PT. Coca-Cola Amatil Indonesia

Sumber Daya Manusia (+) Program ‘National Graduate Trainee’

CCAI telah menjalankan program Nasional Graduate Trainee, di mana lebih dari 470 orang telah bergabung dan ditargetkan untuk membangun kemampuan manajemen dan menjadi pemimpin perusahaan di masa depan. Kami menentukan pengembangan individu dari 70% pada pengalaman kerja, 20% exposure (studi kasus, pelatihan, role model, dan mentoring) dan 10% kehadiran dalam pengajaran.

Pengembangan Kompetensi

Kami percaya bahwa kompetensi yang baik akan mendukung kinerja bisnis secara keseluruhan. Hal ini dapat dicapai dengan memperjelas apa yang diharapkan, serta bagaimana mengembangkan dan mengukurnya. Kompetensi menjadi prinsip dasar pengembangan karyawan dalam membangun pengetahuan, keterampilan, dan perilaku. Untuk itu, penting bagi kami untuk menjaga semua karyawan agar dapat terinformasi dengan baik.

Keuangan (Investasi yg dilakukan) (+) Period Ending:

12/31/2011 Liquidity Ratios

Trend

Current Ratio

Quick Ratio

Cash Ratio

Period Ending:

Profitability Ratios

Gross Margin

Operating Margin

Pre-Tax Margin

Profit Margin

Pre-Tax ROE

After Tax ROE

The Coca-Cola System di Indonesia telah melakukan investasi yang signifikan untuk membangun dan terus meningkatkan usahanya, termasuk fasilitas produksi baru, pabrik pengolahan air limbah, sistem distribusi dan peralatan pemasaran.

Bisnis kami di Indonesia mempekerjakan lebih dari 8,000 pekerja lokal secara langsung dan antara 2.000 hingga 4.000 pekerja sementara sesuai kebutuhan. Beberapa studi independen menyatakan bahwa dengan memberikan kesempatan bagi usaha lokal, Coca Cola juga menghasilkan pekerjaan dengan "multiplier effect”—di mana The Coca-Cola System bertindak sebagai katalis; menghasilkan pendapatan, pekerjaan dan know-how untuk beragam bisnis lokal baik yang menjual barang dan jasa kepada The Coca Cola System (pemasok), atau menjual produk perusahaan (pengecer).

Di Indonesia, kami melayani lebih dari 500.000 pelanggan ritel di daerah perkotaan dan pedesaan di seluruh negeri secara langsung—menyediakan sarana penting pendapatan dan dukungan untuk sejumlah usaha kecil dan keluarga.

CCAI telah menginvestasikan lebih dari US $ 155 juta di Indonesia pada tahun 2012, dan berharap untuk meningkatkan investasi di Indonesia sebesar hampir setengah miliar dolar selama 3-4 tahun ke depan. Sebagian besar investasi telah diarahkan untuk pembangunan infrastruktur dan kapasitas bangunan, serta peningkatan dukungan untuk pengecer kami melalui penyediaan alat pendingin. Beberapa contoh investasi tahun 2012 meliputi: 

Akuisisi fasilitas manufaktur di Cikedokan

Pembangunan 2 gudang skala besar di Bekasi dan Medan

Instalasi dari 3 lini produksi baru,1 di Medan dan 2 di Cibitung

Lebih dari US $ 20 juta yang diinvestasikan dalam kulkas pendingin dengan konsumsi energi rendah,sepanjang tahun 2012

Beberapa contoh dari investasi 2013 meliputi investasi sebesar:

US $ 40 juta untuk lini produksi dan gudang baru di Semarang yang dijadwalkan akan selesai Oktober 2013

US $ 20 juta untuk lini produksi baru untuk minuman berkarbonasi di Surabaya pada bulan April

US $ 30 juta investasi dalam untuk lini air baru di Cibitung pada bulan April

CCAI juga berencana untuk menempatkan sejumlah besar kulkas pendingin di pasar sepanjang tahun 2013

BWBC juga ikut meningkatkan investasinya, dengan menggandakan kapasitas produksi yang ada agar dapat memenuhi permintaan pasar yang berkembang pesat di Sulawesi Utara. Sebagai sebuah sistem, kami akan berinvestasi lebih dari US $ 200 juta dari pengeluaran untuk pemasaran (marketing) selama 3-4 tahun berikutnya. Seiring dengan tumbuhnya pasar, kami akan memfokuskan strategi pada penciptaan peluang ekonomi dan lapangan kerja di seluruh rantai pasokan kami, investasi di bidang infrastruktur, inovasi, dan juga mempromosikan komunitas berkelanjutan di mana kami beroperasi.

Penelitian dan Pengembangan

Desain yang Ramah Lingkungan (+) Coca-Cola, perusahaan minuman ringan terkemuka asal Amerika Serikat, telah memperkenalkan bahan kemasan minuman terbaru, yang terbuat dari bagian tumbuhan. Botol Coca-Cola teranyar ini merupakan generasi pertama botol plastik ramah lingkungan. Botol plastik konvensional biasanya terbuat dari polyethylene terephthalate (PET), yang merupakan produk turunan dari minyak bumi, yang jumlahnya makin terbatas. Sedangkan botol plastik milik Coca-Cola berasal dari 70% produk minyak bumi dan 30% produk turunan dari tebu. Proses produksi botol Coca-Cola terbaru tersebut adalah sebagai berikut. Pertama-tama batang tebu dihancurkan dan diperas untuk mengekstraksi gula yang ada di dalamnya. Gula selanjutnya di fermentasi dan didistilasi untuk memproduksi etanol. Melalui serangkaian proses, etanol diubah menjadi mono-ethylene glycol (MEG). Mono-ethylene glycol kemudian di campur dengan terephthalic acid untuk memproduksi plastik PET. Coca-Cola dengan bantuan Imperial College London kemudian melakukan analisis dampak lingkungan antara botol plastik konvensional dan botol plastik terbaru dari Coca-Cola. Hasilnya menunjukkan bahwa botol plastik yang berasal dari campuran antara minyak bumi dan etanol meninggalkan limbah karbon lebih kecil 12%-19% dibandingkan dengan botol plastik konvensional.

Manajemen Kualitas (Penerapan Total Quality Management) (+) Coca-Cola memiliki Consumer Response Teams dan program-program yang dilaksanakan di semua area operasi di seluruh Indonesia untuk menampung setiap masukan yang disampaikan oleh para konsumen dan pelanggan kami, yang kemudian meneruskan masukan tersebut kepada pihak-pihak yang tepat di dalam perusahaan untuk menjamin bahwa standar kualitas kami yang tinggi tetap terjaga.

Pengawasan kualitas di perusahaan Coca-Cola dibedakan menjadi dua kategori umum yaitu pengawasan mutu isi dan pengawasan mutu kemasan dari produk yang dihasilkan. Pengawasan isi produk meliputi kadar kemanisan (oBrix) dan kadar karbonasi (CO2). Sedangkan pengawasan mutu kemasan produk meliputi segala hal yang berkaitan dengan Pengawasan kualitas di perusahaan Coca-Cola dibedakan menjadi dua kategori umum yaitu pengawasan mutu isi dan pengawasan mutu kemasan dari produk yang dihasilkan. Pengawasan isi produk meliputi kadar kemanisan (oBrix) dan kadar karbonasi (CO2). Sedangkan pengawasan mutu kemasan produk meliputi segala hal yang berkaitan dengan

Peningkatan biaya per unit akibat keterbatasan bahan baku (-)

Air merupakan bahan utama dalam industri minuman ringan. Keterbatasan air di beberapa bagian dunia menyebabkan system pemurnian air harus dilakukan sehingga menyebabkan biaya produksi yang dibebankan akan lebih tinggi.

Dampak Bagi Kesehatan (-)

Penelitian menunjukkan bahwa soda dan minuman manis merupakan sumber utama kalori yang tinggi. Banyak ahli gizi mengatakan bahwa Coca-Cola dan minuman ringan lainnya dapat berbahaya jika dikonsumsi secara berlebihan, terutama untuk anak-anak muda yang sering meminum minuman ringan. Penelitian telah menunjukkan bahwa pengguna secara teratur minuman ringan memiliki asupan rendah kalsium, magnesium, asam askorbat, riboflavin, dan vitamin A. Minuman ini juga telah menimbulkan kritik untuk penggunaan kafein, yang dapat menyebabkan ketergantungan fisik. Sebuah situs menunjukkan bahwa mengonsumsi dalam jangka panjang yang teratur menyebabkan osteoporosis pada wanita yang lebih tua (tapi tidak laki-laki). Hal ini diperkirakan karena adanya asam fosfat.

Sebuah kritik umum Coke berdasarkan tingkat keasaman diduga beracun yang telah ditemukan untuk menjadi tidak berdasar oleh para peneliti; tuntutan hukum berdasarkan gagasan ini telah diberhentikan oleh pengadilan Amerika beberapa alasan ini. Meskipun banyak kasus pengadilan telah diajukan terhadap The Coca-Cola sejak tahun 1920-an, menyatakan bahwa keasaman minuman ini berbahaya, tidak ada bukti yang menguatkan klaim ini telah ditemukan. Dalam kondisi normal, bukti-bukti ilmiah yang menunjukkan keasaman Coca-Cola tidak mengakibatkan kerusakan langsung pada tubuh.

Sejak tahun 1980 di AS, Coca-Cola telah dibuat dengan sirup jagung tinggi fruktosa (HFCS) sebagai bahan pembuatan. Beberapa ahli giji menyarankan untuk berhati-hati terhadap konsumsi HFCS karena dapat memperburuk obesitas dan diabetes yang lebih dari gula tebu . Selain itu, sebuah penelitian pada 2009 menemukan bahwa hampir setengah dari sampel yang diuji dari HFCS komersial mengandung zat berbahaya yaitu merkuri.

Di India, ada sebuah kontroversi besar apakah ada pestisida dan bahan kimia berbahaya lain terdapat di dalam produk kemasan, termasuk Coca-Cola. Pada tahun 2003 Pusat Sains dan Lingkungan (CSE), sebuah organisasi non-pemerintah di New Delhi, mengatakan air soda yang diproduksi oleh produsen minuman ringan di India, termasuk raksasa multinasional PepsiCo dan

Coca-Cola, mengandung racun termasuk lindan, DDT, yang dapat berkontribusi terhadap kanker dan gangguan sistem kekebalan tubuh. CSE menemukan bahwa India menghasilkan produk minuman ringan Pepsi telah 36 kali tingkat residu pestisida diperbolehkan sesuai dengan peraturan Uni Eropa; minuman ringan Coca-Cola ditemukan memiliki 30 kali jumlah yang diizinkan. CSE mengatakan telah menguji produk yang sama dijual di Amerika Serikat dan tidak menemukan residu seperti Setelah tuduhan pestisida dilakukan pada tahun 2003., Coca-Cola penjualan di India mengalami penurunan sebesar 15 persen. Pada tahun 2004 sebuah komite parlemen India didukung temuan CSE dan sebuah komite yang ditunjuk pemerintah bertugas dengan mengembangkan standar pertama di dunia pestisida untuk minuman ringan. The Coca- Cola telah menjawab bahwa pabrik filter air untuk menghilangkan kontaminan potensial dan yang produknya diuji untuk pestisida dan harus memenuhi standar kesehatan minimum yang sebelum Coca-Cola didistribusikan. Di negara bagian India Kerala penjualan dan produksi Coca- cola, bersama dengan minuman ringan lainnya, pada awalnya dilarang setelah tuduhan, sampai Pengadilan Tinggi di Kerala terbalik hanya memutuskan bahwa pemerintah federal bisa melarang produk makanan. Coca-Cola juga telah dituduh penggunaan air yang berlebihan di India.

Dokumen yang terkait

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN SEPEDA MOTOR HONDA MELALUI PENDEKATAN BOSTON CONSULTING GROUP PADA PT. MPM MOTOR DI JEMBER

7 89 18

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22