoplasmik. Penciptaan varietas baru tahan penyakit dilakukan pemulia
tanaman dengan memanipulasi gen-gen dan kromosom dari kumpulan keragaman
genetik yang diambil dari bank plasma nutfah untuk digabungkan menjadi
varietas tahan penyakit atau memiliki sifat yang diinginkan (Crawder, 1986).

12

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian
Percobaan dilakukan di Desa Dukuh Asem, Kecamatan Majalengka,
Kabupaten Majalengka pada tanggal20 April sampai dengan 2 Juli 2012. Lokasi
percobaan terletak pada ketinggian 400 meter di atas permukaan laut (mdpl)
dengan suhu rata-rata berkisar antara 21.4-35.120C dan curah hujan sebesar 258.7
mm per bulan dengan hari hujan rata-rata 8 hari per bulan(Deptan, 2013).

Bahan dan Alat
Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah satugenotipe
jagung manis, yaitu SD-3 sebagai kontrol.Varietas jagung manis bersari bebas dan
hibrida yang digunakan sebagai varietas pembanding yaitu Supersweet, Bonanza,
Sweetboy, dan Sugar 75 (SG 75).
Pupuk yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pupuk urea 300 kg/ha,
pupuk SP-36 200 kg/ha, dan pupuk KCl 200 kg/ha. Bahan lain yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pestisida berbahan aktif Carbofuran, herbisida
berbahan aktif Mesotrion 50 g/l dan Atrazin 500 g/l dengan dosis 4.7 cc/l yang
dilarutkan dengan surfaktan non-ionik 1.6 cc/l, dan Metalaxyl 35% dengan dosis 2
gram/kg benih dan 2 gram/l air sebagai fungisida.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peralatan budidaya
tanaman standar, patok bambu, timbangan, jangka sorong, meteran, dan
refraktometer untuk mengukur kadar Padatan Total Terlarut (PTT) pada biji
jagung manis. Untuk melakukan penyerbukan sendiri dibutuhkan kantong kertas,
tali, spidol, dan stapler.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak
(RKLT) dengan faktor tunggal. Perlakuan yang diberikan menggunakan satu
genotipe jagung manis (SD-3) dan empat varietas pembanding, yang masingmasing varietas diulang sebanyak 4 kali, sehingga terdapat 20 satuan percobaan.

13

Setiap satuan percobaan terdiri atas plot berukuran 4 x 5 m2.Jarak antar plot 0.5
cm dan jarak antar blok 1.5 m. Dalam satu plot terdapat 5 baris tanaman dengan
jarak tanam antar baris 70 cm dan dalam baris 25 cm. Setiap lubang tanam terdiri
atas 2 benih jagung manis. Pengamatan dilakukan dengan mengambil 10 tanaman
contoh dalam setiap satuan percobaan. Penyerbukan sendiri dilakukan pada dua
tanaman selain tanaman contoh di setiap plot saat tanaman berumur 46–53 hari
setelah tanam (HST). Hasil pengamatan terhadap peubah kuantitatif diuji F untuk
menganalisis pengaruh perlakuan. Pada peubah yang berpengaruh nyata dilakukan
uji nilai lanjut menggunakan uji Dunnettpada taraf 5%. Sementara itu, hasil
pengamatan terhadap peubah kualitatif akan dilakukan perbandingan dengan
menggunakan tabel deskripsi sebagai standar.

Pelaksanaan Penelitian
Luas lahan yang digunakan untuk pertanaman adalah ±400m2.Lahan
diolah satu minggu sebelum penanaman kemudian diratakan dan dibagi menjadi
empat blok. Setiap blok terdiri dari lima plot. Sebelum ditanam, benih diberi
perlakuan fungisida berbahan aktif Metalaxyl 35% dengan dosis 2 g/kg benih.
Pupuk dasar diberikan satu minggu setelah tanam dengan dosis sepertiga pupuk
urea serta seluruh dosis pupuk SP-36 dan KCl. Pemberian pupuk dilakukan
dengan sistem tugal berjarak 5–7 cm dari lubang tanaman.
Pemeliharaan tanaman yang dilakukan meliputi penyulaman, pengairan,
penjarangan, pembumbunan, pengendalian gulma, dan pengendalian hama serta
penyakit. Pengairan dilakukan untuk mencegah tanaman kekurangan air
dikarenakan curah hujan yang rendah. Pengairan diberikan sebanyak dua kali
setiap minggu selama musim pertanaman dengan cara menggenangi parit-parit
yang terletak di antara petak-petak percobaan. Pengendalian gulma dilakukan
dengan penyemprotan herbisida berbahan aktif Mesotrion 50 g/l dan Atrazin 500
g/l saat tanaman berumur 2 MST. Tanaman jagung manis dibumbun pada saat 3
MST. Pemupukan kedua, yaitu pemberian urea sisa dilakukan saat tanaman
berumur 4 MST. Pengendalian hama dengan pemberian pestisida berbahan
aktifCarbofuran ± 5 butir per lubang tanam saat penanaman. Selain pengendalian

14

hama, dilakukan pengendalian penyakit bulai dengan menyemprotkan fungisida
berbahan aktif Metalaxyl 35% saat umur tanaman 2 MST.
Penyerbukan sendiri dilakukan pada dua tanaman selain tanaman contoh di
setiap petak satuan percobaan saat tanaman berumur 46–53 HST. Persiapan
penyerbukan buatan dilakukan dengan cara menutup malai dengan kantong kertas
saat anther mulai pecah bagian porosnya dan menutup tongkol dengan kantong
plastik transparan sebelum tongkol keluar rambut. Penyerbukan dilakukan pada
saat tongkol sudah muncul rambut yang siap diserbuki dengan panjang > 2 cm.
Tongkol yang sudah diserbuki ditutup menggunakan kantong kertas. Tongkol
yang diserbuki sendiri digunakan sebagai sampel pengukuran kadar PTT.
Pemanenan dilakukan pada saat tongkol jagung sudah terisi sempurna
ditandai oleh rambut tongkol yang sudah berwarna coklat kehitaman dan
mengering (18–22 hari setelah penyerbukan atau sekitar 68–72 HST). Pengukuran
kadar PTT dilakukan setelah dilakukan pemanenan pada tongkol hasil
penyerbukan sendiri.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan dengan mengambil 10 tanaman contoh dalam setiap
satuan percobaan. Tanaman contoh diambil dari dua baris tanaman tengah setiap
plot. Pengamatan ditujukan pada peubah-peubah yang mencerminkan penampilan
tanaman di lapangan, pertumbuhan vegetatif dan generatif, kuantitas, dan kualitas
hasil. Peubah-peubah yang diamati adalah :
1. Tinggi tanaman (cm), diukur dari atas permukaan tanah sampai dasar malai
2. Tinggi tongkol utama (cm), diukur dari atas permukaan tanah sampai buku di
mana tongkol teratas berada
3. Diameter batang (cm), diukur pada batang 10 cm diatas permukaan tanah
setelah tassel muncul
4. Rebah batang (%), dihitung pada tanaman yang mengalamai patah pada
batang bagian bawah tongkol dan dihitung pada saat 2 minggu sebelum panen
5. Bentuk batang
6. Warna batang, ditunjukkan sampai tiga warna batang sesuai dengan frekuensi
pada saat berbunga.
a. Hijau

15

b. Kemerahan (sunred)
c. Merah
d. Ungu
e. Coklat
7. Bentuk ujung daun pertama
1. Runcing
2. Runcing ke bulat
3. Bulat
4. Bulat ke lidah
5. Lidah

8. Warna daun
9. Panjang daun (cm), diukur dari buku tempat melekatnya daun sampai ujung
daun. Pengukuran daun pada daun di atas tongkol (yang paling atas) setelah
berbunga
10. Lebar daun (cm), diukur pada daun yang sama yang digunakan untuk
mengukur panjang daun, diambil dari titik tengah panjang daun
11. Umur muncul tassel (HST), diukur pada saat setelah diproduksinya serbuk
sari oleh malai sebanyak 50% tanamansetiap plot
12. Warna malai (anther),
13. Umur reseptif (HST) diukur ketika putik bunga jagung manis telah keluar
(silking) dari tongkol sepanjang >2 cm sebanyak 50% tanaman setiap plot
14. Warna rambut
15. Umur panen
16. Bobot tongkol berkelobot (g) pertanaman, tongkol ditimbang beserta seluruh
kelobotnya
17. Bobot tongkol tanpa kelobot (g), tongkol ditimbang tanpa kelobot dan tangkai
tongkol
18. Bentuk tongkol, diamati pada tongkol paling atas

16

a. Mengerucut
b. Silindris mengerucut
c. Silindris
19. Panjang tongkol (cm), yaitu diukur dari pangkal muncul biji sampai ujung
tongkol
20. Diameter tongkol (cm), diukur pada tiga bagian yaitu pada pangkal. tengah.
dan ujung tongkol
21. Jumlah baris dan jumlah biji per barispada tongkol
22. Jumlah tongkol per tanaman dan per plot
23. Warna biji
a. Putih
b. Krem
c. Kuning muda
d. Kuning
e. Oranye
f. Ujung putih
24. Bobot 1000 butir benih (g), diukur pada kadar air biji 12%
25. Bobot tongkol berkelobot yang dipanen per plot
26. Bobot tongkol tanpa kelobot yang dipanen per plot
27. Tanaman yang terserang penyakit bulai per plot (%)
28. Tanaman yang dipanen (%)
29. Tanaman sehat yang tumbuh (%)
30. Bobot tajuk atas, diambil dari 10 tanaman contoh
31. Kadar padatan total terlarut (PTT) pada biji jagung manis hasil penyerbukan
sendiri (oBriks).
32. Indeks Panen Tongkol tanpa Kelobot
Rumus =

Bobot 10 tongkol tanpa kelobot
Bobot tajuk atas 10 tanaman + bobot 10 tongkol tanpa kelobot

33. Produktivitas (ton tongkol tanpa kelobot per hektar)
Rumus = bobot tongkol tanpa kelobot per plot (kg) x 80% x

34. Potensi hasil jagung manis (ton tongkol berkelobot per hektar)

10000 m2
luas per plot (m2)

17

= jumlah benih per lubang x 66666 x bobot