PEMBINAAN KEMAMPUAN PERTAHANAN NEGARA

PEMBINAAN KEMAMPUAN PERTAHANAN NEGARA

Pokok-Pokok Pembinaan Kemampuan Pertahanan Negara

Penyelenggaraan pembinaan kekuatan dan kemampuan pertahanan negara

dilaksanakan sesuai dengan kebijakan penyelenggaraan pertahanan negara dan tetap berpedoman pada ketentuan pokok penyelenggaraan pertahanan negara. Pembinaan kekuatan dan kemampuan pertahanan negara mencakupi pertahanan militer dan pertahanan nirmiliter. Tingkat kebijakan dijabarkan dalam pokok-pokok pembinaan kekuatan dan kemampuan dalam tataran kewenangan pembinaan.

Pemerintah bertanggung jawab dan berkewajiban mewujudkan kekuatan dan kemampuan pertahanan yang tangguh dan berdaya tangkal tinggi melalui pembangunan kekuatan dan kemampuan pertahanan negara. Pelaksanaannya dilakukan secara dini dan berlanjut serta ditujukan untuk terselenggaranya sistem pertahanan negara.

Pembinaan kekuatan dan kemampuan pertahanan negara meliputi pembinaan sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya buatan, sarana dan prasarana, teknologi dan industri pertahanan, serta sistem tata nilai untuk meningkatkan kemampuan pertahanan negara. Pendayagunaan sumber daya alam dan buatan harus memperhatikan prinsip-prinsip berkelanjutan, keragaman, dan kelestarian lingkungan hidup.

Wilayah Indonesia dapat dimanfaatkan untuk pembinaan kemampuan pertahanan negara dengan memperhatikan hak masyarakat. Wilayah yang digunakan sebagai instalasi militer dan daerah latihan militer Wilayah Indonesia dapat dimanfaatkan untuk pembinaan kemampuan pertahanan negara dengan memperhatikan hak masyarakat. Wilayah yang digunakan sebagai instalasi militer dan daerah latihan militer

Selanjutnya, pembangunan di daerah harus memperhatikan kepentingan pertahanan dan pembinaan kemampuan pertahanan dan dilaksanakan melalui koordinasi antar lembaga. Perencanaan pembangunan sarana dan prasarana vital nasional dan di daerah mengakomodinasi kepentingan pertahanan negara untuk tujuan jangka panjang.

Postur Pertahanan Negara

Postur pertahanan negara merupakan wujud penampilan kekuatan pertahanan negara yang mencerminkan kekuatan, kemampuan, dan gelar kekuatan pertahanan negara. Postur pertahanan negara mengintegrasikan kekuatan, kemampuan, dan gelar kekuatan pertahanan militer serta kekuatan, kemampuan, dan penyebaran pertahanan nirmiliter sebagai satu kesatuan pertahanan negara yang utuh dan terpadu.

Postur pertahanan negara dibangun dan dipersiapkan secara dini oleh pemerintah. Pembangunan postur pertahanan militer menjadi kewenangan dan tanggung jawab Menteri Pertahanan. Pembangunan postur pertahanan nirmiliter menjadi tanggung jawab pemerintah melalui koordinasi antara menteri/kepala LPND dan Menteri Pertahanan.

Pembangunan Postur Pertahanan Negara sangat tergantung pada anggaran pertahanan negara yang dialokasikan pemerintah, namun tidak Pembangunan Postur Pertahanan Negara sangat tergantung pada anggaran pertahanan negara yang dialokasikan pemerintah, namun tidak

Postur Pertahanan Militer Postur pertahanan militer dibangun berdasarkan tiga kaidah

utama, yakni faktor ancaman, standar penangkalan, dan organisasi. Rancang bangun postur pertahanan militer serta pembangunannya didasarkan pada perkembangan ancaman yang dihadapi. Dalam kerangka itu, pembangunan kapabilitas pertahanan adalah berdasarkan perkiraan ancaman, baik yang potensial maupun ancaman nyata, dalam kurun waktu tertentu. Selanjutnya, postur pertahanan militer yang telah dirancang tersebut dibangun untuk mencapai standar penangkalan . Standar penangkalan adalah ukuran kemampuan suatu tentara yang harus dicapai oleh Tentara Nasional Indonesia dalam mengawal NKRI. Ukuran kemampuan tersebut mencakupi kekuatan prajurit (personel) dan Alutsista serta profesionalitas prajurit dan dukungan anggaran, yang tercermin dalam gelar kekuatan yang mewujudkan efek penangkalan utama, yakni faktor ancaman, standar penangkalan, dan organisasi. Rancang bangun postur pertahanan militer serta pembangunannya didasarkan pada perkembangan ancaman yang dihadapi. Dalam kerangka itu, pembangunan kapabilitas pertahanan adalah berdasarkan perkiraan ancaman, baik yang potensial maupun ancaman nyata, dalam kurun waktu tertentu. Selanjutnya, postur pertahanan militer yang telah dirancang tersebut dibangun untuk mencapai standar penangkalan . Standar penangkalan adalah ukuran kemampuan suatu tentara yang harus dicapai oleh Tentara Nasional Indonesia dalam mengawal NKRI. Ukuran kemampuan tersebut mencakupi kekuatan prajurit (personel) dan Alutsista serta profesionalitas prajurit dan dukungan anggaran, yang tercermin dalam gelar kekuatan yang mewujudkan efek penangkalan

Dalam rangka pembinaan postur pertahanan militer, maka pembinaan TNI ditempatkan dalam kerangka TNI sebagai alat negara di bidang pertahanan yang menjalankan tugas negara atas dasar kebijakan dan keputusan politik pemerintah untuk menjaga dan melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, serta keselamatan bangsa. TNI sebagai alat negara bertugas untuk kepentingan negara dan di atas kepentingan daerah, suku, agama, ras, dan golongan.

Dalam kerangka itu, pembinaan TNI diarahkan untuk mewujudkan profesionalitas prajurit, yaitu tentara yang terlatih, terdidik, diperlengkapi secara baik, tidak berpolitik praktis, tidak berbisnis, dan dijamin kesejahteraannya yang layak oleh negara dan pemerintah sehingga dapat mengonsentrasikan diri pada misi dan tugas yang diembannya, serta TNI yang mengikuti kebijakan politik negara yang menganut prinsip demokrasi, tunduk pada pemerintah yang sah, dan menghargai hak asasi manusia serta ketentuan hukum nasional dan hukum internasional yang diratifikasi Indonesia sehingga menjadi kekuatan yang disegani minimal pada lingkup kawasan Asia Tenggara dan kawasan yang mengitari wilayah NKRI.

Pembinaan pertahanan militer juga menyentuh organisasi untuk mewujudkan kinerja organisasi yang efektif. Dalam rangka itu, penataan organisasi pada tingkat Departemen Pertahanan diarahkan pada terselenggaranya manajemen pemerintahan di bidang pertahanan yang berkualitas dan efektif dengan kinerja yang tinggi. Organisasi TNI Pembinaan pertahanan militer juga menyentuh organisasi untuk mewujudkan kinerja organisasi yang efektif. Dalam rangka itu, penataan organisasi pada tingkat Departemen Pertahanan diarahkan pada terselenggaranya manajemen pemerintahan di bidang pertahanan yang berkualitas dan efektif dengan kinerja yang tinggi. Organisasi TNI

Postur Pertahanan Nirmiliter Postur pertahanan nirmiliter merupakan refleksi dari hasil pembangunan seluruh sumber daya nasional. Unsur-unsur pertahanan

nirmiliter berada dalam lingkup wewenang dan tanggung jawab setiap instansi pemerintah di luar Departemen Pertahanan. Oleh karena itu, pembangunan postur pertahanan nirmiliter menjadi tanggung jawab seluruh departemen/LPND yang pelaksanaannya tertuang dalam pembangunan sektor masing-masing. Pelaksanaannya dikoordinasikan oleh Menteri Pertahanan.

Komponen Cadangan dan Pendukung merupakan elemen kekuatan pertahanan nirmiliter yang dibentuk dan disiapkan sejak dini berupa pemberdayaan potensi sumber daya nasional (SDM, SDA, SDB, serta sarana dan prasarana nasional) menjadi kekuatan pertahanan yang dapat memperbesar dan memperkuat Komponen Utama. Pada kondisi tertentu,

kedua

komponen

tersebut dapat dikerahkan untuk menghadapi ancaman nirmiliter, khususnya untuk penanggula- ngan bencana dan operasi kemanusiaan lainnya.

Kekuatan Komponen Cadangan dibangun dengan pendekatan yang realistis, yaitu dengan mempertimbangkan kemampuan anggaran pemerintah. Kemampuan Komponen Cadangan dibentuk sesuai dengan kebutuhan tiap-tiap matra.

Dalam kerangka mewujudkan pertahanan yang mandiri, pembangunan industri pertahanan strategis merupakan kunci menuju sukses. Terwujudnya industri pertahanan strategis akan memiliki efek penangkalan yang tinggi, serta menjamin keberlanjutan pemenuhan kebutuhan Alutsista dan kebutuhan pertahanan dalam arti luas. Pembangunan industri pertahanan strategis berada dalam lingkup fungsi pertahanan nirmiliter, oleh karena itu menjadi tanggung jawab para Menteri/Kepala LPND serta sektor swasta untuk menggerakkannya. Dalam mewujudkan pembangunan industri pertahanan strategis, Departemen Pertahanan dan TNI bekerjasama dengan para pimpinan Departemen dan instansi pemerintah serta pihak swasta, termasuk dalam menyusun dan melaksanakan perencanaan strategis pengelolaan sumber daya nasional untuk kepentingan pertahanan.

Gelar Komponen Cadangan bersifat lokal atau kedaerahan, yaitu dibentuk, dibina, dan ditempatkan di mana potensi sumber daya nasional tersebut berada. Pada masa, Komponen Cadangan damai tidak mempunyai dampak kekuatan militer, tetapi pada saat dimobilisasi dan diproyeksikan ke daerah pertempuran dapat memperbesar kekuatan TNI. Komponen Pendukung dibangun untuk melipatgandakan kekuatan pertahanan dalam melaksanakan perlindungan dan penyelamatan terhadap rakyat sesuai dengan profesinya.

Pembinaan pertahanan nirmiliter dalam kerangka menghadapi ancaman nirmiliter diselenggarakan untuk menyiapkan dan mengembangkan fungsi pertahanan sipil yang diselaraskan dengan penyelenggaraan pembangunan nasional. Dalam rangka itu, setiap departemen berkewajiban menyusun kebijakan dan strategi di bidangnya masing-masing yang berefek pertahanan sipil. Pembinaan pertahanan Pembinaan pertahanan nirmiliter dalam kerangka menghadapi ancaman nirmiliter diselenggarakan untuk menyiapkan dan mengembangkan fungsi pertahanan sipil yang diselaraskan dengan penyelenggaraan pembangunan nasional. Dalam rangka itu, setiap departemen berkewajiban menyusun kebijakan dan strategi di bidangnya masing-masing yang berefek pertahanan sipil. Pembinaan pertahanan

Intelijen Pertahanan Negara Intelijen pertahanan negara merupakan elemen vital dalam

pertahanan negara untuk mendapatkan dan mengolah informasi. Intelijen adalah lapis yang menentukan pertahanan negara dengan fungsi memberikan dukungan informasi intelijen sejak kondisi damai, pada spektrum keamanan nasional dalam konflik intensitas rendah, sampai keadaan perang. Instrumen intelijen terdiri atas intelijen pertahanan militer dan intelijen lainnya untuk pertahanan nirmiliter sesuai dengan fungsinya masing-masing. Fungsi intelijen tidak saja untuk memberikan dukungan informasi tentang lawan, tetapi juga memberikan perlindungan dari usaha-usaha intelijen pihak lawan.

Sesuai dengan perkembangan di bidang teknologi dan militer, kualifikasi intelijen yang diperlukan ke depan mencakupi intelijen berbasis manusia ( human intelligence), intelijen citra, intelijen perhubungan dan pengukuran ( measurement and signal intelligence), intelijen komunikasi, intelijen telemetri, intelijen elektronik, dan intelijen terbuka. Untuk dapat bersaing dalam kecenderungan perang ke depan, kemampuan intelijen dibangun untuk dapat menyelenggarakan perang berbasis jaringan

(network centric warfare).

Logistik Pertahanan Logistik pertahanan memberikan efek dukungan yang bernilai vital

dalam penyelenggaraan pertahanan negara. Logistik tidak memenangi perang, tetapi tidak ada perang yang dapat dimenangkan tanpa logistik. Oleh karena itu, pemerintah mempersiapkan logistik pertahanan secara cepat dan tepat serta menjamin ketersediaannya bagi keberlangsungan usaha pertahanan negara. Pokok-pokok penyelenggaraan logistik pertahanan negara sebagai berikut.

Pertama, dalam pembinaan logistik pertahanan negara, satuan-satuan operasional sejauh mungkin dihindarkan dari urusan administrasi.

Kedua, sistem dukungan logistik dalam rangka menjamin keberlangsungan usaha pertahanan negara disusun dalam logistik strategis pada lingkup nasional serta logistik wilayah.

Ketiga, gelar logistik berbasis kewilayahan ditujukan untuk menjamin keberlangsungan usaha pertahanan negara.

Wewenang Pembinaan

Presiden Pada tingkat politik, Presiden selaku Kepala Negara memiliki

wewenang dalam mengelola sistem pertahanan negara. Wewenang pengelolaan sistem pertahanan negara diwujudkan dalam penetapan kebijakan umum pertahanan negara. Dalam menetapkan kebijakan umum pertahanan negara, Presiden dibantu oleh Menteri Pertahanan dan Dewan Keamanan Nasional atau Dewan Pertahanan Nasional atau dewan wewenang dalam mengelola sistem pertahanan negara. Wewenang pengelolaan sistem pertahanan negara diwujudkan dalam penetapan kebijakan umum pertahanan negara. Dalam menetapkan kebijakan umum pertahanan negara, Presiden dibantu oleh Menteri Pertahanan dan Dewan Keamanan Nasional atau Dewan Pertahanan Nasional atau dewan

Kebijakan pertahanan negara mencakupi pembangunan, pemeliharaan, dan pengembangan kekuatan pertahanan negara pelaksanaannya, secara terpadu dan terarah bagi segenap komponen pertahanan negara baik pertahanan militer maupun pertahanan nirmiliter. Kebijakan umum pertahanan negara menjadi acuan bagi perencanaan, penyelenggaraan, dan pengawasan sistem pertahanan negara.

Presiden selaku pemegang kekuasaan tertinggi atas TNI yang terdiri atas TNI AD, TNI AL, dan TNI AU berwenang mengangkat dan memberhentikan Panglima TNI serta para Kepala Staf Angkatan. Dalam penyelenggaraan peperangan dan perdamaian, Presiden membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan DPR.

Dalam kondisi negara menghadapi bahaya secara nasional atau ancaman yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan bangsa, Presiden menetapkan keadaan bahaya berdasarkan peraturan perundang-undangan. Dalam menghadapi keadaan bahaya, Presiden mengerahkan kekuatan TNI untuk menyelenggarakan operasi militer dan memobilisasi kekuatan nasional untuk menjadi Komponen Cadangan dan Komponen Pendukung. Dalam hal menghadapi ancaman agresi atau ancaman bersenjata yang membahayakan eksistensi negara dan memerlukan pengerahan kekuatan melalui mobilisasi, Presiden melakukan pengerahan kekuatan TNI dan mobilisasi kekuatan nasional untuk menjadi kekuatan pertahanan negara.

Menteri Pertahanan Menteri Pertahanan adalah pembantu Presiden dan representasi

pemerintah yang menjadi penanggung jawab politik di bidang pertahanan negara. Selain sebagai pembantu Presiden, Menteri Pertahanan memiliki kewenangan dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan pertahanan serta mengkoordinasikan penyelenggaraan pertahanan negara dengan semua instansi pemerintah.

Sebagai pembantu Presiden, Menteri Pertahanan memiliki kewenangan untuk membantu Presiden dalam merumuskan kebijakan umum pertahanan negara. Perumusan kebijakan umum pertahanan negara mencakupi penyiapan ketetapan kebijakan Presiden yang memuat arah pembangunan kekuatan pertahanan negara serta pemeliharaan dan pengembangan kekuatan pertahanan negara yang memadukan pertahanan militer dan pertahanan nirmiliter. Kebijakan umum pertahanan negara juga termasuk untuk tujuan pengerahan kekuatan pertahanan negara untuk menghadapi ancaman agresi atau keadaan darurat yang menjadi bahaya nasional.

Menteri Pertahanan selaku pemimpin departemen yang membidangi pertahanan negara merupakan triumvirat yang melaksanakan tugas kepresidenan bersama-sama dengan Menteri Luar Negeri dan Menteri Dalam Negeri dalam hal Presiden dan Wakil Presiden berhalangan tetap. Dengan posisinya sebagai triumvirat tersebut, Menteri Pertahanan merupakan salah satu dari tiga posisi vital yang dijamin keberadaannya dalam susunan kabinet yang dibentuk oleh setiap Presiden.

Penyelenggaraan pertahanan negara dalam pengelolaan sistem pertahanan dan sumber daya nasional maka Menteri Pertahanan Penyelenggaraan pertahanan negara dalam pengelolaan sistem pertahanan dan sumber daya nasional maka Menteri Pertahanan

Dalam pengelolaan sistem pertahanan negara, Menteri Pertahanan menetapkan kebijakan pertahanan di bidang penganggaran, pengadaan, perekrutan, pengelolaan sumber daya nasional, serta pembinaan teknologi dan industri pertahanan. Khusus tentang perekrutan sumber daya nasional untuk Komponen Cadangan dan Komponen Pendukung, Menteri Pertahanan melaksanakan kerja sama dengan menteri/kepala LPND di luar bidang pertahanan untuk penentuan alokasi, publikasi, dan pemanggilan.

Dalam pengelolaan komponen pertahanan negara, Menteri Pertahanan merumuskan kebijakan umum penggunaan komponen pertahanan negara. Perumusan kebijakan umum dimaksud mencakupi penyiapan ketetapan kebijakan yang menyangkut tujuan penggunaan Komponen Utama, Komponen Cadangan dan Komponen Pendukung.

Dalam meningkatkan hubungan dengan bidang lain di luar bidang pertahanan serta hubungan internasional, Menteri Pertahanan menetapkan kebijakan pertahanan negara untuk kerja sama dengan departemen/ LPND bagi kepentingan pertahanan negara serta menetapkan kebijakan kerja sama, di bidang pertahanan bilateral, regional, dan internasional.

Dalam menyusun dan melaksanakan perencanaan strategis Dalam menyusun dan melaksanakan perencanaan strategis

Menteri/Kepala LPND Menteri dan kepala lembaga nondepartemen adalah pembantu

Presiden dan representasi pemerintah yang berwenang menetapkan kebijakan yang berhubungan dengan kepentingan pertahanan di bidangnya masing-masing. Menteri dan kepala lembaga nondepartemen bertanggung jawab membina dan meningkatkan sumber daya nasional untuk kebutuhan kesejahteraan dalam mendukung kepentingan pertahanan negara.

Dalam menghadapi ancaman nirmiliter di bidangnya, Menteri dan kepala lembaga nondepartemen menyusun kebijakan dan strategi pertahanan nirmiliter di bidangnya masing-masing dan mengkoordinasikannya dengan Menteri Pertahanan. Menteri dan kepala lembaga non departemen menyiapkan sumber daya nasional untuk kebutuhan Komponen Cadangan dan Pendukung. Menteri/Kepala LPND ikut serta dalam mendukung pembinaan sumber daya nasional untuk kepentingan pertahanan negara. Menteri/kepala LPND dalam menyusun rencana pembangunan di bidangnya masing-masing mengakomodasi kepentingan pertahanan negara untuk tujuan jangka panjang.

Pembinaan sumber daya alam, sumber daya buatan, serta sarana dan prasarana yang dilakukan oleh departemen/LPND diselenggarakan dengan memperhatikan kepentingan pertahanan.

Panglima TNI Panglima TNI menyelenggarakan perencanaan strategi dan

operasi militer, baik untuk tujuan OMP maupun OMSP. Untuk memelihara kesiapsiagaan operasional, Panglima TNI mengkoordinasikan pelaksanaan pembinaan profesi dan pembinaan kekuatan pertahanan militer yang dilakukan oleh tiap Kepala Staf Angkatan.

Dalam menghadapi ancaman militer, Panglima TNI menggunakan segenap komponen pertahanan serta menyelenggarakan operasi militer yang disesuaikan dengan jenis ancaman militer yang dihadapi. Panglima TNI merumuskan dan menetapkan Doktrin Pertahanan Militer dan mengembangkan Strategi Pertahanan Militer dengan mengacu pada Doktrin Pertahanan Negara dan Strategi Pertahanan Negara.