xix
xix selanjutnya . Dalam gerak balik backtracking, pelaku mengenang apa yang telah
terjadi sebelum peristiwa-peristiwa itu memuncak Saad dalam Ali Ed, 1967:122-123. Oleh karena itu, Sorot balik menjadi faktor penting dalam
pengaluran.
2.2.1.2. Tokoh dan penokohan
Cerita rekaan pada dasarnya mengisahkan seseorang atau beberapa orang yang menjadi tokoh. Pada umumnya tokoh adalah manusia-manusia.
Tokoh-tokoh melakukan aksi sehingga terjadi peristiwa-peristiwa Saad dalam Ali Ed, 1967:122-123. Dalam karya sastra prosa, pada dasarnya ada dua jenis
tokoh, yaitu tokoh utama dan tokoh bawahan Stanton, 1965:17. Saat mengajukan tiga cara untuk menentukan tokoh utama, yaitu 1 tokoh yang paling
terlibat dalam tema; 2 tokoh yang paling banyak berhubungan dengan tokoh- tokoh lain; dan 3 tokoh yang paling banyak memerlukan waktu penceritaan
Prihatmi, 1990:11.
Forster membedakan tokoh berwatak datarpipih flat character dan tokoh berwatak bulat round character. Tokoh berwatak datar hanya disoroti satu
sisi wataknya, sedang tokoh berwatak bulat diungkap berbagai sisi wataknya. Tokoh berwatak bulat diungkap sisi baik maupun sisi buruknya sehingga ia tidak
selalu tampil dengan watak yang selalu baik atau selalu buruk. Tokoh berwatak datar hanya ditonjolkan salah satu sisi wataknya saja sehingga ia tampak sebagai
tokoh yang berwatak baik atau berwatak buruk Forster, 1979:59. Bagaimana tokoh-tokoh tersebut ditampilkan, memerlukan teknik.
xx
xx Teknik menampilkan tokoh-tokoh tersebut disebut penokohan Prihatmi,
1990:11. Ada beberapa metode penokohan yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Pertama, metode analitik atau metode langsung, yaitu
pengarang melalui pencerita memaparkan sifat-sifat, hasrat, pikiran, dan perasaan tokoh. Kedua, metode dramatik atau tidak langsung yaitu watak tokoh
disimpulkan pembaca dari pikiran, cakapan, kelakuan tokoh, penampilan fisik, juga dari komentar atau pendapat tokoh lain. Selanjutnya, teknik analitik yang
digabung dengan teknik dramatik berupa monolog batin dicampur dengan latar untuk melukiskan suasana batin dan kondisi fisik tokoh. Hudson, 1963:147.
2.2.1.3 Latar
Dalam analisis novel, latar setting juga merupakan unsur yang sangat penting pada penentuan nilai estetik karya sastra. Latar sering disebut sebagai
atmosfer karya sastra novel yang turut mendukung masalah, tema, alur, dan penokohan. Oleh karena itu, latar merupakan salah satu fakta cerita yang harus
diperhatikan, dianalisis, dan dinilai. Latar dalam cerita fiksi atau drama menunjukan perhatian pada tempat
secara umum dan periode sejarah dari peristiwa yang terjadi Abram, 1979:157. Latar dapat dibedakan menjadi dua 2, yaitu latar fisikmaterial dan latar sosial
Hudson, 1963:40. Yang termasuk latar fisikmaterial adalah tempat, waktu, dan alam fisik di sekitar tokoh cerita, sedang yang termasuk latar sosial adalah
penggambaran keadaan masyarakat atau kelompok sosial tertentu, kebiasaan- kebiasaan yang berlaku pada suatu tempat dan waktu tertentu, pandangan hidup,
xxi
xxi sikap hidup, adat-istiadat, dan sebagainya yang melatari peristiwa. Latar fisik
menimbulkan dugaan atau tautan pikiran tertentu disebut latar spiritual. Teknik penampilan latar disebut pelataran Prihatmi, 1990:14. Kalau
latar dilukiskan ikut berduka ketika tokohnya sedang menderita kesusahan, disebut latar sejarah akan tetapi, kalau tokohnya bersedih sedangkan alam justru
bersuka ria, disebut latar kontras.
2.2.1.4 Tema dan Masalah