TINJAUAN ETIKA BISNIS DARI BERBAGAI ISUE
Menilai Etika Bisnis Konvensional
Penilaian etika sebagai suatu ilmu dititikberatkan pada perbuatan baik atau jahat, susila atau tidak susila. Perbuatan atau kelakuan seseorang yang telah menjadi sifat atau telah mendarah daging baginya itu yang kemudian disebut sebagai akhlak atau budi pekerti. Budi tumbuhnya dalam jiwa, bila telah dilahirkan dalam bentuk perbuatan maka dinamakan pekerti. Sehingga dengan demikian, pangkal penilaian dari suatu budi pekerti adalah dari dalam jiwa; sejak ia masih berupa angan-angan, cita-cita, niat hati, sampai ia terlahir menjadi perbuatan nyata.
Al- Qur’an sendiri sangat mendorong manusia untuk melakukan bisnis. (Qs. 62:10). Dalam Al- Qur’an terdapat pentunjuk agar dalam bisnis dilakukan hubungan yang harmonis, saling
ridha, tidak ada unsur eksploitasi (QS. 4: 29) dan terbebas dari kecurigaan atau penipuan, Oleh karenanya, dalam bisnis ada keharusan membuat administrasi transaksi kredit (QS. 2: 282). Muhammad SAW adalah seorang pedagang dengan reputasi international yang membangunan bisnisnya berdasar kepada nilai-nilai ilahiyah (transenden). Dengan dasar itu pula lah Muhammad SAW telah membangun sistem ekonomi Islam yang tercerahkan.
Prinsip-prinsip bisnis yang ideal ternyata pernah dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabatnya. Realitas ini menjadi bukti bagi banyak orang, bahwa tata ekonomi yang berkeadilan, merupakan suatu keniscayaan, ada dan pernah terjadi, meski dalam lingkup nasional, negara Madinah. Jika tata ekonomi baru yang berkeadilan adalah merupakan keinginan, maka nilai-nilai spirit dan ajaran yang dibawa oleh Muhammad itu harus digunakan sebagai dasar untuk membangun dan mewujudkannya.
Bisnis konvensional menarik dan menjanjikan kemakmuran. Akan tetapi kemakmuran yang dijanjikan tidak bisa dinikmati secara merata. Teori-teori yang melandasi berkembangnya bisnis konvensional dari waktu ke waktu tidak dapat memberikan solusi terhadap masalah- masalah ekonomi yang dihadapi di kemudian hari. Saat ini, di negara-negara penganut sistem ekonomi kapitalis maupun sosialis dihadapkan pada permasalahan yang rumit; kelangkaan sumber daya, munculnya monopoli, pemerataan pendapatan, dsb
Kepercayaan bahwa mekanisme pasar dapat menyelesaikan masalah ekonomi hanya benar ketika tidak terjadi krisis.
Kritik atas Utilitarianisme
Utilitarianisme adalah paham dalam filsafat moral yang menekankan manfaat atau kegunaan dalam menilai suatu tindakan sebagai prinsip moral yang paling dasar, untuk menentukan bahwa suatu perilaku baik jika bisa memberikan manfaat kepada sebagian besar konsumen atau masyarakat.
Terlepas dari daya tariknya, teori utilitarianisme juga mempunyai kelemahan, antara lain:
a) Manfaat merupakan konsep yang kompleks sehingga penggunaannya sering menimbulkan kesulitan. Masalah konsep manfaat ini dapat mencakup persepsi dari manfaat itu sendiri yang berbeda-beda bagi tiap orang dan tidak semua manfaat yang dinilai dapat dikuantifikasi yang berujung pada persoalan pengukuran manfaat itu sendiri.
b) Utilitarianisme tidak mempertimbangkan nilai suatu tindakan itu sendiri, dan hanya memperhatikan akibat dari tindakan itu. Dalam hal ini utilitarianisme dianggap tidak memfokuskan pemberian nilai moral dari suatu tindakan, melainkan hanya terfokus aspek nilai konsekuensi yang ditimbulkan dari tindakan tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa utilitarianisme tidak mempertimbangkan motivasi seseorang melakukan suatu tindakan.
c) Kesulitan untuk menentukan prioritas dari kriteria etika utilitarianisme itu sendiri, apakah lebih mementingkan perolehan manfaat terbanyak bagi sejumlah orang atau jumlah terbanyak dari orang-orang yang memperoleh manfaat itu walaupun manfaatnya lebih kecil.
d) Utilitarianisme hanya menguntungkan mayoritas. Dalam hal ini suatu tindakan dapat dibenarkan secara moral sejauh tindakan tersebut menguntungkan sebagian besar orang, walaupun mungkin merugikan sekelompok minoritas. Dengan demikian, utilitarianisme dapat dikatakan membenarkan ketidakadilan, yaitu bagi kelompok yang tidak memperoleh manfaat.
Kritik atas Teori Deontologi
Istilah deontologi berasal dari kata Yunani deon yang berarti kewajiban. Paham deontologi mengatakan bahwa etis tidaknya suatu tindakan tidak ada kaitannya sama sekali dengan tujuan, konsekuensi atau akibat dari tindakan tersebut. Konsekuensi suatu tindakan tidak boleh menjadi pertimbangan untuk menilai etis atau tidaknya suatu tindakan. Suatu perbuatan tidak pernah menjadi baik karena hasilnya baik. Hasil baik tidak pernah menjadi alasan untuk membenarkan suatu tindakan, melainkan hanya kisah terkenal Robinhood yang merampok kekayaan orang-orang kaya dan hasilnya dibagikan kepada rakyat miskin.
Tujuan filsafat moral menurut Kant adalah untuk menetapkan dasar yang paling dalam guna menentukan keabsahan (validitas) peraturan-peraturan moral. Ia berusaha untuk menunjukkan bahwa dasar yang paling dalam ini terletak pada akal budi murni, dan bukan pada kegunaan, atau nilai lain. Norma moral mengikat setiap orang di mana pun dan kapan pun tanpa kecuali. Etika moral ini memiliki kekuatan; (1) Memberi dasar kokoh bagi rasionalitas dan objektivitas kesadaran moral, (2) Memberi tolok ukur yang perlu dan penting untuk menilai moralitas suatu tindakan, yakni prinsip universalitas dan (3) Menjamin otonomi dan keluhuran martabat manusia.
Namu demikian etika moral Kant ini juga memiliki kelemahan-kelemahan, antara lain; (1) Tidak memberi tempat bagi adanya dilema moral dan tidak bisa memberi jalan keluar bila terjadi konflik prinsip moral, (2) Kemutlakan norma tanpa adanya kemungkinan pengecualian Namu demikian etika moral Kant ini juga memiliki kelemahan-kelemahan, antara lain; (1) Tidak memberi tempat bagi adanya dilema moral dan tidak bisa memberi jalan keluar bila terjadi konflik prinsip moral, (2) Kemutlakan norma tanpa adanya kemungkinan pengecualian
Hegel, dalam bukunya, Phenomenologie des Geistes (Fenomenologi Roh), memberikan kritik
terhadap teori moral Kant yang menekankan otonomi kehendak manusia yang rasional dan yang memandang akalbudi sebagai pemberi hukum merupakan teori yang cukup maju dan lebih memadai daripada misalnya teori moral Hedonisme ataupun Utilitarisme. Pengertian Kant tentang norma moral sebagai 'tugas' yang mengikat mutlak dan universal dari setiap manusia sebagai mahluk rasional bagi Hegel merupakan suatu pengertian etika yang benar. Dalam pola pemahaman Hegel, yang memandang teorinya sendiri sebagai suatu sintesis, teori moral Kant merupakan antitesis, sedangkan tesisnya adalah tatamoral tradisional sebagaimana terungkap dalam adat kebiasaan Yunani kuno (the Greek immemorial customs).
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Main, M.Hum, 2009, Dialog Pemikiran Etika Barat dan Islam (Membangun Landasan Epistemologis Etika Organisasi Pemerintah), http://abdulmainwidyaiswara.blogspot.com (diakses Mei 2015)
AM. M. Hafidz MS., H. Sam’ani Sya’roni, Marlina, 2012, Etika Bisnis Al-Ghazali dan Adam Smith dalam Perspektif Ilmu Bisnis dan Ekonomi, Jurnal Penelitian Vol. 9, No. 1, Mei
2012.
Any Setianingrum, 2013, Maslahah VS Utility, Perilaku Konsumen Dalam Ekonomi Islam dan Konvensional, Islamic Economics, Management & Accounting, http://any-setianingrum- pasca12.web.unair.ac.id (diakses Mei 2015)
Khan, Fahim M. and Noor Muhammad Ghifa ri (1992), ‘Shatibi’s Objectives of Sharī’ah and Some Implications for Consumer Theory’, in Abul Hasan Sadeq & Aidit Ghazali (ed.), Readings in Islamic Economic Thought , Petaling Jaya, Malaysia: Longman
Muhammad Saifullah, 2011, Etika Bisnis Islami Dalam Praktek Bisnis Rasulullah, Walisongo Volume 19 Nomor 1, Mei 2011
Muhishak, 2011,
Islam, https://muhishak.wordpress.com/ (diakses Mei 2015)
Sistem Kapitalisme,
Ideologi
Nafis Irkhami, 2007, INTERNALISASI ETIKA BISNIS ISLAM: PERSPEKTIF EKOLOGI, Jurnal Ulumuddin No. 03, th. X, Jan-Juni, 2007 http://hes.stainsalatiga.ac.id/?p=132 (diakses Mei 2015)
Pembebasan, 2008, Kapitalisme, Imperialisme, dan Neoliberalisme, http://pembebasan-pusat.blogspot.com/2008/02/kapitalisme-imperialisme-dan.html (diakses Mei 2015)
Republika Online,
Smith, http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/celoteh-kang-erick/12/11/01/mcaqtn- ekonomi-invisible-hand-jauh-sebelum-adam-smith (diakses Mei 2015)
2015, Ekonomi
Invisible
Hand Jauh
Sebelum Adam
Yuli Setyo Indartono, 2009, Brain Drain: Musibah Atau Berkah?, Inovasi Online, Edisi Vol.15/XXI/November 2009 http://io.ppijepang.org/old/article.php?id=335 (diakses Mei 2015)