Doktrin Pertahanan Negara Indonesia 12

KATA PENGANTAR

Persatuan dan Kesatuan bangsa merupakan faktor penentu dalam menjaga dan mengawal Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang harus selalu dibangun, dipupuk dan digelorakan. Semangat pantang menyerah Bangsa Indonesia dalam mengusir penjajah telah menanamkan rasa percaya diri dan keyakinan akan kekuatan sendiri untuk menyelenggarakan keberlangsungan NKRI. Indonesia

dengan karakteristik geografi sebagai negara kepulauan dan terletak pada posisi silang dengan segala kandungan

kekayaan sumber daya, wajib dilindungi dan dipertahankan. Kondisi Indonesia tersebut di satu sisi merupakan kekuatan yang patut dimanfaatkan dan didayagunakan sebesar- besarnya bagi kemakmuran rakyat. Tetapi di sisi lain juga mengisyaratkan suatu tantangan yang besar bagi pengelolaan dan pengamanannya yang berimplikasi terhadap pentingnya pembangunan dan pengelolaan sistem pertahanan negara.

Dengan kondisi tersebut, maka negara memerlukan pendekatan pertahanan yang komprehensif dalam menghadapi setiap ancaman dengan memadukan seluruh kekuatan bangsa, baik kekuatan militer maupun nirmiliter. Keterpaduan kekuatan militer dan nirmiliter merupakan pengejawantahan sistem pertahanan yang dianut bangsa Indonesia, yakni sistem pertahanan yang bersifat semesta.

Upaya pertahanan negara merupakan tanggung jawab dan kehormatan setiap warga negara Indonesia dan Upaya pertahanan negara merupakan tanggung jawab dan kehormatan setiap warga negara Indonesia dan

Perkembangan yang terjadi dan berimplikasi terhadap penyelenggaraan pertahanan negara menyebabkan Doktrin Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia yang ditetapkan pada tanggal 5 Oktober 1991 sudah tidak sesuai lagi untuk dijadikan doktrin dasar. Oleh karena itu perlu disusun suatu Doktrin Pertahanan Negara yang baru guna menyikapi perkembangan yang ada.

Doktrin Pertahanan Negara ditetapkan sebagai pengejawatahan tekad, prinsip dan kehendak untuk menyelenggarakan pertahanan negara. Doktrin Pertahanan Negara mewujudkan kerangka landasan yang harus dipahami dan dipedomani oleh semua pihak yang terkait sesuai tugas dan fungsi masing-masing. Dalam rangka itu, Doktrin Pertahanan Negara selanjutnya menjadi salah satu perangkat utama dalam mengembangkan kebijakan dan strategi, serta postur pertahanan negara.

Dengan terbitnya Doktrin Pertahanan Negara ini, segenap aparat penyelenggara pemerintahan RI khususnya penyelenggara pertahanan negara maupun seluruh rakyat Indonesia hendaknya dapat menghayati dan mempedomani isinya sehingga tampak dalam pola pikir, pola sikap dan pola tindak dalam menjamin tegaknya NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Saya selaku pimpinan Departemen Pertahanan Republik Indonesia menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas terbitnya Doktrin Pertahanan Negara sesuai rencana. Tidak lupa saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperanserta dalam penyiapan Doktrin Pertahanan Negara. Saya yakin, peran serta tersebut merupakan dharma bhakti bagi Bangsa dan Negara Indonesia yang kita cintai.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan rahmat dan hidayah Nya kepada seluruh Bangsa Indonesia.

Jakarta, 28 Desember 2007 Menteri Pertahanan

Juwono Sudarsono

LATAR BELAKANG

Negara Kesatuan Re- publik Indonesia (NKRI) dipro- klamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. NKRI terbentuk melalui hasil perjuangan gigih dan pantang menyerah dari seluruh rakyat Indonesia untuk menjadi bangsa yang merdeka, bersatu, dan berdaulat. Keberhasilan merebut kemerdekaan dengan mengusir penjajah yang persenjataannya jauh lebih modern telah mengangkat derajat bangsa Indonesia sebagai bangsa yang heroik, disegani, dan diperhitungkan oleh bangsa-bangsa lain di dunia. Keberhasilan tersebut juga menempatkan Indonesia sebagai salah satu dari sedikit bangsa di dunia yang kemerdekaannya bukan pemberian dari suatu bangsa atau hadiah dari bangsa lain, melainkan sungguh-sungguh dari hasil perjuangan seluruh warga bangsa Indonesia yang di ridhoi oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Dengan menyadari keragaman suku bangsa, agama, ras, dan antargolongan, bangsa Indonesia bersepakat untuk bersatu dalam wadah NKRI dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika (‘Berbeda-beda Tetapi Tetap Satu’). Kesepakatan untuk berbangsa satu, bangsa Indonesia; bertanah air satu, tanah air Indonesia; dan berbahasa satu, bahasa Indonesia, harus terus dipertahankan dan dikawal sepanjang waktu.

Persatuan dan kesatuan bangsa merupakan faktor penentu dalam menjaga dan mengawal NKRI yang harus selalu dibangun, dipupuk, dan digelorakan. Semangat pantang menyerah dalam mengusir penjajah telah menanamkan rasa percaya diri dan keyakinan akan kekuatan sendiri untuk menyelenggarakan pertahanan negara dalam membela, menegakkan, dan mempertahankan keberlangsungan NKRI. Indonesia dengan karakteristik geografi yang terdiri atas gugusan Kepulauan Nusantara, yang terletak di posisi silang dengan aneka ragam sumber daya alam dan demografi yang majemuk wajib dilindungi dan dipertahankan. Kondisi Indonesia tersebut di satu sisi mengandung kekuatan besar untuk didayagunakan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, tetapi di sisi lain juga mengisyaratkan suatu tantangan yang besar bagi pengelolaan dan Persatuan dan kesatuan bangsa merupakan faktor penentu dalam menjaga dan mengawal NKRI yang harus selalu dibangun, dipupuk, dan digelorakan. Semangat pantang menyerah dalam mengusir penjajah telah menanamkan rasa percaya diri dan keyakinan akan kekuatan sendiri untuk menyelenggarakan pertahanan negara dalam membela, menegakkan, dan mempertahankan keberlangsungan NKRI. Indonesia dengan karakteristik geografi yang terdiri atas gugusan Kepulauan Nusantara, yang terletak di posisi silang dengan aneka ragam sumber daya alam dan demografi yang majemuk wajib dilindungi dan dipertahankan. Kondisi Indonesia tersebut di satu sisi mengandung kekuatan besar untuk didayagunakan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, tetapi di sisi lain juga mengisyaratkan suatu tantangan yang besar bagi pengelolaan dan

Negara memerlukan pendekatan pertahanan yang komprehensif dalam menghadapi setiap ancaman dengan memadukan seluruh kekuatan bangsa, baik kekuatan militer maupun nirmiliter. Keterpaduan kekuatan militer dan nirmiliter merupakan pengejawantahan sistem pertahanan yang dianut bangsa Indonesia, yakni sistem pertahanan yang bersifat semesta.

Upaya pertahanan negara merupakan tanggung jawab dan kehormatan setiap warga negara Indonesia yang diselenggarakan melalui fungsi pemerintah. Agar penyelenggaraan fungsi pertahanan negara terlaksana secara efektif sesuai dengan nilai-nilai keindonesiaan sebagai negara demokrasi yang merdeka, berdaulat, dan berdasarkan hukum, diperlukan suatu doktrin untuk menuntun setiap unsur yang terlibat. Atas dasar itu, Doktrin Pertahanan Negara ditetapkan sebagai pengejawantahan tekad, prinsip, dan kehendak untuk menyelenggarakan pertahanan negara. Doktrin Pertahanan Negara selanjutnya dijadikan sebagai salah satu perangkat utama dalam mengembangkan kebijakan dan strategi pertahanan negara.

HAKIKAT, KEDUDUKAN, DAN LANDASAN

Hakikat Doktrin Pertahanan Negara

Doktrin pertahanan pada hakikatnya adalah suatu ajaran tentang prinsip-prinsip fundamental pertahanan negara yang diyakini kebenarannya, digali dari nilai-nilai perjuangan bangsa dan pengalaman masa lalu untuk dijadikan pelajaran dalam mengembangkan konsep pertahanan sesuai dengan tuntutan tugas pertahanan dalam dinamika perubahan, serta dikemas dalam bingkai kepentingan nasional. Doktrin Pertahanan Negara tidak bersifat dogmatis, tetapi penerapannya disesuaikan dengan perkembangan kepentingan nasional.

Doktrin Pertahanan Negara memiliki arti penting, yakni sebagai penuntun dalam pengelolaan sistem dan penyelenggaraan pertahanan negara. Pada tataran strategis, Doktrin Pertahanan Negara berfungsi untuk mewujudkan sistem pertahanan yang bersifat semesta, baik pada masa damai maupun pada keadaan perang. Dalam kerangka penyelenggaraan pertahanan negara, esensi Doktrin Pertahanan Negara adalah acuan bagi setiap penyelenggara pertahanan dalam menyinergikan pertahanan militer dan pertahanan nirmiliter secara terpadu, terarah, dan berlanjut sebagai satu kesatuan pertahanan.

Pada masa damai, Doktrin Pertahanan Negara digunakan sebagai penuntun dan pedoman bagi penyelenggara pertahanan negara dalam menyiapkan kekuatan dan pertahanan dalam kerangka kekuatan untuk daya tangkal yang mampu mencegah setiap hakikat ancaman serta kesiapsiagaan dalam meniadakan ancaman, baik yang berasal dari luar maupun yang timbul di dalam negeri. Pada keadaan perang,

Doktrin Pertahanan Negara memberikan tuntutan dan pedoman dalam mendayagunakan segenap kekuatan nasional dalam upaya pertahanan guna menyelamatkan negara dan bangsa dari ancaman yang dihadapi.

Kedudukan dan Stratifikasi Doktrin Pertahanan Negara

Kedudukan Doktrin Doktrin Pertahanan Negara berada pada tingkatan strategis

berskala nasional dalam mengelola sistem pertahanan negara. Dalam mengembangkan kebijakan dan strategi pertahanan negara, Doktrin Pertahanan Negara berkedudukan sebagai instrumen dasar dalam mengembangkan seluruh doktrin yang berhubungan dengan pertahanan negara.

Stratifikasi Doktrin Dalam pengelolaan sistem dan penyelenggaraan pertahanan

negara terdapat sejumlah doktrin dengan level dan penggunaannya masing-masing, tetapi satu dengan yang lainnya berada dalam suatu kesatuan yang membentuk strata doktrin. Stratifikasi doktrin terdiri atas doktrin dasar, doktrin induk, dan doktrin pelaksanaan.

Doktrin Pertahanan Negara berada pada tingkatan sebagai doktrin dasar bagi semua doktrin yang berhubungan dengan pertahanan, serta berlaku secara nasional. Tugas dan tanggung jawab penyusunan Doktrin Pertahanan Negara berada dalam lingkup fungsi dan kewenangan Departemen Pertahanan. Sebagai doktrin dasar, Doktrin Pertahanan Negara memberikan tuntunan bagi seluruh doktrin dalam lingkup pertahanan negara. Doktrin induk adalah Doktrin Pertahanan Militer Doktrin Pertahanan Negara berada pada tingkatan sebagai doktrin dasar bagi semua doktrin yang berhubungan dengan pertahanan, serta berlaku secara nasional. Tugas dan tanggung jawab penyusunan Doktrin Pertahanan Negara berada dalam lingkup fungsi dan kewenangan Departemen Pertahanan. Sebagai doktrin dasar, Doktrin Pertahanan Negara memberikan tuntunan bagi seluruh doktrin dalam lingkup pertahanan negara. Doktrin induk adalah Doktrin Pertahanan Militer

Doktrin Pertahanan Nirmiliter merupakan bagian dari Doktrin Pertahanan Negara, yang penjabarannya disesuaikan dengan kompleksitas fungsi-fungsi nirmiliter serta tuntutan kebutuhan. Wewenang penyusunan Doktrin Pertahanan Nirmiliter berada pada salah satu fungsi Departemen Pertahanan yang membidangi pertahanan nirmiliter.

Doktrin pelaksanaan dibedakan atas doktrin pelaksanaan pada lingkup pertahanan militer dan doktrin pelaksanaan pada lingkup pertahanan nirmiliter. Doktrin pelaksanaan pada lingkup pertahanan militer merupakan doktrin-doktrin pada tingkat matra. Doktrin matra terdiri atas doktrin pertahanan militer matra darat, yakni Doktrin Kartika

Eka Paksi, doktrin pertahanan militer matra laut, yakni Doktrin Eka Sasana Jaya, serta doktrin pertahanan militer matra udara, yakni Doktrin

Swa Bhuwana Pakça. Doktrin Pertahanan Nirmiliter dapat dijabarkan ke dalam

doktrin-doktrin pelaksanaan sesuai dengan kebutuhan. Dalam hal ini setiap fungsi pemerintahan di luar bidang pertahanan dapat membuat doktrin pelaksanaan sesuai dengan bidangnya yang menginduk pada Doktrin Pertahanan Nirmiliter, serta pelaksanaannya di bawah supervisi Departemen Pertahanan.

Landasan Doktrin Pertahanan Negara

Sebagai prinsip fundamental yang diyakini kebenarannya serta penuntun dalam penyelenggaraan pertahanan negara, Doktrin Pertahanan dikembangkan dari nilai-nilai bangsa Indonesia yang bersifat mengikat.

Landasan Idiil Pancasila merupakan dasar, falsafah, dan ideologi negara, yang

berisi nilai-nilai moral dan etika dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebagai nilai moral dan etika kebangsaan, pengamalan Pancasila harus diwujudkan dalam pola pikir, pola sikap dan pola tindak setiap warga negara Indonesia untuk mengabdikan dirinya dalam penyelenggaraan pertahanan negara sesuai dengan kedudukan dan fungsinya masing-masing. Nilai-nilai tersebut meliputi keselarasan, keserasian, keseimbangan, persatuan dan kesatuan, kerakyatan, kekeluargaan, dan kebersamaan. Nilai-nilai Pancasila telah teruji dan diyakini kebenarannya sebagai pemersatu bangsa dalam membangun dan menata kehidupan berbangsa serta bernegara yang lebih baik dan berdaya saing.

Landasan Konstitusional Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (UUD

1945) adalah sumber dari segala sumber hukum. UUD 1945 memberikan landasan serta arah dalam pengembangan sistem serta penyelenggaraan pertahanan negara. Substansi pertahanan negara yang terangkum dalam Pembukaan dan Pasal-pasal UUD 1945 di antaranya adalah pandangan bangsa Indonesia dalam melihat diri dan lingkungannya, tujuan negara, sistem pertahanan negara, serta keterlibatan warga negara. UUD

1945 merefleksikan sikap bangsa Indonesia yang menentang segala bentuk penjajahan. Bangsa Indonesia akan senantiasa berjuang untuk mencegah dan mengatasi usaha-usaha pihak tertentu yang mengarah pada penindasan dan penjajahan. Penjajahan bagi bangsa Indonesia merupakan tindakan keji yang tidak berperikemanusiaan serta bertentangan dengan nilai-nilai keadilan.

Pertahanan negara tidak dapat dipisahkan dari kemerdekaan yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Kemerdekaan Indonesia bukan merupakan hadiah, melainkan diperoleh dari hasil perjuangan pergerakan bangsa Indonesia melalui pengorbanan jiwa dan raga. Oleh karena itu, bangsa Indonesia menempatkan kemerdekaan sebagai kehormatan bangsa yang harus tetap dijaga dan dipertahankan sepanjang masa. Kemerdekaan selain sebagai hasil perjuangan fisik, juga merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang menghendaki bangsa Indonesia berkehidupan kebangsaan yang bebas dan merdeka.

Selanjutnya, UUD 1945 menetapkan sistem pertahanan negara yang menempatkan rakyat sebagai pemeran yang vital, bahwa pertahanan negara dilaksanakan dengan Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta. Makna yang terkandung dalam Sistem Pertahanan

dan Keamanan Rakyat Semesta adalah bahwa rakyat adalah yang utama dan dalam kesemestaan, baik dalam semangat maupun dalam mendayagunakan segenap kekuatan dan sumber daya nasional, untuk kepentingan pertahanan dalam membela eksistensi NKRI. Keikutsertaan rakyat dalam sistem pertahanan negara pada dasarnya perwujudan dari hak dan kewajiban setiap warga negara untuk ikut serta dalam usaha- usaha pertahanan negara. Keikutsertaan warga negara dalam pertahanan negara adalah wujud kehormatan warga negara untuk merefleksikan dan Keamanan Rakyat Semesta adalah bahwa rakyat adalah yang utama dan dalam kesemestaan, baik dalam semangat maupun dalam mendayagunakan segenap kekuatan dan sumber daya nasional, untuk kepentingan pertahanan dalam membela eksistensi NKRI. Keikutsertaan rakyat dalam sistem pertahanan negara pada dasarnya perwujudan dari hak dan kewajiban setiap warga negara untuk ikut serta dalam usaha- usaha pertahanan negara. Keikutsertaan warga negara dalam pertahanan negara adalah wujud kehormatan warga negara untuk merefleksikan

Keikutsertaan warga negara dalam upaya pertahanan negara dapat secara langsung, yakni menjadi prajurit sukarela Tentara Nasional Indonesia (TNI), tetapi dapat juga secara tidak langsung, yakni dalam profesinya masing-

masing yang memberikan kontribusi terhadap pertahanan negara, atau menjadi prajurit wajib. Terkait dengan kewajiban warga negara dalam upaya pertahanan negara, hal mendasar adalah bahwa negara dapat mewajibkan warga negara untuk ikut dalam upaya pertahanan negara. Mewajibkan warga negara untuk ikut dalam upaya pertahanan negara adalah konteks yang konstitusional sebagai konsekuensi menjadi warga negara dari suatu negara yang berdaulat. Namun, mewajibkan warga negara dalam upaya pertahanan negara harus didukung oleh perangkat perundang-undangan sebagai pelaksanaan dari UUD 1945.

Landasan Yuridis Landasan yuridis Doktrin Pertahanan Negara adalah UU RI Nomor

3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. UU tersebut mengatur, antara lain, penyelenggaraan pertahanan negara, pengelolaan sistem pertahanan negara, dan pembinaan kemampuan pertahanan negara.

Pertahanan negara bertujuan untuk menjaga dan melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman. Pertahanan negara diselenggarakan dan dipersiapkan secara dini oleh pemerintah melalui usaha membangun dan membina kemampuan daya tangkal bangsa dan negara yang Pertahanan negara bertujuan untuk menjaga dan melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman. Pertahanan negara diselenggarakan dan dipersiapkan secara dini oleh pemerintah melalui usaha membangun dan membina kemampuan daya tangkal bangsa dan negara yang

bersifat semesta yang melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan sumber daya nasional lainnya, yang dipersiapkan pemerintah secara dini dan diselenggarakan secara total, terpadu, terarah, dan berlanjut untuk menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dari segala ancaman. Sistem Pertahanan Negara dikembangkan untuk menghadapi segala bentuk ancaman yang dinilai membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa, baik yang berasal dari luar negeri maupun yang timbul di dalam negeri, baik ancaman militer maupun ancaman nirmiliter.

Sistem Pertahanan Semesta dalam menghadapi ancaman militer menempatkan TNI sebagai Komponen Utama serta segenap sumber daya nasional lainnya sebagai Komponen Cadangan dan Komponen Pendukung. Sumber daya nasional yang wujudnya berupa sumber daya manusia (SDM), sumber daya alam (SDA), dan sumber daya buatan (SDB), nilai-nilai, dan teknologi dapat didayagunakan untuk meningkatkan kemampuan pertahanan negara. Sistem Pertahanan Negara dalam menghadapi ancaman nirmiliter menempatkan lembaga pemerintah di luar bidang pertahanan sebagai unsur utama, sesuai dengan bentuk dan sifat ancaman yang dihadapi dengan didukung oleh unsur-unsur lain dari kekuatan bangsa. Selanjutnya, dalam menghadapi bentuk dan sifat ancaman nirmiliter di luar wewenang ins-tansi pertahanan, penanggulangannya dikoordinasikan oleh pimpinan instansi sesuai dengan bidangnya.

Landasan Sejarah Perjuangan bangsa Indonesia dalam

merebut kemerdekaan dari penjajah, serta upaya mempertahankan dan mengisi kemerdekaan dengan pembangunan nasional, sarat dengan nilai-nilai heroik, patriotik, dan nasionalisme yang menjadi ciri dan kekhasan bangsa Indonesia. Nilai-nilai tersebut telah lama teraktualisasi dalam kehidupan bangsa Indonesia sehari-hari dalam wujud persaudaraan, gotong-royong, keuletan, ketangguhan, percaya kepada kekuatan sendiri, tidak kenal menyerah, keyakinan meraih kemenangan, serta rela berkorban demi kebenaran dan keadilan.

Perjuangan mewujudkan negara yang merdeka, bersatu, dan berdaulat adalah perjuangan panjang yang pantang berhenti serta pantang menyerah. Sejak zaman Sriwijaya berlanjut sampai Majapahit, nilai-nilai kesatuan dan persatuan, kebangsaan, patriotisme, dan heroik telah tertanam dan berkembang menjadi jati diri. Jati diri tersebut kemudian menjadi pendorong untuk menyatukan usaha dan

perjuangan dalam melawan

Kemerdekaan tidak

menyudahi

penjajah, dari Zaman Kerajaan

soal-soal, kemerdekaan

malah

membangun soal-soal, tetapi

ke-

Mataram, Kebangkitan Nasional

merdekaan juga memberi jalan untuk memecahkan soal soal itu.

1908, Sumpah Pemuda 1928,

Hanya ketidak kemerdekaanlah yang

sampai dengan puncaknya yang

tidak memberi jalan untuk me- mecahkan

soal-soal. Rumah

kita

mengantarkan bangsa Indonesia

dikepung, rumah kita dihancurkan. Bersatulah Bhinneka Tunggal Ika.

berhasil memproklamasikan ke-

Kalau mau dipersatukan, tentulah bersatu pula. (Pidat o Presiden Soe-

merdekaannya pada tanggal 17

karno, t anggal 17-8-1948

Agustus 1945.

Indonesia menghadapi

Bahwa Negara Indonesia tidak tjukup

ujian yang berat, baik dari luar

dipertahankan oleh tentara sadja,

maupun dari dalam negeri.

maka perlu sekali mengadakan kerdja

Dalam usianya yang sangat

sama jang seerat-eratnja dengan golongan serta badan-badan di luar

muda, Indonesia menghadapi

tentara. (Panglima Besar S udir man

ancaman yang dahsyat berupa

pada Konf er ensi T ent ar a Keamanan Rakyat di Mar kas T KR Y ogyakar t a, 12

kekuatan militer Belanda

N ovember 19 4 5 )

yang ingin menjajah kembali Indonesia serta rongrongan

dari dalam negeri yang dilakukan oleh pihak-pihak yang ingin memisahkan diri dari NKRI. Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, bangsa Indonesia diberi kekuatan dan keyakinan untuk menyatukan usaha dalam semangat persatuan dan kesatuan yang mampu mengusir penjajah serta mengatasi ancaman dalam negeri. Proklamasi 17 Agustus 1945 menorehkan kemenangan sehingga menjadi lambang keberhasilan perjuangan seluruh rakyat Indonesia yang sepakat untuk mempertahankan kebhinnekaan dalam wadah NKRI. Hal ini membuktikan bahwa jika bangsa Indonesia bersatu padu, tujuan bersama akan dapat diraih. Sebaliknya, apabila bercerai-berai, bangsa Indonesia akan mudah dihancurkan.

Keberhasilan Indonesia mempertahankan kemerdekaan dan keutuhan NKRI telah dibuktikan kepada dunia melalui perjuangan dan perlawanan pantang menyerah serta diselenggarakan secara bahu- membahu oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan seluruh rakyat Indonesia, baik melalui perlawanan secara militer maupun nirmiliter. Kerja sama yang terpadu antara TNI dan rakyat tersebut ditanamkan oleh Panglima Besar Sudirman beserta seluruh kekuatan TNI dalam berjuang bahu-membahu dengan rakyat untuk melawan penjajah.

Kebersamaan TNI dan rakyat selama perjuangan tersebut telah mengilhami kemanunggalan TNI-rakyat yang dapat diaplikasikan dalam berbagai konteks bagi terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa.

Kemanunggalan TNI-rakyat yang lahir dari pengalaman sejarah tersebut merupakan inti kekuatan pertahanan Indonesia yang tetap relevan dan tidak lekang oleh perubahan. Sistem pertahanan yang modern tidak akan ada artinya manakala TNI tidak bersama rakyat. Penolakan atau pengingkaran akan kemanunggalan TNI-rakyat adalah pengkhianatan akan sejarah bangsa sendiri, yakni sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Atas dasar itulah, menjadi kewajiban setiap anak bangsa untuk selalu waspada terhadap setiap usaha yang ingin memecah dan memisahkan TNI dari rakyat, baik usaha pihak luar maupun usaha pembusukan dari dalam yang dilakukan oleh kelompok-kelompok tertentu. Hancurnya kemanunggalan TNI-rakyat dan dipisahkannya TNI dari rakyat pada akhirnya akan menghancurkan NKRI.

Landasan Visional Wawasan Nusantara merupakan cara pandang bangsa Indonesia

tentang diri dan lingkungannya sebagai satu kesatuan yang utuh.

Kemerdekaan jang telah dimiliki dan

Wawasan Nusantara

adalah

dipertahankan djangan sekali-sekali dilepaskan dan diserahkan kepada

geopolitik Indonesia di mana wilayah

siapa pun jang akan mendjadjah dan

Indonesia tersusun dari gugusan

menindas kita. (A manat Panglima Besar

Kepulauan S udir man, disampaikan dalam Pidat o di Nusantara beserta

Y ogyakar t a pada t anggal 22 J uli 19 47 ,

segenap isinya sebagai suatu

sehar i sesudah Count er Command

dikeluar kan). kesatuan wadah serta sarana untuk membangun dan menata dirinya dikeluar kan). kesatuan wadah serta sarana untuk membangun dan menata dirinya

Landasan Konseptual Ketahanan Nasional merupakan geostrategi Indonesia sebagai

implementasi dari konsep geopolitik Wawasan Nusantara, dalam mewujudkan daya tangkal nasional serta mempengaruhi ketahanan regional dan supraregional. Ketahanan Nasional pada hakikatnya berisi keuletan dan ketangguhan bangsa dan negara dalam menghadapi setiap ancaman dengan memberdayakan faktor ideologi, politik, ekonomi, militer, sosial budaya, agama, serta informasi, dan teknologi. Faktor- faktor tersebut merupakan kekuatan nasional yang harus dipersiapkan dan dibangun sehingga menghasilkan suatu kondisi yang dinamis dan kondusif dalam mewujudkan daya tangkal bangsa.

PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

Bangsa Indonesia terlahir melalui kancah perjuangan yang panjang. Perjuangan tersebut membentuk karakter dan jati diri bangsa yang mewujud dalam semangat persatuan dan kesatuan dalam wadah NKRI. Nilai-nilai dasar tersebut mengilhami cita-cita bangsa, tujuan nasional, serta kepentingan nasional bangsa Indonesia.

Tekad dan semangat bangsa Indonesia untuk berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang merdeka dan berdaulat telah mendasari perjuangan dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, dengan cucuran darah serta pengorbanan jiwa raga bangsa Indonesia.

Jati Diri Bangsa

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, terbentuk bukan karena kesamaan ras, agama, suku, dan golongan, melainkan karena kesamaan tekad dan kehendak untuk bersatu dalam wadah NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Kesamaan tekad dan kehendak tersebut merupakan daya rekat segenap warga bangsa yang mewujud dalam nilai-nilai persatuan dan kesatuan, kesetiakawanan sosial, kekeluargaan, gotong-royong, dan rasa cinta tanah air.

Jati diri bangsa Indonesia terejawantahkan dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika, yang bermakna berbeda-beda tetapi satu jua. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika menjadi semangat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang wajib digelorakan oleh setiap generasi.

Hakikat Perjuangan Bangsa

Perjuangan bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan segala upaya untuk mempertahankan dan mengisi kemerdekaan NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Upaya tersebut dilaksanakan melalui pendayagunaan seluruh sumber daya nasional secara terpadu sesuai dengan peran serta fungsi masing-masing yang dilandasi tekad dan semangat cinta tanah air dalam bingkai persatuan dan kesatuan bangsa.

Cita-Cita Bangsa Indonesia

Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945 adalah bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia telah mengukuhkan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka, bersatu, dan berdaulat dalam wadah NKRI. Tugas generasi bangsa Indonesia adalah melindungi dan mempertahankan cita-cita yang sudah dicapai serta melanjutkannya dengan melaksanakan pembangunan nasional secara berkesinambungan untuk mewujudkan masyarakat adil, makmur, dan berdaya saing.

Tujuan Nasional

Tujuan nasional bangsa Indonesia adalah membentuk peme- rintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Kepentingan Nasional

Kepentingan nasional Indonesia adalah tetap tegaknya NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta terjaminnya kelancaran dan keamanan pembangunan nasional yang berkelanjutan guna mewujudkan tujuan pembangunan dan tujuan nasional.

Kepentingan nasional diwujudkan dengan memperhatikan tiga kaidah pokok, yaitu (1) tata kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945; (2) upaya pencapaian tujuan nasional dilaksanakan melalui pembangunan nasional yang berkelanjutan, berwawasan lingkungan, dan berketahanan nasional berdasarkan Wawasan Nusantara; (3) sarana yang digunakan adalah seluruh potensi dan kekuatan nasional yang didayagunakan secara menyeluruh dan terpadu.

Tetap tegaknya NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 merupakan kepentingan nasional Indonesia yang bersifat permanen, berlaku sepanjang masa. Makna kepentingan nasional yang bersifat permanen tersebut adalah melindungi kedaulatan negara dan mempertahankan keutuhan wilayah NKRI dengan tidak membiarkan setiap jengkal tanah air dikuasai atau diceraiberaikan oleh pihak mana pun.

Keamanan

nasional yang

stabil merupakan prakondisi bagi terselenggaranya kelancaran pelak- sanaan pembangunan nasional yang berkelanjutan guna mewujudkan tujuan pembangunan dan tujuan stabil merupakan prakondisi bagi terselenggaranya kelancaran pelak- sanaan pembangunan nasional yang berkelanjutan guna mewujudkan tujuan pembangunan dan tujuan

HAKIKAT ANCAMAN

Ancaman pada hakikatnya adalah setiap usaha dan kegiatan, baik yang berasal dari luar negeri atau bersifat lintas negara maupun yang timbul di dalam negeri, yang dinilai membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Dalam Doktrin Pertahanan Negara, terminologi ancaman mencakup setiap ancaman termasuk gangguan yang dapat membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan bangsa atau yang bersifat penghambat atau penghalang terhadap kepentingan nasional.

Identifikasi tentang ancaman merupakan faktor utama yang menjadi dasar dalam penyusunan desain Sistem Pertahanan Negara. Upaya pertahanan negara diselenggarakan untuk mencegah dan mengatasi setiap ancaman, baik yang bersifat aktual maupun yang potensial, baik yang berasal dari luar maupun yang timbul di dalam negeri. Setiap bentuk ancaman memiliki karakteristik serta tingkat risiko yang berbeda yang mempengaruhi pola penanganannya. Identifikasi terhadap ancaman diselenggarakan dengan menganalisis perkembangan lingkungan strategis sebagai faktor luar yang berpengaruh, baik langsung maupun tidak langsung terhadap kepentingan nasional yang berwujud peluang, tantangan, dan hakikat ancaman, serta kondisi dalam negeri yang dapat berkembang dan berakumulasi menjadi ancaman.

Penilaian Ancaman

Dalam penyelenggaraan pertahanan negara, hal yang mendasar adalah penilaian tentang ancaman yang didasari oleh kemampuan untuk Dalam penyelenggaraan pertahanan negara, hal yang mendasar adalah penilaian tentang ancaman yang didasari oleh kemampuan untuk

Penilaian tentang faktor eksternal terkait dengan geopolitik dan geostrategi Indonesia yang terkait dengan posisi silang Indonesia. Implikasi dari posisi silang Indonesia yakni antara Benua Asia dan Australia serta antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik, menempatkan Indonesia dikelilingi oleh sejumlah negara yang memiliki perbedaan latar belakang budaya dan filosofi, pandangan dan paham politik, serta tingkat kemajuan. Beberapa di antaranya adalah negara maju yang menjadi kekuatan utama dunia. Negara-negara tersebut memiliki kekuatan militer dan ekonomi yang jauh lebih kuat daripada kekuatan yang dimiliki Indonesia. Di sisi lain, juga terdapat negara-negara yang tingkat ekonomi dan kemajuannya setara dan ada pula yang berada di bawah kekuatan Indonesia. Interaksi antarnegara dengan kondisi dan tingkat kemampuan yang berbeda-beda tidak dapat dimungkiri sering menimbulkan implikasi yang berdimensi politik, ekonomi, dan pertahanan. Dalam skala tertentu, implikasi tersebut dapat berpotensi menjadi suatu ancaman.

Penilaian ancaman juga mencermati faktor-faktor internal baik yang bersifat statis maupun yang bersifat dinamis. Faktor yang bersifat statis meliputi karakteristik dan kondisi geografi sebagai negara kepulauan yang luas dan terbuka dengan garis pantai yang panjang serta banyaknya Penilaian ancaman juga mencermati faktor-faktor internal baik yang bersifat statis maupun yang bersifat dinamis. Faktor yang bersifat statis meliputi karakteristik dan kondisi geografi sebagai negara kepulauan yang luas dan terbuka dengan garis pantai yang panjang serta banyaknya

Dengan mencermati konteks strategis global, kepentingan negara-negara maju yang menonjol dalam beberapa dekade yang akan datang adalah mencapai keunggulan yang maksimal dalam globalisasi dan perdagangan bebas. Kondisi tersebut akan mendorong terjadinya persaingan antarnegara, baik di kalangan negara maju, antara negara maju dan negara berkembang, maupun antarnegara berkembang. Bersamaan dengan itu, dalam menggerakkan roda perekonomian dan industri negara- negara maju akan selalu bergantung pada kebutuhan energi dan sumber daya alam sehingga kelak dapat mendorong persaingan antarnegara di masa mendatang. Di satu sisi, negara-negara maju memiliki keunggulan di bidang teknologi, modal dan sumber daya manusia yang berkemampuan tinggi, tetapi memiliki keterbatasan dalam hal sumber energi dan sumber daya alam untuk menjamin ketersediaan bahan baku industri. Di sisi lain, negara-negara berkembang memiliki kemampuan di bidang sumber daya energi dan sumber daya alam, namun memiliki keterbatasan dalam hal kemampuan teknologi, modal dan sumber daya manusia. Paradoks antara kelangkaan sumber daya alam dan peningkatan kebutuhan yang besar berpotensi mendorong konflik antarnegara di masa datang. Semakin Dengan mencermati konteks strategis global, kepentingan negara-negara maju yang menonjol dalam beberapa dekade yang akan datang adalah mencapai keunggulan yang maksimal dalam globalisasi dan perdagangan bebas. Kondisi tersebut akan mendorong terjadinya persaingan antarnegara, baik di kalangan negara maju, antara negara maju dan negara berkembang, maupun antarnegara berkembang. Bersamaan dengan itu, dalam menggerakkan roda perekonomian dan industri negara- negara maju akan selalu bergantung pada kebutuhan energi dan sumber daya alam sehingga kelak dapat mendorong persaingan antarnegara di masa mendatang. Di satu sisi, negara-negara maju memiliki keunggulan di bidang teknologi, modal dan sumber daya manusia yang berkemampuan tinggi, tetapi memiliki keterbatasan dalam hal sumber energi dan sumber daya alam untuk menjamin ketersediaan bahan baku industri. Di sisi lain, negara-negara berkembang memiliki kemampuan di bidang sumber daya energi dan sumber daya alam, namun memiliki keterbatasan dalam hal kemampuan teknologi, modal dan sumber daya manusia. Paradoks antara kelangkaan sumber daya alam dan peningkatan kebutuhan yang besar berpotensi mendorong konflik antarnegara di masa datang. Semakin

Pada tataran internal, distribusi hak-hak politik dan kesejahteraan serta penegakan hukum yang buruk dapat menjadi faktor pendorong terciptanya ketidakstabilan yang kemudian berkembang menjadi ancaman. Kondisi tersebut menjadi fenomena global sehingga mendorong berkembangnya kejahatan baik lintas negara dan bentuk-bentuk gangguan keamanan yang timbul di dalam negeri.

Penggolongan Ancaman

Ancaman dapat digolongkan ke dalam jenis, sumber, dan aktor. Berdasarkan jenisnya, ancaman pertahanan negara digolongkan dalam ancaman militer dan ancaman nirmiliter. Jika dilihat dari sumbernya, ancaman yang dihadapi Indonesia dapat berasal dari luar Indonesia atau kejahatan lintas negara, baik yang dilakukan oleh aktor negara maupun aktor yang bukan negara, serta ancaman yang timbul di dalam negeri. Ancaman tersebut secara sistematis mengancam atau diperkirakan dapat mengancam kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan bangsa.

Ancaman Militer Ancaman militer memiliki karakteristik serta spektrum yang

dapat mengancam kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan bangsa, baik secara langsung maupun tidak langsung. Karakteristik ancaman militer tersebut berimplikasi terhadap kebutuhan akan kesiapsiagaan kekuatan pertahanan baik dalam kapasitas sebagai dapat mengancam kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan bangsa, baik secara langsung maupun tidak langsung. Karakteristik ancaman militer tersebut berimplikasi terhadap kebutuhan akan kesiapsiagaan kekuatan pertahanan baik dalam kapasitas sebagai

Ancaman militer memiliki beberapa karakter. Ancaman militer dapat berupa jenis ancaman yang sifatnya terorganisasi dengan menggunakan kekuatan bersenjata yang dinilai mempunyai kemampuan yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman militer dapat pula berupa jenis ancaman yang dilakukan oleh militer suatu negara atau ancaman bersenjata yang datangnya dari gerakan kekuatan bersenjata yang dinilai mengancam atau membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.

Dari batasan tentang ancaman seperti diuraikan di atas, ancaman yang dikategorikan sebagai ancaman militer yang dapat membahayakan kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dapat berupa agresi atau invasi, pelanggaran wilayah, spionase, sabotase, aksi teror bersenjata, pemberontakan bersenjata, ancaman keamanan laut atau udara, serta perang saudara atau yang sering disebut konflik komunal.

Agresi atau invasi merupakan bentuk ancaman militer yang dilakukan oleh suatu negara dengan penggunaan kekuatan bersenjata yang mengancam kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa. Agresi militer atau invasi suatu negara ditempatkan pada tingkat paling tinggi dalam susunan kategorisasi ancaman pertahanan negara. Penempatan ancaman agresi pada tingkat yang paling tinggi adalah berdasarkan tingkat risiko yang ditimbulkan oleh ancaman tersebut, yakni dapat memorakporandakan struktur dan eksistensi kedaulatan, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan bangsa. Agresi Agresi atau invasi merupakan bentuk ancaman militer yang dilakukan oleh suatu negara dengan penggunaan kekuatan bersenjata yang mengancam kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa. Agresi militer atau invasi suatu negara ditempatkan pada tingkat paling tinggi dalam susunan kategorisasi ancaman pertahanan negara. Penempatan ancaman agresi pada tingkat yang paling tinggi adalah berdasarkan tingkat risiko yang ditimbulkan oleh ancaman tersebut, yakni dapat memorakporandakan struktur dan eksistensi kedaulatan, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan bangsa. Agresi

Selain agresi militer atau invasi, terdapat pula bentuk ancaman militer yang tingkat risikonya dapat merugikan eksistensi dan kepentingan nasional. Ancaman militer tersebut adalah bombardemen senjata, blokade sebagian atau seluruh wilayah Indonesia, atau serangan unsur angkatan bersenjata negara lain. Keberadaan atau tindakan unsur kekuatan bersenjata asing dalam wilayah NKRI yang bertentangan dengan ketentuan atau perjanjian yang disepakati, tindakan suatu negara yang membantu negara yang hendak menyerang Indonesia, tindakan unsur tentara negara lain yang melakukan kekerasan di wilayah Indonesia, atau pengiriman kelompok bersenjata atau tentara bayaran untuk melakukan tindak kekerasan di wilayah NKRI merupakan ancaman yang dikategorikan sebagai agresi.

Wilayah yang sangat luas dan berada pada posisi silang berpotensi bagi terjadinya pelanggaran wilayah oleh negara lain. Pelanggaran wilayah yang secara sengaja dan sistematis dilakukan oleh negara lain merupakan bentuk ancaman militer yang mengancam kedaulatan negara Indonesia. Bentuk ancaman tersebut dapat terjadi setiap waktu secara cepat sehingga memerlukan mekanisme pengambilan putusan yang khusus pada tingkat nasional untuk mengatur pengerahan dan penggunaan kekuatan pertahanan yang dilibatkan.

Pemberontakan bersenjata melawan pemerintah Indonesia yang sah merupakan bentuk ancaman militer yang dapat merongrong kewibawaan negara dan jalannya roda pemerintahan Indonesia. Dalam sejarah perjalanan bangsa, Indonesia pernah mengalami sejumlah aksi pemberontakan bersenjata yang dilakukan oleh gerakan radikal, seperti

Darul Islam (DI) dan Tentara Islam Indonesia (TII), Kahar Muzakar, serta G-30-S/PKI. Sejumlah aksi pemberon- takan bersenjata tersebut tidak hanya mengancam pemerintahan yang sah, tetapi juga mengancam tegaknya NKRI yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

Dalam beberapa dekade terakhir, pemberontakan bersenjata telah berkembang dalam bentuk gerakan separatisme yang pola perkembangannya seperti api dalam sekam. Gerakan radikal di masa lalu serta sisa-sisa G-30-S/PKI berhasil melakukan regenerasi dan berubah bentuk ke dalam berbagai organisasi kemasyarakatan dengan memanfaatkan dinamika Reformasi untuk masuk ke segala lini dan elemen nasional. Kecenderungan tersebut memerlukan kecermatan dengan membangun kewaspadaan nasional dari seluruh komponen bangsa Indonesia untuk mewaspadai perkembangannya.

Indonesia memiliki sejumlah objek vital nasional dan instalasi strategis yang rawan terhadap aksi sabotase sehingga harus dilindungi. Aksi-aksi sabotase tersebut didukung oleh adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimanfaatkan oleh pihak-pihak lawan untuk merancang ancaman sehingga memiliki intensitas yang lebih tinggi dan kompleks. Fungsi pertahanan negara ditujukan untuk memberikan perlindungan, di antaranya, terhadap objek vital nasional dan instalasi strategis dari setiap kemungkinan aksi sabotase. Hal ini dilakukan dengan menggelar kekuatan pertahanan serta mempertinggi kewaspadaan yang Indonesia memiliki sejumlah objek vital nasional dan instalasi strategis yang rawan terhadap aksi sabotase sehingga harus dilindungi. Aksi-aksi sabotase tersebut didukung oleh adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimanfaatkan oleh pihak-pihak lawan untuk merancang ancaman sehingga memiliki intensitas yang lebih tinggi dan kompleks. Fungsi pertahanan negara ditujukan untuk memberikan perlindungan, di antaranya, terhadap objek vital nasional dan instalasi strategis dari setiap kemungkinan aksi sabotase. Hal ini dilakukan dengan menggelar kekuatan pertahanan serta mempertinggi kewaspadaan yang

Pada abad modern, kegiatan spionase dilakukan oleh agen-agen rahasia dalam mencari dan mendapatkan rahasia pertahanan negara lain. Kegiatan spionase dilakukan secara tertutup dengan menggunakan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) sehingga tidak mudah dideteksi. Kegiatan tersebut merupakan bentuk ancaman militer yang memerlukan penanganan secara khusus dengan pendekatan kontraspionase untuk melindungi kepentingan pertahanan dari kebocoran yang akan dimanfaatkan oleh pihak lawan.

Aksi teror bersenjata merupakan bentuk kegiatan terorisme yang mengancam keselamatan bangsa dengan menebarkan rasa ketakutan yang mendalam serta menimbulkan korban tanpa mengenal rasa perikemanusiaan. Sasaran aksi teror bersenjata dapat menimpa siapa saja sehingga sulit diprediksi dan ditangani dengan cara-cara biasa. Perkembangan aksi teror bersenjata yang dilakukan oleh teroris pada dekade terakhir meningkat cukup pesat dengan mengikuti perkembangan politik, lingkungan strategis, dan iptek.

Sejak terorisme internasional berkembang menjadi ancaman global, aksi teror bersenjata yang berskala lokal ikut pula mengadopsi pola dan metode terorisme internasional atau bahkan berkolaborasi dengan jaringan-jaringan teroris internasional yang ada. Sejumlah aksi teror yang terjadi di beberapa tempat di Indonesia menunjukkan adanya hubungan dengan jaringan teroris internasional, terutama jaringan teroris yang beroperasi di wilayah Asia Tenggara. Kondisi masyarakat dengan latar belakang pendidikan dan kemampuan ekonomi rendah menjadi incaran para tokoh teroris untuk memperluas jaringan dengan Sejak terorisme internasional berkembang menjadi ancaman global, aksi teror bersenjata yang berskala lokal ikut pula mengadopsi pola dan metode terorisme internasional atau bahkan berkolaborasi dengan jaringan-jaringan teroris internasional yang ada. Sejumlah aksi teror yang terjadi di beberapa tempat di Indonesia menunjukkan adanya hubungan dengan jaringan teroris internasional, terutama jaringan teroris yang beroperasi di wilayah Asia Tenggara. Kondisi masyarakat dengan latar belakang pendidikan dan kemampuan ekonomi rendah menjadi incaran para tokoh teroris untuk memperluas jaringan dengan

ancaman terorisme, terutama aksi teror bersenjata, fungsi pertahanan militer melalui unsur-unsur intelijen, unsur-unsur Komando Kewilayahan, berkewajiban untuk meningkatkan kewaspadaan dengan mengefektifkan fungsi deteksi dan cegah dini. Dalam hal penanggulangan aksi teror bersenjata yang dilakukan teroris, kesiapan dan kemampuan pasukan khusus antiteror yang dimiliki oleh TNI harus terus ditingkatkan dan dikembangkan, dan penggunaannya sesuai keputusan politik dan peraturan perundang-undangan.

Gangguan keamanan di laut dan udara merupakan bentuk ancaman militer yang mengganggu stabilitas keamanan wilayah yurisdiksi nasional Indonesia. Kondisi geografi Indonesia dengan wilayah perairan serta wilayah udara Indonesia yang terbentang pada pelintasan transportasi dunia yang padat, baik transportasi maritim maupun dirgantara, berimplikasi terhadap tingginya potensi gangguan ancaman keamanan laut dan udara.

Bentuk-bentuk gangguan keamanan di laut dan udara yang memiliki tingkat risiko membahayakan kepentingan nasional dan kehormatan bangsa meliputi pembajakan atau perompakan, penyelundupan senjata, amunisi, dan bahan peledak atau bahan lain yang dapat membahayakan keselamatan bangsa, penangkapan ikan secara ilegal, atau pencurian kekayaan di laut, termasuk pencemaran lingkungan. Konflik komunal pada dasarnya merupakan gangguan keamanan dalam negeri yang terjadi antarkelompok masyarakat, yang dalam skala besar dapat membahayakan keselamatan bangsa.

Ancaman Nirmiliter Ancaman nirmiliter pada hakikatnya ancaman yang menggunakan

faktor-faktor nirmiliter yang dinilai mempunyai kemampuan yang membahayakan atau berimplikasi mengancam kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman nirmiliter dapat berdimensi ideologi, politik, ekonomi, sosial, informasi, dan teknologi serta berdimensi keselamatan umum. Ancaman nirmiliter memiliki karakteristik yang berbeda dengan ancaman militer, tidak bersifat fisik, serta bentuknya tidak kelihatan seperti ancaman militer, namun dapat berkembang atau berakumulasi menjadi ancaman terhadap kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan bangsa. Ancaman nirmiliter dapat pula terjadi secara bersamaan dengan ancaman militer, sehingga memerlukan kecermatan baik dalam mengidentifikasi maupun dalam penanganannya.