Produksi Produksi

E. Produksi E. Produksi

Sumber bahan dasar yang digunakan di KPMKP Krai berasal dari kebun Krai sendiri dan KPH lain (KPH Gundih, Telawah dan Surakarta). Kapasitas bahan dasar di KPMKP Krai adalah 9.000.000 sampai 10.000.000 kg daun kayu putih segar per tahun. Untuk sekali masak ada delapan ketel yang masing-masing ketel mempunyai kapasitas 1 ton.

Kriteria bahan dasar yang digunakan dalam proses penyulingan minyak kayu putih adalah ranting dan daun yang sudah berumur 4 tahun, dengan rentang waktu pemangkasan 9 bulan, bebas dari bunga, rumput dan kotoran lain yang mengganggu serta masih dalam keadaan segar. Ranting kayu putih juga disertakan dalam proses penyulingan, ranting tersebut harus memiliki panjang antara 10-30 cm dari ujung daun dan besar diameter ranting ≤ 0,3 cm.

Sebelum melakukan proses penyulingan minyak kayu putih, dilakukan penimbangan terlebih dahulu oleh tenaga timbang dengan tujuan untuk mengetahui jumlah bahan baku yang tersedia sehingga dapat diperkirakan berapa kali pemasakan per harinya dan untuk mengetahui jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pemetikan bahan baku. Apabila bahan baku melebihi kapasitas masak, maka dilakukan penyimpanan. Namun, penyimpanan tidak boleh lebih dari dua hari karena dapat mempengaruhi kualitas produk yang dihasikan.

Hal-hal yang diperhatikan oleh KPMKP Krai untuk mendapatkan persediaan bahan baku yang tepat, antara lain:

1) Waktu pemetikan 1) Waktu pemetikan

2) Jadwal pemetikan

Pemetikan daun kayu putih dilakukan berdasarkan jadwal yang telah dibuat. Hal ini dilakukan untuk menentukan lokasi pemetikan daun kayu putih di lapangan dan umur daun kayu putih yang tepat. Umur daun minimal adalah 7 bulan untuk siap dipetik atau dipanen, KPMKP Krai menetapkan umur petiknya adalah 7-9 bulan.

3) Cara pemetikan

Hubungan antara hasil minyak dengan umur daun, dalam Kasmudjo (1982) disebutkan bahwa rentang waktu pemetikan daun yang ideal dengan kandungan minyak tinggi yaitu antara 7 sampai

9 bulan. Dahulu KPMKP Krai melakukan pemetikan dengan cara diplurut (diambil daunnya saja). Tetapi setelah tahun 1995 pemetikan kayu putih dilakukan dengan cara merampasi dengan sabit (daun serta ranting).

Hal ini dilakukan, karena metode pemanenan dengan cara diplurut membutuhkan waktu yang relatif lebih lama dibandingkan dengan yang dirampasi dengan sabit. Disamping itu dengan cara diplurut pemasakan daun kayu putih tidak bisa optimal karena keadaan daun di dalam ketel daun terlalu rapat sehingga uap air tidak mampu menembus tiap-tiap lapisan daun kayu putih sehingga mengakibatkan sebagian daun yang dimasak tidak matang atau tidak terkena uap panas yang mengakibatkan rendemen menjadi rendah.

menguntungkan, disamping hanya membutuhkan waktu yang relatif lebih singkat dari pada sistem plurut, sistem ini juga menguntungkan pada saat pemasakan karena batang-batang yang ada dapat membuat adanya rongga untuk uap panas sehingga pemasakan daun kayu putih dapat dilakukan dengan sempurna.

4) Sortasi

Sortasi dilakukan agar daun kayu putih terhindar dari berbagai macam rumput, bunga, dan ranting yang terlalu besar serta benda-benda asing yang dapat merugikan atau mengganggu. Sortasi daun kayu putih di KPMKP Krai dilakukan dengan cara menumpuk daun yang telah dipangkas, kemudian memisahkan daun kayu putih dengan benda asing (bunga, ranting yang terlalu besar, dan rumput-rumput) yang dilakukan dengan cara mengambil sedikit demi sedikit benda yang tidak diinginkan tersebut. Daun yang telah disortasi dimasukkan ke dalam karung kemudian diangkut ke KPMKP Krai.

5) Cara penyimpanan

Penyimpanan bahan baku daun kayu putih di KPMKP Krai dilakukan dengan memasukkan daun kayu putih tersebut kedalam karung kemudian di simpan di gudang. Tujuan penyimpanan ini adalah untuk memudahkan dalam mengambil bahan baku dari gudang penyimpanan bahan baku. Disisi lain, cara ini mempunyai beberapa kelemahan yaitu terjadinya proses penguapan karena meningkatnya suhu dalam karung (70 o -75 o C). Hal ini mengakibatkan rendemen menjadi berkurang, untuk mengatasi hal ini, KPMKP Krai tidak menimbun bahan baku terlalu lama atau lebih dari dua haridan karung diletakkan dalam keadaan berdiri

b. Bahan pembantu

1) Air

untuk penyulingan, dengan cara ikut menguapkan minyak kayu putih yang terdapat pada ranting dan daun sehingga dihasilkan minyak kayu putih. Air yang digunakan oleh KPMKP Krai mempunyai kriteria yang harus dipenuhi, misalnya, air harus bersih, terhindar dari kotoran dan tidak mengandung kapur. Air yang digunakan pabrik minyak kayu putih KPMKP Krai berasal dari waduk dekat pabrik, yaitu waduk Tapan. Waduk ini yang mensuplai semua kebutuhan air di KPMKP Krai. Namun, di Kabupaten Grobogan yang memiliki struktur tanah berkapur dapat menyebabkan air di sekitar pabrik ini mengandung kapur. Untuk mengatasi masalah ini, perusahaan terlebih dahulu mengolah air yang akan digunakan untuk produksi di water deminetralizer. Proses netralisasi ini hanya untuk mengurangi tingkat kesadahan air bukan untuk menetralkan air.

2) Briket

Fungsi briket adalah bahan bakar utama yang digunakan untuk memanaskan boiler. Briket berasal dari limbah padat pengolahan minyak kayu putih (avfal), yaitu dari ranting dan daun kayu putih setelah mengalami proses pengolahan yang sudah dikeringkan dan dibentuk atau dicetak. Briket yang digunakan oleh KPMKP Krai adalah ampas daun dari pemasakan daun yang telah dikeringkan, briket yang digunakan harus mudah atau cepat terbakar. Persediaan briket ini disimpan di dalam tempat penampungan, sehingga briket selalu siap digunakan untuk proses produksi.

3) Pasir, batu koral dan kertas saring (kertas merang)

Pasir, batu koral dan kertas saring memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai penjernih minyak kayu putih atau penyaring minyak kayu putih. Ketiga bahan penyaring ini berfungsi untuk menjaga Pasir, batu koral dan kertas saring memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai penjernih minyak kayu putih atau penyaring minyak kayu putih. Ketiga bahan penyaring ini berfungsi untuk menjaga

Penyaringan dilakukan dengan meletakkan atau memasukkan pasir dan batu koral ke dalam alat penyaring (dehydrator). Alat peyaring dibersihkan setiap dua hari sekali, dilakukan dengan cara mengganti kertas saring. Tujuannya untuk menghindari terjadinya penumpukan kotoran pada alat saring dan dapat menghambat proses penyaringan karena pori-pori kertas merang tertutup kotoran. Hal tersebut dapat mempengaruhi kadar kualitas minyak menjadi rendah.

2. Mesin dan Peralatan Mesin-mesin, peralatan proses dan unit utilitas yang digunakan untuk proses produksi di KPMKP Krai, antara lain:

a. Spesifikasi dan prinsip kerja alat

1) Ketel daun

Fungsinya adalah untuk tempat pemasakan daun kayu putih segar, jumlahnya 8 unit dengan bahan stainless steel kapasitas 1 ton. Tinggi ketel daun adalah 2,48 m dan berdiameter 1,68 m, dengan tekanan uap 1,15 atm s/d 1,2 atm dan suhu 250 o C-270 o C. Didalam ketel daun terdapat keranjang daun dan pipa uap. Keranjang daun berjumlah sebanyak 3 buah dengan tinggi 0,72 m dan berdiameter 1,55 m, sedanngkan pipa uap berukuran panjang 1,80 m dan berdiameter 0,07 m.

Prinsip kerja ketel daun adalah daun kayu putih diletakkan di dalam keranjang ketel sampai padat dan rata lalu ditutup rapat- rapat dan dialiri dengan uap panas dari pipa penyebar uap yang berada di tengah–tengah keranjang. Bagian penutup ketel daun dilengkapi dengan pembuka dan penutup dengan pompa hidrolik, serta pengunci saat ketel tertutup. Pada prinsipnya kerja ketel daun adalah media menguapkan kandungan minyak dalam bahan dengan Prinsip kerja ketel daun adalah daun kayu putih diletakkan di dalam keranjang ketel sampai padat dan rata lalu ditutup rapat- rapat dan dialiri dengan uap panas dari pipa penyebar uap yang berada di tengah–tengah keranjang. Bagian penutup ketel daun dilengkapi dengan pembuka dan penutup dengan pompa hidrolik, serta pengunci saat ketel tertutup. Pada prinsipnya kerja ketel daun adalah media menguapkan kandungan minyak dalam bahan dengan

2) Condensor Prinsip kerja condensor adalah uap minyak dan uap air yang diperoleh dari hasil penyulingan diturunkan suhunya atau didinginkan didalam condensor sehingga uap air dan uap minyak berubah dari fase uap menjadi cair. Fungsi dari condensor adalah untuk mendinginkan uap minyak kayu putih dan air. Di KPMKP Krai terdapat 8 unit condensor dengan kapasitas 20 liter/detik. Condensor memiliki dua pipa, yaitu pipa luar (air pendingin) yang terbuat dari besi dengan diameter 2 inchi dan pipa dalam (condensat) yang terbuat dari stainless steel dengan diameter ¾ inchi. Masing-masing pipa tersebut memiliki panjang 36 m dengan suhu ± 60 o C.

3) Separator Fungsi separator adalah sebagai pemisah minyak kayu putih dan air. Separator yang dimiliki KPMKP Krai sebanyak 8 unit dengan kapasitas 200 liter dengan suhu 38 o C-50 o C dan tekanan 1 atm. Prinsip kerja separator adalah memisahkan minyak kayu putih dari air berdasarkan perbedaan berat jenis yang dimiliki oleh air dan minyak. Minyak yang memiliki berat jenis yang lebih kecil akan berada diatas permukaan dan air berada dibawahnya, sehingga proses pemisahan mudah dilakukan.

4) Dehydrator Fungsi dehydrator adalah untuk menyaring minyak kayu putih dari kotoran–kotoran dan air yang mungkin masih terikut dengan minyak. Jumlah dehydrator yang dimiliki KPMKP Krai adalah 2 unit. Komponen di dalam dehydrator adalah bagian atas, yaitu kain yang berisi pasir halus, bagian tengah, yaitu kertas 4) Dehydrator Fungsi dehydrator adalah untuk menyaring minyak kayu putih dari kotoran–kotoran dan air yang mungkin masih terikut dengan minyak. Jumlah dehydrator yang dimiliki KPMKP Krai adalah 2 unit. Komponen di dalam dehydrator adalah bagian atas, yaitu kain yang berisi pasir halus, bagian tengah, yaitu kertas

5) Tangki penampungan minyak kayu putih

Jumlah tangki penampung yang dimiliki KPMKP Krai sebanyak 2 unit, dengan kapasitas 1000 liter. Tangki ini digunakan sebagai tempat penyimpanan minyak kayu putih sebelum dijual.

b. Mesin dan peralatan (Unit utilitas)

1) Ketel uap (Boiler)

Jumlah boiler yang dimiliki KPMKP Krai sebanyak 8 unit, dengan merk meco dan wegner. Pada dasarnya kedua boiler mempunyai prinsip kerja yang sama yaitu pertukaran panas dari pembakaran briket dengan air yang akhirnya air mengalami kenaikan suhu dan mendidih. Air yang mendidih kemudian menghasilkan uap panas. Fungsinya adalah sebagai tempat pembuatan uap. Kedua boiler ini tersusun dari pipa api dan pipa air dengan bahan baja. Boiler dengan merk meco memiliki kapasitas 5000 liter dan merk wegner memiliki kapasitas 3000 liter, tekanan uap boiler dengan merk meco adalah 5 kg/cm3 dan wegner 8 kg/cm3, suhu meco 250 o C dan wegner 280 o C

2) Generator Fungsi dari generator adalah sebagai penyedia sumber listrik. KPMKP Krai memiliki generator sebanyak 3 unit, generator I berkapasitas 212,5 kVA dengan tegangan 220-380 V dan generator

II & III berkapasitas 150 kVA dengan tegangan 220-280 V.

3) Cooling tower Air yang keluar dari condensor pada umumnya mengalami kenaikan suhu karena terjadi pertukaran panas. Agar dapat digunakan air dari condensor harus didinginkan terlebih dahulu 3) Cooling tower Air yang keluar dari condensor pada umumnya mengalami kenaikan suhu karena terjadi pertukaran panas. Agar dapat digunakan air dari condensor harus didinginkan terlebih dahulu

3. Proses Produksi

a. Persiapan ketel daun Prinsip kerja proses persiapan ketel daun adalah menyiapkan ketel daun agar terhindar dari gangguan serta kotoran dari sisa pemasakan sebelumnya. Sebelum proses penyulingan minyak kayu putih, ketel daun dibersihkan terlebih dahulu dengan mengambil avfal (daun kayu putih sisa penyulingan). Pembongkaran dan pemasangan keranjang mengunakan hoist crane (katrol listrik). Jumlah katrol listrik yang dimiliki KPMKP krai adalah 2 unit, masing-masing unit katrol listrik digunakan untuk 4 unit katel daun.

b. Pengisian ketel daun Setelah ketel daun siap, kemudian daun dan ranting kayu putih dimasukkan ke dalam ketel daun, pengisian daun kayu putih di dalam ketel daun harus rata. Kepadatan dan banyaknya daun kayu putih yang diisikan ke dalam ketel harus diperhatikan, agar penyulingan daun kayu putih dapat terlaksana dengan sempurna.

Tiap ketel daun disi dengan daun dan ranting kayu putih sebanyak 1000 Kg yang terbagi menjadi 3 keranjang besi dan pipa penyebar uap. Fungsi dari keranjang tersebut adalah sebagai tampat daun kayu putih yang akan dimasak, masing-masing keranjang memiliki kapasitas 7-8 karung daun kayu putih. Sedangkan pipa penyebar uap berfungsi sebagai pembantu penyebaran distribusi uap panas agar merata dan semua daun dapat terkena uap panas.

Setelah daun kayu putih masuk ke dalam ketel daun selanjutnya Setelah daun kayu putih masuk ke dalam ketel daun selanjutnya

c. Penyulingan (Detilasi) Prinsip kerja proses penyulingan adalah memisahkan dua macam campuran atau lebih berdasarkan perbedaan titik uapnya. Fungsi penyulingan adalah untuk mengambil minyak kayu putih yang masih terdapat dalam daun kayu putih. Untuk hasil penyulingan yang baik, maka proses penyulingan harus dalam kondisi yang sesuai, yaitu: suhu steam yang masuk ke daun adalah 250 o

C sampai dengan 270 o C, tekanan pada ketel daun adalah 1,15 atm sampai dengan 1,2 atm, lama penyulingan 6 sampai 8 jam, terjadi perubahan fase uap uap minyak dan air menjadi fase cair dan pengendalian proses yang baik.

Proses penyulingan yang dilakukan di KPMKP Krai adalah penyulingan langsung dengan uap (direct steam distillation). Pada proses penyulingan tekanan yang ada pada ketel masak harus dijaga terus yaitu berkisar antara 1,15-1,2 atm. Jika dalam proses penyulingan tekanan dalam ketel masak megalami penurunan maka kran pengatur uap diperbesar sehingga tekanan kembali stabil, atau tekanan pada ketel masak mengalami kenaikan maka kran akan dikecilkan supaya tekanan stabil. Jika suhu yang ada dalam ketel masak mengalami penurunan, maka kran pada steam header dibuka lebih lebar. Karena dengan rendahnya suhu pemasakan, maka minyak yang dihasilkan kurang maksimal. Tapi bila suhu pada ketel masak mengalami kenaikan maka kran pada stem header diperkecil hingga suhu yang ada stabil kembali. Karena dengan terlalu tingginya suhu pemasakan maka hasil minyak yang didapatkan mutunya kurang baik (rusak).

Waktu penyulingan dipengaruhi oleh kandungan minyak pada daun kayu putih yang disuling. Semakin banyak kandungan minyaknya Waktu penyulingan dipengaruhi oleh kandungan minyak pada daun kayu putih yang disuling. Semakin banyak kandungan minyaknya

Hasil dari penyulingan daun kayu putih tiap ketel masak mampu menghasilkan 7-8 kg minyak kayu putih per ketel masak. Pada musim kemarau rendemen minyak mengalami peningkatan, yaitu berkisar antara 8-10 kg minyak kayu putih per ketel masak. Hal ini dikarenakan kandungan minyak pada daun kayu putih di musim kemarau lebih tinggi dibandingan dengan musim penghujan.

d. Pendinginan Pendinginan dilakukan untuk menjadikan uap air dan minyak menjadi bentuk cair. Hal ini dilakukan dengan cara mendinginkan campuran minyak dan air yang masih berbentuk uap sebelum masuk dalam condensor. condensor yang digunakan KPMKP Krai adalah dengan arah aliran air pendingin berlawanan arah (counter current). Condensor jenis ini tidak tidak begitu rumit penggunaanya, sehingga tidak perlu menggunakankan tenaga ahli untuk mengoperasikannya. Mengingat air yang terdapat disekitar pabrik jumlahnya terbatas maka pihak pabrik harus menggunakan air dengan berulang-ulang. Hal ini disiasati dengan mendinginkan air yang keluar dari condensor dengan mengalirkan air ke cooling tower. Air dalam cooling tower ini mengalami penurunan suhu, kemudian air ini ditampung di dalam bak air dingin yang selanjutnya digunakan kembali dalam proses pendinginan.

Struktur tanah kapur menyebabkan air di sekitar pabrik berkapur, sehingga pabrik mengembangkan cara untuk mengurangi kesadahan air, dengan cara mengolah air dengan water deminetralizer. Hal Struktur tanah kapur menyebabkan air di sekitar pabrik berkapur, sehingga pabrik mengembangkan cara untuk mengurangi kesadahan air, dengan cara mengolah air dengan water deminetralizer. Hal

e. Pemisahan minyak dan air Pemisahan minyak dan air adalah memisahkan minyak kayu putih dan air berdasarkan berat jenisnya dengan menggunakan separator . Fungsi pemisahan minyak dan air adalah untuk memperoleh minyak kayu putih murni. Suhu dalam pemisahan minyak dan air

berkisar antara 38 0 -58 0 C, tujuannya adalah minyak kayu putih dan air dapat terpisah sempurna. Pemisahan minyak kayu putih dengan air didasarkan atas perbedaan berat jenis, minyak kayu putih yang berat jenisnya lebih kecil akan berada dibagian atas sedangkan air akan berada dibagian bawah. Pada separator terdapat 2 kran yaitu kran atas untuk mengeluarkan minyak dan kran bawah untuk mengeluarkan air. Separator juga dilengkapi dengan tabung kaca pada bagian atasnya yang berguna untuk melihat batas pemisah antara minyak dan air. Apabila minyak kayu putih di dalam separator melebihi kran bagian atas maka minyak kayu putih harus dialirkan dengan membuka kran. Jika air melebihi kran bagian bawah maka air dikeluarkan dengan membuka kran bagian bawah. Suhu separator sebaiknya berkisar antara 38-58°C. Apabila suhu separator lebih dari 58°C, maka minyak akan menguap sehingga rendemen dapat berkurang. Suhu pada separator dapat dapat diamati melalui termometer yang terdapat pada separator .

f. Penyaringan minyak Penyaringan minyak adalah memisahkan minyak dari kotoran dengan menggunakan alat dehydrator. Fungsi penyaringan minyak adalah untuk mendapatkan minyak kayu putih jernih (murni) dan untuk memisahkan minyak dengan kotoran dan air yang terbawa dari proses pemisahan.

dehydrator . Penyaringan dilakukan dengan cara minyak dialirkan dari bawah ke atas sehingga kotoran dan air tertahan dibagian bawah dan minyak kayu putih akan keluar dari bagian atas dehydrator. Penyaring atau filter yang ada dalam dehydrator tersusun dari bawah ke atas, yaitu: batu koral, pasir kasar yang dibungkus kain blaco kemudian pasir halus yang juga dibungkus dengan kain blaco dan yang terakhir adalah kertas merang. Untuk menjaga kebersihan filter, maka tiap 2 hari sekali dibersihkan dengan mengganti kertas merang dan kain blaco agar tidak terjadi penumpukan kotoran pada keduanya dan proses penyaringan tidak terhambat.

g. Penampungan dan pengemasan minyak Fungsi penampungan dan pengemasan minyak adalah untuk menjaga agar minyak kayu putih tidak teroksidasi yang akan mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas minyak kayu putih di dalam penampung ataupun kemasan. Penampungan minyak di dalam tangki harus tertutup rapat dan tidak tembus cahaya. Hal ini dimaksudkan agar minyak kayu putih tidak teroksidasi sehingga dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas minyak kayu putih. Setelah minyak kayu putih ditampung, proses selanjutnya adalah pengemasan yang dilakukan dengan cara mengalirkan minyak kayu putih ke dalam jerigen dengan volume 25 kg/jerigen. Jerigen digunakan sebagai kemasan karena jerigen tidak tembus cahaya matahari dan tidak bereaksi dengan minyak. Apabila kemasan dapat bereaksi dan tembus cahaya maka akan terjadi kerusakan pada minyak kayu putih.

4. Produk Akhir Menurut Kasmudjo (1982), produk akhir minyak kayu putih yang dihasilkan oleh suatu perusahaan harus memenuhi standar SNI. Minyak kayu putih di Indonesia dibagi dalam tiga standar kualitas,yaitu kualitas 4. Produk Akhir Menurut Kasmudjo (1982), produk akhir minyak kayu putih yang dihasilkan oleh suatu perusahaan harus memenuhi standar SNI. Minyak kayu putih di Indonesia dibagi dalam tiga standar kualitas,yaitu kualitas

a. Persyaratan Umum

1) Mempunyai bau khas minyak kayu putih

2) Kadar cineol

: 25-65 %

3) Berat jenis pada 150 0 C : 0,90-0,93

4) Indeks bias pada 200 0 C : 1,46-1,47

5) Putaran Optik pada suhu 27,5 0 C : (-4) 0 -00

6) Kelarutan alkohol 80% : 1:1 jernih sampai 1:10

7) Minyak lemak

: Tidak diperkenankan

8) Minyak pelican

: Tidak diperkenankan

b. Persyaratan khusus

1) Kualitas Utama:

a) Kadar cineol

: 50-65%

b) Minyak lemak

: negatif

c) Minyak pelican

: negatif

d) Kelarutan alkohol 80% : dalam perbandingan 1:1–1:9

larut (jernih)

2) Kualitas Satu:

a) Kadar cineol

: 40-50%

b) Minyak lemak

: negatif

c) Minyak pelican

: negatif

d) Kelarutan alcohol 80% : dalam perbandingan 1:1 – 1:9

larut (jernih)

3) Kualitas Dua:

a) Kadar cineol

: 25-40%

b) Minyak lemak

: tidak dipersyaratkan

c) Minyak pelican

: tidak dipersyaratkan

d) Kelarutan alcohol 80% : tidak dipersyaratkan d) Kelarutan alcohol 80% : tidak dipersyaratkan

Pengujian kadar cineol, kelarutan alkohol 80% dan berat jenis dapat dilakukan di KPMKP Krai. Sedangkan untuk, putaran optic, indeks bias, kadar minyak pelican dan minyak lemak dilakukan di laboratorium di Perum Perhutani. Uji minyak lemak dan uji minyak pelican tidak dilakukan, karena kandungan minyak lemak dan minyak pelican hanya dikandung oleh minyak yang sudah dicampur oleh minyak lain seperti minyak melati, minyak sere, dan lain-lain. Sedangkan untuk minyak kayu putih Krai masih merupakan minyak yang murni karena langsung disuling dari daun tanpa adanya campuran lainnya.

Menurut Kasmudjo (1982), rendemen merupakan perbandingan antara bahan yang digunakan untuk suatu proses produksi (input) dengan produksi yang dihasilkan (output) pada satuan yang sama yang dinyatakan dalam bentuk prosentase. Rendemen sangat penting untuk diketahui agar kita mengetahui seberapa besar produk minyak kayu putih yang dihasilkan pada setiap kali proses. Rendemen yang dihasilkan oleh KPMKP Krai rata-rata 0,70-0,80%. Namun, rendemen dapat menjadi sangat rendah yaitu dibawah 0,70%. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:

a. Umur daun a. Umur daun

b. Musim hujan Musim penghujan sangat berpengaruh terhadap rendemen yang dihasilkan karena pada musim ini kadar air yang terkandung dalam daun sangat tinggi, sedangkan kandungan minyaknya relatif lebih sedikit. Berbeda ketika musim kemarau, kandungan minyak pada daun relatif lebih banyak dibandingkan kandungan airnya, sehingga rendemen yang dihasilkan lebih tinggi.

c. Banyaknya ranting Ranting yang ikut pada proses penyulingan mempunyai pengaruh terhadap rendemen yang dihasilkan karena pada ranting hanya terkandung minyak yang sedikit. Ranting juga mempengaruhi kapasitas daun yang termuat dalam ketel, sehingga semakin banyak ranting yang ikut dimasak, daun yang dimasak menjadi lebih sedikit, oleh karena itu minyak yang dihasilkan pun menjadi lebih sedikit.

d. Keadaan daun Daun yang segar mempunyai kandungan minyak yang lebih banyak dari pada daun yang sudah kering. Daun yang sudah sudah tidak segar lagi yang menyebabkan kandungan minyaknya rendah karena sebagian kandugan minyak sudah menguap ketika penyimpanan berlangsung. Sebaiknya bahan baku yang akan diproduksi baru dipetik ketika akan melakukan proses produksi, dimana keadaan daun masih segar dan kandungan minyaknya lebih banyak sehingga dapat menghasilkan

Jenis jenis limbah yang terdapat di KPMKP Krai adalah:

a. Limbah Padat

1) Afval (daun kayu putih sisa penyulingan)

Afval adalah limbah padat yang berupa daun sisa dari proses penyulingan minyak kayu putih. Pihak KPMKP Krai memanfaatkan avfal sebagai sumber bahan bakar untuk menjalankan produksinya. Afval tersebut dikeringkan kemudian dicetak dan dibuat briket. Tapi tidak keseluruhan avfal dibuat briket, pihak perusahaan hanya membuat briket dari avfal 50% dari avfal yang ada. Sisa avfal banyak dimanfaatkan oleh penduduk sekitar untuk obat nyamuk bagi ternaknya dan untuk pupuk tanaman (pupuk kompos).

Briket dibuat dengan cara mengeringkan avfal terlebih dahulu dengan cara dijemur di bawah sinar matahari sampai kering. Kemudian disiapkan tali yang dibuat dari batang bambu dan alat pengepres berbentuk kotak persegi panjang dengan ukuran

20 cm x 20 cm x 30 cm. Tali tersebut dimasukkan ke dalam cetakan, kemudian avfal dimasukan ke dalam cetakan. Setelah bahan masuk semua kemudian dpres dan setelah dipres baru ditali. Briket yang sudah jadi disimpan di dalam gudang penyimpanan briket. Briket ini harus terhndar dari air hujan dan panas matahari. Apabila briket terkena air hujan maka briket tidak dapat terbakar karena briket tersebut basah dan apabila terkena panas, briket akan mudah terbakar.

2) Abu (sisa pembakaran briket)

Abu sisa pembakaran briket oleh pihak KPMKP Krai digunakan atau dimanfaatkan sebagai bahan pembuat pafing dengan bahan campuran tertentu .

b. Limbah Cair b. Limbah Cair