KRITIK ATAS ETIKA BISNIS BARAT

MIND MAP

Sumber

KRITIK ATAS ETIKA BISNIS BARAT

Fadjar Setiyo Anggraeni

Penguasaan Bahan Mentah

Motif

UNAKI

Mengganti Emas dg Dollar

Paradigma

TINJAUAN

Neg berkembang sbg pasar onsumsi

ETIKA BISNIS

Pondasi Dasar

DARI

Jerat hutang melalui IMF

Landasan Filosofi

BERBAGAI ISUE

Brain drain

Harta

KRITIK

ATAS

PENILAIAN

Kebijakan Ekonomi oleh IMF

Investasi

ETIKA

IMPLEMENTASI

BISNIS

ETIKA

Perang Regional

Distribusi Kekayaan

BARAT

Suasana tidak aman

Konsumsi - Produksi

Globalisasi, privatisasi, investasi

Mekanisme Pasar

MENILAI ETIKA

KRITIK ATAS

BISNIS

TEORI

Mengangkat agen-agen kapitalis

Pengawas Pasar

KONVENSIONAL

DEONTOLOGI

Tentara di daerah konflik

Fungsi Negara

Memecah Belah Dunia

KRITIK ATAS

Bangunan Ekonomi

TEORI

Budaya dan gaya hidup kapitalis

UTILITARIANISM

Sanksi melalui PBB

Buku Daras Akuntansi Syariah|Bagian 2 – Etika Bisnis Islam| Bab 2 – Kritik Atas Etika Bisnis Barat 0

BAB 2 KRITIK ATAS ETIKA BISNIS BARAT

Fadjar Setiyo Anggraeni UNAKI

Kondisi bisnis dewasa ini menuntut para pebisnis untuk berfikir keras memenangkan persaingan. Apalagi dengan terbukanya pasar bebas yang memungkinkan semua Negara

memperebutkan pangsa pasar yang sama. Disadari atau tidak, pada akhirnya mereka, para pebisnis

bagi perusahaannya. Sesuatu yang hukumnya dilarang dibuat remang-remang agar mendapatkan legalitas. Sebagai akibatnya, ekonomi menjadi keluat dari “khittah” ekonomi yang digagas oleh Adam Smith, yang pada dasarnya —melalui The Wealth of Nations dan The Theory of Moral Sentiments —tidak pernah memisahkan etika dan moral dari perilaku ekonomi.

mulai menimbang-nimbang

Kajian etika bisnis dalam studi Islam selama ini lebih didasarkan pada al- Qur’an. Tokoh-tokoh Islam utama seperti Muhammad SAW telah banyak memberikan inspirasi bagi etika bisnis Islam. Mentalnya sebagai pekerja keras sudah terbentuk sejak beliau berusia 4 tahun, saat dia mulai belajar menggembala kambing bersama saudara-saudara sepersusuannya. Di usia 12 tahun dia mulai tertarik dengan dunia bisnis. Bersama pamannya Abu Thalib, dia mulai perjalanan bisnisnya ke Syam. Berbagai pasar dan festival perdagangan dikunjunginya untuk membangun jaringan. Hal ini dilakukannya hingga dia menjadi keryawan Khadijah dan pada akhirnya menjadi suami Khadijah.

Smith mengatakan; “Setiap orang senantiasa berupaya untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dari apapun yang dimilikinya. Sesungguhnya, keuntungannya sendirilah,

dan bukan keuntungan masyarakat, yang ia pertimbangkan. Namun memperhitungkan keuntungan pribadi, dengan sendirinya- atau malah tidak dapat tidak akan membuat ia me milih apa yang paling menguntungkan bagi masyarakat luas … Dalam hal ini, seperti dalam hal-hal lain juga, ia dipimpin oleh suatu tangan yang tidak kelihatan, yang membuat ia mengusahakan suatu tujuan, yang sebenarnya semula tidak dimaksudkannya.

Apakah yang sebenarnya ingin disampaikan oleh Adam Smith? Pertama, ia ingin mengatakan bahwa setiap orang memiliki kecenderungan untuk mencari keuntungan yang sebesar- besarnya untuk kepentingan pribadi. Hal ini bukan hanya merupakan kebenaran empiris belaka akan tetapi ia sudah menjadi naluri yang melekat pada diri manusia.

Kedua, sepintas apa yang dikatakan oleh Adam Smith itu mirip dengan apa yang dikatakan oleh filsuf Inggris, Thomas Hobbes yang berbicara mengenai naluri ketamakan dan keserakahan pada setiap orang, dalam bukunya Leviathan. Menurutnya, perilaku tersebut hanya dapat dihindari apabila manusia menahan diri dan menekan nalurinya manakala kebebasan dan kecenderungan naluriahnya mulai dibatasi oleh kepentingan masyarakat dan negara. Akan tetapi ternyata Adam Smith memiliki pandangan lain. Manusia, menurutnya, tidak perlu membatasi diri karena manusia akan dihindarkan dari malapetaka oleh “tangan yang tidak kelihatan” (invisible hand). Apakah yang ia maksudkan di sini adalah kuasa dan campur tangan ilahi, yang di dalam teologi Kristen disebut “kuasa pemeliharaan Allah” (providential dei)? Mungkin yang dimaksudkannya hanyalah suatu mekanisme di dalam hukum alam yang biasa.

Ketiga, Adam Smith mau mengatakan, bahwa ekonomi mempunyai moralnya sendiri. Ia merupakan wilayah kehidupan manusia yang otonom yang berjalan menurut hukum- hukumnya sendiri. Ia tidak tidak diatur oleh moralitas yang lain, kecuali moralitasnya sendiri (Hengki Wijaya dalam Yahya Wijaya dan Nina Mariani Noor, 2014)

PENILAIAN IMPLEMENTASI ETIKA

Adam Smith dalam bukunya The Wealth of Nation (1776) mengatakan bahwa pasar yang baik adalah pasar yang dibentuk oleh kompetisi antara penawaran dan permintaan, agar tercipta harga yang wajar sebagai wujud keseimbangan dari kompetisi bebas antara kekuatan penawaran dan kekuatan permintaan. Jika kita telusur lebih jauh mengenai teori yang dikemukakan oleh Adam Smith tersebut, sesungguhnya apa yang dimaksudkannya sudah ada sejak Rasulullah SAW. Riwayat hadits yang disampaikan oleh Anas ra berikut ini berhubungan dengan adanya kenaikan harga-harga barang di kota Madinah. Dalam hadits tersebut diriwayatkan sebagai berikut :

“Harga melambung pada zaman Rasulullah SAW. Orang-orang ketika itu mengajukan saran kepada Rasulullah dengan berkata: “Ya Rasulullah hendaklah engkau menentukan harga”. Rasulullah SAW. bersabda: ”Sesungguhnya Allah-lah yang menentukan harga, yang menahan dan melapangkan dan memberi rezeki. Sangat aku harapkan bahwa kelak aku menemui Allah dalam keadaan tidak seorang pun dari kamu menuntutku tentang kedzaliman dalam darah maupun harta.”

Pasa hadits tersebut terlihat apa yang mendasari teori ekonomi Islam mengenai harga. Rasulullah SAW dalam hadits tersebut tidak menentukan harga. Ini menunjukkan bahwa ketentuan harga itu diserahkan kepada mekanisme pasar yang alamiah. Rasulullah menolak tawaran menetapkan harga dan mengatakan bahwa harga di pasar tidak boleh ditetapkan, karena Allah-lah yang menentukannya. Ucapan Nabi Saw itu mengandung pengertian bahwa harga pasar itu sesuai dengan kehendak Alloh yang sunnatullah atau hukum “supply and demand ” (Republika Online, 2015)

Pertanyaan yang kemudian timbul adalah; apakah pemahaman etika yang dikemukakan oleh Adam Smith, sama dengan pemahaman etika yang dimaksud oleh Muhammad SAW? Pada kenyataanya kaum kapitalis telah mengartikan kebebasan itu sebagai kebebasan yang sebebas-bebasnya untuk memperoleh keuntungan yang setinggi-tingginya. Praktik monopoli adalah satu contoh aktivitas ekonomi kaum kapitalis dengan pandangan hidup liberalnya yang telah membawa dampak negatif bagi kompetisi pasar yang sehat. Pada pasar monopolis produsen-produsen lain tidak akan dapat bertahan, bahkan yang lebih buruk produktifitas dengan sengaja diturunkan demi tujuan politis, yaitu mengatur harga agar maksimal. Dengan demikian apa yang diharapkan Smith akan terjadi invisible hand akan jauh dari kenyataan, karena dengan sendirinya akan terjadi kelangkaan barang (scarcity) yang dampaknya akan sangat dirasakan oleh masyarakat (konsumen). Dengan demikian sudah bisa dipastikan keseimbangan pasar tidak akan terjadi.

Berikut ini adalah daftar panjang dari praktik kapitalisme dunia barat, yang akan terus berlanjut sampai mereka benar-benar bisa memegang kendali atas dunia;

o Pertama, penguasaan bahan-bahan mentah di manapun dan kapanpun adanya. Peristiwa jatuhnya Konstantinopel pada 1453 yang merupakan ibu kota Imperium

Romawi-Byzantium (Romawi Timur) ke tangan Dinasti Usmani (Ottoman) Turki yang dipimpin oleh Sultan Muhammad II (1451-1481)menjadi awal pengalihan kekuasaan Eropa ke kawasan Timur dan Asia. Ketika itu Imperium Turki Usmani segera menguasai wilayah-wilayah strategis yang dikuasai oleh Eropa yang menyebabkan tertutupnya perdagangan di Laut Tengah bagi orang-orang Eropa. Penguasa Turki Usmani juga menjalankan politik yang mempersulit pedagang Eropa beroperasi di daerah kekuasannya sehingga berdampak pada mundurnya hubungan dagang antara dunia Timur dengan Eropa.

Pada dekade selanjutnya, ketika di Eropa Barat terjadi over-produksi akibat maraknya industrialisasi, maka yang kemudian harus dilakukan oleh Negara-negara Eropa adalah ekspansi ke daerah-daerah terbelakang seperti Asia, Afrika, Pasifik dan

Amerika. Sehingga kemudian lahirlah pembagian kekuasaan atas wilayah-wilayah tersebut untuk memasarkan hasil industri dari Eropa dan juga untuk mengambil bahan-bahan mentah bagi kepentingan industrialisasi di Eropa. Sebagaimana prinsip utama dalam praktek merkantilisme, monopoli menjadi hal utama untuk mencapai kesuksesan perekonomian negara penganut merkantilisme dalam sistem ekonominya. Monopoli dapat terwujud apabila tercapai suatu penguasaan terhadap wilayah perdagangan. Sehingga dibutuhkan penguasaan teritorial dalam usaha mengontrol aktifitas perdagangan. Karena itulah, mereka memiliki banyak jajahan di berbagai belahan dunia, untuk bisa memperoleh dan menguasai bahan mentah yang mereka butuhkan.

o Kedua, menggantikan emas dengan dollar sebagai mata uang dunia. Rezimisasi mata uang dollar AS tengah terjadi saat ini, yaitu dengan menjadikan mata

uang ini sebagai standar moneter di dunia. Hal ini bermula dari keputusan Presiden AS, Richard Nixon pada tanggal 15 Juli 1971 yang secara resmi menggantikan sistem Brettonwoods yang dianggap sebagai keputusan yang mengikat mata uang dollar dengan emas dan mematoknya dengan nilai tertentu. Keputusan ini tentu menguntungkan AS, karena secara otomatis dia bisa mengontrol mata uang negara lain, karena hanya AS-lah yang berhak untuk membuat dollar, mencetak dan menerbitkannya.

negara- negara lain hanya ‘diwajibkan’ untuk menyandarkan mata uang mereka pada mata uang ini. Akibatnya nilai tukar negara lain, menjadi tidak stabil karena mengikuti pergerakan dollar dan pasar dollar yang fluktuatif. Wajar jika kemudian, AS juga bisa menjadikan dollar ini sebagai alat politik untuk melakukan penjajahan ekonomi atas negara-negara lain.

Sementara

Saat ini masyarakat Eropa berusaha melepaskan diri dari hegemoni AS dengan cara memakai mata uang bersama, yaitu Euro, sementara sejumlah negara juga sedang berusaha memperkenalkan kembali emas (dinar) dan perak (dirham) sebagai standar.

o Ketiga, terus menjadikan negara-negara berkembang sekedar sebagai pasar konsumsi, dengan selalu mencegah mereka dari upaya mengembangkan industri berat dan

bahkan, berbagai industri ringan.

Negara kapitalis pemegang kontrol produksi atau penjualan (seringnya produksi dan penjualan sekaligus) atas bagian terbesar dari komoditi-komoditi tertentu. Apapun bentuk asosiasinya, tujuannya tetap mencari keuntungan sebesar-besarnya. Asosiasi- asosiasi monopolis muncul terutama di cabang-cabang industri berat, di mana produksi telah terkonsentrasi. Ketika telah memegang kontrol terhadap industri berat, monopoli menyebar ke cabang-cabang industri lainnya, menelan pesaing-pesaingnya.

Bentuk-bentuk asosiasi monopolis bervariasi dan pada awalnya merupakan kesepakatan short term (jangka pendek) antara individual kapitalis berkaitan dengan harga. Sedangkan kesepakatan jangka panjang (long term) bisa berbentuk Kartel, Syndicate, Trust, atau Concern.

Dalam imperialisme, asosiasi-asosiasi monopolis mendominasi ekonomi di negara- negara kapitalis. Mereka merengkuh seluruh cabang-cabang industri, transportasi, perdagangan, asuransi, dan perbankan. Di AS tahun 1959, sebagai contoh, industri baja dan besi didominasi oleh 17 perusahaan monopolis, yang memegang kontrol 94 % kapasitas produksi baja. Dua di antaranya - U.S. Steel Corporation dan Bethlehem Steel Corporation yang mengontrol setengah dari kapasitas produksi baja di negeri itu. Di bidang industri automobile ada tiga perusahaan monopolis; General Motors, Ford, dan Chrysler, yang pada tahun 1958 memegang kontrol 93 % produksi mobil. Pada Perang Dunia II mereka memproduksi seluruh transportasi, 75 % mesin penerbangan, 40 % tank dan 30 % artileri, mesin-senjata dan sebagainya.

o Keempat, menenggelamkan berbagai negara berkembang dengan jerat hutang berbunga melalui IMF dan Bank Dunia. Bahaya jerat hutang ini sangat jelas kelihatan.

Sejak masuknya IMF sebagai organisasi memberi bantuan financial bagi Negara-negara yang tengah dilanda krisis keuangan, telah mengundang banyak kontroversi. Beberapa kebijakan IMF yang ditawarkan kepada Negara-negara tersebut seringkali tidak sesuai dengan keadaan lapangan dan malah membuat negara debitur semakin tergantung dengan bantuan IMF. Contohnya saja kebijakan privatisasi, di mana negara harus menjual aset perusahaan negara kepada swasta untuk mengurangi subsidi. Sehingga yang terjadi justru akses fasilitas kebutuhan publik seperti kesehatan dan transportasi menjadi mahal dan tidak terjangkau bagi masyarakat kurang mampu yang di Negara Dunia Ketiga volumenya masih sangat banyak. Sementara itu negara telah mengurangi subsidinya hingga batas minimum di saat rakyat masih sangat membutuhkan. Hal ini berakibat pada semakin besarnya angka kemiskinan.

Kebijakan-kebijakan IMF dipandang sangat timpang dan terpusat pada pemilik modal besar saja. Belum lagi kebijakan untuk membuka pasar terhadap perdagangan global, mengusik perekonomian rakyat kecil. Pasar dibanjiri oleh produk-produk impor yang berkualitas baik dan harga lebih murah, sementara pengusaha kecil tidak mampu bersaing dengan barang- barang impor. Sehingga tak jarang ditemukan usaha yang gulung tikar dan tentunya meningkatkan angka pengangguran.

o Kelima, menarik kalangan profesional dan intelektual yang tidak menemukan atau tidak puas dengan posisi mereka di negara asalnya, agar mereka beremigrasi ke

negara-negara Barat.

Munculnya istilah brain drain pertama kali dikenalkan oleh Britain’s Royal Society untuk menggambarkan perpindahan para saintis dan para ahli teknologi Inggris ke Amerika Utara pada 1950-an dan awal 1960-an. Peristiwa emigrasi ini mulai menjadi tren sejak 1970 dan terus meningkat pada 1990 hingga 2000. Kebanyakan dari mereka tertarik oleh tawaran gaji yang lebih tinggi, kesempatan karir yang lebih baik, standar hidup yang lebih baik, atau bahkan belakangan negara kaya memang sengaja menjaring tenaga kerja berkeahlian tinggi untuk bekerja di negaranya. Amerika menjadi negara yang menikmati dampak positif dari fenomena brain drain (brain drain net importer). Negara ini sadar benar dengan pentingnya keberadaan kaum cerdik cendekia di negaranya. Bahkan, Amerika telah menerbitkan program visa khusus untuk menarik kaum terpelajar dari seluruh dunia datang dan memperkuat ekonomi negara ini. Sementara itu, negara-negara berkembang seperti India, China, Pakistan, dan Filipina dilaporkan mengalami eksodus kaum intelektual ke Amerika dan Eropa Barat

Umumnya, brain drain memberikan tiga bentuk kerugian bagi negara pengekspor (negara asal), antara lain; Pertama, brain drain menyebabkan kelangkaan SDM ahli. Hijrahnya kaum intelektual ke luar negeri menyebabkan kurangnya tenaga ahli di dalam negeri. Untuk mengatasi jurang antara kebutuhan industri dan kelangkaan SDM ahli, negara yang terkena brain drain harus merogoh kocek sangat dalam untuk membayar ekspatriat, yang akan berimbas pada lemahnya produk domestik bruto negara. Negara – negara Afrika mengalami kerugian hingga sekitar 38 trilyun rupiah setiap tahun akibat brain drain. Negara jazirah Arab harus merogoh kocek hingga 200 milyar dolar juga akibat brain drain.

Kedua, rendahnya kesejahteraan terhadap lingkungan di negara asal, sebagai akibat kelangkaan tenaga professional yang diharapkan bisa mengembangkan sector-sektor vital di Negara asal.

Ketiga, pengembangan sumber daya manusia negara asal yang semakin tertinggal. Dampak ketiga ini dialami oleh negara Indonesia. berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh UNDP (United Nations Development Program) pada 2005, menyebutkan Indonesia menduduki peringkat 110 dari 177 negara di dunia. Pada tahun sebelumnya, yakni 1997 peringkat Indonesia turun dari urutan 99, ke 102 pada 2002 dan merosot kembali pada peringkat 111 pada tahun 2004.

o Keenam, merumuskan berbagai kebijakan ekonomi dan pembangunan yang disetir oleh IMF, yang mengakibatkan lemahnya tingkat keamanan pangan di berbagai negara

berkembang, hingga mereka menggantungkan diri mereka dengan berbagai bantuan, grant, dan pinjaman dari Barat, meski sebelumnya mereka berhasil melakukan swasembada pangan.

Konsep liberalisasi menjadi landasan pikiran dari lembaga-lembaga Internasional, seperti Bank Dunia, IMF maupun WTO, yang kemudian menjadi latar belakang dalam menginvasi berbagai negara untuk bergabung dalam gerakan globalisasi dan liberalisasi di bidang ekonomi, perdagangan dan investasi. Akibat yang ditimbulkan adalah terjadinya persaingan bebas antara negara kaya dengan negara miskin ataupun negara kuat dengan negara lemah. Sehingga sudah pasti dapat ditebak siapa yang menang dan menindas serta siapa yang akan kalah dan tertindas, apalagi ketika terjadi keadaan di mana peran dari negara semakin lemah, maka disitulah negara dunia ke- tiga pasti akan dirugikan.

Sektor swasta memiliki dua ciri pokok yaitu semangat mengejar keuntungan dan posisinya yang bebas dari kontrol negara. Ia selalu dapat hidup dan bertahan bahkan di negara sosialis-komunis sekalipun. Kemampuannya yang besar secara ekonomi dan politik memberikan kekhawatiran tersingkirnya petani terutama petani kecil. Petani diyakini pasti akan kalah bersaing jika swasta masuk pada sektor yang sama. Ketika IMF menghapus peran PSO (public service obligation) Bulog melalui LoI 1998, maka monopoli Bulog dalam pengaturan stok dan harga beras dibatasi.

Bank Dunia juga menolak perlindungan pasar, dengan diberikannya mekanisme harga pada pasar dan dibukanya keran impor seluas-luasnya. Bank Dunia yakin inilah resep ampuh untuk ketahanan pangan dan pemberantasan kemiskinan. Tetapi pada kenyataannya, menurunnya peran negara dan meningkatnya peran swasta (terutama swasta internasional) justeru mengakibatkan negara tidak dapat lagi melindungi rakyatnya. Pasar yang terlalu berkuasa hanya akan meminggirkan penduduk miskin dan petani kecil.

o Ketujuh, menciptakan perang-perang regional untuk memaksa sejumlah negara membeli senjata dan perlengkapan perang dari Barat yang akan menjadi alat-alat

perang yang ketinggalan zaman atau bahkan tumpukan besi bekas, jika tidak segera digunakan pada perang-perang regional antar negara berkembang. Timur tengah merupakan kawasan berpotensi konflik yang dipicu oleh persaingan persenjataan. Lebih lanjut, persaingan senjata dan perdagangannya mengundang campur tangan negara-negara pamasok. Sehingga terbentuk blok-blok dengan sekutu yang berbeda berdasar negara pemasoknya. Terbentuknya blok-blok tersebut seakan memperlebar kekuataan militer negara pemasok ke wilayah-wilayah konsumen. Dalam artian, ada persekutuan antara pemasok dan konsumen, disamping adanya motif ekonomi.

Revolusi yang terjadi di Negara-negara Arab dalam periode 2011 hingga saat ini, telah memberikan keuntungan pada pihak yang memanfaatkan situasi, salah satunya adalah Inggris. Seperti yang dilansir oleh Global Muslim Community (9/2011), kutipan dari majalah Times mengungkapkan bahwa Inggris meningkatkan ekspor senjatanya Revolusi yang terjadi di Negara-negara Arab dalam periode 2011 hingga saat ini, telah memberikan keuntungan pada pihak yang memanfaatkan situasi, salah satunya adalah Inggris. Seperti yang dilansir oleh Global Muslim Community (9/2011), kutipan dari majalah Times mengungkapkan bahwa Inggris meningkatkan ekspor senjatanya

Sementara itu, di kawasan China Daratan, Taiwan mampu menggagalkan usaha Cina untuk memblokade pulau Taiwan. Angkatan Udara Taiwan bisa menyebabkan kerugian bagi kegiatan perkapalan Cina dalam sekitar 1000 km dari Taiwan. Dengan kapal selam barunya yang dibeli dari Amerika, akan memberikan kemampuan untuk menyerang kegiatan perkapalan Cina di seluruh laut di Asia Timur. Taiwan dapat menghancurkan kegiatan perdagangan melalui laut. Kemampuan Cina untuk mengganggu perdagangan Taiwan lebih terbatas. Tindakan ini dibalas oleh Cina dengan mengadakan percobaan penembakan misil, tindakan ini banyak disebut-sebut orang sebagai tindakan untuk mempengaruhi pemilihan umum dengan pamer kekuatan. Taiwan yang sudah melakukan hubungan dengan AS mendapatkan dukungan dari negara adikuasa tersebut, AS merespon tindakan Cina dengan pengiriman kapal perang ke Teluk Taiwan. AS melakukan hal ini karena tidak ingin Cina menjadi the only big power di Asia Pasifik. Cina membalas tindakan ini dengan berbagai pengembangan senjata, bahkan pada bulan maret 2006 Taiwan mengeluh pada Cina yang telah mengembangkan kemampuan penyerangan militernya secara besar-besaran. Bahkan disebut-sebut bahwa Cina mengarahkan sedikitnya 700 buah misil balistiknya ke arah Taiwan

o Kedelapan, berusaha menciptakan suasana tidak aman di berbagai negara, agar terjadi pelarian modal ke negara-negara Eropa dan Amerika yang aman, dengan maksud agar

sewaktu-waktu bisa dibekukan bila diinginkan. Diperkirakan paling sedikit ada dana sebesar 800 miliar dollar milik negara-negara Arab saja yang disimpan berbagai negara Barat. Kita dapat membayangkan, betapa besar kekayaan yang mereka jarah dari negeri-negeri Islam, belum lagi yang berasal dari negara-negara berkembang lainnya.

Pola lain yang diterapkan oleh IMF dalam menjalankan rancangan untuk penghancuran lembaga-lembaga sosial-ekonomi di balik dalih persyaratan untuk meminjamkan uang di antaranya adalah “Pricing” atau penentuan harga sesuai dengan pasar, sebuah istilah yang muluk untuk meningkatkan program menaikkan harga komoditas strategis seperti pangan, air bersih dan BBM. Tahapan ini akan menuju tahapan ”kerusuhan IMF”, yaitu sebuah kekacauan di dalam negara penerima bantuan

IMF dalam skup multidimensi. Akan terjadi banyak kerusuhan, aksi demonstrasi yang dibubark an dengan gas air mata, peluru dan tank. Situasi keamanan yang ‘terganggu’ ini akan menyebabkan pelarian modal (capilat flight) dan kebangkrutan pemerintah setempat.

o Kesembilan, penguasaan berbagai kepentingan ekonomi di berbagai negara melalui apa yang mereka sebut globalisasi, privatisasi, dan investasi modal yang dilakukan oleh

perusahaan-perusahaan kapitalis raksasa.

Beberapa hal yang telah diajukan oleh IMF kepada Negara penerima bantuan adalah merupakan andalan IMF dalam mengatasi krisis ekonomi. Tiga butir syarat yang harus dipenuhi itu adalah: (1) Jurus liberalisasi perdagangan, (2) jurus privatisasi BUMN, (3) Jurus kebebasan investasi modal asing. Sepintas lalu, jurus pemulihan ekonomi yang Beberapa hal yang telah diajukan oleh IMF kepada Negara penerima bantuan adalah merupakan andalan IMF dalam mengatasi krisis ekonomi. Tiga butir syarat yang harus dipenuhi itu adalah: (1) Jurus liberalisasi perdagangan, (2) jurus privatisasi BUMN, (3) Jurus kebebasan investasi modal asing. Sepintas lalu, jurus pemulihan ekonomi yang

Sebagai sebuah lembaga dunia yang bertugas membantu pertumbuhan negara-negara berkembang yang dilanda krisis, seharusnya IMF menyarankan untuk meningkatkan ekspor guna memperbaiki neraca perdagangan negara tersebut. Akan tetapi, ironisnya, IMF justru menyarankan liberalisasi perdagangan yang berarti memperluas pasar impor yang justeru akan membahayakan transaksi berjalan di negara tersebut.

Sementara itu, dari kesimpulan penelitian empiris menunjukan bahwa derasnya aliran masuk investasi asing ternyata tidak memiliki kemampuan yang memadai untuk memecahkan masalah neraca pembayaran di berbagai negara berkembang. Sebaliknya biaya untuk melayani investasi asing jauh lebih tinggi dibanding dengan utang luar negeri. Posisi neraca berjalan tidak mengalami perbaikan, bahkan bertambah parah karena negara-negara tersebut sudah berada dalam victous circle of import. Semakin besar aliran investasi asing, maka semakin tinggilah tingkat intensitas import boom di negara-negara tersebut. Seiring dengan hal tersebut, aliran masuk dari investasi asing yang longgar juga mengakibatkan semakin terdesaknya kekuatan ekonomi domestik ke pinggir sambil menunggu saat kematiannya.

o Kesepuluh, mengangkat penguasa-penguasa – yang merupakan agen-agen mereka – bersama dengan kekuatan militer dan intelejen untuk mempertahankan berbagai

kepentingan mereka.

Pasca runtuhnya Khilafah, sebagian besar Dunia Islam mengalami penjajahan kolonial secara langsung. Negara-negara penjajah mengirim pasukannya secara langsung. Penjajahan model langsung seperti ini dianggap tidak efektif. Keberadaan musuh yang nyata di depan mata, perlawanan dari umat relatif lebih mudah digerakkan, ditambah dengan biaya pendudukan langsung yang mahal dengan risiko yang tinggi. Barat lalu mengganti strategi penjajahan dengan cara memberikan kemerdekaan semu dan mendudukkan para pengusa lokal yang merupakan agen-agen mereka di Dunia Islam.

Di Indonesia, pada masa pendudukan VOC, para penguasa pribumi (raja, sultan dan semisalnya) tidak lagi menjadi penguasa utama. Mereka bukan lagi penguasa yang berdaulat dan mempunyai kewenangan yang mutlak. Para bupati dan pejabat di bawahnya masih mendapat kebebasan untuk mempertahankan posisinya sebagai penguasa selama mereka dianggap tidak membahayakan VOC atau Pemerintah Kolonial. Kekuasaan dan kewenangan mereka berjalan di daerah atas nama VOC atau atas nama Pemerintah Kolonial Belanda. Sistem indirect rule ini telah berhasil menjerat penguasa pribumi sebagai agen kekuasaan asing. Konsekuensi dari kondisi tersebut adalah makin kuatnya elit zalim dan tidak mengakar pada rakyat akan tetapi patuh pada kepentingan kekuasaan asing.

Jika kembali ke masa sekarang, indikasi inferior para pejabat negara dan pandangan superior terhadap negara Barat terlihat dari rasa bangga mereka mendapatkan penghargaan demokrasi dan dielu-elukan di luar negeri. Ironinya, kemiskinan terjadi di mana-mana, kesenjangan kekayaan dan kesejahteraan rakyat dengan pejabat semakin besar, dan sebagainya. Seolah-olah, kondisi di dalam yang carut-marut ini bukan merupakan suatu masalah akan tetapi yang terpenting baik di mata asing.

o Kesebelas, mengirim dan menempatkan tentara di wilayah-wilayah konflik dengan tujuan untuk memperluas pengaruhnya, seperti yang dilakukan AS di kawasan Teluk,

Sinai, Asia Tengah, Turki, dan berbagai tempat lainnya. Belum lagi ada armada- Sinai, Asia Tengah, Turki, dan berbagai tempat lainnya. Belum lagi ada armada-

Sebagaimana diberitakan oleh Islampos pada 30 October 2013, bahwa pasca Perang Dunia II, tak ada yang lebih menarik minat Amerika selain Arab Saudi dan Iran mengingat kedua negara tersebut merupakan negara yang kaya akan potensi minyak. Iraq sendiri dipandang Amerika sebagai negara radikal lemah dan memiliki kedekatan dengan Rusia namun tidak begitu mengancam. Barulah di tahun 1980 bilateral antara Iraq dan Amerika Serikat mulai terjalin begitu erat. Akibat kemerosotan ekonomi yang dialami negaranya, Iraq berencana untuk menginvasi Kuwait. Hal tersebut menjadi pukulan keras bagi Presiden Amerika Serikat yaitu Geroge H. W. Bush di mana tindakan Iraq menjadi ancaman bagi negara Adikuasa tersebut dalam meletakan kepentingannya di Teluk Persia dan menjamin agar minyak terus mengalir serta mencegah munculnya hegemoni musuh di region Teluk. Sebab apabila Kuwait berhasil di kuasai Iraq maka negara Bulan Sabit tersebut akan menguasai 9% dari produksi minyak global yang mampu disaingkan dengan Arab Saudi dengan penguasaan minyak dunia mencapai hampir 11%, sehingga kestabilan Arab Saudi akan terancam dan dikhawatirkan akan mengalami “Finlandized” berupa paksaan untuk mengikuti kebijakan harga minyak luar negeri yang didiktatori Baghdad, atau dengan kata lain Iraq memiliki kapabilitas untuk megatur harga minyak global.

Pada pada 2 Agustus 1990 Iraq melancarkan invasinya ke Kuwait yang dikenal dengan sebutan Perang Teluk Persia I atau Gulf War. Invasi Iraq ini dibuka dengan penyerangan oleh dua brigade Pasukan Khusus Republik Iraq yang bergerak cepat untuk menguasai istana Amir dan Bank Sentral Kuwait.Pada hari yang sama Iraq membombardir ibukota Kuwait City dari udara. Meskipun Angkatan Bersenjata Kuwait, baik kekuatan darat maupun udara berusaha mempertahankan negara, namun mereka dengan cepat kewalahan. Selanjutnya Kuwait berhasil memperlambat gerak Iraq dan segera menyelamatkan keluarga kerajaan untuk meloloskan diri ke Arab Saudi beserta sebagian besar tentara yang masih tersisa. Invasi membabibuta yang dilakukan Iraq membuat Kuwait meminta bantuan kepada Amerika Serikat tepat tanggal 7 Agustus 1990.

Presiden Saddam Husein begitu percaya diri dengan invasi yang dilakukannya di atas tanah Kuwait hingga pada musim gugur tanggal 6 Agustus 1990 Dewan Keamanan PBB menjatuhkan embargo ekonomi Pada Iraq dan dilanjutkan dengan misi diplomatik antara James Addison Baker III diplomat Amerika Serikat dengan menteri luar negeri Iraq Tareq Aziz tanggal 9 Januari 1991 namun tidak membuahkan hasil. Iraq menolak permintaan PBB agar menarik pasukannya dari Kuwait 15 Januari 1991.

Dengan segera Presiden Amerika Serikat George H. W. Bush mengambil tindakan tegas terhadap Iraq setelah memperoleh izin untuk menyatakan perang oleh Kongres Amerika Serikat tanggal 12 Januari 1991. Amerika Serikat mengirimkan bantuan pasukannya ke Arab Saudi yang disusul negara-negara lain baik negara-negara Arab dan AfrikaUtara kecuali Syria, Libya, Yordania dan Palestina. Kemudian datang pula bantuan militer Eropa khususnya Eropa Barat (Inggris, Perancis dan Jerman Barat ditambah negara-negara Eropa Utara dan Eropa Timur), serta 2 negara Asia yaitu Bangladesh dan Korea Selatan.

o Keduabelas, berupaya memecah-belah dunia menjadi negara-negara kecil yang lemah dengan alasan kemerdekaan, agar mereka mudah dikuasai dan dikendalikan.

Sebuah dokumen yang terbit Desember tahun 2004 dibuat oleh Dewan Intelijen Nasional Amerika Serikat (National Inteligent Council) atau NIC bertajuk Mapping The Global Future. Tugas NIC ialah meramal masa depan dunia. Tajuk NIC di atas pernah Sebuah dokumen yang terbit Desember tahun 2004 dibuat oleh Dewan Intelijen Nasional Amerika Serikat (National Inteligent Council) atau NIC bertajuk Mapping The Global Future. Tugas NIC ialah meramal masa depan dunia. Tajuk NIC di atas pernah

o Ketigabelas, menyebarluaskan budaya dan konsep-konsep peradaban mereka, dengan tujuan untuk mempertahankan dominasinya atas negara yang lemah dan menjauhkan

ummat yang tertindas dari pemikiran tentang perlunya perubahan dan pembebasan dari cengkeraman mereka.

Kenyataan saat ini adalah bahwa budaya gaya hidup Amerika yang materialistik, film- film Hollywood, nilai-nilai kebebasan pribadi menghadirkan bentuk lain dari pengaruh hegemoni mereka yang berkedok kemajuan teknologi dan hasil produk-produk dari negara-negara kaya dirasakan semakin dominan. Bahaya dari budaya baru tersebut telah memaksa orang untuk digunakannya ideologi asing, pendidikan dan nilai-nilai pada masyarakat di negara-negara berkembang ini dengan membuat mereka menjadi konsumen produksi perusahaan multinasional itu.

Pasca penjajahan dewasa ini, proses modernisasi di negara-negara Afrika, Timur Tengah, dan Asia, berwujud sebagai perubahan sosial, yang berusaha untuk mereka selaraskan dengan modernisasi gaya Barat. Contohnya, pada kasus Afrika Utara, budaya dan bahasa Perancis sangat mengakar kuat sampai pada tahap di mana bagian substansi dari budaya Islam sudah punah begitu saja. Contoh lain di Tunisia, Presiden Habib Burgaiba sampai-sampai menyalahkan Islam dan menyatakan nilai-nilai Islam sebagai lambang dari keterbelakangan dan tidak berkembangnya suatu masyarakat. Mereka tidak menyadari, meski budaya Barat mempunyai peran positif, tetapi semua itu tidak dapat menggantikan ilmu pengetahuan milik mereka sendiri terkait dengan upaya untuk mengatasi masalah lingkungan, hubungan sosial ataupun usaha mereka untuk maju.

o Keempatbelas, menerapkan sanksi terhadap negara-negara tertentu, seperti halnya sanksi AS terhadap Irak. AS, melalui Dewan Keamanan PBB, telah mengeluarkan

resolusi nomor 665 untuk menerapkan boikot atas Irak, dan memberikan wewenang kepada Angkatan Laut AS untuk menggunakan senjata dalam rangka mencegah setiap transaksi perdagangan dengan Irak. D alam bukunya, ‘Leaders’, Bob Woodward memberikan komentar tentang resolusi ini, “Inilah pertama kalinya dalam empat puluh lima tahun usianya, PBB memberikan hak untuk menerapkan sanksi ekonomi kepada negara-negara di luar lembaganya. Ini merupakan kemenangan diplomatik yang luar biasa bagi Pemerintah AS .”

TINJAUAN ETIKA BISNIS DARI BERBAGAI ISUE

1. Sumber Bisnis didasarkan pada daya pikir dan logika manusia. Pemahaman tentang rasionalitas ekonomi ini sesungguhnya tidak bisa dilepaskan begitu saja dari pemahaman bisnis sebagai aktivitas yang mengarah pada peningkatan nilai tambah melalui proses penyediaan jasa, perdagangan atau pengolahan barang (to provide products or services for profit). Dalam konteks perusahaan atau entitas, bisnis dipahami sebagai suatu proses 1. Sumber Bisnis didasarkan pada daya pikir dan logika manusia. Pemahaman tentang rasionalitas ekonomi ini sesungguhnya tidak bisa dilepaskan begitu saja dari pemahaman bisnis sebagai aktivitas yang mengarah pada peningkatan nilai tambah melalui proses penyediaan jasa, perdagangan atau pengolahan barang (to provide products or services for profit). Dalam konteks perusahaan atau entitas, bisnis dipahami sebagai suatu proses

dengan meminimumkan biaya-biaya yang harus dikeluarkan. Oleh karena itu bisnis seringkali lebih menetapkan pilihan strategis daripada pendirian berdasarkan nilai (Nafis Irkhami, 2007).

Konsekuensi dari kesadaran seperti ini pada akhirnya menuntun kepada sikap bisnis yang benar-benar hanya mempertimbangkan keuntungan. Bahkan kesadaran seperti ini telah

menjadi semacam jargon yang dikenal luas dalam masyarakat bahwa; “bisnis adalah bisnis,” atau di Barat dinyatakan dengan “the business of business is business.”

Proses bisnis syariah sangat berbeda dengan konvensional. Bisnis syariah bersumber kepada Al-Quran dan Hadits yang tidak bisa dibandingkan dengan pemikiran manusia, bisnis syariah juga memiliki pedoman harus mampu memberikan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat, memberikan rasa adil, kebersamaan dan kekeluargaan serta mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha. Ketetapan ini tidak akan berubah hingga kapan pun dan di manapun, sebagaimana dijelaskan dalam Alquran Surah Yunus ayat 64, “… tidak ada perubahan bagi janji-janji Allah…”.

2. Motif Bisnis konvensional memiliki motif rasional materialism. Pada bisnis konvensional, motif aktivitas mengarah kepada pemenuhan keinginan (wants) individu manusia yang tak terbatas dan diarahkan pada pemenuhan kebutuhan dasar (needs) yang tentu memiliki batas. Pemenuhan keinginan dan pemenuhan dasar tersebut akan dipenuhi dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang terbatas, sehingga berakibat pada masalah kelangkaan (scarcity) dan pilihan (choices).

Berbeda dengan praktik bisnis Islam, di mana motif di dalam bisnis Islam adalah ibadah, yaitu bahwa segala perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memiliki tujuan falah (kedamaian dan kesejahteraan dunia akhirat). Bahkan bisnis di dalam Islam, tidak boleh menggangu kegiatan ibadah kepada Allah. Firman Allah dalam QS: An Nur ayat 37:

“Orang yang tidak dilalaikan oleh bisnis lantaran mengingat Allah, dan dari mendirikan shalat dan membayar zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang hari itu, hati dan penglihatan menjadi goncang” (QS: An Nur ayat 37)

3. Paradigma Ada perbedaan mendasar paradigma antara bisnis konvensional dengan bisnis syariah. Pada bisnis konvensional, berkembang paradigma Marxisme dan Ekonomi Pasar di mana fokus perhatian mereka adalah pada kekuatan pasar, yang memberi kebebasan setiap orang untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya hingga tak terbatas. Bisnis konvensional cenderung ‘mengharamkan, intervensi Pemerintah, karena pemerataan dan

keseimbangan pasar diserahkan pada apa yang dinamakan sebagai mekanisme pasar (invisible hand). Dalam praktik bisnis konvensional juga diabaikan konsep halal atau haramnya produk yang dihasilkan atau didistribusikan, maupun cara mendapatkannya .

Pada bisnis syariah, berkembang paradigma syariah, di mana aktivitas sebagai bentuk dari implementasi keagamaan dengan mengakui motif pencarian keuangan hanya secara halal, juga memagari secara etis komoditas ekonomi yang bersifat halal. Komoditas yang haram seperti minuman keras, keuntungan judi, dan yang semacamnya mutlak tidak dibolehkan. Pada Bisnis syariah peran Negara diumpamakan sebagai wasit yang adil, di mana Pemerintah dapat, bahkan harus mengintervensi pasar ketika terjadi ketidakseimbangan distribusi kekayaan dan sumber daya kesejahteraan, dan pada kali lain harus menarik diri dari pasar jika menghasilkan efek yang kontraproduktif .

4. Pondasi Dasar Dari sisi Pelaku Bisnis, Bisnis konvensional dan Bisnis syariah sama-sama digerakkan oleh aktivitas sosial, akan tetapi pada Bisnis syariah transaksi perekonomian juga dipersepsikan sebagai bentuk ekspresi keagamaan atau wujud religiusitas, dikendalikan oleh nilai-nilai ajaran Islam. Artinya teori-teori perekonomian yang diaplikasikan, dideduksi pula dari wahyu Allah SWT dan bukan semata-mata berasal dari pemikiran manusia. Sedangkan ekonomi konvensional jelas menafikan anasir keilahian dalam modus perekonomian dan dikendalikan oleh kepentingan individu.

5. Landasan Filosofi Pada Bisnis Syariah yang menjadi landasan filosofi adalah Falah, di mana manusia sebagai individu berperan sebagai wakil (vicegerent) Tuhan di bumi dengan tujuan untuk mencapai kesuksesan, kemuliaan atau kemenangan di dunia dan akhirat, sehingga ada pertanggungjawaban atas kinerja masing-masing individu tersebut kepada Allah, kelak di akhirat.

Bisnis konvensional yang menganut sistem ekonomi sosialisme dan kapitalisme memiliki landasan filosofi yang berbeda. Pada sistem ekonomi sosialis (marxisme) berkembang filosofi Materialisme Dialektikal yang menekankan pada hubungan dialektika dalam kehidupan material. Disebut materialis karena tafsiran mengenai gejala-gejala alam, pemahaman peristiwa, dan teorinya berdasarkan landasan-landasan yang material. Sedangkan cara-caranya dalam mendekati, membaca, mempelajari dan memahami gejala- gejala alam menggunakan pendekatan dialektis.

Di lain pihak, sistem ekonomi kapitalisme memiliki landasan filosofi Individualisme utilitarian yang didasarkan pada filosofi laissez-faire, yaitu tindak dan pilihan keputusan yang didasarkan pada pertimbangan rasional untuk kepentingan individual yang ukurannya adalah maksimalisasi (memperbanyak sebanyak mungkin) kepentingan diri dengan harapan bahwa akan memberi pula kebaikan yang lebih besar.

6. Harta Dalam bisnis Islam, harta dipandang sebagai pokok kehidupan. Sebagaimana Allah berfirman; “Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna

akalnya (anak yatim yang belum baligh), harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan (qiyâman) ” (QS. An-Nisa [4]: 5). Hal ini diperkuat oleh As- Syaikh Sa’di –rahimahullah- yang berkata, “Allah melarang para wali untuk menyerahkan uang kepada mereka yang belum sempurna akalnya, khawatir mereka akan merusak dan menghancurkannya. Karena Allah menjadikan harta sebagai pokok kehidupan bagi hamba- hambanya baik dalam kemaslahatan agama atau dunianya.” (Tasîr al Karîm 1/164).

Harta pada hakikatnya milik Allah Ta’ala, dan manusia hanya memilikinya sebagai

amanah Allah. Posisi manusia sebagai pihak yang diberi amanah selayaknya menggunakan harta untuk kepentingan mencapai kebahagian dunia dan akhiratnya. Allah titipkan harta kepadanya untuk melihat apa yang akan diperbuat dengan harta tersebut. Dari mana dia dapatkan dan untuk apa dia gunakan. Keterbatasan dalam harta bisa menjadi keterbatasan dalam beribadah. Dalam kendali dan pengaturan orang shaleh, harta adalah karunia terbaik yang mampu melesatkannya menjadi manusia mulia dan terhormat, baik dalam pandangan Allah, ataupun dalam pandangan manusia.

Berbeda dalam pandangan kapitalis, harta dipandang sebagai aset yang dipergunakan untuk terus diperbanyak berdasarkan tujuan kepuasan individu. Kapitalisme memandang pemilikan harta adalah hak milik mutlak individu, di mana peran utama dalam menguasai Berbeda dalam pandangan kapitalis, harta dipandang sebagai aset yang dipergunakan untuk terus diperbanyak berdasarkan tujuan kepuasan individu. Kapitalisme memandang pemilikan harta adalah hak milik mutlak individu, di mana peran utama dalam menguasai

7. Investasi Pada investasi bisnis konvensional, dikenal istilah Bunga atau interest yaitu sejumlah imbalan yang diberikan oleh bank kepada nasabah atas dana yang disimpan di bank yang dihitung sebesar persentase tertentu dari pokok simpanan dan jangka waktu simpanan atau persentase yang dikenakan terhadap pinjaman yang diberikan bank kepada debiturnya. Ukuran besarnya bunga dalam bentuk persentase yang sudah ditetapkan oleh bank, kemudian dibayarkan kepada nasabah sesuai jumlah dana yang dimiliki nasabah pada bank tempat ia menyimpan, atau dibayarkan oleh nasabah sesuai dengan jumlah pembiayaan yang diperolehnya dari bank. Bunga, menjadi sarana yang dibebankan kepada peminjam agar si pemilik dana mendapatkan imbalan. Inilah yang menjadi kewajiban nasabah ketika ingin meminjam uang untuk tujuan konsumtif maupun modal usaha. Bank tidak mau tahu apakah si nasabah tersebut memiliki kemampuan atau tidak untuk mengembalikan uang tersebut, yang penting wajib dikembalikan dengan tambahan bunga (hutang). Jika tidak sanggup, hukum akan bermain, biasanya berupa penyitaan jaminan. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa bank konvensional tidak jauh berbeda dengan rentenir.

Berbeda dengan istilah bagi hasil atau sering disebut dengan profit sharing yang memiliki akad bekerja sama. Yaitu bahwa dana yang diberikan oleh nasabah kepada bank dapat dikelola oleh bank dengan menghasilkan keuntungan (profit), kemudian dari profit tersebut akan diambil kesepakatan antara pengelola dan pemilik dana mengenai pembagian keuntungannya dalam bentuk persentase. Meskipun secara realitas pihak bank memiliki hak yang kuat untuk menentukan persentase tersebut, namun tetap saja pembagian hak nasabah bukan dari sebuah 'kewajiban' yang sudah ditetapkan, melainkan dari keuntungan yang diperoleh bank. Besarnya bagi hasil tergantung dari besarnya keuntungan bank yang diperoleh. Jika bank tidak untung, maka nasabah pun juga tidak akan meperoleh bagi hasilnya. Inilah bentuk dari konsep keadilan dalam Islam di bidang ekonomi.

8. Distribusi Kekayaan Distribusi dalam pengertian generik adalah penyebaran atau perputaran ekonomi. Wacana tentang perputaran ekonomi dalam skala negara seringkali diterjemahkan sebagai pemerataan kesejahteraan warga negara. Sebagaimana diketahui landasan utama sistem ekonomi kapitalisme adalah peningkatan pendapatan perkapita melalui pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan dianggap sebagai jalan menuju kesejahateraan. Oleh karena itu, fokus utama dari sistem ekonomi negara ini adalah bagaimana menciptakan pertumbuhan ekonomi setinggi mungkin. Konsekuensi dari model sistem tersebut aspek distribusi kesejahteraan tidak dirasakan secara merata. Kekayaan yang dihasilkan dari pertumbuhan tersebut hanya dinikmati oleh mereka yang dapat terlibat dalam kegiatan ekonomi terutama oleh para pemodal. Sementara para pekerja dengan pendapatan minimun termasuk orang-orang yang tidak dapat berproduksi seperti orang orang cacat dan orang jompo, para pengangguran dan gelandangan tidak dapat menikmati kekayaan tersebut. Celah tersebut kemudian menjadi sasaran kritik dari ideologi sosialisme- komunisme. Ideologi tersebut kemudian menawarkan konsep ‘sama rata sama rasa’ yang menjanjikan distribusi yang adil dalam sistem ekonomi. Para pemikir dan politisi negara- negara Kapitalisme kemudian berupaya menambal kelemahan tersebut dengan menciptakan program jaminan sosial (social security) untuk para pekerja. Dalam perkembangannya menurut catatan International Labour Organisation (2011) seluruh negara di dunia ini telah memberlakukan jaminan sosial bagi rakyatnya. Yang berbeda adalah jenis, cakupan, dan intensitas jaminan sosial tersebut. Amerika Serikat, Kanada dan negara-negara Eropa Barat merupakan negara-negara yang memiliki tingkat jaminan 8. Distribusi Kekayaan Distribusi dalam pengertian generik adalah penyebaran atau perputaran ekonomi. Wacana tentang perputaran ekonomi dalam skala negara seringkali diterjemahkan sebagai pemerataan kesejahteraan warga negara. Sebagaimana diketahui landasan utama sistem ekonomi kapitalisme adalah peningkatan pendapatan perkapita melalui pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan dianggap sebagai jalan menuju kesejahateraan. Oleh karena itu, fokus utama dari sistem ekonomi negara ini adalah bagaimana menciptakan pertumbuhan ekonomi setinggi mungkin. Konsekuensi dari model sistem tersebut aspek distribusi kesejahteraan tidak dirasakan secara merata. Kekayaan yang dihasilkan dari pertumbuhan tersebut hanya dinikmati oleh mereka yang dapat terlibat dalam kegiatan ekonomi terutama oleh para pemodal. Sementara para pekerja dengan pendapatan minimun termasuk orang-orang yang tidak dapat berproduksi seperti orang orang cacat dan orang jompo, para pengangguran dan gelandangan tidak dapat menikmati kekayaan tersebut. Celah tersebut kemudian menjadi sasaran kritik dari ideologi sosialisme- komunisme. Ideologi tersebut kemudian menawarkan konsep ‘sama rata sama rasa’ yang menjanjikan distribusi yang adil dalam sistem ekonomi. Para pemikir dan politisi negara- negara Kapitalisme kemudian berupaya menambal kelemahan tersebut dengan menciptakan program jaminan sosial (social security) untuk para pekerja. Dalam perkembangannya menurut catatan International Labour Organisation (2011) seluruh negara di dunia ini telah memberlakukan jaminan sosial bagi rakyatnya. Yang berbeda adalah jenis, cakupan, dan intensitas jaminan sosial tersebut. Amerika Serikat, Kanada dan negara-negara Eropa Barat merupakan negara-negara yang memiliki tingkat jaminan