215
4. 1. 7 Analisis Elastisitas
Untuk mengetahui dampak perubahan variabel-variabel independen maka digunakan analisis elastisitas. Rangkuman hasil perhitungan elastisitas permintaan dari model terpilih untuk setiap strata disajikan pada Tabel 4. 7.
Tabel 4. 7 Elastisitas Permintaan Energi Listrik Rumah Tangga
Variabel Elastisitas Permintaan
Semua Strata
Strata 450 VA
Strata 900 VA
Strata 1300 VA
Strata 2200 VA
Strata R-2 2200-
6600 VA PENDPTN 0,392 0,154 0,160 0,431 0,283 0,197
WTPKWH -0,341 -0,232 -0,324 -0,667 -0,237 -0,228 INDALIST 0,613 0,204 0,274 0,517 0,414 0,474
JAKEL 0,225 0,263 0,277 0,420 0,301 0,429
JUMRUANG 0,553 0,088 0,388 0,688 0,524 0,629
HBLBBM 0,823 0,472 0,583 0,386 0,780 1,083 HBLGAS
- - - - 0,457 0,160
KEKEL 0,163 0,121 0,182 0,160 0,153 0,260
Catatan : Perhitungan elastisitas permintaan didasarkan pada model terpilih Model II Sumber : Data primer diolah, Lampiran D-16.
4. 2 Analisis Model Permintaan Energi Listrik Rumah Tangga
Analisis model permintaan energi listrik rumah tangga untuk setiap variabel independen adalah sebagai berikut.
4. 2. 1 Pendapatan PENDPTN
Estimasi untuk setiap strata menunjukkan bahwa hubungan antara variabel pendapatan PENDPTN dengan permintaan energi listrik rumah tangga PELRT adalah positif. Variabel pendapatan berpengaruh positif secara signifikan terhadap
permintaan energi listrik rumah tangga. Dengan demikian, untuk setiap strata hipotesis 1 terbukti atau dapat diterima. Hasil temuan ini konsisten dengan studi Wilder Willenborg 1975, Jaffee et al 1982, Matdigan et al 1983, Garbacz 1984 dan
Jung 1993, Akmal Stern 2001 yang menunjukkan bahwa hubungan antara pendapatan dan permintaan energi listrik adalah positif dan signifikan.
Jika ditelusuri lebih lanjut, koefisien regresi variabel PENDPTN untuk semua strata sangat kecil sekali yaitu 0,0000061703 sampai 0,000147141, artinya bahwa dengan kenaikan pendapatan sebesar Rp 100.000,- akan meningkatkan penggunaan listrik
hanya 0,617 KWh sampai dengan 1,147 KWh. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum peningkatan pendapatan tidak terlalu responsif terhadap permintaan listrik. Jika dihubungkan proporsi pengeluaran rumah tangga terhadap energi listrik yang
diwujudkan dalam WTP dengan pendapatan, maka persentase antara rata-rata WTP dengan rata-rata pendapatan, yaitu 1,16 untuk strata 450 VA ; 2,15 untuk strata 900 VA ; 3 untuk strata 1300 VA ; 2,78 untuk strata 2200 VA, dan 3,17 untuk
strata R-2. Namun, ada indikasi bahwa rendahnya rata-rata persensentase WTP terhadap pendapatan bukan karena konsumen rumah tangga tidak mampu membayar biaya listriknya. Untuk keputusan WTP dan ATP, sebagian besar responden 81 - 95
menyatakan mampu dan mau membayar hargatarif yang berlaku saat ini.
Pada Tabel 4. 7 terlihat bahwa elastisitas pendapatan untuk setiap strata adalah positif 0 e 1. Hal ini menunjukkan
bahwa listrik adalah barang normal. Secara umum semakin besar daya terpasang listrik pada rumah tangga, elastisitas pendapatan semakin besar kecuali untuk strata R-2 yang justru memiliki nilai elastisitas pendapatan yang lebih rendah dibanding
dengan strata 2200 VA. Namun, secara umum ini berarti bahwa untuk strata rumah tangga dengan daya listrik yang lebih besar dengan pendapatan rata-rata lebih tinggi memiliki pola konsumsi listrik yang lebih tinggi. Dari temuan ini dapat diprediksi
bahwa permintaan energi listrik rumah tangga akan terus meningkat sehubungan dengan naiknya pendapatan dan bertambahnya jumlah penduduk. Temuan ini tidak jauh berbeda dengan temuan Wilder Willenborg 1975 dengan nilai elastisitas 0,34,
216
sedangkan temuan Akmal Stern 2001 sangat jauh berbeda dimana nilai elastisitasnya bervariasi antara 0 – 0,02. Di Indonesia, Amarullah 1983 menemukan bahwa elastisitas pendapatan jangka pendek adalah 0,80 dan menunjukkan bahwa
listrik adalah barang normal. Rendahnya nilai elastisitas pendapatan untuk setiap strata berhubungan dengan daya kapasitas yang terbatas setiap strata.
Artinya, penggunaan energi listrik untuk setiap strata dibatasi sampai daya tertentu. Oleh karena itu, walaupun pendapatan rumah tangga naik yang dapat meningkatkan pembelian alat-alat listrik, tetapi karena pemakaian listrik dibatasi sampai batas
daya tertentu maka pengaruh kenaikan pendapatan tersebut terhadap perubahan permintaan listrik adalah kecil rendah. Dengan demikian, jika pendapatan rumah tangga naik dan ingin meningkatkan permintaan listrik dengan menambah alat-alat
listrik, maka konsumen rumah tangga harus terlebih dulu menambah kapasitas daya listriknya. Misalnya, untuk strata 450 VA kapasitas daya listriknya dapat dinaikkan menjadi 900 VA atau 1300 VA, dan seterusnya, begitu juga untuk strata-strata
lainnya.
Jika diamati lebih lanjut, nilai-nilai elastisitas pendapatan di atas menunjukkan nilai-nilai yang semakin meningkat jika semakin tinggi stratagolongan tarif untuk strata 450 VA, 900 VA, 1300 VA dengan nilai masing-masing 0,154 ; 0,160 ; 0,431 ;
namun elastisitas menurun kembali untuk strata 2200 VA dan strata R-2 dengan nilai 0,283 dan 0,197. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi pendapatan jumlah konsumsi listrik juga meningkat, atau sebaliknya. Tetapi untuk strata 2200 VA dan R-
2 semakin rendah nilai elastisitasnya menunjukkan dampak perubahan pendapatan adalah rendah, dan bukan pendapatan dan konsumsi listriknya yang rendah. Temuan ini juga menunjukkan bahwa semakin tinggi stratagolongan tarif, persentase dari
pendapatan yang digunakan untuk membayar listrik juga meningkat. Semakin tinggi pendapatan rata-rata maka persentase willingness to pay WTP untuk listrik dari pendapatan rata-rata semakin tinggi pula. Indikasi ini juga terjadi pada penggunaan
energi listrik, yaitu semakin tinggi stratagolongan tarif dan pendapatan semakin tinggi, energi listrik semakin banyak digunakan juga semakin meningkat. Terutama untuk strata R-2 rumah tangga besar banyak menggunakan alat-alat listrik yang mewah,
yang tentu saja akan menambah persentase pengeluaran dari pendapatan karena pada umumnya alat-alat listrik mewah ini mempunyai daya watt yang cukup tinggi.
4. 2. 2 Harga Listrik dengan Willingness To Pay per KWh WTPKWH