Analisis SWOT pada PT. Coca Cola Amatil

MANAJEMEN STRATEGIK

Analisis SWOT pada PT. Coca-Cola Amatil Indonesia ( Contoh Perusahaan yang Sukses )

Oleh :

Triska Dewi Pramitasari triskadewi_ps@yahoo.com

PT. Coca-Cola Amatil Indonesia

1. Sejarah Perusahaan

Formula rahasia mengenai Coca Cola ditemukan pertama kali pada tanggal 8 Mei 1886 di Georgia di Amerika Serikat oleh Dr. John Styth Pemberton. Pada awalnya, Coca Cola adalah suatu obat sakit kepala. Coca Cola pertama kali dipasarkan di toko obat Jacob’s Pharmacy yang sebagian dimiliki oleh Dr. Pemberton. Lalu akuntan dari Jacob’s Pharmacy memberikan usul nama Coca Cola. Coca Cola pada saat itu hanya salah satu dari ribuan paten yang ada pada tahun 1800 ‐an. Awal mulanya, Coca Cola ditulis dengan menggunakan huruf ‘kola’ tetapi akhirnya oleh Frank M Robinson kata tersebut diubah menjadi ‘cola’. Hal itu dilakukan dengan adanya pertimbangan bahwa dengan adanya dua huruf ‘c’ akan terlihat lebih bagus dan lebih mudah diingat. Kemudian pada suatu waktu ada seorang pelanggan yang mengeluh pusing dan agar lebih cepat sembuh ia mencampur ‘Coca Cola’ dengan air biasa. Lalu penjaga toko lebih menganjurkan untuk menambah campurannya dengan soda. Sejak saat itu, dilahirkan suatu versi ‘Coca Cola’ dengan berkarbonasi.

Asa Griggs Chandler adalah seorang yang membeli hak merek ‘Coca Cola’ sebelum wafatnya Dr. John pada tahun 1888 dan akhirnya Chandler mulai menjual ke toko obat yang lainnya. Kemudian, dia mulai menjual ke toko obat lainnya. Bisnis minuman ini semakin meluas dan diwarnai dengan pemasangan iklan di stasiun dan pusat kota. Iklan yang dilakukan mencapai budget $100,000 pada tahun 1901. Selain itu, dia juga memperkenalkan sistem promosi dengan memberikan cindera mata berupa kalender, poster, jam dinding, gelas dan lain ‐ lain yang bertuliskan Coca Cola yang khas kepada konsumen dan penggemar Coca Cola.

Ide untuk menyediakan Coca Cola dalam botol datang dari Joseph Biedeharn, seorang pemilik toko dari Missisipi. Setelah ide ini diberikan, lalu seorang pengusaha Tenesse memberikan suatu tanggapan yang positif dan akhirnya mendirikan pabrik Coca Cola yang pertama pada tahun 1899. Pengusaha ini juga mengenal cara pemasaran langsung pada konsumen. Melalui cara ini, Chandler juga mulai menggunakan franchise untuk memperluas bisnisnya pada tahun 1899.

Dalam hal ini, The Coca Cola Company menyediakan bahan baku berupa Concentrate bagi pabrik minuman, sedangkan pabrik mengolahnya menjadi minuman Coca Cola. Sistem ini diberlakukan bagi seluruh pabrik Coca Cola yang ada di dunia.

Ernest Woodruff adalah seorang membeli perusahaan Coca Cola yang dimiliki oleh Asa Candler dengan harga $25 juta pada tahun 1919. Kemudian putranya yang bernama Robert W. Woodruff melakukan suatu langkah penting untuk perkembangan Coca Cola. Pada tahun 1923, ia memperkenalkan Coca Cola kepada pasar international dengan mendirikan perusahaan The Coca Cola Company Export Corporation, sebuah perusahaan yang memiliki tugas untuk menangani Coca Cola yang ada diluar Amerika Serikat. Ia menjadi CEO pertama untuk perusahaan Coca Cola dan mengembangkan bisnisnya dengan tujuan agar Coca Cola mudah didapat oleh konsumen.

“Kemudian pada tahun 1929, Woodruff mengembangkan suatu periklanan dengan ditekankan pada gaya hidup.” (Harvard Business School, 9 ‐391‐179, “Coca Cola versus Pepsi Cola and The Soft Drink Industry”. Rebecca Wayland under the supervisor Professor Michael E. Porter). Selain itu, dia juga mengeluarkan suatu standar mutu yang digunakan untuk meningkatkan kualitas minuman Coca Cola yang ada di dunia.

Coca Cola Di Indonesia

Coca Cola mulai diperkenalkan pada rakyat Indonesia pada tahun 1927. Pada waktu itu, Indonesia masih dijajah oleh Belanda dan Coca Cola berada di bawah De Nederlands Insische Mineral Water Fabriek di Jakarta. Proses produksi untuk pertama kalinya dibuat pada tahun 1932. Proses pertama kali tersebut adalah sebesar 10.000 krat dengan dibantu oleh 3 buah truk pengangkut dengan jumlah karyawan sebanyak 25 orang. Sedangkan pada masa penjajahan Jepang (1942 – 1945), produksi Coca Cola dihentikan. Setelah kemerdekaan Indonesia, perusahaan ini diambil alih oleh The Indonesia Bottlers Ltd.NV (IBL) dengan status perusahaan nasional.

Setelah sekian lama di Indonesia, permintaan pasar mulai naik dan diperlukan adanya suatu pengembangan pabrik. Oleh karena itu, pada tahun 1970, pabrik tersebut berkembang dan bergabung dengan perusahaan Jepang dengan nama PT Djaya Beverages Bottling Company sebagai pabrik pembotolan modern pertama di Indonesia dan pada saat tersebut pula jenis produknya bertambah dengan datangnya Fanta dan Sprite.

Pertumbuhan Coca Cola di Indonesia sampai saat ini didukung oleh 11 pabrik pembotolan dan sekitar 9000 karyawan melayani lebih dari 400.000 outlet di seluruh Nusantara. Kesebelas pabrik pembotolan tersebut adalah:

1. Tahun 1971 : PT. Djaya Beverages Bottling Company, Jakarta.

2. Tahun 1973 : PT. Brasseris Del Indonesia, Medan.

3. Tahun 1976 : PT. Tirtalina Bottling Company, Surabaya.

4. Tahun 1978 : PT. Coca Cola Pan Java Bottling Company, Semarang.

5. Tahun 1951 : PT. Tirta Permata Sari Bottling Company, Ujung Pandang.

6. Tahun 1983 : PT. Tirta Mukti Indah Bottling Company, Bandung .

7. Tahun 1985 : PT. Tribana Jaya Nusantara Bottling Company, Padang.

8. Tahun 1985 : PT. Banyu Agung Sejahtera Bottling Company, Denpasar.

9. Tahun 1985 : PT. Swarna Dipa Mekar Bottling Company, Tanjung Karang.

10. Tahun 1985 : PT. Bangun Wenang Beverage Company, Menado.

11. Tahun 1991 : PT. Eka Tiema Manunggal Bottling Company, Banjarmasin. PT Tirtalina Bottling Company merupakan pabrik Coca Cola ketiga di Indonesia. Pada awalnya perusahaan ini dimiliki oleh pengusaha nasional Indonesia, tetapi pada tahun 1991 dengan diberlakukannya penanaman modal asing oleh pemerintah, lama kelamaan perusahaan Tirta dan perusahaan Pan Java dibeli oleh Coca Cola Amatil (CCA) dan menyusul pada tahun 1992 perusahaan Djaya Beverage Bottling dibeli juga oleh CCA. Pada tahun 1994 PT.Coca Cola Pan Java Bottling Indonesia telah mengambil alih tempat pembotolan lainnya yakni pabrik pembotolan di Medan, Ujung Pandang, Padang dan Tanjung karang. Ini berarti dari sebelas pabrik pembotolan Coca Cola di Indonesia merupakan milik PT. Coca Cola Pan Java. Tahun 1995 Coca Cola Amatil milik Australia mengambil alih semua pabrik pembotolan Coca Cola di Indonesia kecuali Manado. Pada tahun 1997, didirikan pabrik pembotolan Coca Cola yang terbesar di Indonesia dan berlokasi di jalan Teuku Umar km 46, Cibitung dengan nama Cibitung National Plant.

Pada tanggal 1 Januari 2000, nama Coca Cola Bottling Indonesia mulai resmi digunakan dan nama tersebut menjadi suatu nama dagang pada sejumlah perusahaan patungan antara perusahaan lokal dengan Coca Cola Amatil Limited, yang merupakan produsen dan distributor terbesar produk ‐produk Coca Cola yang berpusat di Sydney, Australia. Pada tahun 2002 perusahaan mengganti namanya menjadi PT Coca Cola Bottling Indonesia (PT CCBI).

Di tahun 2014, The Coca-Cola System di Indonesia mempekerjakan lebih dari 12.000 karyawan orang di 10 pabrik pembotolan dan di lebih dari 85 pusat distribusi di seluruh negeri. The Coca-Cola Company memproduksi, menjual dan mendistribusikan lebih dari 10 merek di Indonesia termasuk minuman ringan berkarbonasi, jus, teh, minuman isotonik, air minum dalam kemasan, minuman berenergi, dan masih banyak lagi—dengan lebih dari 100 format kemasan dan ukuran, serta telah melayani lebih dari 600.000 outlet ritel besar dan kecil secara langsung.

Selama 2 tahun terakhir, The Coca-Cola System telah menginvestasikan lebih dari USD 300 juta di ibukota. Managing Director CCAI, Alison Watkins menyatakan bahwa "tanda kepercayaan kami terhadap Indonesia adalah minat kami untuk meningkatkan investasi di sana sebanyak hampir setengah miliar dolar selama 3-4 tahun berikutnya". Muhtar Kent, CEO The Coca-Cola Company pun menyatakan bahwa "Indonesia merupakan pasar penting bagi perusahaan kami dalam perjalanan menuju tahun 2020."

TIMELINE 1927: Coca-Cola dijual pertama kali di Indonesia. Botol pertama diimpor oleh seorang insinyur Belanda bernama de Koenig 1932: Diproduksi secara lokal oleh pembotolan De Water Nederlands Indische Mineral Fabriek, di Batavia, Indonesia 1945: Hari Kemerdekaan Indonesia 1956: Setelah Perang Dunia ke-II, dioperasikan kembali oleh The Indonesia Bottler Limited (IBL) 1971: Djaja Beverage Bottling memulai produksi kembali setelah era revolusioner di tahun 1960- an dan memperkenalkan Sprite 1973: Fanta diperkenalkan di Indonesia 1977: Pabrik Commercial Product Supply (CPS) didirikan untuk memenuhi pasokan bahan dasar minuman 1985: Bangun Wenang di Manado memulai produksiCoca-Cola pertamanya 1986: Diet Coke diperkenalkan, menandakan kehadiran produk kaleng untuk pertama kalinya di Indonesia 1992: Coca-Cola Amatil Indonesia mulai beroperasi di Indonesia 1996: Coca-Cola Amatil memulai produksi dalam botol plastik (PET) untuk pertama kalinya 2002: Frestea diperkenalkan di Indonesia. Merk lokal air minum dalam kemasan, Ades, diakuisisi 2008: Minute Maid dan Coke Zero diperkenalkan di Indonesia 2011: Ades dalam kemasan botol plastik ramah lingkungan diperkenalkan 2012: CCAI mengakuisisi pabrik baru di Cikedokan, Bekasi 2013: Aquarius diperkenalkan di Indonesia 2014: Nutriboost diperkenalkan di Indonesia

2. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan

Our Vision Our vision serves as the framework for our Roadmap and guides every aspect of our business by describing what we need to accomplish in order to continue achieving sustainable, quality growth.

 People: Be a great place to work where people are inspired to be the best they can be.  Portfolio: Bring to the world a portfolio of quality beverage brands that anticipate and satisfy

people's desires and needs.  Partners: Nurture a winning network of customers and suppliers, together we create mutual,

enduring value.  Planet: Be a responsible citizen that makes a difference by helping build and support sustainable

communities.  Profit: Maximize long ‐term return to shareowners while being mindful of our overall responsibilities.

 Productivity: Be a highly effective, lean and fast ‐moving organization.

Our Mission Our Roadmap starts with our mission, which is enduring. It declares our purpose as a company and serves

as the standard against which we weigh our actions and decisions. To refresh the world... To inspire moments of optimism and happiness... To create value and make a difference.

Live Our Values Our values serve as a compass for our actions and describe how we behave in the world. Leadership: The courage to shape a better future

Collaboration: Leverage collective genius Integrity: Be real

Accountability: If it is to be, it's up to me

Passion: Committed in heart and mind Diversity: As inclusive as our brands Quality: What we do, we do well

Mengembangkan Pernyataan Visi dan Misi bagi Organisasi

Dunia sedang mengalami perubahan, sehingga untuk terus maju sebagai usaha selama sepuluh tahun dan seterusnya, Coca-cola harus melihat ke depan, memahami tren, dan kekuatan yang akan membentuk bisnisnya di masa yang akan datang dan bergerak cepat untuk mempersiapkan apa yang akan datang. Visi Coca-cola adalah menciptakan sebuah tujuan jangka panjang untuk bisnis Coca-cola.

Visi Coca-cola merupakan kerangka bagi perusahaan dan memandu setiap aspek bisnisnya dengan menjelaskan apa yang diperlukan untuk mencapai dan melanjutkan kualitas pertumbuhan beberapa aspek. Coca-cola Company ingin menjadi tempat yang tepat untuk bekerja di mana orang-orang terinspirasi untuk melakukan pekerjaan sesuai kemampuan terbaiknya. Perusahaan juga ingin memaksimalkan laba jangka panjang dan memiliki produktivitas yang sangat efektif dan efisien.

Sedangkan misi Coca-cola Company menjadi awal proses bisnisnya. Misi tersebut menyatakan tujuannya sebagai perusahaan dan menyajikan sebagai standar yang dapat Sedangkan misi Coca-cola Company menjadi awal proses bisnisnya. Misi tersebut menyatakan tujuannya sebagai perusahaan dan menyajikan sebagai standar yang dapat

3. Lima Pilar – 2007 Key Strategies CCBI & System CCBI

CCBI pada tahun 2007 memiliki lima pilar yang digunakan untuk memajukan perusahaannya. Kelima pilar tersebut adalah:

1. Pengembangan SDM  Mensosialisasikan pentingnya kesadaran terhadap kinerja bisnis perusahaan.  Meningkatkan kompetensi dan kemampuan kerja karyawan.  Meningkatkan usaha pengembangan SDM berbasis kompetensi.  Menjadikan Manufacturing Excelent sebagai tujuan utama dan mengembangkan personel

produksi yang fleksibel.

2. Pelayanan Utama (Ultimate Service)

 Meningkatkan stock availability dan inventory level di Sales Center dan Pabrik.  Meningkatkan perencanaan dan koordinasi dengan Marketing untuk keakuratan Forecast

dan Inventory.  Menurunkan trade absorption seminimal mungkin.  Melakukan peningkatkan kualitas produk dan kemasan secara terus menerus dengan

fokus pada Bussiness Driver Map.

3. Pengembangan Kualitas (Quality Improvement)

 Menerapkan PET Age Management secara efektif pada setiap lokasi rantai pasok.  Berkoordinasi dengan bagian Engineering untuk memastikan semua peralatan produksi

terawat dengan benar untuk dapat menghasilkan produk yang berkualitas secara konsisten.

 Melakukan perbaikan kinerja Bottle Washer.  Memperketat pelaksanaan Quality Monitoring Program seperti, SPC, HACCP, Root

Cause Analysis, dll.

4. Biaya Operasional (Operation Cost)  Meningkatkan kemampuan produksi untuk mencapai yield yang tinggi dalam penggunaan bahan baku.  Melakukan program hemat energi.  Melakukan perencanaan produksi secara efektif.  Meminimalkan biaya transpor ekstra untuk kembalian RGB.  Memaksimalkan penggunaan Warehouse dan mengoptimalkan penanganan bahan

baku/jadi.

5. Efektivitas Operasional (Operation Effectiveness)  Meningkatkan kesadaran akan pentingnya GMP, QMS, EMS & OHS.  Mensosialisasikan kinerja sales dan produksi untuk meningkatkan rasa kepemilikan

karyawan terhadap bisnis perusahaan.  Meningkatkan continual improvement pada setiap level karyawan.  Meningkatkan preventive maintenance untuk meningkatkan GLE.

Selain lima pilar sebagai key strategies 2007, maka CCBI juga memiliki sistem yang digunakan untuk menunjang kinerja perusahaan. Sistem tersebut adalah:

1. Quality Management System (QMS) adalah sistem pengelolaan yang berhubungan dengan kualitas (Quality).

2. Environmental Management System (EMS) adalah sistem pengelolaan yang berhubungan dengan lingkungan (Environmental).

3. Occupational & Health Safety (OHS) adalah sistem pengelolaan yang berhubungan dengan Keselamatan dan Kesehatan kerja.

4. Core Management System (CMS) adalah sistem pengelolaan yang dapat diterapkan untuk semua fungsi/sistem/area baik QMS, EMS, dan OHS (Core) dan bukan suatu sistem manajemen, hanya suatu istilah untuk integrasi dari ketiga sistem.

4. Logo dan Merek Coca Cola

John Styth Pemberton, seorang ahli farmasi dari Atlanta, Georgia, Amerika Serikat. Dialah yang pertama kali mencampur sirup karamel yang kemudian dikenal sebagai Coca-Cola. Frank M. Robinson, sahabat sekaligus akuntan John, menyarankan nama Coca-Cola karena berpendapat bahwa dua huruf C akan tampak menonjol untuk periklanan. Kemudian, ia menciptakan nama dengan huruf-huruf miring mengalir, Spencer, dan lahirlah logo paling terkenal di dunia. Coca-Cola logo, seperti produknya, merupakan logo dan merek paling dikenal di seluruh dunia.

Warna merah dan putuh pada logo Coca-Cola dibuat sederhana serta mudah diingat oleh konsumen. Logo Coca-Cola pertama kali diperkenalkan di Atlanta Journal pada tahun 1915 serta muncul pada display Pemberton farmasi. Coca-Cola logo terdaftar menjadi merek dagang pada tahun 1887 dan semenjak itu menjadi identitas merek korporasi.

5. Struktur Organisasi Coca Cola Bottling Indonesia

Tugas dan wewenang bagian dari setiap perusahaan : Managing Manager Bertanggung jawab kepada para pemegang saham dalam kebijaksanaan (policy) dalam mencapai tujuan dengan mengambil keputusan dari laporan dan analisa para director secara cepat. Marketing Director Bertanggung jawab kepada Managing Manager terhadap semua aktivitas Marketing Manager dalam menangani sub divisi Coca Cola, sub divisi Diet Coke, sub divisi Coca cola Zero, sub divisi Fanta, sub divisi Sprite, sub divisi Frestea, dan sub divisi Ades. Marketing Manager Bertanggung jawab untuk menangani segala aktivitas yang dijalankan oleh masing - masing sub divisi. Seperti, sub divisi Coca Cola, sub divisi Diet Coke, sub divisi Coca cola Zero, sub divisi Fanta, sub divisi Sprite, sub divisi Frestea, dan sub divisi Ades. Finance Director Bertanggung jawab dan mengawasi atas penggunaan dana perusahaan. Technical Director Bertanggung jawab atas kegiatan produksi pada perusahaan, mengatur keseimbangan antara investasi dan produksi. Coorp. Affair's Director Membela produk yang menghadapi masalah publik. HRD Director Mengatur masalah administrasi yang berkaitan dengan masalah karyawan / ketenagakerjaan seperti pengangkatan pegawai baru, pelatihan karyawan, pemberhentian karyawan dan sebagainya. Brand Manager Bertanggung jawab kepada Marketing Manager dalam menangani produk "Coca Cola" dari segi pemasaran, promosi distribusi, finansial, dan strategi pemasaran lainnya.

6. Analisis Lingkungan Eksternal Pangsa Pasar (+)

Sebagai raja di segmen minuman bersoda, Coca-Cola memang nyaris tak tertandingi. Dengan skala produksi saat ini yang mencapai 5 juta botol per hari (yang diolah dari 11 pabriknya di sini), di pasar jenis minuman bersoda, Coca-Cola masih bisa menguasai pangsa hingga sebesar 85%. Bagi Coca-Cola, peluang untuk mendongkrak angka penjualan bukan berarti tertutup. Sebab, potensi bisnis minuman cepat saji (kemasan) di negeri ini masih memiliki prospek yang cerah. Minuman kemasan non-alkohol yang beredar selama ini mencapai sekitar 23 juta liter per hari. Itu artinya, sekitar 10% kebutuhan minum penduduk dipenuhi oleh minuman siap saji. Sisanya adalah yang dipasok oleh minuman rebusan sendiri.

Kenyataan lainnya adalah kebiasaan masyarakat di sini dalam mengonsumsi minuman berkarbonasi, angkanya masih rendah. Per kapitanya tak lebih dari 15 botol per tahun. Bandingkan, misalnya, dengan di Singapura, Malaysia, atau Filipina, yang kebanyakan masyarakatnya telah terbiasa mengonsumsi jenis minuman ini. Di sana, per kapitanya rata-rata di atas 100 botol per tahun. Oleh karena itu, jangan heran, bila dibandingkan dengan total penjualan produk minuman jenis ini secara global, Coca-Cola di sini masih di bawah 5% per tahun. Atas dasar itu pula, rupanya, akhirnya manajemen Coca-Cola tergiur merambah ke produk minuman lainnya. Nyatanya, perusahaan ini tak hanya membuat minuman bersoda saja—seperti Coca-Cola, Sprite, dan Fanta—tapi juga mulai memproduksi dan memasarkan berbagai produk minuman lain seperti teh dalam kemasan (Freshtea), minuman isotonik (Powered Isotonic), sirop (Sunfill), dan air mineral (Ades).

Di pasar minuman air mineral, kehadiran Ades memang belum bisa disetarakan dengan Aqua yang memegang pangsa 55% dari total peredaran jenis minuman ini—yang mencapai 10 miliar liter per tahun. Di pasar sirop pun, Sunfill dianggap ”masih bau kencur.” Pasalnya, pangsa pasar terbesar produk minuman ini (60%)—dari total perputaran fulus di pasar ini yang mencapai lebih dari Rp 1 triliun per tahun—masih berada di genggaman produk buatan ABC Group. Tapi, seiring dengan slogan yang baru, manajemen Coca-Cola juga mulai menggencarkan strategi pemasaran yang agak berbeda dengan sebelumnya. ”Kami selalu menerapkan strategi pemasaran yang inovatif,” ujar Arif. Di antaranya yakni mempercantik tampilan kemasan, desain poster, dan billboard. Juga, ”Kami akan meluncurkan iklan terbaru di televisi,” tambah Arif. Selain itu, kemampuan seluruh elemen di sektor pemasarannya juga akan ditingkatkan. Paling tidak, harapannya masih bergantung pada 10 ribu karyawan serta 400 ribu outlet khusus yang dimiliki industri ini, dan tentunya dukungan dari 120 pusat penjualan yang menyebar di seluruh pelosok Nusantara. Lebih dari itu, Coca-Cola juga mencoba mendekatkan diri dengan konsumen. Di antaranya dengan membangun 11 pabrik yang tersebar di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, Ujung Pandang, Manado, Medan, Padang, Lampung, dan Banjarmasin. Untuk meraih pasar, tidak ada cara lain kecuali mendekatkan diri dengan calon pelanggan,” lanjut Arif.

Dengan menjalani sejumlah strategi tadi, harapannya, tingkat konsumsi masyarakat terhadap minuman dalam kemasan akan naik. Andalannya, apalagi jika bukan dari minuman bersoda layaknya Coca-Cola. Paling tidak, dari sebelumnya satu botol setiap tiga minggu, menjadi satu botol setiap dua minggu. Targetnya, ya itu tadi, menjaring lebih banyak lagi penggemar dari kalangan anak-anak muda.

Faktor Ekonomi (-)

Coca-Cola lebih dari tiga perempat dari keuntungan dan 71% pertumbuhannya diperoleh di luar Amerika Serikat. Namun, krisis global berdampak pada penurunan kinerja, penjualan dan keuntungan Coke di luar negeri. Di Brazil dan Jepang, dua dari pasar Coke terbesar luar negeri, rata-rata konsumen hampir tidak memiliki daya beli, karena rendahnya pertumbuhan ekonomi pada tahun 1998. Di Rusia, di mana Coke telah menginvestasikan lebih dari $700 juta selama delapan tahun, runtuhnya perekonomian mengakibatkan kapasitas operasi Coke anjlok sebesar 50%. Krisis global sangat mempengaruhi penjualan coca-cola di Asia, Rusia dan Amerika Latin karena penurunan daya beli. Di Brazil, yang merupakan pasar terbesar ketiga, Coke telah kehilangan lebih dari sepersepuluh dari 54% pangsa pasarnya karena beralih ke minuman lokal dengan harga lebih murah.

Faktor Sosial dan Politik (-)

Faktor politik yang terjadi di Amerika dan di negara-negara lainnya berpengaruh pada perkembangan Coca-Cola. Sebagai contoh, ketika Amerika menginvasi Irak, tumbuh budaya anti Amerika di negara-negara muslim atau yang bersimpati dengan Irak. Kondisi ini mengakibatkan penjualan Coca Cola sempat terganggu.

Faktor Peraturan (Faktor Hukum) (-)

Coca-Cola juga sempat terhalang oleh kebijakan pemerintah India yang melarang penjualan produk Coca-Cola di negaranya karena pada tahun 2004, petani di india melakukan protes terhadap pabrik Coke Bottling di India yang menyebabkan air sumur kering.

Dua negara bagian India Rabu melarang penjualan soft drink Coca-Cola dan Pepsi. Sebab, kelompok lingkungan India menyatakan telah menemukan pestisida dalam produk-produk perusahaan raksasa global itu.Negara Bagian Kerala memberlakukan larangan produksi dan distribusi dua produk minuman itu di seluruh wilayah negara bagian. Sedangkan Negara Bagian Karnataka melarang produk itu dijual di sekolah-sekolah, kampus-kampus dan rumah sakit.

Sebelumnya, tiga negara bagian memberlakukan larangan serupa setelah Pusat Sains dan Lingkungan di New Delhi menyatakan telah menemukan residu pestisida pa-da 11,85 permil (per satu miliar) dalam 57 sampel Coca-Cola dan PepsiCo yang diproduksi di 12 negara bagian India. Tingkat kandungan pestisida itu 24 kali lebih tinggi dibandingkan batas yang disepakati oleh Biro Standar India. Kendati, ambang batas itu belum diberlakukan.

Di Karnataka, pemerintah melarang penjualan minuman dalam jarak radius 30 meter dari sekolah, kampus, dan rumah sakit. Larangan itu akan mulai diberlakukan pada 14 Agustus. "Residu pestisida itu membahayakan kesehatan anak-anak," kata Basavaraj Horatti, menteri pendidikan menengah. Studi serupa oleh Pusat Sains dan Lingkungan pada 2003 juga menemukan kandungan pestisida yang melebihi ambang batas internasional. Namun, para pakar berpendapat larangan itu hanya menutupi keadaan sesungguhnya yang lebih parah. Sebagian besar produk makanan dan minuman India mengandung residu pestisida karena negeri itu adalah salah satu produsen dan konsumen terbesar di dunia untuk zat kimia itu.(rtr-gn-24)

Menurut penulis buku A History of the World in Six Glasses, Tom Standage, masuknya Coca-Cola ke dalam sebuah negara mengirimkan sebuah simbol yang kuat tentang hubungan Amerika Serikat dengan negara itu. "Saat Coca-Cola mulai pengiriman ke sebuah negara adalah saat Anda bisa mengatakan mungkin ada perubahan nyata terjadi di sana (negara itu)," katanya. "Coca-Cola adalah kapitalisme dalam botol."

Kini hanya ada dua negara di mana Coca-cola tidak secara resmi bisa dibeli atau dijual, yaitu Kuba dan Korea Utara. Hal ini disebabkan embargo perdagangan oleh Amerika Serikat. Coca-Cola mengatakan jika ada minuman yang dijual di negara-negara itu, mereka datang melalui "pihak ketiga yang tidak berwenang".

Kuba sebenarnya adalah salah satu dari tiga negara pertama di luar Amerika Serikat yang menjual coke, istilah lain Coca-cola, pada 1906. Namun, perusahaan itu pindah karena pemerintah Fidel Castro mulai merebut aset swasta pada 1960 dan tidak pernah kembali.

Di Korea Utara, zona bebas Coca-Cola lainnya, baru-baru ini sebuah laporan menyebutkan bahwa minuman ringan ini dijual di sebuah restoran di Pyongyang. Namun, Coca- Cola mengatakan jika ada minuman yang dijual, baik di Korea Utara atau Kuba, maka artinya minuman ini diselundupkan melalui pasar gelap, tidak melalui jalur resmi.

Faktor Demografi (+)

Pembeli (konsumen) dari produk Coca-Cola mencakup segala usia dari anak kecil, remaja, dan orang dewasa di seluruh dunia, sehingga dapat dikatakan produk coca-cola company relatif aman terhadap issue demografi. Beberapa negara di Amerika memiliki struktur demografi yang didominasi usia dewasa dan tua, sedangkan beberapa negara di Asia Tenggara mayoritas adalah usia anak-anak dan remaja.

Lingkungan Industri (-)

a. Pendatang Baru (New Comers) (-) Ancaman masuknya pendatang baru pada minuman Coca-Cola antara lain Mizone, Pocari Sweet, dan lain sebagainya. The Coca-Cola Company harus meyakinkan kepada pelanggan melalui brand bahwa produk Coca-Cola merupakan minuman bersoda nomor satu di dunia.

b. Pesaing (Competitors) (-)

Coca-Cola Company mempunyai dua pesaing utama yaitu: PepsiCo dan Cadbury Schweppes PLC. PepsiCo mempunyai jumlah karyawan dua kali lebih banyak dari Coca- Cola Company. Sedangkan Cadbury Schweppes PLC mempunyai diversifikasi produk yang mana tidak dimiliki oleh dua pesaingnya. Diversifikasi itu meliputi: industry minuman,

coklat dan permen karet. Schweppes Cadbury adalah perusahaan penjualan gula terbesar sedunia.Mempekerjakan sekitar 60.000 asosiasi. Perusahaan ini adalah pemenang Britain’s most admired award company pada tahun 2004.

Pesaing utama dari Coca-Cola adalah perusahaan PepsiCo. PepsiCo merupakan pesaing yang sangat sengit di dalam dua pertumbuhan tercepat dalam kategori industri minuman. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1965. PepsiCo memperoleh 60 persen pendapatannya dari snack division. PepsiCo di peringkat 19 di antara perusahaan yang paling dikagumi di Amerika. PepsiCo terdiri dari sekitar 168.000 karyawan dan pada tahun 2006 memiliki pendapatan lebih dari $35 billion. PepsiCo mendirikan bisnisnya di Amerika Utara, Amerika Latin, Eropa, the Middle East, Africa dan Asia Pasifik. Volume minuman PepsiCo naik sebesar 7 persen di timur tengah, Argentina, China dan Brazil pada tahun 2006. Meksiko dan Rusia adalah dua pasar kontribusi yang kuat untuk PepsiCo. Schweppes Cadbury adalah perusahaan penjualan gula terbesar sedunia.Mempekerjakan sekitar 60.000 asosiasi. Perusahaan ini adalah pemenang Britain’s most admired award company pada tahun 2004.

Pepsi-Cola Company yang berdiri sejak 1898, sudah melakukan ekspansi bisnis ke beberapa produk makanan. Merger dengan Frito-Lay pada 1965 menandai lahirnya nama PepsiCo, sebagai payung perusahaan. Kemudian PepsiCo mengakuisisi Tropicana pada 1998, dan 2001 melakukan merger dengan The Quaker Oats Company, termasuk Gatorade. Hingga sekarang, PepsiCo sudah mempunyai lima merek besar – yaitu Frito-Lay, Pepsi- Cola, Quaker, Gatorade, dan Tropicana. Merek-merek ini membawahi produk-produk PepsiCo yang variatif, sesuai kebutuhan dan pilihan konsumen, dari produk yang fun hingga produk ala hidup sehat. Mekanisme pemasaran produk PepsiCo dilakukan melalui empat departemennya, yaitu Frito-Lay North America, PepsiCo Beverages North America (PBNA), PepsiCo International, dan Quaker Foods North Amerika.

c. Produk Substitusi (-) Tekanan dari produk pengganti (subsitusi), seperti: Pepsi, RC Cola, 7Up dan lain-lain. Oleh karenanya strategi yang dapat diterapkan antara lain: berupa penerapan harga yang terjangkau serta kualitas produk (maintain or even better). Selain itu, inovasi produk tetap c. Produk Substitusi (-) Tekanan dari produk pengganti (subsitusi), seperti: Pepsi, RC Cola, 7Up dan lain-lain. Oleh karenanya strategi yang dapat diterapkan antara lain: berupa penerapan harga yang terjangkau serta kualitas produk (maintain or even better). Selain itu, inovasi produk tetap

d. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli (Buyers) (-) Wilayah operasi dan penjualan produk The Coca-Cola Company mencakup:  Afrika  Asia Tenggara, Asia Timur, dan Asia Pasifik

Kesuksesan pada tahun 2006 berasal dari Coca-Cola Zero pada penjualan di Australia dan Thailand.

 Uni Eropa Mengalami peningkatan pertumbuhan senilai 6% dari tahun 2005 ke tahun 2006. Faktor-faktor keberhasilan wilayah ini diraih dari kombinasi dari produk-produk baru, pengemasan yang inovatif, dan kolaborasi dengan para konsumen.

 Amerika Latin Tiga pasar terbesar Coke diantaranya ialah United States, Mexico, dan Brazil. Portofolio

minuman mendapatkan poin 7% pada tahun 2006 dimana perusahaan melihat pada pengembangan garis produk. Fokus Coke di Amerika Latin ialah pada penambahan air, jus, dan minuman olahraga.

 Amerika Utara Perusahaan telah mencapai keberhasilan dalam pengimplementasian produk “MyCoke Rewards ” yang melibatkan sekitar 3,5 juta subjek yang berpastisipasi, dimana lebih baik dari 1,5 juta penghargaan yang dinyatakan. Coke menerapkan uji pemasaran kopi/teh dimana Coke menyalurkan via teknologi “Far Coast Brand” dimana merupakan konsep

toko yang pertama kali dibuka di Toronto, Kanada pada tahun 2006.  Asia Utara, Eurasia, dan Timur Tengah Coke adalah penjual terbaik minuman non-alkohol di Rusia dengan 22% pertumbuhan volum kasus pada tahun 2006. Memberikan pelayanan yang prima untuk mempertahankan pelanggan serta menarik pelanggan baru merupakan salah satu cara yang harus dilakukan oleh perusahaan. Selain itu, perusahaan juga dapat melakukan promosi dengan memberikan hadiah untuk pembelian produk tertentu (pada nilai penjualan tertentu) atau dapat dilakukan dengan mengadakan event yang menarik.

e. Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok (Supplier) (-) Salah satu cara perusahaan meminimalisasi posisi tawar supplier adalah dengan melakukan “bottling investment” pada suatu wilayah penjualan yang menunjukkan kinerja yang baik pada tahun terakhir. Sebagai contoh, Coca-Cola telah memfokuskan pada desain “road to market ” dan optimisasi pada infrastruktur operasi bottling di India. Menurut Porter, jika perusahaan ingin meningkatkan usahanya dalam persaingan yang ketat perusahaan harus memilih prinsip bisnis, harga yang tinggi atau produk dengan biaya yang rendah, dan bukan kedua-duanya. Berdasarkan prinsip tersebut, maka Porter menyatakan ada tiga Strategi Generik, yaitu Differentiation, Overall Cost Leadership dan Fokus.

Lingkungan Operasional (+)

a. Bahan pendukung utama Coca-cola mudah diganti dengan bahan lain yang mudah didapat (+) Bahan utama Coca-Cola adalah sirup jagung berkadar fruktosa tinggi, sejenis gula, untuk di Amerika Serikat dapat dipasok oleh sebagian besar sumber domistik. Untuk di luar Amerika

Serikat dapat diganti sukrosa. Bahan lain adalah aspartam, bahan pemanis yang digunakan dalam produk minuman ringan rendah kalori diperoleh dari The Nutra Sweet Company.

Tekhnologi Manajemen Air Limbah&Pengurangan Jejak Karbon (+)

Tujuan kami secara global adalah mengembalikan kembali kepada masyarakat dan alam, jumlah air, setara dengan apa yang kami gunakan di semua produk minuman kami. Di semua pabrik milik kami, kami memastikan bahwa 100% air limbah hasil operasi manufaktur kami diolah kembali secara ketat sehingga dapat dikembalikan lagi ke alam secara aman—hingga pada tingkat yang dapat mendukung kehidupan akuatik. Kami juga berinvestasi dengan teknologi yang disebut "blow-fill” yang memungkinkan kami untuk mendesain ulang dan mengurangi berat kemasan botol plastik (PET) untuk minuman bersoda dan air minum dalam kemasan. Blow-fill juga memungkinkan botol-botol untuk diproduksi dengan PET resin yang lebih sedikit atau dengan resin daur ulang.

Kerjasama dengan Perusahaan Lain (+)

a. Kerjasama dengan restoran cepat saji Dengan banyaknya perusahaan cepat saji yang memilih Coca-Cola, minuman tersebut menjadi raja di yang mendominasi industri tersebut. Hingga saat ini, Coca-Cola telah bekerjasama dengan 23 perusahaan besar seperti Burger King, Wendy's, McDonald's dan Pizza Papa Johns.

b. Kerjasama dengan Bintang Toedjoe Menurut Direktur Pengelola CCI, Robert Foye, kerjasama ini menandai babak baru bisnis Coca-Coca di Indonesia. Pasalnya, ini merupakan kali pertama CCI memproduksi dan juga memasarkan produk minuman energi di Indonesia. “Kerjasama ini akan memperluas portofolio produk kami di Indonesia, setelah sukses memasuki pasar minuman berkarbonasi, air mineral, teh dan minuman isotonik,†ujarnya. Dia mengatakan, minuman energi merupakan salah satu kategori yang paling cepat pertumbuhan di Indonesia. Di tahun 2005, volumenya mencapai 314 juta liter dengan pertumbuhan sebesar 12% dalam 5 tahun. Sementara itu, Presiden Direktur BT, Joseph D Angkasa, menyebutkan bahwa lewat kerjasama ini, positioning merek Extra Joss sebagai pemimpin pasar di kategori minuman energi akan menjadi lebih kuat. “Kami yakin kerjasama ini akan saling menguntungkan, karena merupakan penggabungan dari kekuatan Coca-Cola sebagai produsen dan pemasar minuman siap saji terkemuka dan keahlian BT dalam kategori minuman energi lokal,†ujarnya.

c. Telkom dan Coca-Cola Fondation Kerjasama Wifi di Perpustakaan Daerah Dalam rangka meningkatkan Kompetensi masyarakat indonesia di daerah-daerah, Telkom telah menandatangani kerja sama dengan Coca-Cola Foundation untuk menghadirkan perpustakaan daerah berbasis, Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (TIK). Direktur Enterprice & Business Telkom, muhammad Awaluddin mengatakan, pihaknya mendukung program PerpuSeru dalam bentuk penyediaan perangkat Komputer, aplikasi, hingga Wireless-Fidelity (Wi-Fi) berbasis Fiber optic dengan kecepatan hingga 10Mbps. “Kami berencana menghadirkan Wi-Fi di 110 Perpustakaan , pemasangan Wi-Fi hingga 2015 mendatang. dari total lokasi, 34 perpustakaan telah terpasang” jelasnya di Foundry 8 SCBD, Jakarta.

Titie Sadarini, ketua pelaksana Coca-Cola Foundation Indonesia mengatakan, pihaknya berencana menghadirkan 1.000 PerpuSeru hingga 2019 mendatang. Ditahap pertama, program PerpuSeru telah bermitra dengan 34 Perpustakaan tingkat kabupaten. pihaknya kini siap memasuki fase kedua dimana akan bermitra dengan 76 perpustakaan desa di 19 kabupaten di 12 Provinsi.

d. Coca-Cola Lanjutkan Kerjasama dengan Bayern Perusahaan minuman ringan asal Amerika Serikat, Coca-Cola, melanjutkan kerjasama sponsorship mereka selama 45 tahun dengan klub raksasa Jerman, Bayern Muenchen. Pada hari Senin (25/2), Bayern mengumumkan telah mencapai kesepakatan dengan Coca-Cola untuk tetap menjadi salah satu sponsor mereka selama tiga tahun lagi. Sayangnya kedua belah pihak tak mengumumkan detail nilai kerjasama tersebut. Yang jelas kontrak baru dengan Coca-Cola itu membuat kondisi keuangan Bayern semakin sehat. Bayern baru saja membukukan hasil keuangan terbaik dalam 112 tahun. Bayern meraih keuntungan 11,1 juta euro pada kurun 2011/2012. Seperti dilansir Reuters, omzet juara Eropa empat kali itu juga meningkat lebih dari 40 juta euro, naik dari 290,9 juta euro untuk 2010/2011. Sehatnya kondisi keuangan ini membuat Bayern akan leluasa terjun di bursa transfer. FC Hollywood juga tak kesulitan untuk mengontrak pelatih kenamaan Josep Guardiola untuk musim depan

Komitmen terhadap Corporate Social Responsibility dan Sustainability (+)

The Coca-Cola System di Indonesia - CCI, CCAI, BWBC dan CPS - berkomitmen untuk membuat perubahan positif di dunia. Kami terus berinovasi untuk menciptakan bisnis ramah lingkungan yang lebih menguntungkan bagi masyarakat. Kami percaya bahwa investasi dalam pengembangan ekonomi, lingkungan, dan sosial masyarakat dapat membantu melindungi dan mengembangkan bisnis yang berkelanjutan. Inilah sebabnya mengapa kami mendefinisikan komitmen kami untuk keberlanjutandalam pendekatan holistik yang baik bagi lingkungan, bagi masyarakat dan bagi setiap individu (WORLD-WE-ME). Ini adalah ungkapan modern mengenai kepedulian kami akan individu dan planet ini. Hal ini telah menjadi acuan Coca-Cola dalam melaksanakan program keberlanjutan kami di Indonesia selama beberapa dekade.

Water Stewardship

Kami berkomitmen terhadap water stewardship yang bertanggung jawab,karena itu kami bertujuan untuk dapat mengembalikan jumlah air kepada alam dan masyarakat, setara denganjumlah yang kami gunakan dalam memproduksi minuman kami. Berbagai program kami laksanakan untuk mengurangi dampakdan meminimalisasi penggunaan air kami.

Program Penanaman Pohon

Bekerja sama dengan WWF Indonesia, kami melaksanakan program penanaman pohon di hutan lindung Citamiang, Jawa Barat yang terletak di hulu sungai Ciliwung. Ciliwung merupakan sungai utama yang membelah ibukota Jakarta dan merupakan sungai di mana sebagian besar penduduk mengandalkannya untuk mendapatkan pasokan air. Program ini bertujuan untuk menanam 2,400 pohon baru di area seluas 5 hektar.

‘Water for Life’

Didirikan pada tahun 2008, program “Water for Life" bertujuan untuk mengatasi krisis air dan meningkatkan kualitas hidup komunitas kami di Timur Laut Bali. Sebagai elemen Didirikan pada tahun 2008, program “Water for Life" bertujuan untuk mengatasi krisis air dan meningkatkan kualitas hidup komunitas kami di Timur Laut Bali. Sebagai elemen

Program ‘Cinta Air’ ‘Water Replenish Project’– Sibolangit, Sumatera Utara

Bersamaan dengan USAID Indonesia dan LSM lokal, lewat proyek ini kami membangun 800 infiltrasi air hujan/sumur resapan di kawasan hutan seluas 10 hektar dan kawasan permukiman. Proyek ini akan membawa manfaat langsung kepada lebih dari 2,500 orang, serta secara tidak langsung memberikan akses air bersih kepada sekitar 7,500 orang di kota Medan, yang terletak dekat dengan Sibolangit. Proyek ini diharapkan dapat mengisi tabel air tanah sebanyak 413 juta liter per tahun.Total dana untuk proyek ini adalah sekitar USD 225,000.

Proyek Sanitasi dan Air Bersih- Bekasi

Sebagai tanggapan terhadap isu gizi buruk di permukiman miskin perkotaan, kami bermitra dengan Mercy Corps pada tahun 2011 untuk menerapkan program sanitasi dan air bersih. Manfaat program ini telah dirasakan 514 rumah tangga yang mendapatkan akses menuju fasilitas sanitasi yang baik. 1.158 rumah tangga memiliki akses menuju fasilitas air bersih yang lebih baik, dan 942 anak-anak sekolah memiliki akses menuju fasilitas cuci tangan. Selain itu, untuk mendukung sanitasi ini, tersedia pula layanan penyedotanlumpur ('Kedoteng') untuk 2,000 rumah tangga.Total dana untuk proyek ini adalah sekitar USD 268,000.

Proyek Sanitasi dan Air Bersih- Sindang Pakuwon

Sindang Pakuwon yang terletak di dalam sub DAS Citarum memiliki dua isuutama, yaitu kurangnya fasilitas sanitasi dan akses air bersih.Sepanjang 3,3 km sistem air bersih telah dibangun untuk memasok air kepada sekitar800 rumah tangga atau sekitar 4,000 orang. Selain itu, dibangun pula dua tangki septik komunal (communal septic tank) untuk melayani sekitar 80 rumah tangga. Total dana untuk proyek ini adalah sekitar USD 100.000.

Pengelolaan Limbah

Prinsip yang mendasari program ini adalah kepercayaan bahwa perusahaan dapat membantu masyarakat meminimalisir limbah serta menciptakan peluang ekonomi ketika melakukannya. Seiring dengan bertambahnya populasi namun rendahnya kontrol limbah di Indonesia, semua tergantung kepada setiap perusahaan untuk bekerja sama dengan pemerintah, masyarakat lokal, dan kelompok industri dalam usaha melindungilingkungan.

Bali Beach Clean Up

CCAI bekerjasama dengan Quiksilver Indonesia, memulai program Bali Beach Clean Up (BBCU)dengan tujuan untuk mengurangi sampah di daerah pesisir Bali, memperkuat industri pariwisata di Indonesia, dan meningkatkan hubungan dengan masyarakat setempat. Sejak 2008, kami telah menciptakan 75kesempatan kerja untuk membersihkan sepanjang 9,7 km garis pantai setiap harinya, dan telah mengangkut lebih dari21,960 ton sampah dari pantai Bali. Kami juga mendorong wisatawan dan anggota masyarakat untuk menjadi sukarelawan dan berpartisipasi dalam kegiatan pembersihan pantai. Sampai saat ini, sudah ada ribuan sukarelawan yang telah ikut mengambil bagian.

Pemberdayaan Perempuan

Perempuan adalah kekuatan ekonomi yang paling dinamis dan paling cepat berkembang di dunia saat ini—dan merupakan pilar dari masyarakat yang kami layani. Proporsi yang signifikan dari perkembangan bisnis kami dihasilkan melalui bisnis independen kecil—yang banyak dimiliki atau dioperasikan oleh perempuan. Dengan berinvestasi dalam keberhasilan mereka, kami percaya bahwa berinvestasi dalam keberhasilan kami sendiri.

Pelatihan Pelanggan & Program Borobodur

Sejak tahun 2009, program pelatihan pelanggan telah dilaksanakan di seluruh wilayah operasi CCAI untuk memberikanpengetahuan untuk meningkatkan penjualan kepada pelanggan. Dengan tim yang kompeten, pelatihan ini memberikan materi seperti penyimpanan produk yang aman, promosi yang menarik, dan penataan produk di dalam gerai. CCAI juga telah bekerja sama dengan manajemen Candi Borobudur untuk mendukung keuntungan pariwisata yang akan digunakanuntuk pemulihan candi. Sejak 2011, kami telah memberikan pelatihan kepada lebih dari 1,000 pengecer dan 264 pekerja candi, di mana mayoritas dari mereka adalah perempuan.

Pendidikan untuk Perempuan melalui ROLE Foundation

Bekerja sama dengan ROLE Foundation, CCAI telah aktif mendukung pendidikan untuk perempuan dalam komunitas termiskin di Indonesia. Fokus kami adalah untuk menyediakan pendidikan dasar yang memungkinkan wanita untuk mendapatkan lapangan pekerjaan agar dapat mendukung keluarga mereka. ROLE Foundation juga menyediakan pendidikan aksara dan lingkungan untuk 74 pekerja pantai kami setiap minggunya.

Pemberdayaan Masyarakat

Kami adalah perusahaan globaldengan akar lokal, yang berkomitmenpada pengembangan masyarakat secara berkelanjutan, melalui beragam programuntuk mengembangkan ekonomi, memperbaiki kehidupan dan menciptakan peluang.

Poliklinik & Program ‘Community Zone-1’

Dalam upaya menjaga kebugaran dan kesehatan, CCAI memiliki layanan poliklinik di setiap pabrik. Setiap tahun, kami menawarkan program dukungan medis kepada lebih dari 8.000 karyawan dan 25.000 tanggungan mereka, serta anggota masyarakat di sekitar pabrik. Inisiatif ini merupakankontribusi CSR kepada masyarakat yang telah berjalan lama.

Program ‘Community Zone-1’

Program Zone-1 kami berfokus pada pemeliharaan hubungan dengan komunitas yang tinggal di sekitar area pabrik kami. Kami melakukan kegiatan yang mendukung kehidupan sehari-hari seperti penyediaan air, dukungan untuk kegiatan masyarakat dan agama, serta kebutuhan kesehatan dasar.

Coke Farm

Coke Farmdidirikan untuk mengubah lahan kosong di sekitar fasilitas produksi kami menjadi lahan pertanian produktif dan menghasilkan pendapatan bagi petani untuk meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar. Terletak di dalam dan di sekitar pabrik kami di Bandung, Semarang, dan Lampung, CCAI bekerja sama dengan para ahli dari organisasi non-profit dalam memberikan pelatihan dan bantuan bagi petani untuk memajukan keterampilan pertanian mereka. Kami juga mendaur ulang ampas teh dari proses manufaktur. Melalui Coke Farm, kami terus mengembangkan model yang dapat membantu meningkatkan peluang ekonomi masyarakat dan mempromosikan perilaku untuk merawat lingkungan.

Program Perpustakaan ‘Learning Lounge’

‘Learning Lounge’ dikembangkan bersama dengan Dewi Hughes International Foundation (DHIF). Lounge ini khusus dirancang untuk memberikan ruangan modern yang nyaman di area mal sebagai pusat kegiatan belajar yang positif untuk pemuda. Lounge ini dilengkapi dengan buku-buku dan fasilitas IT untuk menyediakan berbagai informasi yang relevan dengan orang-orang muda, seperti lingkungan, hidup sehat dan aktif, skill building, dan bahan inspirasional. Kami telah membangun 3 Learning Lounge di Plaza Semanggi, Istana Plaza Bandung dan WTC Matahari Serpong. Perpuseru Bekerja sama dengan Bill and Melinda Gates Foundation, Perpuseru adalah proyek pengembangan perpustakaan nasional yang berfokus pada penyediaan akses hardware dan software, program pelatihan staf perpustakaan, serta advokasi dan pengembangan perpustakaan di 40 kabupaten di seluruh Indonesia.

Program Beasiswa Beasiswa Studi Kejuruan (Vocational Study Scholarship)

Menyusul keberhasilan Program Beasiswa Studi Kejuruan di tahun 2011 di mana kami memberikan beasiswa kepada 28 siswa dari 3 institusi, Coca-Cola dengan dukungan The Coca-Cola Foundation memperluas program ini untuk kembali mendukung 52 siswa dari 6 institusi yang berbeda. Program ini bertujuan untuk membantu menciptakan tenaga kerja yang siap untuk berkontribusi langsung setelah lulus dari studi. Target dari program ini adalah para siswa berprestasi yang memiliki kesulitan finansial untuk meneruskan sekolah. Selain mendukung pendidikan, program ini juga mendukung perkembangan siswa melalui pelatihan ketrampilan dalam bahasa Inggris yang akan membantu mereka dalam pekerjaan di masa depan.

Beasiswa Studi Reguler

Sejak tahun 2008, Coca-Cola Foundation Indonesia telah memberikan dukungan finansial untuk sejumlah siswa pendidikan tinggi yang mengalami kesulitan keuangan untuk mendukung studi mereka. Setiap tahun CCFI memberikan beasiswa bagi 40 mahasiswa dari

3 universitas terkemuka. Melalui program beasiswa CCFI, Coca-Cola System di Indonesia meningkatkan kontribusinya terhadap kemajuan masyarakat, bersikap pro-aktif dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia, serta memberikan kesempatan bagi siswa untuk menjadi kandidat potensial untuk program rekrutmenkami.

7. Analisis Lingkungan Internal Produk ‐ Produk yang Dihasilkan (+)

Total produk yang dapat diproduksi dan didistribusikan oleh National Plant CCBI adalah ± 117 SKU. Semua itu atas ijin The Coca Cola Company dan berikut ini adalah produk yang dihasilkan: • Coca Cola: kemasan botol gelas, kaleng, dan PET (Polyethelene terephthalate). Produk baru

Coca Cola yaitu Coca Cola Zero dengan memiliki zero sugar zero calorie pada kemasan PET dan kaleng.

 Diet Coke: kemasan kaleng dan PET.  Sprite: Sprite dan Sprite Ice dengan kemasan botol gelas, kaleng dan PET.  Fanta: dengan banyak rasa yaitu Strawberry, Orange, Pineapple, Oranggo, Creamy, Grape,

Melon dengan kemasan botol gelas, kaleng, dan PET.

 Schweppes: Tonic, Ginger‐Ale, Lemon, Aquarius dan Soda Water kemasan kaleng.  A&W rasa Sarsaparilla dengan kemasan kaleng.

 Powerade: dengan banyak rasa yaitu Lemon, Orange, Red Rush dengan kemasan PET dan kaleng.  Nestea: Nestea Lemon Tea. Selain itu, terdapat produk–produk lain dari Coca Cola di Indonesia saja yaitu:  Frestea: Frestea, Frestea green, Frestea Jasmine dalam kemasan botol gelas dan tetra‐pack

(kotak).  Frestea Frutcy: dengan banyak rasa yaitu lemon, apple dan markisa dengan kemasan tetra pack dan PET.  Ades Royal dengan kemasan PET berbagai ukuran.  Extra Joss: kemasan kaleng. Seluruh produk yang diproduksi ini dapat dikelompokkan

menjadi tiga kelompok besar yaitu RGB (Returnable Glass Bottle) dan OWP (One Way Package) dan TWA (Tetra Wedge Aseptic) / TBA (Tetra Brik Aseptic).

Penjualan & Pemasaran (+) Di Indonesia, terdapat 11 pabrik pembotolan dan area pemasaran. 10 diantaranya dikelola dan diatur oleh CCBI, dan PT Coca Cola Distribution Indonesia. Jumlah karyawan yang dimiliki

Dokumen yang terkait

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN SEPEDA MOTOR HONDA MELALUI PENDEKATAN BOSTON CONSULTING GROUP PADA PT. MPM MOTOR DI JEMBER

7 89 18

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22